Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta era

globalisasi dan arus informasi yang sangat pesat, serta lingkungan yang padat

menimbulkan perubahan kesehatan pada manusia baik fisik, mental, spiritual dan

sosial. Individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi,

maka akan menimbulkan gangguan kesehatan baik fisik maupun psikologi.

(Depkes RI, 2000).

Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh,

bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan

perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Sampai saat

ini sering diidentikan dengan raga yang prima, sementara, kondisi jiwa yang

stabil tak terlalu banyak diperhatikan, kesehatan jiwa masih dipandang sebelah

mata. Pasalnya, selain tak terlihat kasat mata pada awal gejalanya, belum banyak

masyarakat yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Akibatnya,

penyakit jiwa seringkali dideteksi terlambat sehingga baru ditangani setelah

kondisinya terlanjur parah, sebagian besar masyarakat belum menyadari bahwa

kesehatan mental adalah suatu kondisi yang harus diperhatikan seperti halnya

kesehatan fisik, psikis seseorang pun memiliki kesinambungan antara sakit dan

sehat, indikator sehatnya kondisi psikis seseorang adalah hidup yang produktif

dan berkualitas. (www.pdpersi.co.id).

1
2

Menurut WHO potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa

memang tinggi. Setiap saat, 450 juta orang diseluruh Dunia terkena dampak

permasalahn jiwa, saraf maupun perilaku. (www.pikiran-rakyat.com). Di

Amerika Serikat prevalensi skizoprenia dilaporkan bervariasi dari 1 sampai 1,5

persen dengan angka insiden 1 per 10.000 orang per tahun.

(http://psikologi.infogue.com). Sedangkan di Indonesia jumlah penduduk yang

mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus meningkat, bahkan khusus untuk

gangguan jiwa berat, jumlahnya bisa mencapai 6 juta orang, data tersebut

berdasar riset kesehatan dasar, menurut riset itu, jumlah penduduk Indonesia

yang terkena gangguan jiwa berat mencapai 1-3 persen diantara total penduduk,

jika penduduk indonesia diasumsikan sekitar 200 juta, 3 persen dari jumlah itu

adalah 6 juta orang. (http://www.gamexeon.com/forum/). Sementara di DKI

Jakarta angka kecenderungan kejadian gangguan kejiwaan adalah 1 persen dari

jumlah penduduknya, sehingga jika jumlah penduduk Jakarta 9 juta orang maka

terdapat 9.000 orang yang menderita gangguan jiwa. (www.pdpersi.co.id).

Berdasarkan catatan medik yang didapatkan dari ruangan cendrawadi rumah

sakit jiwa Dr. Soeharto Heedjan Jakarta, terhitung dari bulan januari sampai juli

2009.terdapat 79 klien dengan kasus halusinasi sebanyak 69 klien (87,35 %), isolasi

sosial klien ( 7,59 % ) harga diri rendah sebanyak 2 klien ( 2,5 % ) rersiko

perilakukekerasan sebanyak 2 klien ( 2,35 % ). Halusinasi merupakan ketidak

mampuan klien menilai dan berespon pada rialita dan merespon pada realitas, klien

tidak dapat membedakan keadaan dengan kenyataan. Sadangkan dampak yang akan

terjadi adalah klien sering menyendiri, melamun dan menjadi pendiam. Derajat
3

bahaya halusinasi tergantung pada isi, frekuensi, dan intensitas halusinasi yang dapat

mengakibatkn ancaman baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan sampai

menimbullkan kematian.
Dilihat dari permasalahan di atas, maka peran perawat dalam menanggulangi

halusinasi sangat penting dilihat dari aspek prepentif yaitu upaya pencegahan degan

mengajarkan upayacara mengatasi masalah individu dan keluarga, aspek promotif

yaitu peningkatan kesehatan dengan memberikan pendidikan kesehan kepada klien

dan keluarga, aspek kuratif yaitu merencanakan dan ngimplementasikan rencana

tindakan keperawatan dan pemberian pengobatan sesuai indikasi dan aspek

rehabilitatif yaitu perawat berperan dalam menikdak lanjut klien dengan halusinasi

melalui “Home visit”.


Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil Asuhan

keperawatan sebagai bentuk aplikasi langsung pada klien. Oleh karena itu, makalah

ilmiah ini berjudul “Asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sensori

persepsi halusinasi pendengaran di ruang cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Soeharto

Heedjan Jakarta”. Lalu yang menjadi permasalahan sekarang, bagai mana asuhan

keperawatn pada klien gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dengan Tn.

I yamh di laksanakan di Rumah Sakit jiwa Soeharto Heerdjan, Jakarta.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman/gambaran nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan Gangguan sensori persefsi halusinasi

pendengaran di ruangan cendrawasih RS.Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.


2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu
4

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan Sensori persepsi

Halusinasi pendengaran.
b. Menentukan diagnose keperawatan pada klien dengan gangguan sensori

persepsi halusinasi.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori

persepsi halusinasi pendengaran.


d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori

persepsi halusinasi pendengaran.


e. Melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi

pendengaran
f. Mengidentipikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada

klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran.


g. Mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencapai

solisinya pemecahan masalah pada klien dengan gangguan sensori persepsi

Halusinasi pendengaran.
h. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

persepsi halusinasi pendengaran.

C. Ruang lingkup
Pada makalah ini hanya akan membahas tentang Asuhan keperawatan pada.

Tn. I dengan gangguan persepsi halusinasi pendengaran di ruang cendrawasih

Rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta yang akan dilaksanakan pada

tanggal 20 Juli 2009 – 22 Juli 2009.

D. Metode penulisan
Dalam punulisan makalah ilmiah, penuli menggunakan metode deskriptif yaitu

metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa serta menarik


5

kesimpulan yang selanjutnya akan di sajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang

akan menjadi bahan pembahasan.


Adapun teknik yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah

sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Penulis membaca dan mempelajari buku-buku perpustakaan sebagai

penunjang dan landasan konsep yang berhubungan dengan kasus halusinasi dan

proses keperawatannya.

2. Observasi
Secara aktif partisipasi mengamati karakteristik dan kondisi klien,

prilaku, komunikasi verbal dan non verbal, yang di tampilkan sesuai karakteristik

yang ada pada klien halusinasi pendengaran.


3. Interview atau wawan cara
Diskusi terhadap klien dan perawat atau tim kesehatan lain secara isi

terstruktur maupu tidak terstruktur untuk menggali dan mendapatkan informasi

tentang data kesehatan atau studi dokumentasi.


4. Studi dokumentasi
Penulis membaca dan mempelajari status pada klien halusinasi yang ada

di ruangan untuk mendapatkan data-data kesehatan dan perkembangan klien

sehubungan dengan keperawatan yang di lakukannya.

E. Sistematika penulisan
Adapun sestematika penulisan makalah ilmiah ini adalah terdiri dari : BAB I

pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode

penilisan dan sistematika penulisan, BAB II Tinjauan teori yang meliputi pengertian,

psikodinamika (etiologi, jenis-jenis,tahap-tahap,komplikasi), rentang respond an

askep yang meliputi (pengkajian,diagnose,perencanaan, pelaksanaan, evaluasi), BAB

III Tinjauan kasus yang membahas tentang pengkajian, diagnose keperawatan,

perencanaan, tindakan keperawatan dam evaluasi, BAB IV Pembahasan yang isinya


6

kesenjangan antara teori dan kasus yang di temukan dalam memberikan asuhan

keperawatan yang di dalamnya (pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi keperawatan) BAB V Penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan ketidak mampuan indipidu dalam

mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus sesuai dengan yang di terima

melalui panca indra.


( Dep. Kes. RI 2000 ).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan

pikiran yang saling terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat

meliputi semua system pengindraan. Menurut ( Ermawati Dalami , S.Kp 2009).


Halusinasi adalah persepsi yang salahatau yang palsu tetapi tidak ada

rangsangan yang menimbulkan atau tidak ada objek. (Drs. Sunardi 2005 dalam

Ermawati Dalami , S.Kp 2009 hal 18 )


Halusinasi merupakan suatu kelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi

berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi menerima

dan menginterpretasikan realita merasakan dan mewujutkan emosi, dan

berprilaku dengan sikap yang dapat di terima secara sosial (Ann Isaacs 2004 hal

15)

B. Psikodinamika
1. Etiologi
7

Gambaran otak karena keracunan, obat halusinogeni, gangguan jiwa

seperti emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat

menimbulkan persepsi berbeda atu orang yang berasal dari sosial budaya

yang berbeda.
2. Proses
Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan tertentu

tentang sesuatu, padahal kenyataan tidak terdapat rangsangan apapun atau

tidak terjadi sesuatu apapun atau bentuk kesalahan pengamatan tanpa

objetivitas pengindraan tidak di sertai stimulus fisik yang adekuat.


3. Jenis – jenis halusinasi
Jenis- jenis halusinasi menurut Stuart and Sundeen dalam Ermawati

Dalami , S.Kp 2009 hal 19 adalah :


a. Halusinasi pendengaran (Auditori )
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara, paling sering suara orang.

Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang yang

berbicara mengenai klien, klien mendengar orang sedang membicarakan

apa ya ng sedang dipikirkan oleh klien dan memerintah untuk melakukan

suatudan kadang-kang melakukan yang yang bahaya.


b. Halusinasi penglihatan (Visual )
Halusinasi yang merupakan stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran

cahaya, gambaran geometris, gambar kartun dan atau panorama yang luas

dan kompleks. Penglihatan dapat berupa seseatu yang menyenagkan..


c. Halusinasi penghidu ( Alfaktori )
Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang

menjijikan seperti darah, urin atau feses. Halusinasi penghidu khususnya

berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensial.


d. Halusinasi pengecap ( gustatori )
Halusinasi yang seolah-olah merasakan suatu yang busuk, amis dan

menjijikan seperti, darah, urin feses.


e. Halusinasi peraba ( tartil )
8

Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak secara

stimulus yang terlihat. Merasakan sensasi listrikdatang dari tanah, benda

mati atau orang lain.


4. Fase Halusinasi
Menurut tim kesehatan jiwa fakultas kedoktreran universitas

Indonesia fase-fase halusinasi tahun (2009 hal 20), karakteristik dan perilaku

yang di tampilkan oleh klien yang mengalami halusinasi adalah :


a. Fase I
Memberi nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi

merupakan suatu kesenangan..


Karakteristik (non verbal )
1) Mengalami ansietas,kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.

Perilaku klien

1) Tersenyum atau tertawa sendiri


2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat
5) Diam dan berkonsentrasi
b. Fase II
1) Menyalahkan
2) Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa

antipasti

Karakteristik ( non verbal )

1) Pengalaman sensori menakutkan


2) Merasa di lecahkan oleh pengalaman sensoritersebut
3) Mulai merasa kehilangan control
4) Menarik diri dari orang lain

Perilaku klien

1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah


2) Perhatian dengan lingkungan berkurang
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya
4) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
9

c. Fase III

1) Mengontrol
2) Tingkat kecemasan berat
3) Pengalaman sensori ( halusinasi ) tidak dapat di tolak

Karakteristik (psikotik )

1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi )


2) Isi halusinasi menjadi atraktik
3) Kesepian bila pengalaman social berakhir

Perilaku klien

1) Perintah halusinasi di tandai


2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik
4) Tidak tau mengikuti perintah dari perawa, tampak tremor dan

berkeringat

d. Fase IV

1. Menguasai tingkat kecerdasan, panik secara umum, diatur dan di

pengaruhi oleh halusinasi.

Karakteristik (psikotik)

1. Pengalaman sensori menjadi mengancam


2. Halusinasi dapat menjadi beberapa jam atau beberapa hari

Perilaku klien

1. Perilaku panik
2. Potensial untuk bunuh diri atau membunuh
3. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik

4. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di

akibatkan dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.


b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena

tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.


10

C. Rentang Respon Neuro biologi (Menurut Gawil W Stuart 2006 )


Respon adaptif Respon maladaptif
- Pikiran logis - Pikiran kadang menyimpang - Kelainan pikiran
- Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi
- Emosi konsisten - Emosional berlebihan/dengan - Tidak mampu
Pengalaman kurang mengatur emosi
- Perilaku sosial - Perilaku ganjil - Ketidak teraturan
- Hubungan sosial - Menarik diri
- Isolasi sosial
Keterangan gambar

1. Respon adaptif adalah : Respon yang dapat di terima oleh norma-norma social

yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika

menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.respon

adaptif adalah :
a. Pikiran logis
Pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat
Pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten
Dengan pengalaman perasaan yang timbul dari pengalama ahli
d. Perilaku sosial
Sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan sosial
Proses suatu intreraksi dengan orang lain dan lingkungan
a. Respon psikososial meliputi
1) Proserpikir adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah intepretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang

benar-benar terjadi (objek nyata ) karena rangsangan panca indra.


3) Emosi berlebuhan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran
11

5) Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang

lain.
2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang

menyimpang dari norma-norma sisial budaya dan lingkungan, adapun respon

maladaptif ini meliputi :


a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan

walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan

social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal

yang tidak realita atau tidak ada.


c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilakuyang tidak teratur
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan di

terima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang

negative mengancam.

D. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Faktor predisposisi ( Menurut Ermawati, s.kp 2009 hal 24 )
1) Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neoro biologi yang

maladaptip termaksud hal-hal berikut


a) Penelitian pencitraan otak yang menunjukan keterlibatan otak

yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia, lesi pada area

frontal, temporal dan limbic


b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizoprenia seperti

dopamine, neorotransmiter yang berlebihan dan masalah pada

respon dopamine.
12

2) Psikologis
Teori psikodinamika yang menggambarkan bahwa halusinasi terjadi

karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai

suatu respon terhadap komplik psikologis dan kebutuhan yang tidak

terpenuhi, sehingga halusinasi merupakan gambaran dan rangsangan

keinginan dan ketakutan yang di alami oleh klien,


3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia

dan gangguan psikotik klien tetapi di yakini sebagai penyebab utama

gangguan.

b. Faktor presipitasi

1) Biologis

Stressor biologi yang berhubungan dengan respon neurobiology

yang mal adaptif , termasuk gangguam dalam putaran umpan balik

otak yang mengatur proses impormasi dan abnormalisasi pada

mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidak

mampuan untuk selektip menghadapi rangsangan.

2) Stres lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress

yang berintraksi terhapap sressor lingkungna untuk menentukan

terjadinya perilaku.

3) Pemicu gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neorobiolagi yang

maladaptif berhubungan dengan kesehatan (gizi buruk, infeksi)


13

lingkungan yang bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik,

gangguan dalam hubungan interpersonal, sikap dan perilaku

(keputusan, kegagalan.

c. Manipestasi klinis
Manifestasi klinis yang biasanya terjadi pada klien dengan halusinasi

adalah :
1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3) Tidak dapat membedakan nyata/tidak nayta.
4) Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
5) Curiga, bermusuhan, merusak diri.
6) Ekpresi wajah tegang, sedih, mudah tersinggung
d. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi sendiri dari pengalaman

yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology termasuk :


1) Regresi
Menghindari sress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali

seperti pada perilaku anak, perilaku yang mengalami kemunduran,

merupakan upaya untuk menanggulangi ansietas.


2) Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada

orang lain karena kesalahan yang di lakukan diri sendiri.


3) Menari diri
Perilaku untuk menghindari interaksi dengan orang lain, klien lebih

menyukai berdiam diri/menyendiri.


e. Sumber koping
Sumber koping individual harus di kaji dengan pemahaman tentang

pengaruh: gangguan otak pada perilaku, kekuatan dapat meliput modal,

seperti intelegensiatau kreativitas yangtinggi. Orang tua secara aktif

mendidik anak-anak dengan dewasa muda tentang keterampilankoping

karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan sumber

keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, pinansial yang


14

cukup, kesediaan waktu dan tenaga, dab kemampuan untuk memberikan

dukungan secara keseimbangan ( Gail W Stuart 2006 ) hal 249.


f. Pemeriksaan diagnostik
Menurut ( Ann Isaacs 2004 ) Pemeriksaan diagnostik yang dapat di

lakukan pada klien dengan halusinasi adalah :


1) A
Pada pemeriksaan ini di dapatkan abnormalitas seperti : pembesaran

ventrikel, penurunan darah kortikal, terutama di kortek prefrontal,

penurunan aktivitas metabolik di bagian-bagian otak tertentu dan

atropi serabri
2) Teskromosom
Pemeriksaan ini di lakukan jika salah satu anggota keluarga ada yang

mempunyai riwayat dengan gangguan jiwa. Pada tes ini di fokuskan

pada kromosom 6, 13, 18,dan 24. Di sebutkan oleh ( Ann Isaacs )

jika ada yang punya riwayat gangguan jiwa kemungkinan

keturunannya mengalamigangguan jiwa adalah : suatu orang yang

kena : resiko 12-15 %, kedua orangtuanya yang terkena : resiko 35-

39%, saudara sekandung terkena : resiko 8-10%, kembar dizigotik

yang terkena : resiko 50 %.


3) Test psikologi atau psikotes
Pada tes ini di temukan adanya kurang identitas diri, salah

interprestasi terhadap realita dan menarik diri.

g. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan

Ganguan sensori persepsi : Halusinasi : Cp

Isolasi social
15

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klisis tentang respon actual

atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhapat masalah

kesehatan atau proses kehidupan. Rumusa diagnose dapat berupa PE, yaitu

permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya

berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Rumusan PES sam dengan PE

hanya di tambah singtom (S) kegiatan atau perilaku perawat yang di

butuhkan dalam merumuskan diagnosis adalah mengidentifikasi pola data,

membandingkan data dengan keadaan adaptif menganalisis dan mensintesis

data, mengidentipikasi kebutuhan atau masalah klien, mempalidasi dan

menyusun masalah dengan klien, membuat pohon masalah, merumuskan

diagnosis keperawatan.
Adapun diagnosa keperawtan pada klien dengan Gangguan Sensori

Persepsi : Halusinasi Pendengaran yaitu :


a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Reiko perilaku kekerasan

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum,

tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umumberfokus

pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu.


Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnose

tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu di capai

dan di miliki klien. Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkai

tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Tindakan keperawatan

mencakup tindakan mandiri perawat, kerjasa dengan klien, kerja sama


16

dengan keluarga, kerja sama dengan kelompok dan kolaborasi dengan tim

kesehatan jiwa lain.


Rencana tindakan keperawatan:
a. Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
TUM : Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi
Setelah 2 kali interaksi, klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada

perawat :
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukan rasa senang
3) Ada kontak mata
4) Mau berjabat tangan
5) Mau menyebutkan nama
6) Mau menjawab salam
7) Mau duduk berdampingan dengan perawat
8) Bersedia mengungkapkan masalah yang di hadapi

Intervensi

1) Bina hubungan saling percaya


a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat

berkenalan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan di sukai klien
d) Buat kontrak yang jelas
e) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
f) Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
h) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien
i) Dengarkan dengan penuh perhatian akspresi perasaan klien

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria Evaluasi

Setelah 2 kali interaksi klien menyebutkan :

Isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi

Intervensi
17

1) Adakan kontak sering singkat secara bertahap


2) Observasi tingkah laku klien terkait tingkah laku klien (Bicara dan

tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri atau kenan, kedepan

seolah-olah ada teman bicara).


a) Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu, jika klien menjawab

ya, tanyakan apa yang sedang di alaminya, katakana bahwa

perawat percayaklien mengalami hal tersebut, namun perawat

tidak mengalaminya, katakana perawat akan membantu klien.


b) Diskusikan dengan klien apa yang di rasakan jika terjadi

halusinasi dan beri kesempatan mengungkapkan perasaan klien.


c) Diskusikan dengan klien apa yang di lakukan untuk mengatasi

perasaan tersebut.
d) Diskusikan tentang dampak yang akan di alaminya bila klien

menikmatinya.

TUK 3 : Klien dapat mengonrtol halusinasi

Kreteri Evaluasi

Setelah 4 kali klien menyebutkan tindakan yang biasanya di lakukan

untuk mengendalikan halusinasi, klien dapat menyebutkan cara baru

mengontrol halusinasi, klien dapat melaksanakan cara yang telah di pilih

untuk mengen dalikan halusinasi, klien dapat mengikut terapi aktivitas

kelompok.

Intervensi

1) Mengidentifikasi bersama klien cara atu tindakan yang di lakukan jika

terjadi halusinasi
2) Diskusi kan manpaat cara yang di gunakan klien, jika bermanpaat

berikan pujian
18

3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan atau mengontrol timbulnya

halusinasi, katakana pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui

orang lain untuk menceritakan yang membuatnya halusinasi,

melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari, meminta teman, perawat,

keluarga menyapa jika sedang berhalusinasi.


4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi yang

sudah yang sudah di anjurkan dan di latih.


5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah di latih
6) Pantau pelaksanaan yang telah di pilih, jika berhasil beri pujian
7) Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok,orientasi realita,

stimulus persepsi.

TUK 4 : Klien dapat dapat dukungan darikeluarga dalam mengontrol

halusinasinya.

Kriteria Evalusi

Setelah 2 kali pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju untuk

mengikuti pertemuan dengan perawat, keluarga dapat menyebutkan

pengertian, tanda dan tindakannya dalam mengendalikan halusinasinya.

Intervensi

1) Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (wakru, tempat dan

topi)
2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga

/kunjungan rumah)
a) Pengertian halusinasi
b) Tanda dan gejala halusinasi
c) Proses terjadi halusinasi
d) Cara yang dapat di lakukan klien dan keluarga untuk memutus

halusinasi
e) Obat-obat halusinasi
19

f) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri

kegiatan, jangan biarkan sendirian, maka bersama, berpergian

bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya untuk

mengatasi halusinasi).
g) Beri informasi waktu control kerumah sakit dan bagai man cara

mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat di atasi di rumah.

TUK 5 : klien dapat memanpaatkan obat dengan baik

Kriteria Evaluasi

Setelah 2 Kali interaksi klien dapat menyebutkan manfaat minum obat,

kerugian tidak minum obat, nama,warna, dosis, efek terapi dan efek

samping penggunaan obat, klien dapat mendemontrasikan penggunaan

obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat

tanpa konsultasi dokter.

Intevensi

1) Diskusikan dengan klien tentang manpaat minum obat dan kerugian

tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan samping

penggunaan minumobat.
2) Pantau klien saat penggunaan obat
3) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan

dokter
5) Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat, jika

terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

3. Penatalaksanaan medik

a. Psikoparmakologi (Dep. Kes RI. 1999)


20

1) Risperidone

a) Indikasi

Hendaya berat dalam fingsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam

gejala POSITIP : Gangguan asosiasi pikiran, waham, halusinasi,

perilaku yang tidak terkendali, dan gejala NEGATIF : Gangguan

perasaan, gangguan berhubungn sosial, gangguan proses piker,

tidak ada inisiatif, peri terbatas dan cenderung menyendiri

b) Kontra indikasi
Penyakit hati,epilepsy, kelainan jantung, ketergantungan alkohol,

Parkinson dan gangguan kesadaran.

c) Efek samping
Kemampuan koknitif menurun, hipotensi, mulut kering, kesulitan

miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, ganguan irama

jantung, Parkinson.

2) Clorpromazine

a) Indikasi

Skizoprenia dan kondisi yang berhubungan dengan psikosis.

b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas, depresi berat, kegagalan hati atau ginjal berat.
c) Efek samping
Efek anti koligernik (mulut kering, pandangan kabur, konstipasi,

gangguan gastrointestinal, ruam kulit, efek hormonal, penurunan

libido, amenore, penambahan berat badan, reduksi ambang

kejang, agronulositosis, sindrom neuroleptik malignant ( SNM ).


3) Trihexypenidil
a) Indikasi
21

Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang di sebabkan oleh

susunan saraf pusat (SSP)


b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap trihexypenidil, glaukoma angle closure,

ileus paralitik, hipertropi prostat.


c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, konstipasi, retensi

urin, takikardi, tekanan darah meningkat.

b. Penata laksanaan Keperawatan

1) TAK (Terapik Aktivitas Kelompok)

Terapi aktivitas kelompok merupakan kumpulan individu yang

memiliki hungungan satu dengan yang lain, yang di satukan dalam

satu kelompok, dngan demikian individu mengerti bahwa adanya

hubungan timbak balik antara individu dengan orang lain.

Tujuan dari TAK: (Menurut Wahyu Purwaningsih tahun 2009 hal 39)

a) Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain, serta

mengubah perilaku yang disktiptif dan mal adaptif.


b) Setiap anggota dapat bertukar pengalaman
c) Merupakan proses menerima umpan balik
Terapi aktivitas kelompok pada halusinasi
a) Terapi aktivitas kelompok stimilasi kognitif yaitu klien di latih

mempersepsikan stimulus yang di sediakan atau stimulus yang

pernah dialami.
b) Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas yaitu klien di

orientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar klien, yaitu diri

sendiri, orang lain yang ada di sekeliling klien dan lingkungan

yang berhubungan dengan klien.


3. Prinsip tindakan keperawatan klien halusinasi ( Stuart and sundeen 1998 )
a. Tetapkan hubungan saling percaya
b. Kaji gejala halusinasi
22

c. Fokus pada gejala dan minta klien menjelaskan apa yang terjadi
d. Identifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat atau alcohol
e. Jika klien bertanya nyatakan secara sederhana bahwa anda tidak

mengalami stimulus yang sama


f. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan baru

saja yang di alami


g. Dorong klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan

tindakan yang berhubungan dengan halusinasinya (saat ini maupun yang

lalu)
h. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin di refleksikan
i. Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan meinterpersonal dalam

memenuhi kebutuhan.

4. Pelaksanaan keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi disain untuk mencegah,

mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada

diagnose keperawatan.tahap ini di mulai setelah menentukan diagnosa

keperawatan dan menyempulkan rencana.


Secara tradisional, rencana keperawatan di artikan sebagai suatu

dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi.

Rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan

keperawatan kepada klien. ( Nursalam 2001 hal 51 )


a. Strategi pelaksanaan halusinasi
SP I : Mengidentifikasi isi, waktu, frekuensi, situasi, respon yang

menimbulkan halusinasi klien, mengajarkan klien cara menghardik

halusinasi, menganjurkan memasukkan ke dalam jadwal.


SP II : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien

mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain,

menganjurkan klien memasukkan ke jadwal hariaan.


23

SP III : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien

mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang

biasa di lakukan klien) menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal

harian.
SP IV : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan

penyuluhan tentang penggunaan obat secara teratur, menganjurkan klien

memasukkan dalam jadwal harian.


5. Evaluasi keperawatan
Evalusi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,

dan pelaksanaan sudah berhasil di capai. Melalaui evaluasi memmungkinkan

perawat untuk memonitir “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisa, perencanaan,dan pelaksanaan tindakan. ( Nursalam 2001 hal 71 )


Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan. Hal ini bias di lakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatanyang di berikan.

Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua komponen untuk mengevaluasi

kualitas tindakan keperawatan yaiitu :


a. Evaluasi proses formatif :
Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan

keperawatan. Evaluasi proses harus di laksanakan segera setelah

perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu ke efektipan

terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai

tujuan yang telah di tentukan tercapai.


b. Evaliasi hasil sumatif :
Fokul evaluasi hasil adalah perubahan atau perilaku atau status kesehatan

klien [ada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi ini di

laksanakan pada akhir tindakan secara paripurna. Adapun metode


24

pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari : interview akhir pelayanan,

pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.

Evaluasi sumatif bias menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas

dan efisiensitindakaan yang telah di berikan.


Evaluasi askep adalah penilaian respon klien semem tara/setelah tindakan

keperawatan di laksanakan metode evaluasi adalah mengidentifikasi data

subjek dan objek. Sebagai hasil respon klien setelah tindakan

keperawatan di lakukan.
Untuk mengevaluasi intervensi keperawatan pada klien dengan

neurobiologis yang maladaptif.


a. Klien mampu menguraikan perilaku yang menunjukan kekambuhan
b. Klien mampu mengidentipikasi dan menguraikan program

penyembuhan atau terapi yang di berikan dan efek samping yang

mungkin terjadi
c. Klien berperan serta dalam hubungan dengan orang lain yang dapat

membuatnya merasa senang


d. Klien dan keluarga dapat menggunakan sistem pendukung yang ada

di masyarakat
e. Keluarga dapat menguraikan karakteristik penyakit dan mampu

berperan serta dalam program penyembuhan klien. ( Dep. Kes RI.

2000 hal 143)

Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai

pola piker.

S : Respon subjek klien terhadap tindakan keperawatan yang telah di lakukan

O : Respon objek klien terhadap tindakan keperawatan yang telah di lakukan

A : Analisa terhadap data subjek dan objek untuk menyimpulkan apakah

masalah masih ada/telah teratasi atau muncul masalah baru


25

P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan analisa respon klien

BAB III

TIJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus dengan asuhan keperawatan pada

Tn. I dengan Gangguan Persepsi Halusinasi Pendengaran di Ruang cendrawasih RS Jiwa

Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Kasus ini mulai di observasi Pada tanggal 20 juli 2009

sampai 22 juli 2009.

Dalam penulisa laporan kasus, penulis memperoleh data dari berbagai sumber,

antara lain melalui wawancara langsung dengan klien,Rekam medis, Perawat ruangan.

A. Pengkajian
26

1. Identitas klien
Klien bernama Tn. I dengan nomer regester 00-15-22 dengan diagnose

skizofrenia paranoid,klien di rawat di ruang cendrawasih, RS. Dr. Soeharto

Heerdjan, klien berusia 26 tahun, jenis kelamin laki-laki, klien beragama hindu,

suku bangsa bali,status perkawinan belum menikah, pendidikan terakhir SMA,

alamat Jl Emputantular Blok 5 Rt 006/08


2. Alasan Masuk
Klien masuk RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan di antar oleh keluarga

dengan alasan di rumah tidak biasa tidur, gelisah, bicara kacau dan memukul

kakanya tanpa sebab/alasan yang jelas.


3. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu tetapi pengobatan

klien kurang berhasil, klien masuk RS. Jiwa Soeharto Heerdjan sudah 2 kali dan

pertama kali masuk tahun 2003 klien pernah memukul kakanya tanpa alasan

yang jelas. Klien mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan, klien

mengatakan kesal kepada ibu tirinya karena tidak di beri uang untuk mengikuti

latihan kerja lapangan.


Masalah keperawatan : Regimen terapeutik inepektif, resiko perilaku kekerasan
4. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan, keadaan umum baik tidak di temukan

keluhan fisik yang di rasakan, tnda-tanda vital : Tekanan darah 100/70 mmHg,

nadi 80 x/ menit, suhu 36°c, pernapasan 20 x/menit, berat badan 70 kg, tinggi

badan 168 cm. Masalah keperawatan : tidak ada masalah


5. Psikososial
a. Genogram
27

Keterangan :

: Laki – laki : Tinggal serumah

: Perempuan : Klien

X : Meninggal

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara klien belum menikah, ibu klien

meninggal saat klien duduk di kelas lima SD kemudian ayah menikah lagi

dan mempunyai satu orang anaak klien merasa keluarganya kurang harmonis

karena orang tua klien sibuk dengan pekerjaan,klien mengatakan keluarga

tidak memperhatikan dan tidak membawa berobat jalan. Masalah

keperawatan : koping keluarga inefektif

b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyenangi hidungnya karena mancung dank lien

mengatakan tidak menyenangi perutnya karena gendut


2) Identitas
Klien mengatakan bangga terhadap dirinya sebagai sebagai laki – laki
3) Peran
Klien mengatakan di dalam keluarga, klien berperan sebagai anak, adik

dari satu kakanya, di rumah membantu merapihkan rumah


4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang kerumah klien tidak mau kembali

ke RS. Jiwa klien ingin sembuh dan ingin berkumpul dengan keluarga
5) Harga diri
Klien mengatakan malu bergaul dengan orang lain karena klien

mengalami gangguan jiwa. Masalah keperawatan : Harga diri rendah


28

6) Hubungan social
Klien mengatakan orang yang beraati dalam hidupnya adalah orang

tuanya, di lingkungan rumahnya klien tidak pernah mengikuti kegiatan di

masyarakat. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain dengan

orang lain karena merasa sudah dewasa dan cukup umur. Masalah

keperawatan : Isolasi sosial


7) Spritual
Klien beragam hindu, klien mengatakan suka berdo’a dank lien

mengatakan selama di RS. Jiwa tidak pernah ke pure.


c. Status mental
1) Penampilan
Klien tampak rapi, bersih, mandi 3x sehari menggosok gigi,berpakaian

rapi. Maslah keperawatan : Tidak ada masalah


2) Pembicaraan
Saat berbincang – bincang klien keoperatif, klien menjawab pertanyaan

dengan jelas, tanpa adanya stimulus dari perawat. Masalah keperawatan :

Tidak ada masalah


3) Aktivitas motorik
Klien tampak mondar – mandir tanpa tujuan. Masalah keperawatan :

Gangguan sensori persepsi halusinasi


4) Alam perasaan
Klien mengatakan sedih karena ingin cepat pulang dan berkumpul dengan

keluarga. Masalah keperawatan : Isolasi sosial


5) Afek
Klien tanggap, merespon perawat klien dapat berkomunikasi dengan

perawat, klien keoperatif. Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

6) Interaksi selama wawan cara


Saat di ajak berbicara ada interaksi antara perawat dan klien. Masalah

keperawatan : Tidak ada masalah


7) Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara-suara ibu tirinya memanggil

namanya suara itu muncul 2x pada saat malam dan sore hari perasaan klie
29

gelisah bila klien mendengar suara-suara klien menutup telinganya.

Masalah keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi

pendengaran
8) Proses pikir
Klien berbicara lancar dan terarah, klien menjawab pertanyaan perawat,

sesuai yang di Tanya. Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


9) Isi pikir
Saat pengkajian tidak di temukan keluhan isi fikir dan waham. Masalah

keperawatan : Tidak ada masalah


10) Tingkat kesadaran
Saat pengkajian, kesadaran compos mentis klien dapat mengingat

kejadian jangka pendek (beberapa minggu yang lalu) dan jangka panjang

(dua bulan yang lalu). Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


11) Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat, baik jangka panjang

ataupun jangka pendek. Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien mampu berhitung dengan sederhana missal 5 x 5 = 25. Masalah

keperawatan : Tidak ada masalah


d. Kemampuan penilaian
Klien dapat mengambil keputusan sederhana missal : sebelum makan

mencuci tangan terlebih dahulu. Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


e. Daya titik diri
Klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan berada di

rumah sakit.

f. Kebutuhan persiapan pulang


1) Makan
Klien dapat makan dan minum sendiri, klien makan 3x sehari dengan

lauk puk dank lien mencuci piring setelah makan


2) BAB/BAK
Klien mamapu untuk pergi ke Wc dan BAB/BAK tanpa bantuan perawat
3) Mandi
30

Klien mengatakan mandi 2x sehari klien mandi sendiri menggunakan

sabun
4) Berpakaian/berhias
Klien dapt mengganti pakaian, menyisir bdengan rapih dan berhias tanpa

di bantu perawat

5) Istirahat dan tidur


Klien mengatakan tidur siang lamanya kurang lebih 3 jam, dan tidur

malam lamanya kurang lebih 8 jam, sebelum tidur klien berdo’a terlebih

dahulu dan setelah bangu tidur klien mandi pagi baru berdo’a
6) Penggunaan obat
Klien minum obat dengan bantuan minimal dari perawat
7) Pemeliharaaan kesehatan
Klien diajak untuk berobat kembali dan keluarga mendukung untuk

berobat
8) Kegiatan di dalam rumah
Klien mau menjaga kerapihan rumah missal : Menyapu
9) Kegiatan di luar rumah
Klien di rumah pernah belanja dank klien jarang menggunakan alat

transportasi
10) Mekanisme koping
Klien mengatakan bila ada masalah klien bercerita dengan orang lain.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


g. Masalah psikososial dan lingkungan
1) Masalah dukungan kelompok
Klien tidak ada dukungan kelompok
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan malu untuk bergaul dengan lingkungan karena

mengalami gangguan jiwa

3) Masalah dengan pendidikan


Klien mengatakan tidak selesai kuliah karena tidak memiliki biaya
4) Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan belumpernah bekerja
5) Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan tinggal dengan orang tua
6) Maslah ekonomi
Biaya pengobatan di jamin oleh orangtuanya
31

7) Masalah dengan pelayanan kesehatan


Klien mengatakan sudah kluar masuk RS. Jiwa dua kali, bila klien sakit

pisik klien klien berobat kepuskuesmas


8) Masalah lainya
Klien mengatakan tidak punya masalah lainnya
9) Masalah dengan dukungan lingkungan klien mengatakan tidak ada

masalah dengan lingkungannya. Masalah keperawatan : Harga diri rendah


10) Pengetahuan kurang tentang
11) Aspek medik
Diagnosa medis : skizoprenia paranoid ( F 20.0 )
Terapi medik :
a. Resperidone 1x2 mg / tablet
b. Trihexypenidil 1x2 mg / tablet
c. Clorpromazine 1x100 mg / tablet
Jakarta 20 juli 2009
Mahasiswa
ARIE NOVIANSYAH

ANALISA DATA

Hari/tanggal : Senin 20 Juli 2009 Ruangan : Cendrawasih

Nama klien : Tn I No register : 00 15 82

Tanggal / jam Data Fokus Masalah keperawatan


20 Juli 2009 DS : Klien mengatakan Gangguan sensori persepsi
09.00-09.10 - Klien mengatakan mendengar
halusinasi pendengaran
suara –suara ibu tirinya

memanggil namannya suara

itu muncul 2x bila mendengar

suara itu perasaan klien

gelisah, bila klien mendengar

suara itu klien menutup

telinganya
32

DO : Klien tampak

- Mondar-mandir
- Tersenyum sendiri
- Bicara klien kacau
20 Juli 2009 DS : Klien mengatakan Isolasi sosial
09.10-09.20 - Klien malas berbincang-

bincang dengan temannya

karena lebih suka diam dan

menyendiri

DO : Klien tampak

- Jarang berbincang-bincang

dengan temannya
- Jika diajak bicarakadang-

kadang klien menunduk

kontak mata kurang


20 Juli 2009 DS : Klien mengatakan Harga diri rendah
09.20-09.30 - Malu bergaul dengan orang

lain kerena klien mengalami

gangguan jiwa
- Klien malu bergaul di

lingkungan karena mengalami

gangguan jiwa

DO : Klien tampak

- Ekspresi wajah klien sedih


- Kontak mata klien kurang saat

berbincang-bincang
20 Juli 2009 DS : Klien mengatakan Regimen teraupetik
10.00-10.10 - Pernah dirawt di RSJ 2 kali
inefektif
saat dirumah tidak tidak rawat
33

jala, minum obat

DO : Dari status

- Klien perrnah dirawat di RSJ 2

kali 2003-2009, 17-06-2009


20 juli 2009 DS : Klien mengatakan Koping keluaga inefektif
10.10-10.20 - Keluarga tidak pernah

memperhatikan dalam

mendengarkan perasaan klien


- Keluarga tidak pernah

melibatkan dalam mengambil

keputusan

DO : Dari status

- Di dapatkan data bahwa

keluarga tidak menjenguk

kurang lebih 1 minggu


20 juli 2009 DS : Klien mengatakan Resiko prilaku kekerasan
10.20-10.30 - Marah-marah karena

mendengar suara-suara ibu

tirinya yang memanggil

namanya

DO : Klien tampak

- Gelisah
- Ekspresi wajah tampak marah

13. Pohon Masalah

Resiko perilakukekerasan
34

Gangguan Sensori Persepsi

Halusinasi Pendengaran

Regimen terapeutik inefektif Isolasi social

Harga diri rendah

Koping keluarga inefektif

Masalah Keperawatan

a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran


b. Isolasi social
c. Harga diri rendah
d. Koping keluarga inefektif
e. Regimen terapeutik inefektif
f. Resiko perilaku kekerasan

B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang telah terkumpul maka tahap selanjutnya adalah

melakukan proses validasi data yang vali, di kelompokan lalu di analisa data, pada

tanggal 20 juli 2009 – 22 juli 2009 di dapatkan, Diagnosa keperawatan sebagai

berikut :
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
2. Isolasi social
3. Harga diri rendah
4. Koping keluarga inefektif
5. Regimen terapeutik in efektif
35

6. Resiko perilaku kekerasa

C. Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi


1. Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara-suara memanggial namanya suara itu

muncul malam dan sore hari suara itu muncul 2 kali bila mendengar suara itu

perasaan klien gelisah


b. Klien mengatakan suara itu muncul malam dan sore hari
c. Klien mengatakan kesal bila suara itu datang
Data Objektif
a. Klien suka mondar-mandir dan bicara sendiri
Perencanaan keperawatan
TUM : Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Evaluasi

Setelah 2 kali interaksi, klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat :

a. Ekspresi wajah bersahabat


b. Menunjukan rasa senang
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan
e. Mau menyebutkan nama
f. Mau menjawab salam
g. Mau duduk berdampingan dengan perawat
h. Bersedia mengungkapkan masalah yang di hadapi

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya


1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan di sukai klien
4) Buat kontrak yang jelas
5) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
6) Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
8) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien
9) Dengarkan dengan penuh perhatian akspresi perasaan klien
36

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria Evaluasi

Setelah 2 kali interaksi klien menyebutkan :

Isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi

Interpensi

a. Adakan kontak sering singkat secara bertahap


b. Observasi tingkah laku klien terkait tingkah laku klien (Bicara dan tertawa

tanpa stimulus, memandang ke kiri atau kenan, kedepan seolah-olah ada

teman bicara).
1) Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu, jika klien menjawab ya,

tanyakan apa yang sedang di alaminya, katakana bahwa perawat

percayaklien mengalami hal tersebut, namun perawat tidak

mengalaminya, katakana perawat akan membantu klien.


2) Diskusikan dengan klien apa yang di rasakan jika terjadi halusinasi dan

beri kesempatan mengungkapkan perasaan klien.


3) Diskusikan dengan klien apa yang di lakukan untuk mengatasi perasaan

tersebut.
4) Diskusikan tentang dampak yang akan di alaminya bila klien

menikmatinya.

TUK 3 : Klien dapat mengonrtol halusinasi

Kreteri Evaluasi

Setelah 4 kali klien menyebutkan tindakan yang biasanya di lakukan untuk

mengendalikan halusinasi, klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol


37

halusinasi, klien dapat melaksanakan cara yang telah di pilih untuk mengen

dalikan halusinasi, klien dapat mengikut terapi aktivitas kelompok.

Intervensi

a. Mengidentifikasi bersama klien cara atu tindakan yang di lakukan jika terjadi

halusinasi
b. Diskusi kan manpaat cara yang di gunakan klien, jika bermanpaat berikan

pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutuskan atau mengontrol timbulnya

halusinasi, katakana pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui orang

lain untuk menceritakan yang membuatnya halusinasi, melaksanakan jadwal

kegiatan sehari-hari, meminta teman, perawat, keluarga menyapa jika sedang

berhalusinasi.
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi yang sudah

yang sudah di anjurkan dan di latih.


e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah di latih
f. Pantau pelaksanaan yang telah di pilih, jika berhasil beri pujian
g. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok,orientasi realita, stimulus

persepsi.

TUK 4 : Klien dapat dapat dukungan darikeluarga dalam mengontrol

halusinasinya.

Kriteria Evalusi

Setelah 2 kali pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti

pertemuan dengan perawat, keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan

tindakannya dalam mengendalikan halusinasinya.

Intervensi

a. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (wakru, tempat dan topi)
38

b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga /kunjungan

rumah)
1) Pengertian halusinasi
2) Tanda dan gejala halusinasi
3) Proses terjadi halusinasi
4) Cara yang dapat di lakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
5) Obat-obat halusinasi
6) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan,

jangan biarkan sendirian, maka bersama, berpergian bersama, memantau

obat-obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi).


c. Beri informasi waktu control kerumah sakit dan bagai man cara mencari

bantuan jika halusinasi tidak dapat di atasi di rumah.

TUK 5 : klien dapat memanpaatkan obat dengan baik

Kriteria Evaluasi

Setelah 2 Kali interaksi klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian

tidak minum obat, nama,warna, dosis, efek terapi dan efek samping penggunaan

obat, klien dapat mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar, klien dapat

menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.

Intervensi

a. Diskusikan dengan klien tentang manpaat minum obat dan kerugian tidak

minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan samping penggunaan

minumobat.
b. Pantau klien saat penggunaan obat
c. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
e. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat, jika terjadi hal-

hal yang tidak di inginkan.


Pelaksanaan Keperawatan
Strategi Pelaksanaan I
Tanggal 20 juli 2009, Pukul 09.00 – 09. 10 WIB
39

a. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunilasi

terapeutik :
1) Menyapa klien dengan ramah baik perbal maupun non verbal
2) Memperkanalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai klien
4) Membuat kontrak yang jelas
5) Menunjukan sikap jujur dan menepati setiap interaksi
6) Menunjukan sikap impati dan menerima apa adanya
7) Memberikan perhatian kepada klien
8) Perhatikan kebutuhan dasar klien
9) Menanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien
10) Mendengarkan dengan penuh perhatian, ekspresi perasaan klien
b. Melakukan kontrak sering dan singkat secara bertahap
c. Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (Bicara dan

tertawa tanpa adanya stimulus)


d. Menanyakan apakah klien mendengarkan sesuatu
1) Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang di dengarnya
2) Mengatakan bahwa perawat percaya klien mengalaminya (Dengan nada

bersahabat tanpa menuduh atau menghakiminya)


e. Mengatakan bahwa perawat akan membantunya
f. Mendiskusikan dengan klien apa yang di rasakan jika jika terjadi halusinasi

dan beri kesempatan untuk mengungkap perasaannya


g. Mendiskusikan dengan klien apa yang di lakukan untuk mengatasi perasaan

tersebut
h. Mendiskusikan tentang dampak yang akan di alaminya jika klien menikmati

halusinasinya
i. Mendiskusikan bersama klien cara atau tindakan yang di lakukan jika terjadi

halusinasi (tidur, marah, enyibukkan diri)


j. Mendiskusikan cara yang di gunakan klien
1) Jika cara yang di gunakan adaptif berikan pujian
2) Jika cara yang di gunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
k. Mendiskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol halusinasinya
1) Mengatakan pada diri sendiri bahwa ini ridaknyata ( “saya tidak mau

lihat/dengar/raba pada saat halusinasi terjadi”)


2) Menemui orang lain (perawat,teman, anggota keluarga) untuk

menceritakan tengtang halusinasinya


3) Membuat dan mengisi jadwal kegiatan sehari-hari yang telah di susun
4) Meminta kelurga, teman, perawat menyapa klien sedang halusinasi
40

l. Membantu klien cara yang sudah di ajarkan dan di latih untuk

mencobanya
m. Memberi kesempatan untuk melakukan cara yang di pilih dan di latih
n. Memantau pelaksanaan yang telah di pilih da di latih jika berhasil beri pujian
o. Menganjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok : orientasi rialiras

dan TAK stimulus persepsi


Evaluasi :
Tanggal 20 juli 2009, pukul 09.10 – 09.20 WIB
Subyektif
a. Klien menjawab salam
b. Klien mengatakan namanya Tn. I
c. Klien mengatakan suka mendengar suara-suara ibu tirinya memanggil

namanya
d. Klien mengatakan suara itu datang sore,malam malam hari
e. Klien mengatakan suara itu dating selama 2 menit lalu hilang
f. Klien mengatakan suara itu datang jika klien sedang menyendiri
g. Klien mengatakan kesal bila suara itu datang
h. Klien mengatakan mau mengetahui cara lain mengontrol halusinasi
Objektif :
a. Klien menjawab salam dan berjabat tangan
b. Klien menyebutkan namanya Tn. I
c. Klien mau mendengar dan menjawab pertanyaan perawat
d. Klien menunjukan hubungan baik antara klien dan perawat
e. Klien dapat melakukan cara menghardik dengan cara : menutup telinga

dengan tangan sambil berkata pergi-pergi saya tidak mau dengar itu suara

palsu
f. Klen dapat memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian

Analisa Data

a. Klien dapat mengenal halusinasi


b. Klien dapat mengontrol halusinasi
c. Klien dapat menghardik halusinasi dengan mandiri
d. Klien dapat memasukkan kegiatan kedalam jadwa kegiatnl harian

Perencanaan :

Perawat :

Pertahan kan SP I dan lanjut SP II yaitu :

a. Evaluasijadwal kegiatan harian


41

b. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain
c. Anjurkan klien memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatan harian

Klien :

a. Anjurkan klien agar mengingat apa yang sudah di anjurkan


b. Diharapkan klien dapat memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan

harian

Paraf

( ARIE NOVIANSYAH )

Strategi pelaksanaan II

Tanggal 21 juli 2009, pukul 09,20 – 09,30 WIB

a. Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal


b. Merencanakan bersama klien aktivitas/kegiatan sehari-hari yang dapat di

lakukan sesuai kemampuan klien


c. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain
d. Member pujian atas kegiatan yang telah di lakukan
e. Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan ke dalam jagwal kegiatan

harian

Subjektif :

a. Klien mengatakan senang setelah berbincang-bincang dengan perawat


b. Klien mengatakan sudah melakukan cara menghardik
c. Klien mengatakan sudah bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mengendalikan halusinasi
d. Klien mengatakan sudah memasukan kegiatan kedalam jadwal harian

Objektif :
42

a. Klien dapat mengingat nama perawat


b. Klien dapat memperaktekkan cara menghardik
c. Klien terlihat bercakap-cakap dengan orang lain untuk menghardik halusinasi
d. Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian

Analisa Data

a. Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian


b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
c. Klien dapat memasukkan kegiatan bercakap-cakap kedalam jadwal kegiatan

harian klien

Perencanaan :

Perawat :

Pertahankan SP II dan lanjutkan SP III, yaitu :

a. Cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan harian klien


b. Latih klien memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian

Klien :

a. Anjurkan klien mempraktekkan cara mengontrol halusinasi


b. Anjurkan klien untuk memasukkan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan harian
Paraf

(ARIE NOVIANSYAH)

Strategi Pelaksanaan III

Tanggal 21 juli 2009, pukul 09.30 – 09 40 WIB

a. Mengevaluasi kegiatan harian klien


b. Melatih klien mengendalikan halusinasi denga melakukan kegiatan yang bias

di lakukan
c. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatan harian

Evaluasi :

Tanggal 21 juli 2009, pikul 09.40 -09.50 WIB

Subjektif :
43

a. Klien mengatakan sudah memasukkan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan

harian
b. Klien mengatakan sudah berbincang-bincang dengan temannya
c. Klien mengatakan senang menyap, merapihkan tempat tidur dan mengambil

air
d. Klien mengatakan sudah dapat memutus suara itu dengan beraktivitas

Objektif :

a. Klien sudah mengisi jadwal kegiatan harian


b. Klien dapat mempraktekkan cara mengendalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan
c. Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian

Analisa Data :

Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang biasa

dilakukan dan memasukkan kegiatan harian ke dalam jadwal kegiatan harian

Perencanaan :

Perawat :

Pertahankan SP III, lanjut SP IV

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian

Klien :

a. Di harapkan klien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi


b. Anjurkan klien untuk melaksanakan apa yang di ajarkan dan

memasukkannya ke dalam jadwa kegiatanl haraian

Paraf

ARIE NOVIANSYAH

Strategi pelaksanaan IV
44

Tanggal 22 juli 2009, pukul 10.00 – 10.10 WIB

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c. Menganjurkan klien memasukkan kegiatn ke dalam jadwal kegiatan harian

Evaluasi :

Tanggal 22 juli 2009, 10.10 – 10 20 WIB

Subjektif :

a. Klien mengatakan senang setelah berbincang-bincang dengan mantra


b. Klien mengatakan klien mengatakan belum memasukkan kegiatan kedalam

jadwal kegiatan harian


c. Klien mengatakan sudah tau mamfaat bila minum obat dan kerugian bila

tidak minum obat


d. Klien mengatakn mau minum obat secara teratur
e. Klien mengatakan tahu empat cara untuk mengontrol halusinasi
f. Klien mengatakan sudah memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan

harian

Objektif :

a. Klien sudah mengisi jadwal kegiatan harian


b. Klien dapat menyebutkan manfaat dan kerugian bila tidak minum obat secara

teratur
c. Klien dapat mengisi jadwal kegiatan minum obat kedalam jadwal kegiatan

harian

Analisa data :

Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara yang ke empat yaitu minum

obat secara teratur

Perencanaan :

Perawat :
45

a. Anjurkan klien untuk mengisi jadwal kegiatan harian


b. Evaluasi kembali apa yang sudah di ajarkan untuk menghilangkan suara-

suara

Klien :

Anjurkan klien untuk melaksanakan apa yang sudah di ajarkan perawat

memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian

Paraf

ARIE NOVIANSYAH

Srtategi Pelaksanaan IV

Tanggal 22 juli 2009, pukul 10.30 – 10. 40 WIB

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


b. Mengajarkan klien cara-cara mengendalikan halusinasi
c. Menjelaskan mamfaat mengetahui 4 cara mengendalikan halusinasi
d. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian

Evaluasi :

Tanggal 22 juli 2009, pukul 11.00 – 11.10 WIB

Subjektif :

a. Klien mengatakan tahu 4 cara mengendalikan halusinasi


b. Klien sudah memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatan harian

Objektif :

a. Klien mengatakan tahu 4 cara mengendalikan halusinasi (menghardik,

bercakap-cakap, melakukan aktivitas, minum obat secara teratur)


b. Klien sudah memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatan harian

Analisa Data :

Klien dapat menyebutkan 4 cara mengontrol halusinasi


46

Perencanaan :

Perawat :

Di legasikan keperawat ruang cendrawasih

Klien :

Di harapkan klien dapat mengontrol halusinasinya

Paraf

ARIE NOVIANSYAH
47

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus yang diamati serta

membandingkannya dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana factor

pendukung dan factor penghambat, serta solusinnya dalam memberikan Asuhan

keperawatan pada Tn I dengan gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran

diruang cendrawasih RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang dilaksanakan selama 3 hari

dari tanggal 20 juli 2009-22 juli 2009.

A. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat

mengenai klien agar dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada klien.
Dalam pengkajian ini, untuk mengumpulkan data dilakukan dengan

menggunakan format pengkajian yang diperoleh dari wawancara, observasi

langsung dengan klien, informasi catatan perawat, rekam medis dan catatan

ruangan.
Pada tahap pengkajian ini, penulis menemukan kesesuaian antara teori dan

kasus, yaitu penyebab dari halusinasi di teori adalah gangguan emosi yang dapat

mengakibatkan ilusi, psikosis dan halusinasi, sedangkan pada kasus klien

mengalami halusinasi karena gangguan emosi, klien halusinasinya dengan marah-

marah. Pada tinjauan teori dijelaskan faktor predisposisi yaitu dari faktor biologis,

psikologis dan sosial budaya, sedangkan pada kasus ada kesesuaian dan segi

psikologis dan dari sosial budaya klien mempunyai harapan ingin bekerja namun

tidak terpenuhi sehingga klien mengalami stess dan akibatnya terjadi gangguaan

psikotik. Sedangkan faktor presipitasi yang ada pada teori adalah dari segi biologi,
48

stess lingkungan dan pemicu gejala dan pada kasus ada kesesuain antara teori dan

kasus yaitu klien yang mengalami keputuasan karena sampai sekarang klien belum

bekerja. Klien sebelumnya pernah mengalami penyakit gangguan jiwa dan segi

sikap dan prilaku klien terlihat suka melamun dan menyendiri karena memikirkan

apa yang terjadi pada dirinya. Manifestasi klinis yang ada pada teori adalah klien

yang suka bicara sendiri, menyendiri, tidak dapat membedakan hal nyata/tidak

dapat memusatkan konsentrasi, merusak diri, dan mudah tersinggung, ada

kesesuaian antara teori dan kasus yaitu dikasus klien mengalami prilaku seperti

bicara sendiri klien tampak menyendiri


Pada mekanisme koping penulis menemukan kesesuaian antara teori dan

kasus yaitu yang ada diteori terjadi regresi, proyeksi dan menarik diri, sedangkan

yang ada dikasus klien suka marah-marah tanpa sebab, klien menjadi menyendiri,

menghindar dari orang lain. Halusinasi klien berada pada fase III, yaitu di teori

karakteristiknya klien menerima pengalaman sensorinya, yang ditandai dengan

orang lain, perhatian dengan lingkungan berkurang dan tidak mampu mengikuti

perintah perawat. Hal ini merupakan suatu kesesuaian baik di teori maupun di

kasus.
Penatalaksanaan farmakologi yang diberikan pada Tn I ada kesesuaian antara

teori dan kasus yaitu di teori mendapatkan terapi Chlorpromazine/CPZ 100 mg 1x1

tablet peroral gunanya untuk mengilangkan suara-suara. Trihepsipenidil/THP 2 mg

2x1 tablet peroral gunanya untuk merileksasikan badan agar tidak kaku,

resperidon/RISP 2 mg 1x2 tablet peroral gunanya untuk menenangkan pikiran. Pada

kasus klien mendapatka terapi Chlorpromazine/CPZ 100 mg 1x1 tablet peroral

gunanya untuk mengilangkan suara-suara. Trihepsipenidil/THP 2 mg 2x1 tablet

peroral gunanya untuk merileksasikan badan agar tidak kaku resperidon/RISP 2 mg


49

1x2 tablet peroral gunanya untuk menenangkan pikiran karena klien berada pada

tahap III yang isinya menyerah dan menuruti halusinasi, Tn I tidak di berikan

haloperidol/HLP yang gunanya sebagai penenang karena HLP diberikan pada

halusinasi tahap IV.


Pohon masalah yang sesuai antara teori dan kasus yaitu gangguan sensori

persepsi : Halusinasi pendengaran yang di sebabkan oleh isolasi sosial dan dapat

menyebabkan prilaku kekerasan. Sedangkan pohon masalah yang tidak sesuai

dengan teori adalah koping keluarga inefektif kerena klien mengatakan keluarga

klien menjenguk seminggu sekali, regimen teraupetik inefektif karena klien sudah

ke dua kalinya masuk RS Jiwa, Klien pernah mengikuti rawat jalan tapi kurang

berhasil kerena tidak meneruskan minum obat sebab factor biaya, harga diri rendah

karena klien tidak bekerja dank lien tidak mau bergaul Karena mengalami gangguan

jiwa, deficit perawatan diri karena penampilan klien rapi, mengganti pakaian

pakaian setiap kali habis mandi dan klien juga dapat menyisir rambut dengan rapih.
Dalam pengkajian penulis menemui hambatan yaitu tidak bertemu dengan

keluarga klien, maka solusinya adalah dengan melakukan kunjungan rumah. Factor

pendukungnya karena sudah terbina saling percaya antaraklien dan perawat dan saat

berinteraksi klien kooperatif

B. Diagnosa keperawatan
Tahap kedua dalam Asuhan Keperawatan yaitu merumuskan diagnosia

Keperawatan, setelah data lengkap dan Vailid, ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus, dimana diagnosa yang ada pada tinjauan teori ada 3 yaitu : gangguan

sensori : Halusinasi pendengaran, isolasi dan prilaku kekerasan, sedangkan

diagnose yang diremukan pada kasus ada enam diagnose dengan tambahan tiga

koping keluarga inefektif karena klien pernah mengikuti rawat jalan tapi tidak
50

berhasil karena klien tidak meneruskan minum obat sebab klien tidak mempunyai

biaya untuk membeli obatnya, harga diri rendah karena klien tidak bekerja dank lien

malu bergaul; dengan orang lain karena mengalami gangguan jiwa.


Penulis tidak mengalami hambatan saat menegakan diagnosa, karena data

yang didapat sudah lengkap dan vailid. Factor pendukungnya karena sudah terbina

hubungan saling percaya dan saat berinteraksi klien kooperatif.

C. Perencanaan
Tahap lanjut dari diagnosa keperawatan yang akan ditegakan yaitu

perencanaan berdasarkan diagnose keperawatan yang sudah di prioritaskan, maka

criteria hasil ditentukan dengan menggunakan tolak ukur SMART (Specifik,

Measurable, Accurable, Time) perencanaan yang terdapat pada teori dan tinjauan

kasus diatas tidak ada perbedaan yang berarti pada masing-masing diagnosa, tujuan

disesuaikan dengan kondisi klien sebagai tujuan yang ditetapkan harus spesifik,

perencanaan untuk melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan klien, dalam

menetapkan perencanaan, mengikut sertakan keluarga dalam pengobatan.faktor

penghambatnya karena tidak bertemu keluarga, sedangkan factor pendukung karena

saat berinteraksi klien kooperatif, dan solusinya adalah bekerja sama dengan

perawat ruangan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.

D. Implementasi
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan

yang sudah disusun dari masing-masing diagnosa keperawatan. Pada kasus

gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran terdiri dari SP Klien dan SP

Keluarga, SP yang sudah dilaksanakan pada diagnosa gangguan sensori persepsi :

Halusinasi pendengaran, adalah SP I pada klien yaitu yang dapat membina

hubungan saling percaya, klien juga dapat mengenal dan mengontrol halusinasinya,
51

SP II pada klien yaitu klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat

mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, klien

dapat memasukan kegiatan ke dalam jadwal. SP III pada klien yaitu klien dapat

mengvaluasi jadwal kegiatan harian,klien dapat mengendalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan yang biasa klie lakukan, klien dapat memasukan kegiatan

kedalam jadwal kegiatan harian, dan SP IV pada klien yaitu klein dapat

mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, klien dapat mengetahui tentang

kegunaan obat secara teratur, klien dapat memasukan dalam jadwal kegiatan harian,

sedangkan SP keluarga tidak dilaksanakan.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari peoses keperawatan dan dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan perlu ada evaluasi, setelah dilakukan implementasi

keperawatan penulis dapat mengevaluasi tindakan pada diagnosa keperawatan

gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran.


Berdasarkan evaluasi dari diagnosa keperawatan pertama halusinasi

pendengaran yaitu : SP I, II,III,dan SP IV yaitu menevaluasi jadwal kegiatan harian

klien, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang

lain, melakukan kegiatan yang biasa dilakukan klien, minum obat secara teratur,

menganjurkan klien memasukan kegiatan kedalam kegiatan harian.


52
53

BAB V
PENUTUP

Setelah penulis membahas mengenai Asuhan Keperawatan pada Tn I dengan

masalah utama gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran di ruang

cendrawasih RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada tanggal 20 juli 2009-22 juli

2009, maka pada bab ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang telah diuraikan

pada bab-bab sebelumnya dan member beberapa saran yang berguna untuk

meningkatkan pemberian Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sensori

persepsi : Halusinasi Pendengaran


A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian pada Tn I dengan Gangguan sensori persepsi :

Halisinasi pendengaran ditemukan data-data bahwa Tn I mengatakan sering

mendengar suara-suara ibu tirinya memanggil namanya, suara tersebut dating pada

sore dan malam hari. Klien merasa kesal saat suara itu datang, saat suara itu dating

klien menjadi menarik diri. Setelah mendapatkan data-data yang lengkap dan valid,

maka ditemukan diagnose yang ada pada Tn I ada enam diagnose keperawatan yaitu

gangguan sensori persepsi, : Halusinasi Pendengaran, isolasi social, harga diri

rendah, Koping keluarga inefektif, Regimen terapeutik inefektif, Resiko prilaku

kekerasan.
Rencana tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn I adalah

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran adalah bina hubungan saling

percaya, diskusikan dengan klien tentang isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi

yang menimbulkan halusinasi, respon klien dan cara mengontrol halusinasi dengan

cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, berbincang-bincang dengan orang

lain, melakukan aktivitas yang bisa dilakukan klien dan memanfaatkan obat dengan

baik.
54

Atindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn I dengan diagnose

keperawatan gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran adalah membina

hubungan saling percaya, mendiskusikan dengan klien tentang isi, waktu, frekuensi,

respond dan kondisi timbulnya halusinasi, mengajarkan klien cara mengontrol

halisinasi dengan dengan cara menghardik, berbincang-bincang dengan orang lain,

melakukan aktivitas dan minum obat secara teratur.


Semua rencana keperawatan dapat dilakukan karena kondisi klien yang

cukup kooperatif, situasi yang mendukung, perawat yang memfasilitasi sarana dan

prasarana yang diperlukan penulis. Evaluasi keperawatan yang suadah dicapai

adalah diagnose gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran yaitu SP

I,II,III,IV, sedangkan untuk SP keluarga tidak dilaksanakan

B. Saran
1. Mahasiswa yang mengalami hambatan dalam tahap pengkajian terutama saat

mengumpulkan data dimana mahasiswa tidak dapat bertemu keluarga klien,

sebaiknya mahasiswa tersebut melakukan “ Home Visit “ sehingga data yang

didapatkan lengkap dan vailit


2. Mahasiswa bekerja sma dengan perawat ruangan untuk melaksanakan proses

keperawatan yang belum tercapai khususnya untuk SP keluarga.

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN

SP1 GSP HALUSINASI PENDENGARAN

Hari / tanggal: Senin 20 Juli 2009


55

Nama klien : Tn I

Ruangan : Cendrawasih

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subyektif : Klien mengatakan mendengar suara-suara.
Klien mengatakan suara-suara itu muncul pada saat klien

sendiri malam dan sore hari


Data objektif : Klien tampak bicara sendiri, tertawa sendiri, melamun
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sansori persefsi halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasi
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi jenis halusinasi klien
c. Identifikasi isi halusinasi klien
d. Identifikasi waktu halusinasi klien
e. Identifikasi frekuensi halusinasi klien
f. Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
g. Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
h. Anjurkan klien memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal

kegiatan harian

B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam teraupeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya mantra Arie Noviansyah bias

dipanggil mantri Arie. Kalau mantri boleh tahu nama bapak siapa?dan lebih

disukai dipanggil siapa? Saya mahasiswa dari Akademi Kesehatan Swakarsa

saya akan dinas disini selama 3 hari dan saya akan merawat bapak
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
c. Kontrak
Topik : Bapak bagaimana kalau sekarang kita berbincang agar kita saling
Mengenal dan bapak dapat mengenal suara-suara
Waktu : Berapa lama bapak, kita akan berbincang-bincang bagaimana

kalau kita 10 menit saja dari pukul 09.00 s/d 09.10 WIB
56

Tempat : Bapak Dimana kita akan berbincang-bincang disini atau di sofa

depan?

d. Tujuan
Tujuan kita berbincang-bincang agar biasa saling mengenal saya, bapak dan

bapak bisa mengenal suara-suara yang bapak dengar


2. Fase kerja
a. Bapak masih mendengar suara-suara tanpa ada jawaban?
b. Terus menerus atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering didengar ?

berapa kali sehari bapak alami ? pada keadaan apa suara itu muncul
c. Apakah yang bapak rasakan saat suara-suara itu muncul?
d. Apa yang bapak lakukan saat suara-suara itu muncul? Apakah dengan cara-

cara itu suara-suara hilang? Bagaimana kalau kita dengan cara-cara untuk

mencegah suara-suara itu muncul


e. Bapak ada 4 cara untuk mencegah suara itu muncul yang pertama dengan

caramenghardik suara tersebut? Kedua dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain? Ketiga dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan

yang keempat minum obat yang teratur


f. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan cara menghardik!

Caranya sebagai berikut : saat suara itu muncul langsung bapak bilang pergi?

Saya tidak mau dengar suara kamu palsu begitu diulang sampai suara? Itu

hilang / pergi coba bapak peragakan. Nah begitu, bagus coba lagi, ya bagus

bapak sudah bisa.


g. Sekarang bagaimana jika kita buat jadwal hariannya

3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : Bagaimana prerasaan bapak setelah kita berbincang-bincanghari
Ini ?
Objektif : Bapak tadi kita sudah saling mengenal coba bapak sekarang,
Bapak sebutkan lagi nama saya siapa, dan asalnya dari mana?
Dan coba ulang cara mengendalikan suara-suara yang bapak
57

b. Rencana tindakan lanjut


Bapak setelah kita berbincang-bincang saya harap bapak masih ingat cara

menghadapi halusinasi suara yang bapak dengar dengar dengan cara tutup

telinga.
c. Kontrak
Topik : Bapak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi.

Menurut bapak besok kita berbincang-bincang mengenai apa ?

bagaimana kalau kita berbincang-bincang dengan orang lain.

Waktu : Bapak, jam berapa kita besok akan berbincang-bincang

bagaimana kalau Jam 09.00 s/d 09.10 WIB selama 10 menit

Tempat : Bapak dimana kita akan berbincang-bincang bagaiman kalau

sopa depan saja pak?

Baiklah pak, karena waktunya sudah habis saya akan kembali keriangan

saya, besok kita akan ketemu lagi selamat siang pak?

STATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN

SP2 GSP HALUSINASI PENDENGARAN

Hari/tanggal : Selasa, 21 Juli 2009 Ruangan : Cendrawasih

Nama Klien : Tn I No register : 001582

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
58

Data Subyektif : Klien masih mendengar suara-suara ibu tirinya suara-

suara itu
Muncul pada saat lagi sendiri, sore dan malam hari.
Data objektif : Klien tampak gelisah, mondar-mandir melamun sendiri
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap cakap dengan

orang lain
c. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi komunikasi
I. Fase orientasi
1. Salam terapeutik : Selamat pagi pak ?
2. Evaluasi / validasi : Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Bapak masih ingat apa yang kita bicarakan

kemarin ?
Coba bapak mengulangi, bagus bapak masih ingat.
Kita masukkan ke jadwal harian ya bapak
3. Kontrak
a. Topik : Bapak sesuai janji kita kemarin kalau bapak mau

berbincang
Bincang tentang bagaimana bapak mengendalikan

halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang

lain
b. Waktu : Bapak sesuai janji kemarin kita akan berbincang-bincang

dari pukul 09.00 s/d 09.10 WIB


c. Tempat : Sesuai janji kemarin kita akan berbincang-bincang

ditempat/ sofa ini saja.


d. Tujuan : Tujuan kita berbincang-bincang agar bapak tahu cara
Mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain


II. Fase kerja
Apa yang bapak lakukan jika bapak mendengar suara-suara yang aneh itu ?

setelah mantri ajarkan cara menghilangkan suara-suara itu ? caranya bapak


59

bisa lakukan kegiatan bercakap-cakap dengan teman sekamar, perawat, dan

petugas rumah sakit. Menurut bapak ada cara lain untuk memutus cara

tersebut. Alangkah baiknya jika semua cara yang mantra beritahu dapat

dicoba bapak, jika bapak sudah melakukannya bapak dapat memasukan

kedalam jadwal kegiatan harian bapak.


III. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah tahu tentang

cara
Menghilangkan suara-suara itu
Evaluasi objektif : bagaimana kalau bapak menyebutkan kembali

tentang
Cara menghilangkan suara yang bapak dengar

bagus
2. Rencana tindak lanjut
Baiklah bapak, harapan mantra bapak mengingat apa yang sudah kita

bicarakan tadi bapak dapat mencobanya


3. Kontrak yang akan datang
Topik : Bapak, bagaimana besok kita membicarakan cara lain

mengontrol
Halusinasi dengan melakukan kegiatan dengan menyapu

lantai atau
Merapihkan tempat tidur
Waktu : Bapak besok kita mau melakukan kegiatan jam berapa?
Bagaimana jika seperti kemarin dari jam 10.00 s/d 10.10

WIB
Tempat : Dimana kita akan melakukan kegiatannya. Bagaimana kalau

ditempat ini saja.

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN

SP3 GSP HALUSINASI PENDENGARAN


60

Hari/tanggal : Rabu, 22 Juli 2009 Ruangan : Cendrawasih

Nama klien : Tn I No register : 00 15 82

A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subyektif : Mendengar suara-suara setiap klien sendiri dan malam

hari
Data objektif : a. Gelisah
b. Mondar-mandir
c. Bicara sendiri
d. Tersenyum sendiri
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya cara ke 3 atau kegiatan
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan-

kegiatan yang biasa dilakukan klien


c. Anjurkan klien melakukan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam teraupetik
Selamat pagi bapak
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah suara-suara masih muncul?

Apakah sudak dipakai cara-cara yang telah kita latih ? bagaimana

hasilnya ? bagus ! sudah berbincang-bincang bila mendengar suara


c. Kontrak
Topik : Baiklah, sesuai janji kita, hari ini kita beajar cara yang ke tiga

untuk mencegah suara-suara yang sering bapak dengar yaitu

melakukan kegiatan terjadwal


Waktu : Bapak berapa lama kita akan melakuakn kegiatan bagaimana

kalau 10 menit ? Baiklah


Tempat: Bapak sesuai janji kita kemarin kita akan melakukan kegiatan

bagaimana kalau di sini saja


61

2. Fase kerja
1. Apa saja yang bisa bapak lakukan ? pagi-pagi apa kegiatannya terus jam

berikutnya ? wah banyak sekali kegiatannya mari kita latih dua kegiatan

hari ini menyapu lantai


2. Bagus sekali bapak bisa melakukan kegiatan ini dapat bapak I lakukan

untuk mencegah suara tersebut muncul kegiatan yang lain akan kita

lakukan latihan lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan

3. Fase terminasi
a. Evaluasi
1. Subyektif : Bagaimana perasaan bapak I setelah latihan ini ?
2. Objektif : jadi sudah ada berapa cara yang bapak I pelajari untuk

mencegah suara-suara itu muncul ? bagus coba ulangi lagi cara yang

kita pelajari tadi yaitu melakukan kegiatan terjadwal ? Bagus !


b. Rencana tindak lanjut
Harapan mantri, bapak melakukan latihan kegiatan yang bisa bapak

lakukan untuk mengontrol suara-suara yang bapak dengar jangan lupa

masukan kejadwal harian ya pak


c. Kontrak
1. Topik : Bapak bagaimana kalau nanti siang menjelaskan makan

siang kita
Membahas cara meminum obat yang baik serta guna

obat
2. Waktu : Jam berapa ? bagaimana kalau jam 12.00 WIB siang ?
3. Tempat : Dimana tempatnya ? disini lagi ?baiklah sampai jumpa

besok selamat siang ?


62

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN

SP4 GSP HALUSINASI PENDENGARAN

Hari/tanggal : Rabu, 22 Juli 2009 Ruangan : Cendrawasih

Nama klien : Tn I No register : 00 15 82

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subyektif : - Klien mengatakan belum memasukan kegiatan kedalam

jadwal kegiatan harian


- Klien mengatakan sudah tahu menfaat dari minum obat

dan tahu kerugian bila tidak minum obat


- Klien mengatakan mau meminum obat secara teratur

Data Objektif : - Klien sudah memasukan kegiatan kedalam jadwal harian

- Klien dapat menyebutkan warna dan kegunaan minum

obat CPZ warna orange untuk menghilangkan suara-

suara, THP warna putih untuk merileksasikan badan,

RISP warna orange untuk menghilangkan susra-suara


- Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak minum

obat
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menyebutkan 4 cara mengendalikan halusinasi
b. Klien dapat menyebutkan manfaat dari mengetahui cara mengendalikan

halusinasi
c. Klien dapat memasukan kegiatan krdalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan keperawatan
a. Ajarkan klien cara mengendalikan halusinasi
b. Jelaskan manfaat dari mengetahui 4 cara mengendalikan halusinasi
c. Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
63

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam teraupetik : Selamat pagi, pak ?
b. Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Kemarin kita sudah berbincang-bincang tentang cara mengendalikan

halusinasi, apa bapak masih ingat? Coba bapak ulangi.

Reinforcement : Bagus bapak masih ingat cara memutus halusinasi

c. Kontrak
1. Topik : Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang

tentang manfaan 4 cara mengendalikan halusinasi


2. Waktu : Kita akan berbincang-bincang pukul 10.00 s/d 10.15 WIB
3. Tempat : Kita akan berbincang-bincang diteras ruang cendrawasih
4. Tujuan : Agar bapak tahu manfaat dari mengendalikan halusinasi

2. Fase kerja
a. Apa yang bapak lakukan, jika mendengar suara itu? Apa bapak ingat

caranya?
b. Alangkah baiknya, bapak dapat mengingat dan melakukan semua yang

sudah mantra ajarkan.


c. Jika bapak melakukannya, jangan lupa dimasukkan kedalam jadwal

harian
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien
1. Evaluasi Subjektif : Bagaimana perasaan bapak, setelah tahu

cara mengendalikan halusinasi?


2. Evalusi objektif : Coba bapak sebutkan kembali, cara-cara
Mengendalikan halusinasi
3. Rencana tidak lanjut
Baiklah bapak, mantri harap bapak dapat mengingat apa yang sudah

kita bicarakan, dan dapat melakukannya, serta memasukkan kedalam

jadwal kegiatan harian.


64

Anda mungkin juga menyukai