Pengertian Biaya yang tetap sama, terlepas dari Biaya yang berubah dengan
volume yang dihasilkan, dikenal perubahan hasil diperhitungkan
sebagai biaya tetap sebagai biaya variabel
Terjadi ketika Biaya tetap itu pasti, biaya tetap Biaya variable terjadi hanya ketika
terjadi baik unit yang dihasilkan ada unit dihasilkan
atau tidak
Biaya satuan Biaya tetap berubah pada unit, yaitu Biaya variable tetap sama, tiap unit
sebagaimana unit yang dihasilkan
menambah, biaya tetap per unit
turun dan sebaliknya, jadi biaya
tetap per unit terbalik sebanding
dengan jumlah hasil yang
diproduksi
Perilaku Tetap konstan untuk periode waktu Berubah seiring perubahan level
tertentu output
Kombinasi dari Biaya Overhead Produksi, Biaya Berubah seiring perubahan level
Overhead administrasi dan output
Overhead Distribusi dan Penjualan Material Lansung, Pekerja
Tetap Langsung, Pengeluaran Langsung,
Overhead Produksi Tetap, Overhead
Distribusi dan Penjualan Variabel
Contoh Depresiasi, sewa, gaji, asuransi, Material yang dipakai, upah, komisi
pajak, dll penjualan, biaya packing, dll
Biaya langsung adalah elemen biaya yang memiliki kaitan langsung dengan volume
pekerjaan yang tertera dalam item pembayaran atau menjadi komponen permanen hasil akhir
proyek. Komponen biaya langsung terdiri dari biaya upah pekerja, operasi peralatan, material.
Termasuk kategori biaya langsung adalah semua biaya yang berada dalam kendali subkontraktor.
Biaya tidak langsung merupakan elemen biaya yang tidak terkait langsung dengan
besaran volume komponen fisik hasil akhir proyek, tetapi mempunyai kontribusi terhadap
penyelesaian kegiatan atau proyek. Elemen biaya ini umumnya tidak tertera dalam daftar item
pembayaran dalam kontrak atau tidak dirinci. Yang termasukdalam kategori biaya tidak langsung
antara lain adalah: biaya overhead, pajak (taxes), biaya umum (general conditions), dan biaya
risiko. Biaya risiko adalah elemen biaya yang mengandung dan/atau dipengaruhi ketidakpastian
yang cukup tinggi, seperti biaya tak terduga (contingencies) dan keuntungan (profit).
Komponen biaya tak langsung proyek konstruksi dalam proses penawaran biasanya
dimasukkan oleh kontraktor dalam setiap jenis pekerjaan. Kontraktor nasional di Indonesia pada
umumya tidak melakukan identifikasi biaya tidak langsung secara detail sebelumnya. Kontraktor
juga diyakini tidak memiliki mekanisme yang akurat dalam menentukan besarnya masing-masing
variabel biaya tidak langsung. Penentuan alokasi biaya tidak tidak langsung yang biasa dilakukan
adalah melalui presentase yang besarnya berbeda-beda, tergantung pengalaman kontraktor.
Penetapan besarnya persentase ini juga dipengaruhi oleh persepsi risiko oleh kontraktor terhadap
tiap jenis poyek, karena tiap proyek memiliki karakteristik tertentu dan ketidakpastian yang
berbeda. Dalam menyikapi hal ini kontraktor-kontraktor di Indonesia cenderung tidak terlalu
memperhatikan komponen biaya tidak langsung secara komprehensif dalam mengestimasi biaya
konstruksi. Sebagai perbandingan, studi yang dilakukan oleh Tah et al (1994) menyimpulkan hal
yang serupa, di mana dari tujuh perusahaan konstruksi yang disurvei kesemuanya
menggantungkan pada kemampuan estimasi subyektif berdasarkan pengalaan yang lalu.
Metode harga pokok pesanan merupakan metode pengumpulan biaya produksi untuk
menetapkan harga pokok produksi yang dibuat perusahaan berdasarkan pesanan. Dalam
perhitungan biaya job order, setiap pesanan merupakan satuan akuntansi yang didalamnya
dibebankan biaya bahan, upah, dan biaya overhead dengan menggunakan nomor order dan biaya
untuk setiap pesanan pelanggan dicatat dalam kartu biaya job order. Tujuan dari metode harga
pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk masing-masing pesanan, baik secara
keseluruhan dari setiap pesanan atau persatuan. Metode ini menghitung biaya-biaya produksi dari
pesanan tertentu yang dikumpulkan dan kemudian kalkulasi harga pokok produksi persatuan
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut.
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang
menghasilkan produk atau massa. Karakter produksinya sbb:
1. Produk yg dihasilkan merupakan produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu
Penentuan harga pokok berdasar aktivitas adalah system yang terdiri atas dua tahap yaitu
pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai produk. Penentuan
harga pokok produk secara konvensional juga melibatkan dua tahap, namun pada tahap pertama,
biaya- biaya tidak dilacak ke aktivitas melainkan ke suatu unit organisasi misalnya pabrik atau
departemen-departemen. Baik pada system konvensional maupun system ABC, tahap ke dua
meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk. Perbedaan prinsip perhitungan diantara kedua
metode tersebut adalah jumlah cost driver yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok secara
ABC menggunakan cost driver dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan dalam
system konvensional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Sebagai
hasilnya, metode ini meningkatkan ketelitian. Namun ditinjau dari sudut manajerial,
bagaimanapun juga sisten ABC menawarkan lebih dari hanya ketelitian informasi tentang biaya
dari berbagai aktivitas. Pengetahuan atas biaya dari berbagai aktivitas tersebut memungkinkan
para manajer untuk menfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang untuk
melakukan penghematan biaya dengan cara: menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas
dengan lebih efisien, meniadakan aktivitas yg tak bernilai tambah, dsb. Ada dua tahap penentuan
harga pokok produk:
Analisis varians (ANOVA) adalah kumpulan dari model statistik yang digunakan untuk
menganalisis perbedaan rata-rata antara kelompok dan prosedur terkait (seperti “variasi” antara
kelompok), yang dikembangkan oleh ahli statistik dan evolusi biologi Ronald Fisher. Dalam
pengaturan ANOVA, varians diamati pada variabel tertentu dibagi menjadi komponen disebabkan
berbagai sumber variasi. Dalam bentuk yang paling sederhana, ANOVA menyediakan uji statistik
apakah rata-rata beberapa kelompok adalah sama, dan adanya generalisasi t-test untuk lebih dari
dua kelompok. Seperti melakukan beberapa dua-sample t-tes akan menghasilkan peningkatan
kesempatan dalam mengamati tipe I kesalahan statistik, maka ANOVA berguna untuk
membandingkan (pengujian) tiga atau lebih berarti (kelompok atau variabel) untuk signifikansi
statistik.
Biaya Kualitas atau Biaya Mutu (Quality Cost) adalah Biaya-biaya yang timbul dalam
penanganan masalah Kualitas (Mutu), baik dalam rangka meningkatkan Kualitas maupun biaya
yang timbul akibat Kualitas yang buruk (Cost of Poor Quality). Biaya mutu tidak hanya biaya
untuk memperoleh mutu kualitas tapi juga merupakan biaya-biaya yang timbul untuk mencegah
terjadinya mutu yang rendah. Biaya mutu dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi
besar: biaya pencegahan (prevention cost), biaya penilaian (appraisal cost) dan biaya
kegagalan (failure cost).
Biaya pencegahan atau preventif adalah biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya
kegagalan produk atau produksi produk-produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan. Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain produk dan
sistem produksi bermutu tinggi, termasuk biaya untuk menerapkan dan memelihara sistem
tersebut. Pencegahan kegagalan produk dimulai dengan mendesain mutu ke dalam produk dan
proses produksi.
Biaya ini meliputi quality engineering (rekayasa kualitas), quality training program (program
pelatihan kualitas), quality planning (perencanaan kualitas), quality reporting (pelaporan
kualitas), quality audits (pemeriksaan kualitas), quality circles (gugus kendali kualitas), supplier
evaluation and selection (penilaian dan pemilihan pemasok), field trials, design
review (penelaahan terhadap desain produk), design engineering, reliability engineering, special
project dan new product review.
Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk yang dihasilkan
sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Biaya ini meliputi inspecting and testing raw material (inspeksi dan pengujian bahan
baku), packaging inspection (inspeksi produk selama dan setelah proses produksi), supplier
verification(verifikasi pemasok), product acceptance (pengambilan sampel dari satu batch produk
jadi untuk menentukan kualitas produk), process acceptance (pengambilan sampel dari proses
produksi yang sedang berjalan), supervising appraisal activities (aktivitas
pengawasan), measurement equipment, inspection and test equipment, process control
measurement, field inspection (pengujian di lapangan), design verification, material inspection,
product inspection, inspection and test labor, product testing, on line product****, process
inspection, outside endorsements dan biaya untuk memperoleh informasi dari pelanggan
mengenai tingkat kepuasan mereka atas produk tersebut.
Biaya kegagalan adalah biaya yang terjadi saat produk gagal, kegagalan tersebut dapat terjadi
secara internal dan eksternal.
Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi ketika produk yang tidak sesuai dengan
spesifikasi dapat dideteksi sebelum dikirim ke konsumen (selama proses produksi). Biaya ini
meliputi scrap (sisa bahan baku), spoilage (barang cacat), rework (pengerjaan
kembali), reinspection (inspeksi kembali), retesting (pengetesan kembali), design
changes (perubahan desain), downtime due to machine failures on material shortages/ defective
parts/ defect related/ due to defects, disposal costs dan biaya terhentinya mesin karena kerusakan
atau karena kehabisan bahan baku.
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi ketika produk-produk yang tidak sesuai
dengan spesifikasi dideteksi setelah dikirim ke pelanggan. Biaya ini meliputi return and
allowances because of poor quality, repairs (perbaikan), warranties (mengganti produk yang
rusak selama masa garansi), customer dissatisfaction/ customer complaints, lost market share,
estimated lost sales because of poor product performance (hilangnya penjualan akibat
ketidakpuasan pelanggan), complaint adjustment (menangani keluhan pelanggan), order
cancellation, product liability, liability claim, recalls/ cost of recalls, returned goods, biaya
pemasaran produk atas kegagalan eksternal dan biaya distribusi produk yang dikembalikan.
Biaya mutu dapat diklasifikasikan sebagai observable quality cost atau hidden quality cost.
Observable quality cost adalah biaya-biaya yang tersedia atau berasal dari catatan akuntansi
perusahaan.
Hidden quality cost adalah opportunity cost yang dihasilkan dari mutu yang rendah.
Seluruh biaya mutu dapat diobservasi dan seharusnya tersedia dalam catatan akuntansi kecuali lost
sales, customer dissatisfaction/ customer complaints dan lost market share. Seluruh hidden
quality cost termasuk kategori biaya kegagalan eksternal. Hidden quality cost ini signifikan dan
seharusnya diestimasi.
Return on Invesment merupakan rasio yang menunjukkan hasil dari jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini
menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan,
rasio ini biasanya diukur dengan persentase.
Economic Value Added (EVA) adalah alternatif dari ROI yang merupakan suatu sistem
manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan
bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua modal biaya
operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).
Rumus EVA
EVA = NOPAT – Capital Charges
Keterangan:
NOPAT = Net Operating Profit After Tax/Keuntungan bersih setelah pajak
Capital Charges = Invested Capital x Cost of Capital
Berdasarkan rumus diatas maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan manajemen
dalam mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan EVA, antara lain:
Menghitung biaya modal
Menghitung besarnya struktur permodalan/pendanaan
Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Menghitung nilai EVA
Ukuran Kinerja
Hasil penilaian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan ukuran EVA dapat
dikelompokkan kedalam 3 kategori yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
Nilai EVA>0 atau EVA bernilai positif
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomi
bagi perusahaan.
Nilai EVA = 0
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada pada posisi titik impas. Perusahaan tidak
mengalami kemunduran tetapi sekaligus tidak mengalami kemajuan secara ekonomi
Keunggulan EVA:
EVA dapat menyeleraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham dimana
EVA digunakan sebagai ukuran operasional dari manajemen yang mencerminkan
keberhasilan perusahaan didalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau
investor
EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpa
tambahan dana/modal, mengekposur pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikan
dana yang memberikan imbalan tinggi.
EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis,
mulai dari strategi dan pergerakkanya sampai keputusan operasional sehari-hari
Kelemahan EVA:
Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya biaya modal sendiri.
Terutama dalam perusahaan go public biasanya mengalami kesulitan dalam perhitungan
sahamnya.
Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja. Sedangkan, untuk mengukur kinerja
perusahaan secara optimum, perusahaan harus dikur berdasarkan faktor kuantitatif dan
kualitatif
Residual Income (RI) adalah laba yang dihasilkan diatas target pengembalian investasi pada
suatu pusat laba.
RI = Laba – (Investasi x Target ROI)
Kelemahan RI:
RI hanya mendorong manajer pusat laba untuk berorientasi pada tujuan-tujuan jangka pendek,
karena kinerjanya dibatasi hanya untuk satu periode akuntansi saja.
RI sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi yang digunakan perusahaan.
Karena hasil akhir RI adalah berupa angka absolut, bukan rasio maka sulit untuk
membandingkan RI dari satu pusat laba dengan RI dari pusat laba lainnya yang memiliki
jumlah investasi yang berbeda.
AKUNTANSI DASAR
3. Faktur ( Invoice )
Pengertian Faktur merupakan pernyataan tertulis mengenai barang yang dijual, baik jumlah dan
harganya. Faktur dikeluarkan oleh pihak yang menjual kepada pihak pembeli. Faktur berfungsi
untuk bahan pertimbangan pembeli untuk meneliti barang-barang yang dibelinya. Bukti ini akan
diperlukan juga loh saat terjadi retur pembelian atau retur penjualan.
Faktur sendiri dibedakan menjadi dua yaitu faktur pembelian dan faktur penjualan.
Bagi pihak pembeli, faktur yang diterima merupakan faktur pembelian, tetapi bagi penjual, faktur
yang diterima merupakan faktur penjualan.
Faktur memuat informasi yang terdiri dari :
Nama dan alamat penjual
Nomor faktur
Nama dan alamat pembeli
Tanggal pesanan
Syarat pembayaran
Keterangan mengenai barang (jenis barang, harga satuan, barang kuantitas barang dan
jumlah harga).
Contoh Faktur
Contoh
Invoice
4. Nota Kredit
Pengertian Nota kredit merupakan bukti transaksi penerimaan kembali barang yang telah dijual
(pengembalian), nota kredit dikeluarkan oleh pihak penjual. Bukti ini berfungsi sebagai alat
persetujuan dari pihak penjual atas permohonan pengurangan harga dari pihak pembeli karena
barang yang diterima mengalami kerusakan dan atau tidak sesuai dengan pesanan pembeli.
Contoh Cek
7. Rekening Koran
Pengertian Rekening Koran adalah bukti untuk mutasi kas di bank yang disusun oleh pihak bank
untuk para nasabahnya. Baca selengkapnya tentang rekening koran.
Contoh
Rekening Koran
8. Bilyet Giro
Pengertian Bilyet Giro adalah sebagai surat perintah untuk memindahbukukan sejumlah uang
dari rekening nasabah suatu bank ke rekening penerima yang namanya disebutkan dalam bilyet
giro pada bank yang sama atau pada bank lain (berbeda). Perlu diingat bahwa penerima bilyet giro
tidak bisa menukarkannya dengan uang tunai kepada bank yang bersangkutan. Tetapi dapat
menyetorkan bilyet giro kepada bank untuk menambah simpanan di rekeningnya. Baca
selengkapnya tentang
Contoh Bilyet
Giro
9. Bukti Memorandum
Pengertian Bukti memo adalah bukti transaksi yang dibuat oleh pimpinan perusahaan atau orang
yang diberikan wewenang untuk suatu kejadian-kejadian yang berlangsung didalam internal
perusahaan bersangkutan. Contoh memoseperti untuk mencatat gaji pegawai yang masih harus
dibayar pada akhir periode.
Contoh Bukti
Kas Masuk
12. Bukti Kas Keluar
Pengertian Bukti kas keluar merupakan bukti dari kejadian transaksi pengeluaran kas ataupun
pembayaran. Bukti pengeluaran kas ini biasanya akan digunakan untuk dokumen ketika
menyusun jurnal pengeluaran kas.
- Persamaan Akuntansi
Harta = Kewajiban + Modal
Jenis Akun Bertambah Berkurang Saldo Normal
Aktiva Debet Kredit Debet
Utang Kredit Debet Kredit
Ekuitas (Modal) Kredit Debet Kredit
Prive Debet Kredit Debet
Pendapatan Kredit Debet Kredit
Beban Debet Kredit Debet
- Jenis-jenis jurnal
Jurnal termasuk salah satu proses pencatatan dalam akuntansi dan merupakan penghubung antara
transaksi dengan buku besar. Fungsi jurnal ialah sebagai berikut.
a. Fungsi pencatatan, semua transaksi yang terjadi berdasarkan bukti dokumen yang ada harus
dicatat.
b. Fungsi historis, transaksi yang terjadi harus dicatat sesuai dengan urutan waktu (kronologis).
c. Fungsi analisis, setiap transaksi yang dicatat dalam jurnal harus merupakan hasil analisis dari
bukti-bukti transaksi hingga jelas letak debit/kredit perkiraan beserta jumlahnya.
d. Fungsi instruktif, pencatatan dalam jurnal merupakan instruksi atau perintah untuk
melakukan posting atau memindahkan debit/kredit ke dalam buku besar.
e. Fungsi informatif, jurnal dapat memberikan informasi atau pemberitahuan mengenai
transaksi yang terjadi.
Dalam perusahaan kita perlu mencatat setiap transaksi transaksi yang berhubungan dengan
keuangan. Akuntansi keuangan mencatatnya dalam sebuah jurnal agar setiap pengeluran tercatat
secara rapi.
Macam-macam jurnal
1. Jurnal umum
Jurnal umum adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat setiap transaksi dalam perusahaan
secara terperinci
2. Jurnal khusus
Jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi khusus dalam
perusahaan yang berhubungan dengan penjualan dan pembelian.
Jurnal khusus terdiri dari :
a. Jurnal Penjualan ( Sales Journal)
Jurnal Penjualan adalah jurnal yang digunakan apabila kita melakukan penjualan barang secara
kredit kepada Customer
b. Jurnal Pembelian ( purchases Journal)
Jurnal Pembelian adalah jurnal yang digunakan apabila kita melakukan pembelian barang secara
kredit kepada supplier.
C. CONTOH
Berikut adalah data laporan Rugi laba suatu perusahaan:
Pendapatan……………………………………………………. Rp. 12.900.000,-
Beban telepon…………………………………………… Rp. 1.000.000,-
Beban asuransi…………………………………………… Rp. 250.000,-
Beban depresiasi…………………………………………… Rp. 9.000.000,-
Beban gaji..…………………………………………………… Rp. 2.000.000,-
Jurnal penutup yang harus dibuat pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:
JURNAL PENUTUP
Rekening Debet Kredit
Menutup Pendapatan:
Pendapatan
12.900.000
Ikhtisar Rugi/Laba 12.900.000
Menutup Beban:
Ikhtisar Rugi/Laba
Beban telepon
1.000.000
Beban asuransi
12.250.000 250.000
Beban depresiasi
9.000.000
Beban gaji
2.000.000
Menutup Ikhtisar Rugi/Laba:
Ikhtisar Rugi/Laba
650.000
Modal 650.000
- Informasi dan bentuk dasar buku besar
a. Menutup jurnal khusus dengan cara menjumlahkan angka dalam kolom masing-masing
perkiraan.
b. Memindahkan ke dalam buku besar dari hasil penjumlahan tersebut sesuai dengan perkiraan
yang digunakan, baik sebelah debit maupun sebelah kredit.
c. Mengisi kolom ref pada jurnal khusus dengan memberi tanda cek atau nomor kode perkiraan,
dan mengisi kolom ref pada buku besar dengan nomor halaman jurnal.
Jurnal Penerimaan Kas diberi kode JKM.
Jurnal Pengeluaran Kas diberi kode JKK.
Jurnal Penjualan diberi kode JP.
Jurnal Pembelian diberi kode JB.
Jurnal Umum diberi kode JU.
d. Tanggal posting yang digunakan yaitu tanggal akhir bulan yang bersangkutan.
e. Bentuk buku besarnya sama dengan buku besar yang lazim dipergunakan.
Jurnal merupakan software akuntansi online yang dapat mempermudah proses akuntansi bisnis,
salah satunya membuat buku besar dan berbagai laporan keuangan lainnya. Hanya dengan meng-
input seluruh transaksi bisnis, Jurnal akan mengelolanya hingga menjadi laporan keuangan yang
detail dan akurat sesuai dengan yang Anda butuhkan.
b. Hutang/Kewajiban
Hutang adalah suatu kewajiban yang harus dilunasi oleh perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Berdasarkan jangka waktunya hutang terdiri atas:
Hutang Jangka Pendek
Adalah hutang yang jangka waktu pelunasannya satu tahun atau kurang.
Contohnya hutang usaha, hutang bunga, hutang penghasilan, hutang wesel,
utang pajak, utang beban, hutang jangka panjang yang jatuh tempo, utang
deviden, dll.
Hutang Jangka Panjang
Adalah hutang yang jangka pelunasannya lebih dari satu tahun. Dalam hal
hutang terdapat pula hutang jangka menengah yaitu 1-3 tahun, sedangkan
hutang jangka panjang lebih dari 5 tahun. Yang termasuk akun hutang jangka
panjang adalah hutang obligasi, hutang bank, hutang hipotik, hutang kpd
pemegang saham, dll.
c. Modal/Ekuitas
Modal adalah hak pemilik atas perusahaan setelah dikurangi dengan
kewajiban. Modal juga dapat diartikan sebagai uang, gedung, tanah, kendaraan
yang diserahkan oleh pemilik untuk perusahaan. Yang termasuk dalam modal
adalah modal pemilik (Perseorangan)/saham (Perseroan)/sekutu (Persekutuan),
agio/disagio saham, cadangan dan saldo laba. Dalam modal terdapat akun
pengurang yaitu prive (CV/Po)/Deviden (PT).
2. Akun Nominal
Adalah akun/perkiraan yang terdapat pada laporan laba/rugi yang terdiri atas:
a. Pendapatan
Adalah penghasilan yang didapatkan oleh perusahaan atas usaha yang
dijalankan atau diluar usaha. Pendapatan terdiri atas:
Pendapatan Usaha
Adalah penghasilan yang berasal dari kegiatan operasional perusahaan.
Contohnya pendapatan usaha.
Pendapatan diluar usaha
Adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan non operasional. Contohnya
pendapatan sewa (Mengarah ke sewa diterima di muka), pendapatan bunga.
b. Beban/biaya
Adalah pengeluaran perusahaan akibat kegiatan operasional maupun non
operasional yang dilakukan perusahaan. Dalam akuntansi biaya, beban dengan
biaya mempunyai pengertian yang berbeda. Beban terdiri atas:
Beban Usaha
Adalah pengeluaran akibat kegiatan operasional perusahaan. Misalnya
beban gaji, beban listrik, air, dan telepon, beban iklan, beban sewa gedung, dll.
Beban diluar usaha
Adalah pengeluaran akibat kegiatan non operasional perusahaan. Misalnya
beban bunga, beban administrasi bank, dll.
Transaksi non keuangan dapat diartikan sebuah kejadian yang diproses oleh sistem informasi
manajemen yang memiliki makna lebih luas daripada transaksi keuangan, umpamanya peristiwa
penandatanganan kesepakatan kerja sama (MoU) antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain
terkait dengan pasokan bahan baku untuk produksi, maka kejadian ini dapat dicatat oleh sistem
informasi perusahaan sebagai sebuah transaksi.
Suatu kelompok akun untuk sebuah entitas bisnis disebut buku besar (ledger). Daftar akun yang
terdapat dalam buku besar disebut bagan akun atau daftar akun (chart of accounts). Akun
biasanya disebutkan berurutan sesuai dengan yang ditampilkan dalam laporan keuangan. Akun
neraca biasanya disebutkan terlebih dulu, dengan urutan asset, kewajiban, lalu ekuitas pemilik.
Akun laporan laba rugi disebutkan kemudian, dengan urutan pendapatan dan beban. Masing-
masing klasifikasi akun tersebut dijelaskan secara singkat berikut ini.
Aset (assets), kadang juga disebut aktiva atau harta, adalah sumber daya yang dimiliki
oleh entitas bisnis. Sumber daya tersebut dapat berupa benda yang mempunyai wujud fisik, seperti
kas dan bahan habis pakai, atau benda yang tidak berwujud tapi memiliki nilai, seperti hak paten.
Beberapa contoh asset meliputi piutang, beban dibayar dimuka (seperti asuransi), gedung,
peralatan, dan tanah.
Kewajiban (liabilities) adalah utang kepada pihak luar (pemberi pinjaman disebut sebagai
kreditor). Kewajiban sering mudah dikenali di neraca dengan nama-nama akun yang disertai kata
‘utang’. Contoh kewajiban adalah utang usaha (account payable), wesel bayar (notes payable),
dan utang gaji (wages payable atau salary payable). Kas yang diterima sebelum jasa diberikan
oleh penerima kas akan menimbulkan kewajiban untuk melakukan jasa. Komitmen atas jasa di
masa mendatang ini sering disebut pendapatan yang belum dihasilkan atau pendapatan diterima
dimuka (unearned revenues). Sebagai contoh, uang berlangganan majalah diterima oleh penerbit
dan uang kuliah yang diterima oleh universitas di awal semester.
Ekuitas pemilik atau modal pemilik (owner’s equity) adalah hak pemilik terhadap asset
perusahaan. Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas pemilik dalam neraca diwakili oleh saldo
akun modal (capital) pemiliknya. Akun prive atau penarikan pemilik (drawing) menunjukkan
jumlah penarikan yang dilakukan pemilik untuk kepentingan pribadi.
Pendapatan (revenues) adalah kenaikan dalam ekuitas pemilik sebagai hasil dari menjual
barang atau jasa ke pelanggan. Contohnya adalah pendapatan honor atau pendapatan jasa (fees
earned), penjualan, pendapatan komisi, dan pendapatan sewa.
Beban (expenses) merupakan hasil dari penggunaan asset atau jasa dalam proses
menghasilkan pendapatan. Contohnya meliputi beban gaji karyawan, beban sewa, beban utilitas
(listrik, air, telepon), beban bahan habis pakai, dan beban lain-lain.
Produksi:
Harga pokok produksi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan harga pokok
perusahaan manufaktur. Harga pokok produksi dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang
dagangan atau menghasilkan produk jadi karena harga pokok produksi terjadi dalam usaha
mendapatkan aktiva maka pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan atau laba. Harga
pokok penjualan dalam perusahaan manufaktur dapat dihitung apabila harga pokok produksinya
sudah diketahui, Untuk memperoleh nilai harga pokok produksi tertentu kita harus
mengumpulkan dan menyeleksi biaya-biaya apa saja yang maasuk kedalamnya. Setelah semua
biaya terkumpul baru kita dapat memperhitungkan berapa besarnya harga pokok produksi sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
Perhitungan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya produksi yang
dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Pada umumnya unsur biaya produksi tersebut
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Tetapi yang pasti bahwa pada semua perusahaan tujuan perencanaan dan pengendalian bahwa
mempunyai dua tujuan pokok yaitu untuk menekankan (meminimumkan) biaya, untuk
memaksimumkan laba dalam waktu tertentu dan dengan dana tertentu.
Pembelian bahan baku
Bahan yang dibeli diterima oleh bagian penerimaan dan diperiksa kesesuaiannya dengan yang
dipesan, bagian penerimaan membuat bukti laporan penerimaan bahan dan didistribusikan ke
bagian gudang bahan, bagian pembelian, bagian akuntansi, arsip. Bahan dipindahkan ke bagian
gudang bahan.
Bagian gudang menerima bahan yang dibeli berdasarkan dokumen laporan penerimaan bahan,
memasukkan ke dalam kartu gudang dan kartu barang sesuai dengan macam bahan yang dibeli.
Faktur pembelian dari supplier diterima oleh bagian pembelian, setelah disahkan diberikan
kepada bagian akuntansi.
2.Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja terjadi dan diperlukan dalam suatu proses produksi untuk mengubah bahan
baku menjadi barang jadi. Biaya-biaya ini timbul sehubungan dengan penggunaan sumber daya
manusia atau tenaga kerja tesebut dalam memproduksi suatu produk. Manajemen perusahaan
sangat membutuhkan informasi biaya tenaga kerja yang tepat waktu dan akurat untuk digunakan
sebagai suatu dasar dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan kepurusan. Perencanaan
untuk tenaga kerja merupakan bagian terpadu dari proses penyusunan anggaran. Bermula dari
rencana produksi dan data standar waktu dan standar biaya yang telah ditetapkan, maka anggaran
biaya tenaga kerja dapat dibuat.
Biaya tenagan kerja merupakan harga atau jumlah rupiah tertentu yang dibayarkan kepada para
pekerja atau karyawan yang berkerja pada bagian produksi.
Dalam Biaya Tenaga kerja terbagi menjadi dua elemen utama, yaitu:
(1) Biaya tenaga kerja langsung, adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan dengan
suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk-produk dari
perusahaan.
(2) Biaya tenaga kerja tidak langsung, adalah semua biaya tenaga kerja yang secara tidak
langsung terlibat dalam proses produksi, dengan demikian biaya ini tidak dapat diidentifikasikan
secara khusus kepada suatu operasi atau proses produksi tertentu.
3.Biaya Overhead
Bahan langsung dan tenaga kerja langsung merupakan biaya utama dari suatu produk. Overhead
pabrik meliputi semua biaya lain yang harus terjadi dalam membuat suatu produk tersebut.
Semua biaya produksi selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yang terdiri atas
tiga kelompok biaya, yakni biaya bahan tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan
biaya produksi tidak langsung lainnya seperti air, listrik, telepon, asuransi, pajak, pemeliharaan,
penyusutan, dan lain-lain.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya untuk memproduksi suatu produk selain dari bahan
langsung dan tenaga kerja langsung, yaitu bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan
semua biaya tidak langsung lainnya.
Biasanya biaya overhead pabrik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok utama, yaitu sebagai
berikut :
(1) Bahan tidak langsung dan perlengkapan, merupakan bahan yang dipakai dalam produksi
yang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya tertentu dengan pertimbangan
ekonomis dan praktis. Dengan kata lain perlengkapan pabrik merupakan unsur-unsur biaya yang
menjaga pabrik agar berada dalam kondisi kerja yang baik, seperti minyak pelumas dan
perlengkapan kebersihan dan keselamatan.
(2) Tenaga kerja tidak langsung, adalah semua biaya tenaga kerja pabrik yang secara tidak
langsung terlibat dalam proses produksi dari suatu produk, dikelompokkan sebagai biaya tenaga
kerja langsung, seperti tenaga kerja pengawas dan tenaga penunjang yang diperlukan untuk
mengoperasikan fasilitas produk.
(3) Biaya tidak langsung lainnya, biaya ini meliputi berbagai macam biaya overhead pabrik yang
tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan tidak langsung ataupun biaya tenaga kerja tidak
langsung.
***
Jadi dalam memperhitungkan harga pokok produksi harus memasukkan perhitungan biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead dalam menetapkan harga jual suatu produk atau
jasa, sehingga biaya yang ditetapkan sesuai dengan perhitungan yang sebenarnya.
ASET TETAP
Peranan aset tetap sangat signifikan dalam menghasilkan barang dan jasa, misalnya tanah/lahan
dan bangunan tempat produksi, mesin dan berbagai peralatan lain yang digunakan sebagai alat
produksi dan yang lainnya.
Sofyan Safri berpendapat bahwa:
"Aset tetap adalah aset suatu entitas yang menjadi hak milik perusahaan yang digunakan untuk
memproduksi (menghasilkan) barang atau jasa entitas bisnis dan penggunaannya secara terus
menerus."
Sedangkan PSAK menuturkan bahwa aktiva tetap ialah aset yang berwujud yang
didapat/diperoleh dengan kondisi siap pakai maupun dibangun terlebih dahulu dan dipakai dalam
aktivitas operasi perusahaan, tidak ditujukan dijual kembali dalam rangka aktivitas normal
perusahaan serta memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku (lebih dari satu periode).
Karakteristik Aktiva Tetap
Aset Tetap memiliki beberapa karakteristik, berikut diantaranya:
Mempunyai wujud fisik
Tidak ditujukan untuk dijual lagi
Memiliki nilai yang material, harga aset tersebut cukup signifikan contohnya tanah, bangunan,
mesin dan kendaraan dll.
Memiliki masa manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku dan nilai manfaat ekonominya bisa
diukur dengan handal.
Aset digunakan dalam aktivitas normal perusahaan (tidak untuk dijual lagi seperti barang
dagang/persediaan atau investasi) misal, mobil bagi dealer mobil diakui sebagai "persediaan"
bukan aktiva tetap sedangkan bagi perusahaan manufakture mobil diakui sebagai "Aktiva Tetap"
bukan persediaan.
Unsur-unsur yang dipertimbangkan dalam perhitungan harga perolehan aktiva tetap, mungkin saja
berbeda antara jenis aktiva tetap yang satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya, unsur harga
perolehan suatu aktiva tetap dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
Tanah : Harga perolehan tanah meliputi harga beli tanah dari pemilik, biaya survey, biaya
perantara atau komisi, biaya pematangan tanah, biaya balik nama di agraria/BPN.
Gedung : Harga perolehan gedung meliputi biaya perencanaan oleh arsitek, IMB,
asuransi selama pembangunan, bunga selama pembangunan atas uang pinjaman untuk
pembiayaan gedung, dan semua pengeluaran lainnya yang dibutuhkan sehubungan
pembangunan gedung, serta biaya pemilikannya.
Mesin : Harga perolehan mesin meliputi harga mesin menurut faktur pembelian, biaya-
biaya angkut, PPN, bongkar dan angkut ke dalam pabrik, pasang dan stel mesin, dan
percobaan mesin.
Kendaraan : Harga perolehan kendaraan meliputi harga kendaraan menurut faktur
pembelian, dan bea balik nama.
Perbaikan Tanah : Perbaikan tanah merupakan sarana yang dibangun di atas tanah selain
gedung, seperti jalan, parit, tempat parkir. Biaya perbaikan tanah (cost) bukan merupakan
bagian dari biaya tanah, akan tetapi harus dicatat secara terpisah dengan menggunakan
rekening perbaikan tanah dan sesuai dengan umur ekonomis/masa manfaatnya tanah juga
harus disusutkan.
PERSEDIAAN
A. Pengertian umum
Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup
penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri
(manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana
perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan
bangunan.
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam
operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam
membuat barang yang akan dijual.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan
dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis
persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang
jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan
Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan.
Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan
Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga
Pokok Penjualan (HPP).
HPP = PERSEDIAAN AWAL+ PEMBELIAN BERSIH – PERSEDIAAN AKHIR
B. Jenis-jenis persediaan
a. Bahan baku
Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses produksi, sehingga
akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya
persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan
produksi.
b. Barang dalam proses
Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi, sehingga
persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang
dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian
barang jadi. Perputaran persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya
produksi. Dalam rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan
menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa
dipercepat. Cara laian adalah dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya sendiri.
c. Barang jadi
Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual, pada
persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah koordinasi
produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan dengan
cara mengubah persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko yang kecil
(marginal risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-barang tercatat sebagai persediaan atau
sebagai piutang dagang, manajer keuangan harus tetap membiayainya. Sebenarnya perusahaan
lebih suka menjualnya (dan tercatat sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk
menuju realisasi kas tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup tambahan
resiko penagihan piutang.
Dari uraian tersebut dapat kita artikan bahwa dalam proses akuntansi persediaan, persediaan
memerlukan adanya penilaian (valuation), karena persediaan merupakan bagian dari cost yang
akan dimatch dengan revenue, dan akan menghasilkan income dan penyajian laporan arus kas.
Dengan melihat sifat-sifat dasar persediaan dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan dan
tujuan serta konsep dasar akuntansi, maka persediaan merupakan input values. Metode tersebut
merupakan salah astu konsep penilaian terhadap inventory yang akan menjadi dasar dalam
penyajian di neraca.
Penekanan pembahasan tujuan teori akuntansi terhadap inventory, adalah menentukan alternative
pedoman untuk mengevaluasi prosedur yang dapat memberikan penilaian (pengukuran) yang
lebih baik dan memberikan informasi yang lebih baik tentang arus kas perusahaan dikemudian
hari. Beberapa dasar pengukuran inventory dari segi kadar interpretasi dan revaluasi bagi
pengambil keputusan investasi.
b. Input Values
Pengukuran persediaan dengan input values merupakan pengukuran resources yang dipakai
untuk memperoleh persediaan pada kondisi saat ini, sehingga untuk persediaan yang tidak perlu
adanya proses produksi interpretasi mengenai nilai persediaan (input values) sangat jelas. Karena
input values disini menggambarkan arus dari pada kas yang telah dikeluarkan sesungguhnya.
Sedangkan kalau input values tersebut dari nilai resources yang dipergunakan dalam proses
produksi, hal ini akan lebih menyulitkan untuk menentukan input valuesnya, karena adanya
proses penilaian resources ke periode yang bersangkutan dan pengalokasian resources ke dalam
masing-masing departemen. Namun konsep ini dapat dikurangi tingkat kesulitan penilaiannya
dengan penerapan prosedur alokasi costnya, yang hasilnya akan langsung menjadi investment
decision model.
Dengan struktur akuntansi tradisional, selisih input dan output values merupakan gross profit
atau gross margin, sehingga semua metode yang menganut konsep input values berarti adanya
penangguhan pengakuan revenues dan net income keperiode kemudian. Penundaan ini dapat
dibenarkan apabila masih ada kegiatan-kegiatan perusahaan yang harus dilakukan untuk
pelaksanaan penjualan atau karena output tidak verifiable.
Konsep input values pada dasarnya dinyatakan dengan historical cost atau dapat juga dengan
current cost atau standard cost. Current cost disini menggunakan konsep net realizable values
dikurangi dengan normal gross margin dari net realizable values.
COMWIL: merupakan metode penilaian masukan karena istilah “market” pada dasarnya adalah
konsep input values.
F. KONSEP PERSEDIAAN
a. Historical cost
Dalam metode historical cost ini persediaan diukur berdasarkan pada pembayaran yang
dilakukan dimasa lalu atau harus dilakukan dimasa yang akan datang untuk memperoleh barang
atau jasa. Oleh karena itu kalau pembayarannya dilakukan dimasa yang akan datang harga
persediaan harus didiskontokan untuk mendapatkan present cost.
Menurut konsep ini biaya produksi terdiri dari Biaya langsung: material, tenaga langsung dan
BOP, sedangkan avail atau tenaga kerja idle dapat diperhitungkan sebagai COGS, tergantung
kebijakan manajemen.
Keuntungan konsep ini:
1. Inventory bahan baku dan barang dagangan mencerminkan harga yang sebenarnya.
2. Dalam kondisi harga tidak pasti konsep ini merupakan alternative yang layak daripada
net realizable values sebagai alat prediksi.
3. Nilai persediaan tidak dipengaruhi oleh bias kebijakan manajemen.
4. Penilaian dengan cost memungkinkan pertanggung jawaban mengenai kas dan sumber
lain untuk memperoleh persediaan (cross evidence).
Kelemahan konsep ini:
1. Untuk persediaan barang yang cepat usang dan nilai tambah atas barang tidak dapat
disesuaikan harganya.
2. Bila terdapat harga yang berbeda susah untuk diperbandingkan.
3. Banyaknya unsur joint cost dan metode alokasi sehingga menyulitkan penilaian
persediaan.
4. Matching antara revenue dengan cost masa lalu kurang tepat.
a. Biaya produk
(product cost) adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan di catat dalam akun persediaan.
Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan transfer barang kelokasi bisnis pembeli dan
pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap di jual. Beban seperti itu mencakup ongkos
pengangkutan barang yang di beli, biaya pembelian langsun lainnya, dan biaya tenaga kerja serta
produksi lain nya yang dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual. Namun karna adanya
kesulitan prak tis dalam mengalokasikan biaya dan beban, maka tidak dimasukkan dalam
penilaian persediaan.
b. Biaya periode
beban penjualan (selling expenses) dan, dalam kondisi yang biasa, beban umum serta adminstrasi
tidak dianggap berhubungan langsung dengan akuisisi atau produk si brang dan, karenanya, tidak
dianggap sebagai bagian dari persediaan. Biaya semacam itu disebut dengan biaya periode secara
konseptual, beban ini merupakan biaya dari produk eperti halnya harga beli awal dan ongkos
pengangkutan.
Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapanpersediaan agar siap dijual biasanya di
bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk pendekatan ini adalah bahwa biaya
bunga merupakan biaya pembiayaan.
c. Biaya manufaktur
seperti telah dibahas sebelumnya, sebuah bisnis yang membuat barang mengunakan persediaan-
bahan baku,barang dalam proses, barang jadi. Brang dalam proses dan brang jadi meliputi bahan,
tenaga kerja langsung, da biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur meliputi
bahan tidak langsung,tenaga kerja tidak langsung da pos-pos seperti penyusutan , pajak,asuransi,
pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.
H. ASUMSI ARUS BIAYA
Secara konseptual, identifikasi khusus atas pos-pos yang terjual dan pos-pos yang belum terjual
optimal, tetap cara ini sering kali tidak haya mhal tetapi juga tidak mungkin untuk di terapkan.
Sebagai akibatnya, beberapa Asumsi arus biaya yang bersifat sistematis dapat digunakan.
Sebetulnya ,arus fisik barang aktual dan asumsi biaya sering kali sangat berbeda. Tidak ada
keharusan bahwa asumsi arus biaya yang d pakai terus konsisten dengan pergeraan fisik barang.
Tujuan utama dari pemiliahan asumsi arus biaya adalah untuk memilih asumsi yang paling
mencerminkan laba periodik,sesuai kondisi yang berlaku.
a. Identifikasi khusus
Digunakan dengan cara mengidentifikasi seiap brang yang dijual dan dalam pos persediaan.
Biaya barang” yang telah terjual dimaukan dalam harga pokok penjualan, sementara biaya
barang’ hsus yang masih berada di tangan dimasukan pada persedian. Metode ini hanya bisa
digunakan dalam kondisi yang memungkinkan perusahan memisahkan pembelian yang berbeda
yag telah dilakukan secara fisik. Metod ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang
melibatkan sejumlah kecil item berharga tinggi dan dapat dibedakan.
Dalam industri ritel hal ini meliputi beberapa jenis perhiasan, jas bulu, mobil, dan sejumlah
furnitur. Dalam area manufaktur, meliputi produk pesanan, khusus dan banyak produk yang
diproduksi menurut job cost system.
b. biaya rata-rata
metode biaya rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar
biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama suatu periode.
Cuplikan analisis:
Usaha awal toro company untuk menjual alat kebersihan salju (snowblowers) tidak berhasil.
Toro berangapan bahwa alat pembersih salju merupakan komplemen (pelengkap) usaha alat
pemotong rumputnya, terutama setelah curah salju yang begitu tinggi dari tingkat normal selama
beberapa tahun terakhir. Toro bereaksi memproduksi alat pembersih salju seolah-olah salju
merupakan usaha yang berkembang dan andal seperti tumbuhnya rumput. Tahun disaat alat
pembersih salju diperkenalkan, musim dinginnya menghasilkan salju yang lebih sedikit dari
biasanya, sehingga baik toro maupun penyalurnya memiliki persediaan barang berlebih.
Keuangan beberapa penyalur bahkan sangat tertekan hingga mereka tidak mampu mendanai
persediaan alat pemotong rumput untuk musim depan.
Cuplikan analisis:
Tingkat pengembalian barang regina company akhir-akhir ini sangat tinggi karna rendahnya
kualitas barang. Petunjuk analitis awal masalah ini terlihat dari adanya kenaikan hanpir dua kali
lipat pada persediaan barang jadi dan piutang saat peningkatan penjualan melebihi yang
diharapkan. Namun banyak investor, kreditor, dan pihak-pihak lain yang terkejut saat berita
msalah ini tersebar luas.
K. Harga Pokok Penjualan
Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah menetapkan secara layak hasil usaha selama satu
periode dengan mengaitkan pendapatan terhadap biaya untuk memperoleh dan mempertahankan
penghasilan tersebut. Dalam akuntansi persediaan harus ditentukan apakah suatu persediaan
merupakan beban atau merupakan aktiva. Jika persediaan telah terjual maka persediaan tersebut
akan dilaporkan sebagai beban atau merupakan komponen dari harga pokok penjualan,
sebaliknya jika persediaan tersebut masih merupakan milik perusahaan (belum terjual) maka
akan dilaporkan sebagai aktiva lancar
perusahaan.
Menurut PSAK no 14, jika barang dalam persediaan di jual, maka nilai tercatat persediaan
tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.
Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan
pengaitan (matching) beban dengan pendapatan. Oleh karena itu dalam menentukan besarnya
laba harus dihitung terlebih dahulu besarnya harga pokok penjualan. Persediaan yang dibeli atau
ibuat selama suatu periode ditambahkan ke persediaan awal dan jumlah biaya persediaan ini
disebut dengan harga pokok barang tersedia untuk dijual. Pada akhir periode akuntansi, jumlah
biaya yang tersedia untuk dijual dialokasikan antara persediaan yang masih tersisa (dicatat di
neraca sebagai aktiva) dan persediaan yang dijual selama periode (dilaporkan dalam laba rugi
sebagai biaya, harga pokok penjualan). Secara ringkas dapat kita ilustrasikan
sebagai berikut:
2. Metode RataRata
a. Metode RataRata Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per satuan
setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekwensi pembelian dan persediaan
awal periode.
b. Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang
tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas
barang tersebut
Metode Eceran
Metode ini banyak digunakan pada perusahaanperusahaan besar seperti toserba atau
swalayan yang memperdagangkan puluhan bahkan ratusan jenis barang. Dalam hal ini setiap
jenis barang yang ada dilekati label harga jual eceraannya sehingga pelayan toko lebih tahu harga
jual eceran dari pada harga pokoknya dan lebih mudah baginya membuat laporan atas barang
yang masih ada berdasarkan harga eceran tersebut .
Prosedur penilaian persediaan :
Atas persediaan awal , selain diketahui harga pokoknya, juga diketahui harga jual
ecerannya
Setiap terjadi transaksi pembelian harus diketahui jumlah harga jualnya
Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga jual.
Dihitung prosentase harga pokok terhadap harga jual dengan rumus :
B. Pajak
Pajak adalah besaran nilai suatu barang atau jasa yang wajib dibayarkan oleh masyarakat kepada
pemerintah. Besaran pajak diatur oleh peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis
pajak
Jenis pajak yang terkait dengan jual beli terdiri dari:
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang harus dibayarkan oleh pembeli kepada
penjual atas konsumsi/pembelian barang atau jasa. Penjual tersebut mewakili pemerintah
untuk menerima pembayaran pajak dari pembeli untuk disetorkan ke kas negara. Besar PPN
adalah 10% dari harga jual.
Contoh:
Jika harga jual Rp80.000 (tanpa pajak). Dengan PPN, maka pembeli harus membayar sebesar:
= Rp80.000 + Rp8.000
= Rp88.000
Kas 220.000
Penjualan 200.000
Pembelian 50.000
Kas 55.000
Kas yang dikeluarkan adalah Rp55.000 yang terdiri dari harga beli Rp50.000 dan PPN masukan
Rp5.000 (10% dari Harga Beli). Jika pembelian dilakukan secara kredit, akun kas diganti dengan
utang dagang.
Kas – 15.000
Membalikkan perkiraan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan, maka utang piutang PPN ini seolah-
olah sudah dilunasi. Selisih pajak keluaran di atas pajak masukan Rp15.000,- merupakan
kewajiban PKP untuk melunasinya.
Contohnya
Seorang pedagang meminjang uang di bank sebesar Rp. 1.000.000 untuk jangka pengambilan
satu tahun. Bunga pinjaman bank sebesar 10% .
Maka pada akhir tahun, pedagang tersebut harus mengembalikan uang kepada bank sebesar Rp.
1.100.000. pengambilan uang tersebut terdiri dari pembayaran pokok pinjaman sebesar Rp.
100.000.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa pedagang dan pihak bank sepakat untuk memberikan penilaian
terhadap uang sebesar Rp. 1.100.000 untuk satu tahun ke depan sama dengan Rp. 1.000.000 pada
saat ini.
Dengan kata lain, uang Rp. 1.000.000 yang dipegang saat ini memiliki nilai yang lebih besar
dibanding dengan nilai Rp. 1.000.000 dikemudian hari. Jika saat ini uang sebesar Rp. 1.000.000
dapat di belanjakan untuk membeli sembako 100kg beras, maka pada tahun depan, jumlah uang
yang sama akan memperoleh beras kurang dari 100kg.
Istilah yang sering digunakan dalam konsep nilai waktu uang adalah sebagai berikut :
Pv = Present Value (Nilai Sekarang)
Fv = Future Value (Nilai yang akan datang)
i = Interest (suku bunga)
n = Tahun ke-
An = Anuity
Si = Simple Interest dalam rupiah
Po = Pokok/jumlah uang yg dipinjam/dipinjamkan pada periode waktu
Contoh Kasus
Tuan Juan pada 1 Januari 2010 menanamkan modalnya sebesar Rp 100.000.000,00 dalam
bentuk deposito di bank selama 1 tahun, dan bank bersedia memberi bunga 10% per tahun, maka
pada 31 Desember 2010. Tuan Juna akan menerima uang miliknya yang terdiri dari modal pokok
ditambah bunganya.
Diketahui :
Mo = 100.000.000
I = 10% = 10/100 = 0,1
n =1
Jawab :
FV = Mo(1 + i)n
FV = 100.000.000 ( 1 + 0,10 )1
FV = 100.000.000 ( 1 + 0,1 )
FV = 100.000.000 (1,1)
FV = 110.000.000
Jadi, nilai yang akan datang uang milik Tuan Juan adalah Rp 110.000.000,00.
Nilai sekarang
Nilai sekarang ialah nilai sejumlah uang saat ini dapat dibungakan untuk memperoleh jumlah yang
lebih besar dimasa yang akan datang.
Contoh Kasus
Dua tahun lagi Tama akan menerima uang sebanyak Rp 50.000,00. Berapakah nilai uang
tersebut sekarang jika tingkat bunga adalah 12 % setahun?
Diketahui :
Fv = 50.000,00
i = 0,12
n =2
Jawab :
Pv = Fv/(1+i)n
Pv = 50.000/(1 + 0,12)(2)
Pv = 50.000/2,24
Pv = 22.321,43
Jadi, nilai sekarang uang milik Tama adalah Rp 22.321,43,00
Contoh Kasus
Jika Joni menabung Rp 5.000.000,00 dengan bunga 15% maka setelah 1 tahun Joni akan
mendapat?
Diketahui :
Ko = 5.000.000
r = 15% = 15/100 = 0,15
n =1
Jawab :
FV = Ko (1 + r)^n
FV = 5.000.000 (1+0.15)^1
FV = 5.000.000 (1,15)
FV = 5.750.000
Jadi, nilai mendatang uang yang dimilik Joni adalah sebesar Rp 5.750.000.
Anuitas ialah suatu rangkaian pembayaran atau penerimaan tetap yang dilakukan secara berkala
pada jangka waktu tertentu. Selain itu, anuitas juga diartikan sebagai kontrak di mana perusahaan
asuransi memberikan pembayaran secara berkala sebagai imbalan premi yang telah Anda
bayar. Contohnya adalah bunga yang diterima dari obligasi atau dividen tunai dari suatu saham
preferen.
Dalam akuntansi diketahui bahwa dalam praktiknya akuntansi mempunyai standar yang harus
dipatuhi dan dijalankan dalam penyusunan dan pelaporan laporan keuangan. Standar akuntansi
adalah sekumpulan peraturan serta prosedur pelaksaanan akuntansi yang sudah disusun dan telah
disahkan oleh lembaga resmi. Standar ini perlu ada karena mengingat banyaknya pengguna
laporan keuangan sehingga perusahaan tidak boleh membuat dan melaporkan laporan keuangan
dengan cara sesuka hati mereka tanpa memperhatikan standar penyusunan dan pelaporan sehingga
akan menyulitkan pengguna laporan keuangan untuk memahaminya. Tujuan dibuatnya standar
adalah untuk mempermudah para pengguna laporan keuangan memahami laporan keuangan yang
disusun dan dilaporkan.
Pembentukan standar akuntansi sendiri dilatar belakangi karena pada setiap negara biasanya
mempunyai standar sendiri-sendiri, hal tersebut akan menyusahkan para penguin karena standar
pada suatu negara berbeda dengan negara lainya, oleh karena itu perlunya standar yang seragam.
Standar akuntansi menyisakan masalah dalam pemaikaiannya serta pemakai kepentingan
terhadapnya, sehingga mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur sehingga memberi
dampak yang positif kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Dalam
paper ini akan dibahas mengenai principle based dan rule base, manakah yang lebih cocok
diterapkan di Indonesia.
Dalam penyusunannya standar akuntansi mepunyai dua pendekatan utama yaitu standar berbasis
prinsip (Principle based) serta standar berbasis aturan (Rule Based) kedua konsep ini memiliki
karakteristik masing-masing yang membuat standar akuntansi dapat diterima di suatu negara,
selain itu keduanya juga memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing yang dapat menjadi
penilaian sendiri dalam penentuan standar yang digunakan.
Standar akuntansi yang menggunakan principles-based antara lain IFRS, sedangkan standar yang
menggunakan rules-based yaitu US GAAP. Saat ini, pendekatan principles-based yang menjadi
patokan berbagai negara di Dunia.
Pada dasarnya tidak ada standar yang murni berbasis aturan ataupun prinsip. Setiap standar
akuntansi pasti merupakan perpaduan dari keduanya, namun ada salah satu pendekatan yang
ditonjolkan. Karena pendekatan basis prinsip lebih fleksibel terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi dan dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya (representational faithfulness),
maka principles-based lebih banyak digunakan di Negara-negara di dunia.
Standar akuntansi yang berbasis rules-based berisi pedoman penyusunan laporan keuangan yang
bersifat rinci yang didasarkan atas asumsi bahwa transaksi keuangan yang dilaporkan memerlukan
suatu pedoman yang menjamin ketepatan dan kekonsistenan penyusunannnya. Sehingga standar
akuntansi yang berbasis rules-based ini menjadi standar yang lebih panjang dan kompleks.
Standar yang ideal akan mengasilkan keseimbangan antara aturan dan prinsip, sehingga akan
menghasilkan suatu laporan keuangan yang berkualitas. Menurut DiPazza at all (2008)
Karakteristik laporan keuangan yang berkualitas itu sendiri diantaranya yaitu :
1. Dibuat berdasarkan kerangka konseptual dan konsisten dengan kerangka konseptual akuntansi
tersebut.
2. Ditulis dengan bahasa yang ringkas dan jelas agar mudah dipahami oleh pengguna laporan
keuangan.
3. Penyajian yang sebenarnya (faithful presentation) terhadap realitas ekonomi.
4. Responsif terhadap kebutuhan pengguna laporan keuangan akan kejelasan dan transparansi.
5. Didsarkan pada ruang lingkup yang tepat yang ditujukan area yang luas.
6. Memungkinkan dalam penyusunan pertimbangan yang masuk akal.
Penyusun laporan keuangan harus mampu menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk
dapat melaporkan dengan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Proses pelaporan
keuangan saat ini tidak lagi diwajibkan untuk mencari aturan yang mengatur bagaimana untuk
mencatat suatu transaksi atau membuat pengungkapan. Namun, lebih kepada proses pelaporan
keuangan akan menekankan penggunaan pertimbangan profesional.
Kesimpulan
Pada dasarnya PSAK di Indonesia sudah mulai mengadopsi IFRS walaupun masih ada sebagian
yang menyesuaikan dengan kondisi bisnis di Indonesia. IFRS sendiri menggunakan standar
berbasis prinsip atau principle based standard dan dalam praktiknya sendiri di Indonesia selama
pengabdosian belum ada masalah tentang standar tersebut.
Sesuai pembahasan-pembahasan diatas di Indonesia cocok menggunakan principle based karena
banyak keunggulan principle based yang tidak ada di rule based. Keunggulan itu juga yang
merupakan dapat disesuaikan dengan kondisi bisnis di Indonesia. Di Indonesia sendiri banyak
bisnis yang bersifat syariah dengan mengadopsi IFRS maka PSAK untuk entitas syariah pun bisa
disesuaikan.
Kemudian karena banyaknya Negara-negara di dunia yang menggunakan standar berbasis
principles-based ini akan menguntungkan Indonesia jika menggunakan principles-based juga
dalam standar akuntansinya. Ini berkaitan dengan pasar modal yang memiliki peran besar bagi
perekonomian suatu negara. Investor asing akan lebih memilih mengeluarkan dana investasinya
pada perusahaan yang berada di Negara yang memiliki pendekatan standar akuntansi yang sama,
karena penggunaan standar yang sama ini akan mendorong para investor untuk mengeluarkan dana
investasinya di pasar modal di negara tersebut.
Hal ini dikarenakan kualitas dari laporan keuangan yang dihasilkan dari principles-based memiliki
pengungkapan yang lebih luas, kredibilitas yang tinggi, informasi keuangan yang relevan dan
akurat serta dapat diperbandingkan dan hal lainnya yang tidak kalah penting yaitu dapat diterima
secara internasional dan mudah untuk dipahami.
Basis Akrual (Accrual Basis) memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat
karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi
dicatat pada saat terjadinya walaupun uang belum benar – benar diterima atau dikeluarkan.
Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana.
Jadi Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
Cash Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
1) Pengakuan pendapatan:
Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan mempunyai hak untuk
melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan. Dalam konsep accrual basis menjadi hal
yang kurang penting mengenai kapan kas benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis
kemudian muncul adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal
kas belum diterima.
2) Pengakuan biaya:
Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi. Sehingga dengan kata
lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai starting
point munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini,
perusahaan selalu dituntut untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.
Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a) Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana.
b) Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan
terpercaya.
c) Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan
terpecaya walaupun kas belum diterima.
d) Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai dengan Ketentuan Standar
Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu perusahaan untuk menggunakan basis akural).
e) Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi akan dihitung kedalam
estimasi piutang tak tertagih.
f) Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing akun sesuai dengan
transaksi yang terjadi.
g) Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum diterima dapat diakui
sebagai pendapatan.
h) Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam menentukan kebijakan
perusahaan kedepanya.
i) Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih, sehingga dapat mengurangi
risiko kerugian.
Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a) Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.
b) Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai biaya sehingga dapat
mengurangi pendapatan perusahaan.
c) Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat mengurangi pendapatan
perusahaan.
d) Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
e) Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum dibayarkan oleh pihak
lain dapat diterima.
Konsep kehati-hatian (prudence concept) adalah konsep akuntansi di mana perusahaan harus
menjaga agar tidak melebih-lebihkan jumlah pendapatan yang dicatat, atau mengecilkan biaya.
Namun, di sisi lain, perusahaan juga harus konservatif dalam pencatatan jumlah aset, dan tidak
mengecilkan kewajiban. Transaksi pendapatan atau aset baru dicatat ketika sudah pasti, sedangkan
transaksi biaya atau kewajiban dicatat ketika sudah besar kemungkinan akan terjadi.
Contoh penerapan konsep kehati-hatian adalah penyisihan cadangan piutang ragu-ragu atau
cadangan persediaan barang usang. Dalam kedua kasus, item tertentu yang akan menyebabkan
beban belum teridentifikasi, tetapi akuntan yang bijaksana akan menyisihkan cadangan untuk
mengantisipasi jumlah yang wajar dari biaya yang timbul.
Konsep Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk
mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukandengan penuh kehati-hatian oleh karena
aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi ketidakpastian (Wibowo, 2002). Implikasi dari
penerapan prinsip ini adalah pilihan metode akuntansi ditujukan pada metode yang melaporkan
laba dan aktiva lebih rendah atau utang lebih tinggi. Peneliti lain, Basu (1997) mendefinisikan
konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (dan mengecilkan aktiva bersih) dalam merespons
berita buruk (bad news), tetapi tidak meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih) dalam
merespons berita baik (good news).
Praktik konservatisme bisa terjadi karena standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
memperbolehkan perusahaan untuk memilih salah satu metode akuntansi dari kumpulan metode
yang diperbolehkan pada situasi yang sama. Misalnya, PSAK No. 14 mengenai persediaan, PSAK
No. 17 mengenai akuntansi penyusutan, PSAK No. 19 mengenai aktiva tidak berwujud dan PSAK
No. 20 mengenai biaya riset dan pengembangan. Akibat dari fleksibelitas dalam pemilihan metode
akuntansi adalah terhadap angka-angka dalam laporan keuangan, baik laporan neraca maupun
laba-rugi. Penerapan metode akuntansi yang berbeda akan menghasilkan angka yang berbeda
dalam laporan keuangan.
Karakteristik kualitatif (kualitas) merupakan suatu ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakainya. Berikut adalah karakteristik laporan
keuangan dilihat dari segi kualitas berdasarkan Panduan Standar Akuntansi (PSAK):
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk
dipahami oleh pemakainya. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan di
dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi di dalamnya harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi di dalam laporan keuangan
memilki kualitas relavan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
Informasi posisi keuangamn dan kinerja dimasa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yag langsug menarik
perhatian pemakai, seperti: pembayaran difiden dan upah, pergerakan harga skurietas, dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Untuk memiliki nilai pridiktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun
demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan
penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan
laba rugi dapat di tingkatkan apabila pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa, abnormal,
dan jarang terjadi di ungkapkan secara terpisah.
3. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas laporan keuangan. Informasi
dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat
informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar
laporan keungan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai
dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantunkan (omission) atau kesalahan dalam
mencatat (misstament). Oleh karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atua
titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi
dipandang berguna.
4. Keandalan
Supaya laporan keuangan bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi memilki
kualitas yang handal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
dihandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan secara wajar diharapkan dapat di sajikan.
5. Penyajian Jujur
Informasi keuangan di laporan keuangan pada umumnya tidak luput dari resiko penyajian yang
dianggap kurang jujur dari pada apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan
karena kesenjangan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam
mengidentifikasikan transaksi serta pristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau
menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan pristiwa
tersebut.
7. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada kebutuhan dan
keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan
yang berlawanan.
8. Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidak pastian suatu peristiwa dan
keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta
peralatan, dengan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Namun demikian,
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya: pembentukan cadangan
tersembunyi atau penyisihan, berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang
lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi sehingga laporan keuangan
menjadi tidak netral, dan karena itu tidak memilki kualitas yang handal.
9. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laoran keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas
dan biaya.
PENGAKUAN
a. Pengakuan Pendapatan
Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan
pendapatan. Pada prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognation principle), umumnya
pendapatan diakui pada saat (1) direalisasikan atau dapat direalisasikan dan (2) dihasilkan
(earned). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa:
1. Pendapatan dianggap direalisasikan apabila barang dan jasa, barang dagangan, atau harta
lain ditukar dengan kas atau klaim atas kas; Pendapatan dianggap dapat direalisasikan
apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat konversi (siap ditukar) menjadi
kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui;
2. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya
telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang
dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau
sebenarnya telah selesai.
Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip di atas, yaitu :
1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya
diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan pada pelanggan.
2. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa diakui ketika jasa-jasa itu telah
dilaksanakan dan dapat ditagih.
3. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan seperti
bunga, sewa dan royalti diakui sesuai dengan berlakunya waktu atau ketika aktiva itu
digunakan.
4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.
Pengukuran pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang pendapatan
menyatakan bahwa pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi berikut ini:
(1) Penjualan barang;
(2) Penjualan jasa;
(3) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan
deviden.
Pendapatan yang berhubungan dengan transaksi penjualan jasa yang dapat diestimasi dengan
andal (bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakaiannya sebagai pemakaian yang tuluis dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajikan) harus diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalty, dan dividen harus diakui atas dasar:
1. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aktiva
tersebut;
2. Royalty harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan
3. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai diakui bila hak pemegang saham untuk
menerima pembayaran ditetapkan.
Namun bila ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sebesar jumlah yang telah masuk dalam
pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah pemulihannya atau pengembaliannya
tidak lagi besar kemungkinan, diakui sebgai beban, dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang
diakui semula.
Semua pernyataan di atas mengurai sifat konseptual dari pendapatan dan merupakan dasar
akuntansi untuk transaksi pendapatan. Dalam praktik-praktik pengakuan pendapatan, adakalanya
pendapatan diakui pada saat lain dalam proses menghasilkan laba, yang sebagian besar diakibatkan
oleh (1) keinginan untuk mengakui lebih awal (recognize earlier) jika terdapat tingkat kepastian
yang tinggi mengenai jumlah pendapatan yang dihasilkan dan (2) keinginan untuk menangguhkan
pengakuan pendapatan jika tingkat ketidakpastian mengenai jumlah pendapatan atau biaya cukup
tinggi, atau jiak penjulan bukan merupakan penyelesaian yang substansial dari proses
menghasilkan laba.
b. Pengakuan Beban
Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu : sebagai aktiva (potensi jasa) dan
sebagai beban pendapatan (biaya). Proses pembebanan cost pada dasarnya merupakan proses
pemisahan cost. Oleh karena itu agar informasi yang dihasilkan akurat, bagian cost yang telah
diakui sebagai biaya pada periode berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai
aktiva (diakui sebagai biaya periode mendatang) harus dapat ditentukan dengan jelas. Ada dua
masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan cost tersebut yaitu :
1. Kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan pada
pendapatan periode berjalan.
2. Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan
pembebanannya.
Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya, apabila cost tersebut memenuhi
kriteria sebagai aktiva yaitu:
- Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan
perusahaan berasal dari transaksi masa lalu).
- Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada
aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
- Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.
Dari uraian di atas, secara umum dapat dirumuskan bahwa berdasarkan konsep penandingan
(matching), pengakuan biaya pada dasarnya sejalan dengan pengakuan pendapatan. Apabila
pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya juga ditunda. Untuk mengatasi berbagai
perbedaan pendapat tentang pengakuan biaya, biasanya badan berwenang mengeluarkan aturan
tertentu untuk mengakui biaya. IAI (1994), misalnya, dalam Konsep Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan menyatakan:
“Beban diakui dalam laporan rugi laba kalau penurunan manfaat ekonomi masa datang yang
berkaitan dengan penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal”.(paragrap 94).”
Ilustrasi Jurnal:
Penerimaan uang dari penjulan tiket (in advance)
Date G/L Dr Cr
21/02/2010 Cash Rp500,000
Unearned
Revenue/Deferred Revenue) Rp500,000
Ketika Tiket sampai kepada customer baru seller
mengakui pendapatanya dengan jurnal penyesuaian:
Date G/L Dr Cr
Unearned Revenue/Deferred
21/02/2010 Revenue) Rp500,000
Sales Revenue Rp500,000
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan
secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain metode garis
lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan metode
jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap
selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan
pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. Metode jumlah unit menghasilkan
pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode
penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari
aset dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada perubahan dalam
ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut.
PENURUNAN NLAI
Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas menerapkan PSAK
48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana entitas me-
review jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset dan kapan
mengakui atau membalik rugi penurunan nilai.
Lebih dari sekadar dokumen.
Temukan segala yang ditawarkan Scribd, termasuk buku dan buku audio dari penerbit-penerbit terkemuka.
Batalkan kapan saja.