Anda di halaman 1dari 25

BAB 3

TIPOLOGI SISTEM
AKIFER

SASARAN :
1. Memahami kendali geologi terhadap
keterdapatan airtanah
2. Memahami kendali geologi terhadap geometri
akifer
3. Memahami berbagai kondisi batas dalam
cekungan
hidrogeologi

3.1. TEORI DASAR


Akifer merupakan suatu lapisan batuan yang mampu
menyimpan dan mengalirkan air. Secara hidrodinamik di alam ada 3
(tiga) tipe akifer, yaitu :

1. Confined Aquifer (akifer tertekan)


Merupakan suatu akifer yang bagian atas dan bawahnya
dibatasi oleh lapisan bersifat akifug atau akiklud.

III-1
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Gambar 3.1.A. Konfigurasi akifer tertekan dan Gambar 3.1.B. konfigurasi


Muka air tanah pada sumur (kruseman, 1994) akifer tak tertekan dan muka
air tanah (Kruseman 1994)
2. Unconfined aquifer (akifer tidak tertekan)
Akifer yang dibatasi oleh 1 lapisan impermeabel di bagian
bawahnya dan pada bagian atasnya tidak ada lapisan
penutup/impermeabel layer.
3. Leaky aquifer (semi confined atau akifer bocor)
Akifer yang dibatasi oleh lapisan semi permeabel / lapisan
akitard (di atas dan atau di bawahnya).

Gambar 3.1.C. Konfigurasi akifer bocoran dan muka air tanah pada
sumur (Sumber : Kruseman, 1994)

III-2
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

3.2. SIFAT HETEROGENITAS SUATU AKIFER DAN


KEISOTROPIKANNYA
Suatu akifer dapat dikelompokkan pula berdasarkan
karakteristik kehomogenan batuan dan sifat isotropiknya ( Kruseman
G.P & de Ridder, 1994 ).

3.2.1.Kondisi Akifer Homogen


Gambar 3.2.A merupakan ilustrasi suatu akifer yang
homogen dan isotropik yang tersusun atas litologi yang sama.
Masing-masing memiliki besar butir yang sama (homogen) dan aliran
airtanah memiliki kecepatan aliran yang sama ke segala arah. Besaran
vektor konduktifitas hidrolik horizontal sama dengan vektor berarah
vertikal (Kh=Kv) atau disebut isotropik. Contoh Batupasir dll.

Gambar 3.2.A. Akifer Homogen & Gambar 3.2 B. Akifer


Isotropik (Sumber : Kruseman, 1994) Anisotropik
(Sumber : Kruseman, 1994)
Gambar 3.2.B merupakan ilustrasi akifer yang homogen dan
Anisotropik. Akifer tersebut dicirikan dengan litologi yang sama
dengan besar butir relatif sama (homogen). Namun demikian aliran
airtanah pada akifer tersebut mempunyai kecepatan aliran yang tidak
sama ke berbagai arah.

III-3
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

3.2.2 Kondisi Akifer Heterogen


Gambar 3.2.C merupakan ilustrasi akifer yang bersifat
heterogen/anisotropik dengan litologi campuran serta
memiliki besar butir yang tak seragam. Aliran airtanah pada
akifer tersebut memiliki kecepatan aliran yang tidak seragam
dimana Kh tidak sama dengan Kv (anisotropik). Contoh :
Batupasir dengan struktur sedimen graded bedding.

Gambar 3.2.C. Akifer Heterogen & Gambar 3.2.D. Akifer


Anisotropik Heterogen Terkekarkan
(Sumber : Kruseman, 1994) (Sumber : Kruseman,1994)

Gambar 3.2.D merupakan ilustrasi akifer dengan litologi


yang terkekarkan dimana perhitungan kecepatan aliran berbeda
dengan kondisi aliran pada media pori (Porous Media). Contoh batu
gamping, lava, dll.

3.3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER


Pengertian mengenai geometri keterdapatan airtanah di bawah
permukaan, merupakan hal yang mutlak diketahui. Dengan
memahami geometri akifer, maka permasalahan mengenai
karakteristrik dan sifat airtanah akan lebih mudah untuk dijelaskan.
Pendekatan yang digunakan meliputi berbagai aspek kimia fisik di

III-4
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

alam. Kondisi dan distribusi sistem akifer dalam sistem geologi


dikontrol oleh faktor litologi, stratigrafi dan struktur dari endapan-
endapan geologi. Litologi adalah penyusun secara fisik meliputi
komposisi mineral, ukuran butir dan kemas dari endapan-endapan
atau batuan yang membentuk sistem geologi. Stratigrafi
menggambarkan kondisi geometri dan hubungan umur antar lapisan,
atau satuan batuan dalam sistem geologi. Sedangkan struktur
merupakan bentuk/sifat geometri dari sistem geologi yang
diakibatkan deformasi yang terjadi setelah batuan terbentuk. Pada
sedimen yang belum terkonsolidasi/kompak, kontrol yang berperan
adalah litologi dan stratigrafi. Pengetahuan akan ketiga faktor di atas
memberikan arahan kepada pemahaman karakteristik dan distribusi
sistem akifer (Freeze dan Cherry, 1979).
Kesamaan iklim dan kondisi geologi di suatu daerah akan
memberikan kesamaan sistem airtanah. Kondisi ini akan berpengaruh
terhadap karakter fisika dan kimia serta kualitas airtanah dalam
sistem tersebut. Berdasarkan karakter tersebut, serta mengacu pada
klasifikasi Mandel (1981) dan kondisi geografis serta morfologis
keberadaan dan penyebaran airtanah di Indonesia, maka Puradimadja
(1993) mengajukan 5 Tipologi Sistem Akifer untuk wilayah
Indonesia, yaitu :
1. Tipologi Sistem Akifer Endapan Gunungapi
2. Tipologi Sistem Akifer Endapan Aluvial
3. Tipologi Sistem Akifer Batuan Sedimen
4. Tipologi Sistem Akifer Batuan Kristalin dan Metamorf.
5. Tipologi Sistem Akifer Endapan Glasial

III-5
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

3.4. PERISTILAHAN
Banyaknya kandungan airtanah bergantung pada :

 Iklim / musim atau banyaknya curah hujan


 Vegetasi penutup
 Relief topografi
 Derajat kejarangan / derajat celah batuan
Jenis-jenis akifer berdasarkan sifat fisik batuan penyusunnya :
1. Akifer : penyimpan dan pembawa air
 aqua : air
 ferre : pengandung / mengandung
Misalnya : pasir, kerikil, batupasir, batugamping yang
berlubang atau lava yang retak-retak.
2. Akiklud : bersifat kedap air (menyimpan tetapi tidak
mengalirkan dengan jumlah yang berarti)
 aqua : air
 claudere : menutup
Misalnya : lempung, serpih (shale), tufa halus, lanau (silt), batu
ukuran lempung
3. Akifug : lapisan kebal air (tidak dapat menyimpan)
 aqua : air
 fugere : mengusir (tidak mengalirkan)
Misalnya : Granit yang kompak, keras dan padat
4. Akitar : penyimpan dan pembawa air dalam jumlah terbatas
 menyimpan air
 mengalirkan air dengan jumlah terbatas (dapat berupa
rembesan)

III-6
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

3.5. KARAKTERISASI DAN MODEL FISIK CEKUNGAN AIR


TANAH
Karakterisasi hidrogeologi suatu wilayah berkaitan atau
merupakan bagian dari suatu kelompok/propinsi airtanah. Karakter
tersebut terikat pada suatu tipe cekungan hidrogeologi. Pada akifer
media porous maka sebuah cekungan hidrogeologi (dapat terdiri atas
beberapa lapisan akifer), terletak di bawah permukaan yang
umumnya berkaitan dengan limit-limit/batas-batas cekungan
hidrogeologi melalui struktur hidrogeologi. Sedangkan pada akifer,
tipe media non porous, dengan permeabilitas sekunder, batas
cekungan hidrogeologi dapat jadi bahkan sering tidak berimpit
dengan batas cekungan hidrologi permukaan : misalnya di daerah
karst.
Karakterisasi isian airtanah didasarkan pada hubungan antara
keterkaitan antara aliran permukaan dan resapan. Besarnya isian
airtanah tergantung kepada lima faktor atau yang disebut dengan
indeks hidrogeologi (Castany,1902), yaitu :
1. Geomorfologi, meliputi kemiringan topografi dan jaringan sistem
hidrologi permukaan
2. Geologi bawah permukaan, tertama berkaitan erat dengan batuan
3. Kondisi permukaan tanah, pedologi, tanaman penutup dan
kelembaban
4. Kedalaman permukaan piezometri
5. Bangunan-bangunan air yang diterapkan dan konservasi tanah.
Dari keterkaitan berbagai aspek diatas, maka ada dua faktor
dominan terjebaknya air di dalam suatu akifer yaitu geomorfologi
dan litostratigafi. Dengan demikian maka hasil dari karakterisasi
hidrogeologi mencerminkan karakteristik setiap cekungan

III-7
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

hidrogeologi, khususnya mengenai tipe akifer dan lingkungan


airtanahnya (Gambar 3.3)

Gambar 3.3. Identifikasi Hidrodinamik Suatu Akifer


(Sumber : S.Mandel, 1981)

3.5.1. Pola Ketersediaan Airtanah.


Secara umum, kesamaan iklim dan kondisi geologi dapat
memberikan kesamaan kejadian airtanah di suatu daerah. Kondisi
tersebut akan berpengaruh terhadap karakter kimia-fisika airtanah
demikian pula kuantitas air yang terkandung dalam akifer
(S.Mandel,1981)
Pengelompokan kesamaan tipe dan lingkungan airtanah
tersebut, tanpa memperhatikan peranan iklim yang berinteraksi,
dinamakan propinsi airtanah. Sebagai konsekuensi logis, potensi
airtanah di suatu propinsi airtanah, secara lebih terinci tergantung
kepada sifat-sifat hidrolik batuan (koefisien permeabilitas (k), nilai

III-8
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

transmivisitas (T) dan koefisien simpan (S)) pembentuk akifer dan


geometri akifer. Dengan memperhatikan sifat-sifat yang harus
dipenuhi di atas, maka keberadaan dan penyebaran airtanah (terutama
di Indonesia) dapat dibagi ke dalam lima propinsi airtanah yaitu di :
1. Daerah gunungapi
2. Dataran
3. Pegunungan lipatan
4. Pegunungan karst (batu gamping)
5. Pegunungan pra-tersier

3.5.2. Daerah Gunungapi


Secara komprehensif, pola ketinggiannya secara morfologi,
dapat berfungsi sebagai “penangkap hujan” yang mengakibatkan
daerah di sekitarnya menjadi daerah dengan curah hujan yang lebih
banyak.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kawasan
gunungapi adalah kawasan subur yang kaya akan air. Hal tersebut
ditambah pula oleh sifat batuannya yang terdiri dari endapan-endapan
piroklastika yang umumnya sangat berpori dan tidak kompak
berselang-seling dengan lapisan-lapisan aliran lava yang umumnya
kedap air sehingga menyebabkan terakumulasinya airtanah yang
cukup besar pada daerah ini, dan munculnya mata air-mata air
dengan debit cukup besar.
Secara morfologi bersistem (muda) terbagi atas 3 bagian,
yaitu daerah puncak dan kawah, tubuh gunungapi dan kaki bersistem.
Pada masing-masing bagian ini pembentukan dan penyebaran
airtanah mempunyai sifat dan karakteristik tertentu.

III-9
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Daerah puncak dan kawah dicirikan oleh medan yang curam,


dengan litologi umumnya terdiri dari bahan piroklastika dan lava. Di
daerah ini umumnya jarang dijumpai muka airtanah dangkal atau
mata air, tetapi lebih didominasi oleh besarnya aliran permukaan
karena kecuraman lerengnya. Jika batuannya cukup porous, dengan
curah hujan di daerah puncak yang umumnya besar, maka daerah
puncak dapat menjadi kawasan imbuhan/peresapan yang penting.
Daerah tubuh bersistem umumnya dicirikan oleh endapan
produk bersistem yang lebih tua sehingga secara fisik lebih padat.
Umumnya mata air banyak muncul pada bagian ini, baik disebabkan
oleh adanya kontak atara lapisan yang berbeda tingkat kelulusannya,
ataupun oleh adanya tekuk dan pemotongan lereng.
Potensi airtanah paling baik adalah pada bagian kaki
bersistem. Air hujan yang jatuh pada tubuh dan puncak bersistem
akan terakumulasi dengan baik pada akifer yang masuk kebawah
pada daerah kaki yang bermedan umumnya datar atau bergelombang.
Airtanah artesis atau sumur yang mengalir (free-flowing) banyak
dijumpai pada daerah seperti di pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi
atau umumnya di sepanjang jalur bersistem di Indonesia (Gambar
3.4.).

III-10
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Gambar 3.4 Profil ideal cekungan air tanah di kawasan


gunungapi (Sumber : S.Mandel,1981)

3.5.3. Daerah Dataran


Daerah dataran dilihat secara morfologi dapat dibagi ke dalam
tiga bagian, yaitu Dataran Antar Pegunungan, Dataran Sungai, dan
Dataran Pantai.
Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa
lempung, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan
dibagian hulunya. Dengan melihat keadaan ini, umumnya batuan di
dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi airtanahnya cukup
baik. Jenis lain dari dataran antar pegunungan adalah dataran
kontinental. Dataran kontinental terjadi ditengah-tengah pulau besar
atau benua yang terbentuk oleh adanya depresi yang kemudian terisi
oleh endapan alluvial (Gambar 3.5.).

III-11
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Gambar 3.5 Profil ideal akifer pada dataran kontinental Cekungan


Parang Brazil (Sumber : S.Mandel, 1981)

Dataran sungai umumnya sempit-sempit dan terbatas hanya


sepanjang aliran sungainya. Dengan litologi umumnya terdiri dari
bahan-bahan lepas berupa pasir dan kerikil yang terangkut oleh
sungai, maka dataran sungai berpotensi airtanah cukup baik. Aliran
sungai tua dengan lembah yang sangat lebar dan berinci aliran
meander, seperti banyak dijumpai di Pulau Kalimantan dan Irian
adalah daerah-daerah dengan potensi airtanah yang baik (Gambar
3.6.).

Gambar 3.6 Profil ideal dataran aluvial sungai (S.Mandel, 1981)

III-12
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Dataran yang mempunyai potensi airtanah yang baik adalah


dataran pantai. Dataran pantai umumnya cukup luas, seperti di pantai
timur Sumatera, pantai timur dan selatan Kalimantan, pantai utara
Jawa dan pantai selatan Irian jaya. Kondisi airtanah di dataran pantai
banyak ditentukan oleh keadaan geologi di daerah pegunungan di
hulunya yang bertindak sebagai suplai utama endapan aluvial
kedataran pantai. Endapan aluvial ini dapat menjadi sangat tebal jika
cekungan itu dibatasi oleh suatu bidang yang membatasi cekungan
yang terus menurun karena beban endapannya, misalnya dibatasi oleh
sesar/patahan turun (Gambar 3.7.).

Gambar 3.7 Profil Akifer Air Tanah Ideal di Cekungan aluvial


(Sumber : S. Mandel, 1981)

Akifer di dataran pantai yang baik umumnya adalah akifer


tertekan. Tetapi akifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang
baik terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai,
walaupun dengan resiko adanya penyusupan/intrusi air laut, jika
dalam pemompaan airtanah tidak ditangani dengan baik. Hal ini
dapat diterangkan sebagai berikut :

III-13
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Air tawar dan air asin (air laut) adalah dua fluida dengan
densitas yang berbeda. Jika kedua jenis air ini kontak di dalam tanah,
akan terbentuk suatu zona dengan densitas yang bercampur dan
berubah secara bertahap dari air tawar ke air laut. Walaupun begitu,
pada kondisi tertentu zona ini relatif kecil (misalnya jika
dibandingkan dengan tebal akifer) sehingga dapat dianggap sebagai
suatu bidang batas yang jelas seperti halnya dengan muka airtanah.
Zona kontak antara air tawar dan air laut ini selanjutnya disebut
interface.
Pada Gambar 3.7 diperlihatkan kondisi interface pada beberapa
penampang tipikal di daerah pantai. Dalam kondisi normal pada
daerah akifer dataran pantai, kesetimbangan dapat dipertahankan,
dengan interface yang stabil yang membagi air laut dengan airtawar
di atasnya. Pada setiap titik di interface ini, elevasi dan kemiringan
interface ditentukan oleh potensial airtawar dan gradiennya (atau
kecepatan pengaliran).
Jika terjadi pemompaan yang berlebihan dan tidak terkontrol pada
akifer pantai ini, maka mengakibatkan turunnya muka airtanah.
Kesetimbangan baru akan terbentuk dengan naiknya atau
bergeraknya interface air laut ke arah dataran. Jika pemompaan
diteruskan, suatu saat muka interface akan mencapai sumur. Inilah
yang dinamakan intrusi air laut.

III-14
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Gambar 3.8. Contoh-contoh model interface pada akifer daerah


pantai (S. Mandel, 1981)

3.5.4. Pegunungan Lipatan


Potensi airtanah di pegunungan lipatan umumnya kecil
mengingat batuan penyusunnya berupa serpih, napal atau lempung
yang bersifat kedap air. Batu pasir, jika ada umumnya berupa sisipan
dan atau sangat kompak karena berumur tua dan telah mengalami
proses tektonik yang kuat, sehingga sedikit kemungkinan lapisan
batupasir tua ini dapat bertindak sebagai akifer yang baik. Begitu
pula dengan batuan breksi. Batu gamping, sekalipun sangat umum
dijumpai pada pegunungan lipatan, apabila penyebarannya cukup
luas, dipisahkan menjadi propinsi airtanah tersendiri mengingat ciri
hidrologinya yang spesifik. Lihat Gambar 3.9.

III-15
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Gambar 3.9. Profil lapisan batupasir, batulempung dan batugamping


pada pegunungan lipatan (S. Mandel , 1981)

3.5.5. Pegunungan Karst-Batugamping


Daerah pegunungan yang batuannya terdiri dari batu gamping
dan memperlihatkan morfologi yang khas berupa kumpulan bukit-
bukit membulat, disebut pegunungan karst. Pada dasarnya, karena
merupakan batuan yang kompak, batugamping bersifat impermeabel,
menyebabkan batu gamping dapat bertindak sebagai akifer yang
cukup baik tetapi tinjauan hidrologinya berlainan dengan daerah
airtanah pada media porous.
Batu gamping mempunyai sifat yang khas yaitu dapat melarut
dalam air sehingga dengan sifat ini porositas pada batugamping
adalah porositas sekunder berupa rongga-rongga pelarutan atau
rekahan. Dengan adanya kondisi ini, penyaluran bawah permukaan
umumnya lebih menonjol dibandingkan penyaluran air permukaan.
Maka, jarang sekali ditemukan sungai yang berair terus sepanjang
tahun, karena air lebih banyak mengalir sebagai aliran bawah
permukaan melalui sistem rongga-rongga pelarutan yang bercabang-
cabang dan bertingkat-tingkat sesuai dengan sejarah pelarutan

III-16
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

batugamping yang akhirnya dapat membentuk suatu jaringan sistem


aliran sungai bawah tanah (Gambar 3.10.).

Gambar 3.10. Sistem aliran airtanah daerah karst (S. Mandel, 1981)
Beberapa lokasi indikatif yang diperkirakan mempunyai potensi
tipe karst adalah Gunung Kidul di Pulau Jawa, Pulau Irian bagian
Kepala Burung, Maros-Sulawesi, serta pulau-pulau lainnya di
perairan Indonesia Bagian Timur.

3.5.6. Pegunungan Pra-Tersier


Pegunungan dengan batuan berumur Pra-tersier di Indonesia
tersingkap di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku dan Irian jaya. Di pulau Jawa penyebarannya
sangat terbatas, hanya dijumpai di Karang Sambung-Kebumen, Jawa
Tengah dan di Ciletuh-Sukabumi, Jawa Barat.
Batuan Pra-tersier umumnya terdiri dari batuan metamorfosa -
kristalin seperti filit dan sekis, dan batuan beku dalam. Melihat jenis
batuannya, potensi air di daerah ini sangatlah kecil karena sifat

III-17
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

batuannya yang pada umumnya kompak, padat dan keras sehingga


kurang meneruskan air.
Morfologi pegunungan tersier umumnya berbukit dan
bergunung cukup terjal, sehingga kecil sekali kemungkinan
munculnya mata air ataupun jika ada hanya berupa rembesan dengan
debit kecil.
Airtanah dalam jumlah terbatas dan berupa airtanah dangkal
dapat dijumpai di pegunungan Tersier ini pada daerah endapan-
endapan kipas lerengnya, atau pada batuan sekis yang telah melapuk,
dan dapat pula pada batuan padatnya dengan dikontrol oleh sistem
retakan dan rekahan intensif.

3.6 HUBUNGAN MASUKKAN/KELUARAN ANTARA AIRAN


SUNGAI DAN AKIFER (PENDEKATAN TEORITIS)

3.6.1 Prinsip Umum dan Terminologi


Sungai yang mengalir di suatu wilayah dapat bersifat permanen
atau intermiten. Dalam hal ini relasi antara aliran air sungai sebagai
sumber resapan ke dalam akifer sangat dikontrol oleh kondisi geologi
dan hidrogeologi yang dilewatinya.
Oleh karena itu, setiap sungai utama hendaknya diketahui
bagian mana yang merupakan “discharge” airtanah dan bagian mana
pula sebagai “recharge” airtanah seperti terlihat pada gambar berikut.
Identifikasi dan penetapan besarnya infiltrasi setiap bagian sungai
sangat berperan untuk menghitung besarnya keluaran dan masukan
air dari dan ke dalam akifer. Demikian pula untuk menentukan dan
menilai kualitas dan kontinuitas imbuhan airtanah. Terminologi suatu

III-18
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

aliran sungai dapat berupa “influent” apabila sungai bertindak


sebagai pengimbuh / pengisi air ke dalam akifer. Sebaliknya sungai
itu disebut efluent apabila terjadi pengaliran airtanah ke badan sungai
(Lee R, 1980) seperti pada gambar 3.11.

Gambar 3.11. Berbagai Relasi antara Airtanah dan Air Sungai


(Sumber : Lee, 1980)

3.6.2 Pendekatan Teoritis Perhitungan Isian Sungai ke dalam


Akifer
Banyaknya rembesan dari parit dan sungai ke dalam akifer pada
suatu sistem cekungan airtanah dapat digunakan untuk mengevaluasi
keseimbangan imbuhan alami. Banyak peneliti terdahulu telah

III-19
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

memasukkannya namun di Indonesia hubungan ini masih sangat


jarang dibahas dan masih bersifat kualitatif. Berbagai metoda telah
dirumuskan misalnya oleh Muskat (1937) dan Polubarinova-Kochina
(1962). Perhitungan infiltrasi secara umum telah diberikan antara lain
oleh Philip (1969), Selim dan Kirkham (1973) dan Zyvoloski dkk
(1976).
Pada gambar tersebut di mana Bw adalah lebar bagian atas
sungai dan dc adalah kedalaman maksimum air pada bagian tengah
sungai.
Pendekatan matematik yang diterapkan mengacu kepada :
1. Bentuk sungai dapat ditentukan dengan persamaan :
Bw  2 d c y
 x   d c 2  y 2   cos 1  Persamaan a)
 dc

2. Akifer diasumsikan sebagai lapisan yang sangat porous


dan penyebarannya tek terhingga
3. Laju rembesan q dari sekeliling sungai (per satuan
panjang) adalah : (rumus)
4. Asimtot dari kedua free surface (permukaan air bebas)
pada kedua sisi sungai (tangents at infinity) adalah jarak
(Bw+dc). Dengan kata lain, laju aliran q = luas daerah
dikalikan dengan kecepatan darcy vv sehingga menjadi :
q  K ( Bw  2 d c )  ( B  2 d c ) vv

atau vv = K

5. Dari persamaan tersebut di atas dapat diketahui bahwa


kedalaman y  1,5( Bw  2 d c ) atau lebih besar.

III-20
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

Peneliti lain selain Polubarinova - Kochina (1962) adalah


Kozeny. Kozeny di mana bentuk sungai dibuat dengan melakukan
pendekatan penampang bersistem dengan berbagai nilai Bw dan d.
Selanjutnya Polubarinova - Kochina (1962) menyatakan,
apabila batas bawah kedap dan tidak terbatas, seperti terlihat pada
gambar digunakan persamaan sebagai berikut :
Bw  2 d c y
1
 x   d c  y   cos  ( sungai )
2 2
 dc

q  K ( Bw  2 d c )
Persamaan untuk permukaan bebas (sebelah kanan) adalah :
Ky q
x  d d exp(  )  
q 2k

Kecepatan darcy sebanding dengan K, sehingga laju aliran q adalah :

q  K ( Bw  Aq d c ) Aq = Koefisien yang besarnya bervariasi antara


2,25 dan 3,25 untuk penampang dengan
bentuk trapesium
Selanjutnya tabel di bawah ini adalah harga x dan y untuk
menggambarkan batas-batas sungai berdasarkan persamaan
Bw  dc  4 ,5 . Diasumsikan penyebaran akifer ke bawah tak
terhingga dan merupakan lapisan yang porous.

Contoh tabel plot batas sungai yang berhubungan dengan


persamaan a)

III-21
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

y  dc2  y 2
Bw  2 dc y x
 c o s 1 
 dc

2 0 0 0
1.75 -0.968 2.091 1.123
1.5 -1.323 2.991 1.668
1.25 -1.561 3.706 2.145
1 -1.732 4.333 2.601
0.75 -1.854 4.909 3.055
0.5 -1.936 5.454 3.518
0.25 -1.934 5.981 3.997
0 -2 6.5 4.5

3.7. PEMBUATAN PETA PREZONING TIPOLOGI


AIRTANAH
Pada prinsipnya Tipologi Paket Penelitian Sumberdaya Air,
khususnya airtanah merupakan suatu upaya untuk mencari dan
merumuskan berbagai karakteristik alam (regional maupun lokal)
yang memberikan peranannya dalam ketersediaan sumberdaya air di
suatu wilayah di samping peta hidrogeologi yang ada.
Parameter karakteristik tersebut meliputi tiga hal, yaitu kondisi
klimatologi, geologi dan topografi. Setiap parameter tersebut
mempunyai pula sub parameter yang tentu saja tidak homogen di

III-22
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

suatu tempat, namun dengan pengamatan yang tajam maka dapat


dibuat berbagai pola yang bercirikan kemiripan karakteristik.
Kemiripan karakteristik memberikan suatu gambaran kemiripan
perilaku masing-masing sub parameter terkait menuju suatu pola
karakteristik hidrogeologi tipikal (tipologi jenis sumberdaya
airtanah).
Kajian tipologi bukan merupakan suatu klasifikasi, tetapi
merupakan suatu ungkapan dari interaksi berbagai komponen dalam
suatu sistem. Jadi tipologi yang dimaksud di dalam pekerjaan ini
mengacu kepada suatu pola pendekatan sistem hidrogeologi.
Konsekuensinya, selain menghasilkan tipologi ketersediaan
airtanah juga merumuskan pula berbagai pola atau teknik
pencarian/penalaran, demikian pula dirumuskan teknik ekstraksi dan
teknik optimasi pengamanan masalah airtanah.

III-23
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

3.8. LATIHAN SOAL


1. Untuk mengingat kembali terminologi dasar yang sering
digunakan dalam ilmu hidrogeologi, Saudara diminta untuk
menjelaskan berbagai terminologi berikut ini: aquiclude,
aquifuge, aquifer, layer water, fissure water, free water,
confined water, natural recharge, groundwater,
groundwater runoff, surface runoff, artesian aquifer
2. Gambarkan pola “interface” air laut dan airtanah pada suatu
pantai dengan tipe akifer endapan pasir pantai! Apakah yang
dimaksud dengan “initial salt water intrusion”, dan tuliskan
rumus Herzberg !
3. Buatlah suatu analisis potensi airtanah dari sebuah sistim
akifer bebas yang terbentuk dari pengisian sedimen lahar pada
suatu lembah purba !
4. Gambarkan dan deskripsikan kendali parameter geologi untuk
jenis mataair berikut :
a). Mataair depresi (depresional spring)
b). Mataair kontak (contact spring)
c). Mataair patahan (fault spring)
d). Mataair pelarutan (solution-tabular spring)

III-24
BAB 3. TIPOLOGI SISTEM AKIFER & KETERDAPATAN AIRTANAH

5. Gambarkan dan jelaskan tipologi-tipologi sistem akifer


berikut ini :
a. Tipologi sistem akifer endapan gunung api
b. Tipologi sistem akifer endapan aluvial
c. Tipologi sistem akifer batuan sedimen
d. Tipologi sistem akifer batuan kristalin & metamorf
e. Tipologi sistem akifer endapan glasial

3.9. DAFTAR PUSTAKA


1. Puradimaja, DJ, 1993, Penyusunan Tipologi Paket Penelitian
Sumber Daya Air, LAPI-ITB-Departemen Transmigrasi,
Bandung.
2. Freeze R.A. & Cherry, 1970, Groundwater, Prentice Hall, Inc.
United States of America.
3. Kruseman, G.P., & M.A de Ridder, 1994, Analysis &
Evaluation of Pumping Test Data, Publication 47, Wegeningen,
The Netherlands.
4. Mandel, S. dan Shiftan, Z.L., 1981, Groundwater Resources,
Academic Press.

III-25

Anda mungkin juga menyukai