Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
produksi sel darah merah dan atau penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Anemia
sering didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin dalam darah sampai dibawah
Anemia dalam nifas adalah kondisi kadar Hb ibu berada di bawah batas normal terjadi
ibu nifas normal adalah 11 gr% (Manuaba, 2010). Ibu nifas yang mengalami anemia
Anemia pada wanita masa nifas (pasca persalinan) umum terjadi, sekitar 10% dan 22%
terjadi pada wanita post partum dari keluarga miskin (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2008). Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang
dapat menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran
ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005). Faktor - faktor yang
mempengaruhi anemia pada masa nifas adalah persalinan dengan perdarahan, ibu hamil
dengan anemia, nutrisi yang kurang, penyakit virus dan bakteri (Prawirohardjo, 2005).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan
jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang
atau tidak ada sama sekali.
Derajat Anemia menurut Manuaba (2010), hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai
berikut :
1) Hb 11 gr% : tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : anemia ringan
3) Hb 7-8 gr% : anemia sedang
4) Hb <7 gr% : anemia berat
2) Anemia aplastik
Anemia jenis ini disebabkan oleh tidak berfungsinya sumsum tulang. Hal ini dapat
terjadi pada pasien yang terpapar radiasi sel gamma akibat ledakan bom atom, atau pada
seorang yang mendapatkan terapi radiasi sinar x secara berlebihan, zat kimia tertentu pada
industri, dan bahkan obat-obatan tertentu.
3) Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblast terjadi akibat kurangnya asupan dari asam folat, vitamin B12, dan
faktor intrinsik lain dalam pembentukan sel darah merah. Berkuranganya salah satu faktor
tersebut akan mengakibatkan terlambatnya eritropoesis (proses pembentukan sel darah
merah) yang menyebabkan sel darah merah yang terbentuk menjadi terlalu besar dan
berbentuk aneh yang disebut dengan megaloblas. Sel darah merah tersebut memiliki
membrane tipis dan rapuh sehingga mudah pecah. Hal ini dapat terjadi pada seorang yang
menderita atropi mukosa lambung, tak memiliki lambung (akibat gastrektomi), atau
kekurangan asupan.
4) Anemia Hemolitik
Berbagai kelainan pada sel darah merah yang kebanyakan di dapatkan secara herediter.
Sel darah merah yang terbentuk bersifat sangat rapuh, sehingga mudah pecah saat melewati
kapiler, terutama limpa. Walaupun sel yang terbentuk dalam jumlah yang normal, bahkan
dalam jumlah yang lebih banyak, namun karena mudah hancur sehingga masa hidup sel darah
merah ini sangat singkat dan tak dapat diimbangi oleh pembentukannya.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
ini pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia
tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini :
kadar hemoglobin, indeks eritrosit, ( MCV, MCV, dan MCHC), asupan darah tepi.
b. Pemeriksaa darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED),
dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberiksan informasi mengenai
keadaan system hematopoiesis.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati,
biakan kuman.
4. pemeriksaan sitogenetik.
A. PENGKAJIAN
a) Identitas
Identitas yang perlu dikaji meliputi nama lengkap, umur, suku bangsa, agama,
pendidikan, dan pekerjaan pasien beserta suami dan alamat tempat tinggal. Pada kasus
ibu nifas dengan anemia, identitas yang perlu dikaji lebih lanjut antara lain:
(1) Umur
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun berisiko
(Asrina, 2014).
15
(2) Pekerjaan
defisiensi besi.
b) Keluhan Utama
c) Riwayat menstruasi
d) Riwayat perkawinan
Wanita yang menikah dan hamil pada usia muda dari segi
(Asrina, 2014).
16
f) Riwayat Penyakit
2007).
2010).
(Proverawati, 2011).
g) Data Psikososial
(Robson, 2011).
17
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(a) Mata
(b) Mulut
(Handayani, 2008)
(c) Payudara
b) Pemeriksaan Khusus
1) Abdomen
2) Pengeluaran lochea
1
9
2007).
3) Perineum
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhuhubungan dengan penurunan transfer
darah ke paru.
.
1
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, anoreksia.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, proses metabolism yang terganggu.
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, anoreksia.
2
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada
organ.
6. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
aktivitas
Intervensi :
1. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
3
memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan
rasa terkontrol.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.
5
DAFTAR PUSTAKA