Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi
sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu disambut dengan
lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia,
yaitu lahirnya Pancasila.

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila


memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-
star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman
dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup
kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia
Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta
falsafah negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali
bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18
Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang
benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha
Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila
itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang
toleransi.

1
B. Tujuan Makalah

Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila dan PPKN.


2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila di Indonesia
3. Untuk mengetahui sejarah Pancasila

4. Untuk mengetahui pancasila yang menjadi ideologi negara

5. Untuk mengetahui pancasila sebagai sistem filsafat dan sistem etika


6. Untuk mengetahui pancasila yang sebagai dasar bangsa Indonesia
7. Untuk mengetahui esensi dan urgensi identitas nasional, sebagai salah satu
determinan pembangunan bangsa dan karakter untuk mengetahui nilai dan
norma konstitusional,uud nkri 1945 dan konstitusionalitas ketentuan
perundang-undangan di bawah uud

8. Untuk mengetahui nilai dan norma konstitusional,uud nkri 1945 dan


konstitusionalitas ketentuan perundang-undangan di bawah uud.

C. Manfaat

Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila

2. Mahasiswa dapat mengetahui pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia

3. Mahasiswa dapat mengetahui pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia

4. Mahasiswa dapat mengetahui pancasila yang menjadi ideologi negara

5. Mahasiswa dapat mengetahui pancasila sebagai sistem filsafat dan sistem etika

6. Mahasiswa dapat mengetahui pancasila menjadi dasar nilai pengembangan ilmu

7. Mahasiswa dapat mengetahui esensi dan urgensi identitas nasional, sebagai


salah satu determinan pembangunan bangsa dan karakter.

8. Mahasiswa dapat mengetahui nilai dan norma konstitusional,uud nkri 1945 dan
konstitusionalitas ketentuan perundang-undangan di bawah uud

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia

B. Konsep dan Urgensi Pancasila.


Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara
serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh
tanpa dasar negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana arah
tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan Hidup. Dengan adanya Dasar Negara,
suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi permasalahan baik
yang dari dalam maupun dari luar. Pengertian Pancasila secara Etimologis, Historis
dan Terminologis Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah
negara Republik Indonesia, baik ditinjau dari sudut bahasa maupun sudut sejarah.
Berikut ini adalah pengertian Pancasila:
1. Etimologis Berdasarkan asal kata (etimologis), istilalah Pancasila(pancasyila)
berasal dari bahasansansekerta (India) yang mengandung dua arti, sebagai
berikut;
Pancasyila : panca artinya lima, sedangkan syila dengan huruf I yang dibaca
pendek, artinya dasar, batu sandi atau alas sehingga pancasyila memiliki arti
lima dasar.
Pancasyila : panca artinya lima sedangkan syiila sengan huruf ii yang di baca
panjang, artinya peraturan tingkah laku yang penting.
2. Historis Berdasarkan catatan sejarah tentangg Budha, sehubungan dengan
pancasila telah dikenal istilah sila, artinya moralitas dan berkembang pada
masyarakat yang memluk agama budha. Sila mengandung maksud melindungi
orang lain dari penderita.
(Ashin Janakabhivamsa, 2005 : 179-183) Dijelaskan lebih lanjut bahwa sila juga
bermakna menjalankan lima sila, melalui fungsi sila-sila, yakni menghindari
membunuh (pantiditipata_virati), dan menghindari minum yang memabukan
(surapana-virati):

3
C. Alasan diperlukan Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang secara resmi


disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II, No. 7
bersama-sama dengan Batang Tubuh UUD 1945. Pada era reformasi, MPR periode
1999-2004 telah membulatkan tekad sebagai kesepakatan dasar dalam rangka
amandemen UUD1945 untuk tidak akan mengubah Pembukaan UUD 1945 yang
didalamnya terdapat (sila-sila) Pancasila Dasar Negara. Dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia, eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia telah mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik
sesuai dengan kepentingan penguasa demi tegak dan kokohnya kekuasaan dengan
berlindung dibalik legitimasi ideologi Pancasila. Dalam kedudukan yang seperti ini
berarti Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan
hidup bangsa dan Negara Indonesia tetapi direduksi, dibatasi dan dimanipulasi
demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. Pada era reformaasi, kenyataan
tersebut kemudian diupayakan dikembalikan pada kedudukan dan fungsi Pancasila
sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang direalisasikan melalui Ketetapan
MPR No. XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan pencabutan
Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia. Pencambutan P-4
dan asas tunggal Pancasila ternyata membawa dampak yang sangat serius yaitu
munculnya anggapan dari banyak elit politik dan sebagian masyarakat Indonesia
bahwa Pancasila merupakan label politik Orde Baru,
sehingga mengkaji dan mengembangkan Pancasila dianggap sebagai upaya
mengembalikan kewibawaan Orde Baru.
Pandangan sinis itu tentu saja dapat berakibat sangat fatal yakni melemahnya
peranan ideologi Pancasila pada era reformasi yang disebabkan karena
melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara yang pada gilirannya
dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina,
dipelihara, dan dijaga.
Di tengah-tengah proses reformasi dewasa ini, sesungguhnya masih banyak
tokoh serta elit politik yang kurang memahami Pancasila sebagai filsafat hidup
4
serta pandangan hidup bangsa Indonesia namun bersikap seolah-olah sangat
memahaminya. Hingga saat ini masih berkembang pengertian kebebasan memilih
ideologi di Negara Indonesia dan selanjutnya pemikiran apapun yang dipandang
menguntungkan demi kekuasaan dan kedudukan dipaksakan untuk diadopsi ke
dalam sistem kenegaraan Indonesia. Dengan mengatasnamakan pelaksanaan HAM
banyak pula gerakan massa yang secara arogan tanpa mengindahkan nilai-nilai
yang selama ini dijunjung tinggi serta kaidah-kaidah hukum yang berlaku
memaksakan kehendak bahkan dengan menggunakan cara kekerasan dan
pengrusakan. Berdasarkan realitas tersebut di atas, maka mengkaji dan mendalami
Pancasila bagi setiap orang Indonesia merupakan sesuatu yang sangat urgen
(mendesak) bagi tetap tegak, berwibawa, dan berkembangnya kehidupan berbangsa
dan bernegara Indonesia.

Secara umum mempelajari Pancasila mengandung 3 tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui Pancasila yang benar, yaitu yang dapat


dipertanggungjawabkan baik secara yuridis konstitusional maupun secara
obyektif-ilmiah. Secara yuridis konstitusional , karena Pancasila adalah dasar
negara yang dipergunakan sebagai dasar mengatur atau menyelengarakan
pemerintahan negara. Secara obyektif-ilmiah , karena Pancasila adalah suatu
paham filsafat (philosophical way of thinking atau philosophical system ),
sehingga uraiannya harus logis dan dapat diterima oleh akal sehat.
2. Untuk mengamalkan Pancasila (yang benar secara yuridis konstitusional dan
obyektif - ilmiah) sesuai dengan fungsinya;
3. Untuk mengamankan agar jiwa dan semangatnya, perumusan,dan
sistematikanya yang sudah tepat benar itu tidakdiubah-ubah, apalagi
dihapuskan atau diganti dengan paham yang lain.

Pada dasarnya, tujuan Pendidikan Pancasila merupakan realisasi dari


sebagian tujuan Pendidikan Nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Dalam UUD NkRI 1945 Alinea IV ditentutkan tujuan nasional Negara Indonesia
yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
mewujudkan kesejahteraan umum, mencedaskan kehidupan bangsa, dan ikut

5
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila sebagaimana dirumuskan
dalam Pasal 3 ayat (2) SK. Dirjen DIKTI No. 38/DIKTI/Kep/2002 tentang Rambu-
Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
adalah menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis,
berpandangan luas sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan mahasiswa
memiliki kemampuan :
1. Megambil sikap bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya;
2. Mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya;
3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan IPTEKS;
4. Memaknai peristiwa sejarah dan nilai budaya bangsa guna menggalang persatuan
Indonesia.

D. Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Dalam Sejarah Bangsa


Indonesia
1. Pengertian Pancasila Secara Historis.
Pengertian Pancasila secara historis adalah terminologi Pancasila dilihat dari
riwayat sejak penggunaan istilah,proses perumusan, sampai ditetapkannya
menjadi dasar negara sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Proses perumusan Pancasila dimulai saat dr. Radjiman Wedyodiningrat
dalam pembukaan sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 mengajukan suatu
masalah tentang calon rumusan dasar Negara Indonesia yang akan dibahas pada
sidang tersebut. Selanjutnya pada sidang itu tampil 4 anggota yaitu Moh. Yamin,
Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, dan Soepomo. Proses perumusan
calon “Dasar Negara” dalam persidangan BPUPKI berlangsung dalam dua
tahap yaitu:
a. Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945
b. Sidang BPUPKI tanggal 10 – 16 Juni 1945
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan
diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin,
Soepomo dan Ir.Soekarno yang mengusulkan nama dasar negara Indonesia
disebut Pancasila. Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk

6
Pembukaannya yang didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai dasar
negara. Walaupun dalam Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah/kata
Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar negara Indonesia adalah disebut
dengan Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangka pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan diterima oleh
peserta sidang BPUPKI secara bulat. Secara historis proses perumusan Pancasila
adalah:
 Mr. Muhammad Yamin Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M.
Yamin berpidato mengusulkan lima asas dasar negara sebagai berikut :
1.Peri Kebangsaan
2.Peri Kemanusiaan
3.Peri Ketuhanan
4.Peri Kerakyatan
5.Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai
rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar
negara sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

 Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar
negara sebagai berikut :
1.Persatuan
2.Kekeluargaan
3.Keseimbangan lahir dan bathin
4.Musyawarah
5.Keadilan rakyat
 Ir. Soekarno

7
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan
dasar negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks
sebagai berikut :
1.Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2.Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3.Mufakat atau Demokrasi
4.Kesejahteraan Sosial
5.Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila
yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio
Demokrasi (Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang
Maha Esa . Adapun Tri Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya
adalah “gotong royong ”.

 Piagam Jakarta.
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI
(Panitia Sembilan) yang menghasilkan “Piagam Jakarta” dan didalamnya
termuat Pancasila dengan rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sya’riat Islam bagi pemeluk -
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Konstitusi RIS (1949) dan UUD Sementara (1950)
Dalam kedua konstitusi yang pernah menggantikan UUD 1945 tersebut,
Pancasila dirumuskan secara „lebih singkat‟ menjadi:
1) Pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Perikemanusiaan;
3) Kebangsaan;
4) Kerakyatan;
5) Keadilan sosial.

8
Sementara itu di kalangan masyarakat pun terjadi kecenderungan
menyingkat rumusan Pancasila dengan alasan praktis/ pragmatis atau untuk
lebih mengingatnya dengan variasi sebagai berikut:
1) Ketuhanan;
2) Kemanusiaan;
3) Kebangsaan;
4) Kerakyatan atau Kedaulatan Rakyat;
5) Keadilan sosial.
Keanekaragaman rumusan dan atau sistematika Pancasila itu bahkan tetap
berlangsung sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang secara implisit tentu
mengandung pula pengertian bahwa rumusan Pancasila harus sesuai dengan
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

2. Pengertian Pancasila Secara Sosiologis


Pancasila bersifat sosiologis berfungsi sebagai pengatur hidup
kemasyarakatan pada umumnya. adapun Pancasila yang bersifat etis dan
filosofis berfungsi sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam
mencari kebenaran. Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beragam dan
multikultur berdasarkan etnis dan Bahasa. Masyarakat Indonesia mengakui dan
menghargai lintas budaya, betapa pun kecilnya. Perbedaan ini harus dipandang
sebagai potensi kekuatan bangsa.Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
keragaman ini diikat dalam norma dan aturan untuk menjaga harmoni kehidupan
untuk mewujudkan kesadaran moral dan hukum Arus informasi yang
berdampak pada goyahnya jati diri bangsa, diperlukan komitmen kebangsaan
untuk mewujudkan cinta tanah air, kesadaran bela negara, persatuan nasional
dalam suasana saling menghargai keberagaman.Persatuan dalam keberagaman
budaya, adat istiadat, tradisi harus dibina dan ditingkatkan secara demokratis,
terpola dan terus-menerus.
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan
karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah
tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistemnpendidikan.
Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

9
2. Hubungan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya
Langkah-langkah mensosialisasikan pancasila dapat melalui berbagai
kegiatan atau sikap sikap sebagai berikut.
a.Sikap toleransi
b.Media masa
c.Media pendidikan
d.Jalur organisasi dsb.

3. Pengertian Pancasila Secara Politis


Pancasila sebagai ideology politik adalah suatu system yang mengharuskan
pelaku politik ataupun aturan politik yang berlandaskan pancasila. Pancasila
memiliki nilai-nilai luhur yang di tetapkan , politik harus pendahulu kita sebagai
landasan ideology negara. Begitu juga dengan politik memiliki aturan sebagai
acuan dasar kegiatan perilaku dan pemikiran yang akan di laksanakan. Politik
adalah suatu system pemerintahan yang mengatur segala structural di dalamnya.
Dalam membuat kebijakan politik harus ada aturan yang mengatur hal tersebut
supaya selalu dalam jalur yang telah di tentukan. Pancasila menjadi landasan
bagi pembangunan politik, dan dalam prakteknya menghindarkan sikap tak
bermoral dan tak bermartabat.
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, juga merupakan acuan landasan
etika dalam berpolitik. Etika Politik dan Pemerintahan diharapkan mampu
menciptakan suasana harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik
serta antarkelompok kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besar
kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi dan golongan. Etika Politik dan Pemerintahan
mengandung misi kepada setiap pejabat dan elit politik untuk bersikap jujur,
amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah
hati, dan siap mundur dari jabatan Politik apabila terbukti melakukan kesalahan
dan secara moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku

10
etika yaitu manusia. Oleh karena itu, pribadi yang menjadi subjek dalam etika
politik harus terlebih dahulu mengimplementasikan pancasila sebagai acuannya
sebagai etika dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam kehidupan politiknya
dalam hal kenegaraan. Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata
krama dalam perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh
dari sikap munafik serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif
dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.

11
B. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Sila pertama yangberisi pokok – pokok yang membahas tentang ketuhanan,dimana


dalam sila ini seluruh aspek keagamaan telah di satukan dengan sila ini,bahwa Tuhan itu
hanya satu,meskippun cara untuk menegakkan kepercayaan masing –masing berbeda –
beda. Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai
ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama.

Menurut UUD 1945 Pokok Isi Sila Pertama Ini Adalah


1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganutpenganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

Dan sila kedua memiliki makna bahwa setiap manusia di atur oleh at uran – aturan
yang sudah di bawa sejak lahir.Manusia di tuntut untuk mentaati peraturan peraturan
tersebut. Jadi, Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap
dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Berikut makna sila kedua menurut UUD 1945 Makna sila ini adalah:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

12
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia Internasional
dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

Untuk sila ketiga dijabarkan tentang penyatuan rakyat yang berbeda-beda


jenisnya,menjadi satu kesatuan yang kokoh dan tidak mudah tergoyahkan, persatuan
indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk
membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan
Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman
yang dimiliki bangsa indonesia

Bentuk makna pokok sila ketiga:


1. Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
3. Cinta akan Tanah Air.
4. Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

Sila keempat menjelaskan dan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan.
Berikut adalah arti pokok sila ke empat menurut UUD 1945
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan
bersama.
4. Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat
diliputi dengan semangat kekeluargaan.

13
Untuk sila yang terahir yaitu sila kelima mengandung makna sebagai dasar sekaligus
tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur. . manusia
Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak
dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Kedudukan dan Fungsi Pancasila

1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk
mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai yang
luhur. Nilai-nilai luhur adalah merupakn suatu tolok ukr kebaikkan yang berkenaan
dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia, seperti cita-
cita yang hendak dicapainya dalam hidup manusia. Pandangan hidup berfungsi
sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam
interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Kedudukan pancasila sebagai


dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:
a) Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber
hukum (sumber tertib hukum) Indonesia.
b) Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari UUD 1945.
c) Mewujudkan cita - cita hukum bagi hukum dasar negara.
d) Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain - lain penyelenggara negara.
e) Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945

14
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

a. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata "idea" yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita - cita dan "logos" berarti ilmu. Kata idea berasal dari bahasa yunani "eidos"
yang berarti bentuk, disamping itu ada kata idein yang artinya 'melihat', maka
secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Pengertian
ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan, kepercayaankepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis
yan menyangkut : Bidang politik, sosial, kebudayaan dan keagamaan.

b. Ideologi terbuka dan ideologi tertutup


Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang memiliki khas
bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, sedangkan ideologi
tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang berciri khas merupakan
cita-cita suatu kelompok yang mendasari suatu program untuk mengubah dan
memperbaharui masyarakat.

 Kesimpulan

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu
pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara
negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap
lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.

 Saran-Saran

Kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah negara kita republik
Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila
tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab

15
C. Pancasila Menjadi Ideologi Negara

Ideologi secara praktis diartikan sebagai system dasar seseorang tentang nilai-nilai
dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh
Negara maka ideology diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun
secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik
sebagai individu, social, maupun dalam kehidupan bernegara. Pancasila sebagai Ideologi
Terbuka, Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi
terbuka. Dalam ideology terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat
tetap dan tidak berubah. Oleh kareanya ideology tersebut tidak langsung bersifat
operasional, masih harus dieksplisitkan, dijabarkan melalui penafsiran yang sesuai
dengan konteks jaman. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki ideologi-ideologi
idealitas, normative dan realities.
a. Perbandingan antara Ideologi Liberalisme, Komunisme dan Pancasila Liberalisme
Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus normanormanya
terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa halhal
yang terdapat di dalam liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi
Pancasila menolak liberalisme sebagai ideology yang bersifat absolutisasi dan
determinisme.
b. Ideologi Komunis Ideologi komunisme bersifat absolutisasi dan determinisme,
karena memberi perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat,
kebebasan individu, hak milik pribadi tidak diberi tempat dalam Negara komunis.
Manusia dianggap sebagai “sekrup” dalam sebuah kolektivitas.
c. Ideologi Pancasila Pancasila sebagai Ideologi memberi kedudukan yang seimbang
kepada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social. Pancasila bertitik
tolak dari pandangan bahwa secara kodrati bersifat monopluralis, yaitu manusia
yang satu tetapi dapat dilihat dari berbagai dimensi dalam aktualisasinya.

Implementasi Pancasila sebagai Paradigma dalam Berbagai Bidang adalah :

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan Pendidikan nasional harus


dipersatukan atas dasar Pancasila. Tak seyogyanya bagi penyelesaian-penyelesaian
masalah- masalah pendidikan nasional dipergunakan secara langsung system-
sistem aliran-aliran ajaran, teori, filsafat dan praktek pendidikan berasal dari luar.

16
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi Pengembangan Pancasila
sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas, idealitas dan fleksibilitas
menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan-tantangan masa kini
dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-
cita nasional Indonesia.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik Ada perkembangan baru yang
menarik berhubung dengan dasar Negara kita. Dengan kelima prinsipnya Pancasila
memang menjadi dasar yang cukup integrative bagi kelompok-kelompok politik
yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern.
4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi
nasional harus juga berarti pembangunan system ekonomi yang kita anggap paling
cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam penyusunan system ekonomi nasional yang
tangguh untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sudah semestinya
Pancasila sebagai landasan filosofisnya.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial-Budaya Pancasila merupakan
suatu kerangka di dalam suatu kelompok di dalam masyarakat dapat hidup bersama,
bekerja bersama di dalam suatu dialog karya yang terus menerus guna membangun
suatu masa depan bersama
6. Pancasila sebagai Paradigma Ketahanan Sosial Perangkat nilai pada bangsa yang
satu berbeda dengan perangkat nilai pada bangsa lain. Bagi bangsa Indonesia,
perangkat nilai itu adalah Pancasila. Kaitan Pancasila dan ketahanan nasional
adalah kaitan antara ide yang mengakui pluralitas yang membutuhkan kebersamaan
dan realitas terintegrasinya pluralitas.
7. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum Pembangunan hukum bukan
hanya memperhatikan nilai-nilai filosofis, asas yang terkandung dalam Negara
hukum, tetapi juga mempertimbangkan realitas penegakan hukum dan kesadaran
hukum masyarakat.
8. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama Salah satu
prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah terwujudnya
masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa serta
mewujudkannya sebagai suatu keniscayaan.
9. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pancasila
mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

17
Perkembangan IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat cepat,
makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai angkasa
luas dan luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi makin
dalam segala aspek kehidupan dan institusi budaya.

Butir-butir Pengamalan Pancasila.


Sila pertama Bintang.

Gamba 1 : Bintang pada sila pertama


Sumber : utakatikituk.blogspot.com

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap


Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

18
Sila kedua Rantai.

Gambar 2 : Sila kedua Rantai

Sumber : Nusantara Kaya.id

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.

Sila ketiga Pohon Beringin.

Gambar 3 : pohon beringin

Sumber : utakatikituk.blogspot.com
19
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila keempat Kepala Banteng

Gambar 4 : Kepala Banteng

Sumber : utakatikituk.blogspot.com

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.

20
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

Sila kelima Padi Dan Kapas.

Gambar 5 : Padi Dan Kapas

Sumber : utakatikituk.blogspot.com

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.

21
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.

22
D. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pengertian Filsafat
A. Secara Umum
Adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk memberikan suatu pandangan
hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup maupun
pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki
logika, metode dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan
kehidupan lainnya oleh karena memiliki obyek tersendiri yang sangat luas.
Sebagai contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan
manusia, namun dalam ilmu filsafat tidak terbatas pada salah satu bidang kehidupan x
saja, melainkan memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh yaitu tentang
hakiki hidup yang sebenarnya. Pandangan hidup tersebut merupakan hasil pemikiran
yang disusun secara sistematis menurut hukum-hukum logika.
Seorang yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa yang telah ditangkap dalam
pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah kemudiaan memandangnya di bawah
suatu horizon yang lebih luas, yakni sebagai unsur kehidupan manusia yang
menyeluruh.

B. Menurut Para Ahli


Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan dalam
mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat dan
keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat muncul juga dikarenakan
perkembangan filsafat itu sendiri sehingga akhirnya menyebabkan beberapa ilmu
pengetahuan memisahkan diri dari ilmu filsafat.
Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para ahli yang memiliki
pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian menurut bahasa.
 Cicero ( (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari semua seni.
 Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki
sebab dan asas segala benda.
 Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada. Xi

23
 Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang
maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
 Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan
perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan oleh karena itu
senantiasa adalah suatu perubahan.
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari ilmuilmu, yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat membicarakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok
dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan
yaitu metafisika, etika agama dan antropologi.
 Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang
memikul sekaliannya.
 Harold H. Titus (1979) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.

Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa Indonesia mengenai
filsafat, yaitu :

 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya
yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
 Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-
sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya
sampai “mengapa yang penghabisan.
 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran,
tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik
dan universal.
 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
 Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,

24
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia
menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya
kesungguhan.

C. Pancasila Merupakan Suatu Filsafat Menurut Ruslan Abdulgani

Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita
bersama) seluruh bangsa Indonesia. Mengapa pancasila dikatakan sebagai filsafat?
Hal itu dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem
yang tepat. Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila.

Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl tentang
pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang di tuangkan
dalam suatu system (Abdul Gani 1998).

Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau pemikiran yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana dan paling
sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia. Filsafat pancasila
kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir
pada 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan
akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab (Islam).

Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat


pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak
hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life atau

25
weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir dan
batin, baik dunia maupun di akhirat (Salam, 1988:23-24).

D. Objek Filsafat Pancasila


Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada atau dianggap dan
diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan seterusnya.
Ruang lingkup obyek filsafat :
a. Obyek material
b. Obyek formal

Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy


(1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat
menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran),
The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and
Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus
Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).

Pendapat-pendapat tersebut diatas menggambarkan betapa luas dan mencakupnya


objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandangnya terhadap
masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah segala sesuatu yang
berwujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal). Secara lebih
sistematis para ahli membagi objek filsafat ke dalam objek material dan obyek formal.
Obyek material adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan
dalam berfikir, sedangkan obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut
pandang dalam melihat obyek material tertentu.

Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa
yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas
tiga persoalan pokok yaitu : 1.Hakekat Tuhan; 2. Hakekat Alam; dan 3. Hakekat
manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara
radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat
mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh
manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat
berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat

26
mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material
filsafat.

E. Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis


6. Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila
Manusia sebagai pendukung pokok sila–sila pancasil secara ontologis memiliki
hal–hal yg mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan
rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial,
serta keddukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk tuhan yang maha esa. Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan inilah maka secara
hierarkis sila pertama ketuhanan yg maha esa mendasari dan menjiwai keempat
sila-sila pancasila yg lainnya (Notonagoro, 1975:53).
1. Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan adalah
mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula sebagai pengatur
tata tertib alam (Notonagoro, 1975:78)
2. Sila kedua : kemanusiaan yg adil dan beradab, negara adalah lembaga
kemanusiaan, yg diadakan oleh manusia (Notonagoro, 1975:55)
3. Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat adanya
manusia sebagai makhluk tuhan yg maha esa,adapun hasil persatuan adalah
rakyat sehingga rakyat adalah merupakan unsur pokok negara
4. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu kesesuaiannya
dengan hakikat rakyat
5. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan dijiwai
oleh sila kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab (Notonagoro,
1975:140,141)
7. Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila
Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat
menarik loyalitas dan pendukungnya yaitu
1. Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya
2. Pathos yaitu penghayatannya
3. Ethos yaitu kesusilaannya (wibisono, 1996:3)

27
Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai – nilai
dasarnya yaitu filsafat pancasilaa (Soeryanto, 1991:51). Terdapat tiga persoalan
yang mendasar dalam epistemologi yaitu: pertama tentang sumber pengethuan
manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak
pengetahuan manusia (titus, 1984:20). Adapun potensi atau daya untuk meresapkan
pengetahuan atau dengan lain perkataan transformasi pengetahuan terdapat
tingkatan sebagai berikut: demonstrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi,
inspirasi dan ilham (Notonagoro, tanpa tahun:3)

8. Dasar Aksiologis Pancasila


Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata
Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti
ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk
pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai
itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada
yang siasia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali
yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak
benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak
bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
F. Hakekat Pancasila
Kata ‘hakikat’ dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala
sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan sesuatu tersebut,
28
sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak. Contohnya pada hakikat air
yang tersusun atas dua unsur mutlak, yaitu hidrogen dan oksigen. Kebersatuan kedua
unsur tersebut bersifat mutlak untuk membentuk air. Artinya kedua unsur tersebut
secara bersamasama menyusun air sehingga terpisah dari benda yang lainnya,
misalnya dengan batu,kayu, dan lain sebagainya.
Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat dipahami
dalam tiga kategori yaitu :
1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum yang
mengandungunsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat abstrak sila-
sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang dibubuhi
awalan dan akhiran ke dan an ( sila 1,2,3,4 dan 5) sedangkan yang satunya per dan
an (sila ke III). Awalan dan akhiran ini memiliki kesamaan dalam maksudnya yang
pokok, ialah membuat abstrak daripada kata dasarnya.
2. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat pribadi
Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang ada pada bangsa
Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama, nilai-nilai kebudayaan, sifat dan
karakter yang melekat pada bangsa indonesia sehingga membedakan bangsa
indonesia dengan bangsa yang lainnya.
3. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya. Hakikat
kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar filsafat negara.
Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis, yaitu dalam wujud
pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa dan negara Indonesia yang
sesuai dengan kenyataan sehari hari, tempat, keadaan dan waktu. Sehingga
pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bersifat dinamis, antisipatif,
dan sesuai dengan perkembangan waktu, keadaan, serta perubahan zaman.

Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan satu
kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai berikut:
A. Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52, 57) bahwa hakikat
adanya Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima. Oleh
karena itu segala sesuatu yang ada merupakan akibat sebagi adanya tuhan (sila
pertama). Adapun manusia sebagai subjek ciptaan manusia pendukung pokok

29
negara, karena negara adalah lambang kemanusiaan, negara adalah sebagai
persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila kedua).
Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu
(sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan hidup yang dinamakan
rakyat. Rakyat merupakan totalitas individuindividu dalam negara yang bersatu
(sila keempat). Adapun keadilan yang pada hakikatnya merupakan tujuan
bersama atau keadilan sosial (sila kelima) pada hakikatnya sebagai tujuan dari
lembaga hidup bersama yang disebut negara.
B. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi
silasila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya
saling mengisi atau mengkualifikasi dalam kerangka hubungan hirarkis
piramidal seperti diatas. Dalam rumusan ini, tiap-tiap sila mengandung empat
sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling
mengisi dan mengkualifikasi.
1. Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan yang
berKetuhanan Yang Maha Esa, yang berpesatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Sila ketiga; Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
4. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

30
5. Sila kelima; Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah keadilan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
bearadab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan/ perwakilan (Notonagoro, 1975:43-44)

31
E. Pancasila Menjadi Sistem Etika

A. Pengertian Etika
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan
suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab
dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut : 1.
Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia. 2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun mahluk sosial (etika sosial).

B. Pengertian Nilai, Norma Dan Moral


1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan
kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka nilai itu
adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.
Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan.
Keputusan itu adalah suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak
berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, dan seterusnya. Penilaian itu
pastilah berhubungan dengan unsur indrawi manusia sebagai subjek penilai, yaitu
unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan kepercayaan.
Dengan demikian, nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, memperkaya
bathin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber
pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan
perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud
kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Oleh karena itu, Alport
mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat pada

32
enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai
politik dan nilai religi.

2. Hierarkhi
Nilai Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang
individu – masyarakat terhadap sesuatu obyek. Misalnya kalangan materialis
memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai meterial. Max Scheler menyatakan
bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya dan luhurnya.
Menurutnya nilainilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :
1. nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang
memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak,
2. nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani,
kesehatan serta kesejahteraan umum,
3. nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan
dan pengetahuan murni,
4. nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci.

Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu :

1. nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,
2. nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
suatu aktivitas atau kegiatan,
3. nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rokhani manusia yang
dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut :
a. nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau cipta
manusia.
b. nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia
c. nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak manusia
d. nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak

Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan


kriteria sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak
dikehendaki atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang
menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani,

33
kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber
pada berbagai sistem nilai.

3. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang
berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsipprinsip yang benar, baik
terpuji dan mulia.
Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang
mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

4. Pengertian Norma
Kesadaran manusia yang membutuhkan hubungan yang ideal akan
menumbuhkan kepatuhan terhadap suatu peraturan atau norma. Hubungan ideal
yang seimbang, serasi dan selaras itu tercermin secara vertikal (Tuhan), horizontal
(masyarakat) dan alamiah (alam sekitarnya)
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, sosial,
moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu, norma dalam
perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan,
norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena
adanya sanksi.

5. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


a. Nilai Dasar
Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca indra
manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau
berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai
dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-
nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut kenyataan
34
obyektif dari segala sesuatu. Contohnya : hakikat Tuhan, manusia, atau mahluk
lainnya. Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar
itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Segala
sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Bila nilai dasar itu
berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada
hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan
dengan hak dasar (hak asasi manusia). Apabila nilai dasar itu berdasarkan
kepada hakikat suatu benda ((kuantitas, aksi, ruang dan waktu) maka nilai dasar
itu dapat juga disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang
praksis, namun nilai yang bersumber dari kebendaan tidak boleh bertentangan
dengan nilai dasar yang merupakan sumber penjabaran norma itu. Nilai dasar
yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki
formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-
hari maka nilai itu akan menjadi norma moral. Namun jika nilai instrumental itu
berkaitan dengan suatu organisasi atau negara, maka nilai instrumental itu
merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang bersumber pada nilai
dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan
suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai
instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang
merupakan penjabaran Pancasila.

c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental. Oleh
karena itu, nilai praksis dijiwai kedua nilai tersebut diatas dan tidak bertentangan

35
dengannya. Undang-undang organik adalah wujud dari nilai praksis, dengan
kata lain, semua perundang-undangan yang berada di bawah UUD sampai
kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.

6. Hubungan Nilai, Norma dan Moral


Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya
tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan
itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara
menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan
tingkah laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan
memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat
ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu, hubungan antara
moral dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya.
Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada
di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.

36
F. Pancasila Menjadi Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

A. Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


1. melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan perimbangan antara yang rasional dan
irasional, antara rasa dan akal.
2. Sila ini menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan
pusatnya.

B. Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada
fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan
tertentu.

C. Nilai Persatuan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


1. Mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila yang lain, sehingga supra
sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem.
2. Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi.

D. Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


Mengimbangi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan yang lebih
demokratis.

Gambar 6 : Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

37
Sumber : studylibid.com

E. Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Gambar 7 : Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Sumber : studylibid.com

Menekankan keadilan guna menjaga keseimbangan antara kepentingan individu


dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan
semu.

F. Kesimpulan
1. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada
nilai-nilai Pancasila.
2. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan kesatuan
dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia.
3. Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada
penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu
hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat
diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri, khususnya
mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak bagi
kehidupan manusia yang berbudaya.

38
G. Esensi dan Urgensi Identitas Nasional, Sebagai Salah Satu Determinan
Pembangunan Bangsa dan Karakter

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Identitas Nasional


Konsep identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan
“nasional”. Kata identitas berasal dari kata “identity” (Inggris) yang dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary berarti: (1) (C,U) who or what sb/sth is; (2) (C,U) the
characteristics, feelings or beliefs that distinguish people from others; (3) the state of
feeling of being very similar to and able to understand sb/sth. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), identitas berarti ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang
atau jati diri.
Kata nasional berasal dari kata “national” (Inggris) yang dalam Oxford Advanced
Learner’s Dictionary berarti: (1) connected with a particular nation; shared by a whole
nation; (2) owned, controlled or financially supported by the federal, government.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nasional” berarti bersifat kebangsaan;
berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa. Dalam konteks
pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat dengan arti jati diri yakni
ciri-ciri atau karakeristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Apabila bangsa Indonesia
memiliki identitas nasional maka bangsa lain akan dengan mudah mengenali dan
mampu membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
ARTilaar (2007) menyatakan identitas nasional berkaitan dengan pengertian
bangsa. Menurutnya, bangsa adalah suatu keseluruhan alamiah dari seseorang karena
daripadanyalah seorang individu memperoleh realitasnya. Artinya, 30 PKn MKWU
2014 seseorang tidak akan mempunyai arti bila terlepas dari masyarakatnya. Dengan
kata lain, seseoraang akan mempunyai arti bila ada dalam masyarakat. Dalam konteks
hubungan antarbangsa, seseorang dapat dibedakan karena nasionalitasnya sebab
bangsa menjadi penciri yang membedakan bangsa yang satu dengan bangsa lainnya.

B. Definisi Identitas Nasional

39
 Konsep identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan
“nasional”. Kata identitas berasal dari kata “identity” (Inggris).Kata nasional
berasal dari kata “national” (Inggris)
 alam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), identitas berarti ciri-ciri atau
keadaan khusus seseorang atau jati diri. Sedangkan “nasional” berarti bersifat
kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa.
 Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat
dengan arti jati diri yakni ciri-ciri atau karakeristik, perasaan atau keyakinan
tentang kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
Apabila bangsa Indonesia memiliki identitas nasional maka bangsa lain akan
dengan mudah mengenali dan mampu membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain.
C. Identitas nasional Indonesia
1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya.
4. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila.
5. Semboyan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika.
6. Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila.
7. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945.
8. Bentuk Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

D. Jati Diri Sebuah Bangsa Atau Identitas Nasional Bangsa Indonesia

40
Gambar 8 : Pancasila

Sumber : materisekolah45.blogspot.com

1. Identitas nasional bagi bangsa Indonesia akan sangat ditentukan oleh ideologi
yang dianut dan norma dasar yang dijadikan pedoman untuk berperilaku.
2. Semua identitas ini akan menjadi ciri yang membedakan bangsa Indonesia dari
bangsa lain. Identitas nasional dapat diidentifikasi baik dari sifat lahiriah yang
dapat dilihat maupun dari sifat batiniah yang hanya dapat dirasakan oleh hati
nurani.
3. Bagi bangsa Indonesia, jati diri tersebut dapat tersimpul dalam ideologi dan
konstitusi negara, ialah Pancasila dan UUD NRI 1945.
4. Jati diri bangsa Indonesia adalah nilainilai yang merupakan hasil buah pikiran
dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang
memberikan watak, corak, dan ciri masyarakat Indonesia. Ada sejumlah ciri
yang menjadi corak dan watak bangsa yakni sifat religius, sikap menghormati
bangsa dan manusia lain, persatuan, gotong royong dan musyawarah, serta ide
tentang keadilan sosial.
5. Nilai-nilai dasar itu dirumuskan sebagai nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila
dikatakan sebagai jati diri bangsa sekaligus identitas nasional.
6. Secara historis, identitas nasional Indonesia ditandai ketika munculnya
kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh asing pada
tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa). Rakyat
Indonesia mulai sadar akan jati diri sebagai manusia yang tidak wajar karena
dalam kondisi terjajah. Pada saat itu muncullah kesadaran untuk bangkit
membentuk sebuah bangsa.
7. Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi,
komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan
panjang menuju Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif
pasca kemerdekaan

41
Faktor Pembentukan Identitas Bangsa
1. Primordial
2. Sakral
3. Tokoh
4. Bhineka Tunggal Ika
5. Sejarah
6. Perkembangan ekonomi
7. Kelembagaan

Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional Indonesia

a. Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan


bernegara
b. Nilai –nilai Pancasila belum menjadi acuan sikap dan perilaku seharihari
c. Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar.

42
H. Nilai dan Norma Konstitusional,UUD NKRI 1945 dan Konstitusionalitas
Ketentuan Perundang-Undangan di Bawah UUD

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara


Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan.
 Fungsi konstitusi
1. Landasan konstitusionalisme
a. Landasan berdasarkan konstitusi, Baik konstitusi dalam arti luas
b. Maupun dalam arti sempit
2. Membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang
3. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

B. Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia


1. Konstitusi berperan sebagai Dasar Pembentukan Negara
2. Konstitusi berperan sebagai Perekat Bangsa
3. Konstitusi berperan sebagai Hukum Dasar
4. Konstitusi berperan sebagai Hukum Paling Tinggi
5. Konstitusi berperan sebagai Perangkat Kehidupan Yang Demokratis
6. Konstitusi sebagai Penjaga Demokrasi
7. Konstitusi sebagai Alat untuk Membatasi dan Memisahkan Kekuasaan Negara
8. Konstitusi sebagai Pelindung HAM dan Hak-hak Warga Negara

C. Menggali sumber historis,sosiologis, dan politik tentang konstitusi dalam kehidupan


berbangsa negara indonesia
 UUD NRI TAHUN 1945
PASAL 7
Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,hanya untuk satu kali
masa jabatan.

43
Hal-hal yang dimuat dalam konstitusi/UUD
1. Organisasi negara
2. Hak hak asasi manusia
3. Prosedur mengubah UUD
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD
5. Memuat cita cita rakyat dan asas asas ideologi negara

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tentang konstitusi dalam kehidupan


berbangsa- negara indonesia
a. UUD NKRI 1945 : 18 Agustus 1945 - Agustus 1950, dengan catatan mulai 27
Agustus hanya berlaku di wilayah RI proklamasi
b. Konstitusi RI 1949 : 27 Desember 1949- 17 Agustus 1950
c. UUDS 1950 : 17 Agustus – 5 Juli 1959
d. UUD NRI 1945 (Orde lama) : 5 Juli 1959 – 1965
e. UUD NRI (Orde baru) : 1966 – 1988

Tuntutan Reformasi di Masyarakat (1998)


a. Mengamendemenkan UUD NKRI 1945
b. Menghapus doktrin DWI
c. Menegakkan hukum dasar kedaulatan rakyat
d. Desentralisasi dan keadilan
e. Kebebasan
f. Kehidupan demokrasi

Perubahan (1999), diatur dalam UUD NKRI pasal 37 1945 :


1. Pertama; sidang umum MPR 1999
2. Kedua; sidang tahunan MPR 2000
3. Ketiga; sidang tahunan MPR 2001
4. Sidang tahunan MPR 2002

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa Negara


Perubahan UUD NRI 1945 mengalami perubahan Kotak :
a) Perubahan 1 pada sidangn umum MPR 1999 (14-21 oktober)

44
b) Perubahan 2 pada sidang tahunan MPR 2000 (7-18 agustus)
c) Perubahan 3 pada sidang tahunan MPR 2001 (1-9 november)
d) Perubahan 4 pada sidang tahunan MPR 2002 (1-11 agustus 2002)

45
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut: 1. Kepada anggota Pemuda Pancasila disarankan untuk lebih meningkatkan
kesadaran akan menerapkan nilai-nilai Pancasila agar sikap yang dilakukan para anggota
Pemuda Pancasila dapat sesuai dengan visi dan misi dari organisasi Pemuda Pancasila
tersebut, yaitu menciptakan manusia yang berjiwa Pancasila dan senantiasa menjadi
pemuda-pemuda yang berguna bagi bangsa dan Negara Indonesia. 2. Kepada masyarakat
disarankan untuk terus memperhatikan lingkungan sekitar akan organisasi-organisasi
kepemudaan yang membawa dampak baik atau dampak buruk bagi kehidupan masyarakat
karena organisasi tersebut dapat berpengaruh bagi para pemuda sebagai generasi penerus
bangsa yang menjadi harapan di masa yang akan datang.

Saran

Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia sebagai pedoman
bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila yang mengandung nilai-nilai di dalamnya, nilai-
nilai tersebut diwujudkan sebagai pengamalan dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan
arus globalisasi penerapan nilai-nilai Pancasila kian memudar ditengah-tengah masyarakat,
sehingga Pancasila tidak mampu lagi menjadi pandangan bagi masyarakat Indonesia, hal ini
juga meliputi para generasi muda Indonesia. Generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa diharapkan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini dengan
berpedoman pada Pancasila, akan tetapi para pemuda saat ini kian jauh dari nilainilai
Pancasila.

46
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimed.ac.id/17355/4/308111068%20Bab%20V.pdf

https://yogyakartasite.wordpress.com/2015/09/18/rangkuman-kesimpulan-pancasila-
sebagai-dasar-negara-dan-ideologi-nasional/

https://www.google.co.id/search?q=PANCASILA&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&
sa=X&ved=0ahUKEwi4nqD09uHeAhUIPo8KHfldCgQQ_AUIDigB&biw=1366&bih=60
9#imgdii=tmPLHPvylkQRyM:&imgrc=KyfG0Qu4wGAnLM:

https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=609&ei=oXbzW8DwGaGW
vQSp7InwCw&q=latar+belakang+makalah+pancasila&oq=laytar+belakang+makalah+p&
gs_l=psy-ab.1.0.0i13l10.25626.2273633..2276811...1.0..0.199.3968.0j26......1....1..gws-
wiz.......0j0i71j0i67j0i131j35i39j0i131i67j0i10j0i203j0i10i30j0i30j0i5i10i30j35i304i39.iq
9SZPhtykw

47

Anda mungkin juga menyukai