Anda di halaman 1dari 2

OEE dan Utilitas mesin

Salah satu alat ukur untuk mengetahui keoptimalan performa mesin adalah dengan OEE (overall
equipment effectiveness). Dengan mengetahui performa mesin kita dapat mengambil langkah
selanjutnya yang dirasa perlu untuk meningkatkan produktivitas.

OEE terdiri dari 3 komponen yaitu : Performance rate (PR), Availability performance (AP), dan
Quality rate (QR).

PR adalah ukuran suatu mesin mampu menghasilkan produk terhadap target yang sudah ditentukan.
Misal produk A standar cycle time nya adalah 10 detik. Sehingga seharusnya dalam waktu 1 jam, produk
yang dihasilkan dari mesin adalah 360 buah. ini adalah jumlah target. Misalnya ternyata realnya produk
yang dihasilkan (baik produk bagus maupun defect) dalam waktu 1 jam adalah 300 buah maka dapat
dikatakan PR mesin adalah = 300/360 x 100% = 83,33 %.

Faktor paling berpengaruh untuk meningkatkan PR adalah kontrol cycle time. Harus ada kontrol harian
yang memastikan CT (cycle time) mesin selalu di range yang standarkan.
Secara periodik standar cycle time yang dibuat perlu direview ulang. Yang diharapkan adalah selalu ada
peningkatan cycle time sehingga semakin lama produktivitas semakin meningkat.

QR adalah ukuran suatu mesin menghasilkan produk lolos QC dibandingkan dengan jumlah total produk
yang dihasilkan. Misal contoh di atas, dari 300 buah produk yang dihasilkan dalam 1 jam, produk yang
lolos QC ada 230 buah. Maka QR nya adalah = 230/300 * 100% = 67,67 %. Atau dengan kata lain
besarnya reject adalah 1-67,67% = 32 %. Perbaikan yang perlu dilakukan adalah mengurangi tingkat
reject sehingga QR semakin meningkat. Reject produk bisa dikarenakan faktor mesin, human
(operator), bahan baku, lingkungan, dll. Penggunaan alat bantu analisa 7 tools cukup membantu untuk
pemecahan masalah QR.

AP adalah ukuran kehandalan mesin atau dengan kata lain pemanfaatan waktu tersedia untuk
menghasilkan produk. Misal waktu yang disediakan mesin adalah 1 jam, tetapi karena ada troubel
mesin, maka mesin hanya beroperasi 45 menit saja. Maka AP mesin adalah : 45/60*100% = 75 %. Untuk
AP, peran maintenance sangat berpengaruh, karena semakin sering atau lama mesin mengalami
troubel, AP mesin akan semakin kecil. Perlu ada analisa yang memungkinkan trobel yang sama berulang
kembali. Yang diharapkan adalah adanya tindakan preventif / pencegahan sebelum trobel terjadi,
misal sistem maintenanse yg baik, pembuatan sistem safety mesin, pengoperasian mesin hanya oleh
orang yang berwenang, dsb.

Setelah didapatkan PR, QR dan AP, maka OEE mesin tersebut adalah : PR x QR x AP = 83,33% x 67,67 %
x 75 % = 42,3 %.

Angka ini yang menjadi konsern team produksi dalam mengoptimalkan performance mesin demi
peningkatan produksi. Setiap 1 semester perlu di target besarnya OEE yang ingin dicapai dan
diharapkan tiap semester target selalu lebih meningkat sampai ketahap maksimalnya (sudah tidak
dapat bertambah lagi).
http://ita-celamanya.blogspot.com/

Saat OEE sudah maksimal sementara ada tuntutan order terus meningkat, yang perlu dilakukan adalah
melihat utilitas mesin. Utilitas adalah pengoptimalan waktu operasi mesin dari waktu yang tersedia.
Idealnya sebenarnya adalah waktu mesin menghasilkan produk dibandingkan waktu tersedia, ini
dinamakan utilitas real. Tetapi ada juga utilitas secara teori, yaitu waktu pemakaian mesin
dibandingkan waktu tersedia.

GAT atau gross availability time adalah waktu yang tersedia. Misalnya waktu 1 minggu 6 hari kerja 3
shift yang tersedia adalah : 6 x 24 jam = 144 jam.
Dari 1 minggu tersebut :8 jam untuk setting, 10 jam mesin troubel, 4 jam maintenance mesin, dan 6
jam pergantian cetakan.
maka : PD = Plan Downtime ==> waktu berhenti mesin yang direncanakan
dari kasus tersebut, berhenti mesin yang masuk kategori terencana adalah : setting mesin selama 5 jam
dan 4 jam untuk maintenance, 6 jam pergantian cetakan, sehingga PD = 8+ 4+6 = 18 jam.
Maka LD (loading time) ==> waktu mesin beroperasi/waktu pemakaian mesin = 144-15 = 126 jam.
Sehingga utilitas teori mesin adalah waktu operasi mesin dibandingkan waktu tersedia mesin total =
LD/GAT = 139/144 = 87,50 %.

Sedangkan untuk mencari utilitas real mesin, perlu menghitung OT (operating time ==> waktu mesin
menghasilkan produk) terlebih dahulu.
Dari kasus diatas, BD (break down) ==> waktu berhenti mesin yg tidak terencana adalah trobel mesin
selama 10 jam. sehingga OT = LD-BD = 126-10 = 116 jam. Sehingga utilitas real mesin adalah : waktu
mesin menghasilkan produk dibandingkan dengan waktu tersedia mesin = OT/GAT = 116/144 = 80,56 %.

Biasanya ukuran perusahaan untuk membeli mesin lagi adalah ketika utilitas mesin sudah di atas 70%.
30 % sisa waktu digunakan untuk : 20% maintenance, 10% untuk prepare dsb. Melihat kasus di atas,
utilitas mesin sudah sangat tinggi, jika OEE juga sudah optimal disarankan untuk menambah unit mesin,
karena utilitas mesin di atas 80%, untuk kasus diatas jika mesin ada kerusakan lebih lama lagi, order
tidak akan tercapai. Untuk lebih aman, perhitungan yang digunakan untuk menentukan utilitas adalah
dengan utilitas secara teori.

Anda mungkin juga menyukai