PENDAHULUAN
A. Latar belakang
globalisasi dan arus informasi yang sangat pesat, serta lingkungan yang padat
menimbulkan perubahan kesehatan pada manusia baik fisik, mental, spiritual dan
sosial. Individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi,
perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Sampai saat
ini sering diidentikan dengan raga yang prima, sementara, kondisi jiwa yang
stabil tak terlalu banyak diperhatikan, kesehatan jiwa masih dipandang sebelah
mata. Pasalnya, selain tak terlihat kasat mata pada awal gejalanya, belum banyak
kesehatan mental adalah suatu kondisi yang harus diperhatikan seperti halnya
kesehatan fisik, psikis seseorang pun memiliki kesinambungan antara sakit dan
sehat, indikator sehatnya kondisi psikis seseorang adalah hidup yang produktif
1
2
memang tinggi. Setiap saat, 450 juta orang diseluruh Dunia terkena dampak
gangguan jiwa berat, jumlahnya bisa mencapai 6 juta orang, data tersebut
berdasar riset kesehatan dasar, menurut riset itu, jumlah penduduk Indonesia
yang terkena gangguan jiwa berat mencapai 1-3 persen diantara total penduduk,
jika penduduk indonesia diasumsikan sekitar 200 juta, 3 persen dari jumlah itu
jumlah penduduknya, sehingga jika jumlah penduduk Jakarta 9 juta orang maka
sakit jiwa Dr. Soeharto Heedjan Jakarta, terhitung dari bulan januari sampai juli
2009.terdapat 79 klien dengan kasus halusinasi sebanyak 69 klien (87,35 %), isolasi
sosial klien ( 7,59 % ) harga diri rendah sebanyak 2 klien ( 2,5 % ) rersiko
mampuan klien menilai dan berespon pada rialita dan merespon pada realitas, klien
tidak dapat membedakan keadaan dengan kenyataan. Sadangkan dampak yang akan
terjadi adalah klien sering menyendiri, melamun dan menjadi pendiam. Derajat
3
bahaya halusinasi tergantung pada isi, frekuensi, dan intensitas halusinasi yang dapat
mengakibatkn ancaman baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan sampai
menimbullkan kematian.
Dilihat dari permasalahan di atas, maka peran perawat dalam menanggulangi
halusinasi sangat penting dilihat dari aspek prepentif yaitu upaya pencegahan degan
rehabilitatif yaitu perawat berperan dalam menikdak lanjut klien dengan halusinasi
keperawatan sebagai bentuk aplikasi langsung pada klien. Oleh karena itu, makalah
ilmiah ini berjudul “Asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sensori
Heedjan Jakarta”. Lalu yang menjadi permasalahan sekarang, bagai mana asuhan
keperawatn pada klien gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dengan Tn.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman/gambaran nyata dalam memberikan asuhan
Halusinasi pendengaran.
b. Menentukan diagnose keperawatan pada klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori
pendengaran
f. Mengidentipikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada
Halusinasi pendengaran.
h. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
C. Ruang lingkup
Pada makalah ini hanya akan membahas tentang Asuhan keperawatan pada.
Rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta yang akan dilaksanakan pada
D. Metode penulisan
Dalam punulisan makalah ilmiah, penuli menggunakan metode deskriptif yaitu
kesimpulan yang selanjutnya akan di sajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang
sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Penulis membaca dan mempelajari buku-buku perpustakaan sebagai
penunjang dan landasan konsep yang berhubungan dengan kasus halusinasi dan
proses keperawatannya.
2. Observasi
Secara aktif partisipasi mengamati karakteristik dan kondisi klien,
prilaku, komunikasi verbal dan non verbal, yang di tampilkan sesuai karakteristik
E. Sistematika penulisan
Adapun sestematika penulisan makalah ilmiah ini adalah terdiri dari : BAB I
pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penilisan dan sistematika penulisan, BAB II Tinjauan teori yang meliputi pengertian,
kesenjangan antara teori dan kasus yang di temukan dalam memberikan asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan ketidak mampuan indipidu dalam
pikiran yang saling terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
rangsangan yang menimbulkan atau tidak ada objek. (Drs. Sunardi 2005 dalam
berprilaku dengan sikap yang dapat di terima secara sosial (Ann Isaacs 2004 hal
15)
B. Psikodinamika
1. Etiologi
7
menimbulkan persepsi berbeda atu orang yang berasal dari sosial budaya
yang berbeda.
2. Proses
Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan tertentu
Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang yang
cahaya, gambaran geometris, gambar kartun dan atau panorama yang luas
Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak secara
Indonesia fase-fase halusinasi tahun (2009 hal 20), karakteristik dan perilaku
Perilaku klien
antipasti
Perilaku klien
c. Fase III
1) Mengontrol
2) Tingkat kecemasan berat
3) Pengalaman sensori ( halusinasi ) tidak dapat di tolak
Karakteristik (psikotik )
Perilaku klien
berkeringat
d. Fase IV
Karakteristik (psikotik)
Perilaku klien
1. Perilaku panik
2. Potensial untuk bunuh diri atau membunuh
3. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik
4. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di
1. Respon adaptif adalah : Respon yang dapat di terima oleh norma-norma social
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
adaptif adalah :
a. Pikiran logis
Pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat
Pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten
Dengan pengalaman perasaan yang timbul dari pengalama ahli
d. Perilaku sosial
Sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan sosial
Proses suatu intreraksi dengan orang lain dan lingkungan
a. Respon psikososial meliputi
1) Proserpikir adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah intepretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
kewajaran
11
lain.
2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
terima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negative mengancam.
D. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Faktor predisposisi ( Menurut Ermawati, s.kp 2009 hal 24 )
1) Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neoro biologi yang
respon dopamine.
12
2) Psikologis
Teori psikodinamika yang menggambarkan bahwa halusinasi terjadi
karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai
gangguan.
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
2) Stres lingkungan
terjadinya perilaku.
3) Pemicu gejala
(keputusan, kegagalan.
c. Manipestasi klinis
Manifestasi klinis yang biasanya terjadi pada klien dengan halusinasi
adalah :
1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3) Tidak dapat membedakan nyata/tidak nayta.
4) Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
5) Curiga, bermusuhan, merusak diri.
6) Ekpresi wajah tegang, sedih, mudah tersinggung
d. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi sendiri dari pengalaman
atropi serabri
2) Teskromosom
Pemeriksaan ini di lakukan jika salah satu anggota keluarga ada yang
g. Pohon masalah
Isolasi social
15
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klisis tentang respon actual
kesehatan atau proses kehidupan. Rumusa diagnose dapat berupa PE, yaitu
diagnosis keperawatan.
Adapun diagnosa keperawtan pada klien dengan Gangguan Sensori
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum,
dengan keluarga, kerja sama dengan kelompok dan kolaborasi dengan tim
perawat :
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukan rasa senang
3) Ada kontak mata
4) Mau berjabat tangan
5) Mau menyebutkan nama
6) Mau menjawab salam
7) Mau duduk berdampingan dengan perawat
8) Bersedia mengungkapkan masalah yang di hadapi
Intervensi
berkenalan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan di sukai klien
d) Buat kontrak yang jelas
e) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
f) Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
h) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien
i) Dengarkan dengan penuh perhatian akspresi perasaan klien
Kriteria Evaluasi
Intervensi
17
perasaan tersebut.
d) Diskusikan tentang dampak yang akan di alaminya bila klien
menikmatinya.
Kreteri Evaluasi
kelompok.
Intervensi
terjadi halusinasi
2) Diskusi kan manpaat cara yang di gunakan klien, jika bermanpaat
berikan pujian
18
halusinasi, katakana pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui
stimulus persepsi.
halusinasinya.
Kriteria Evalusi
Intervensi
topi)
2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga
/kunjungan rumah)
a) Pengertian halusinasi
b) Tanda dan gejala halusinasi
c) Proses terjadi halusinasi
d) Cara yang dapat di lakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
e) Obat-obat halusinasi
19
mengatasi halusinasi).
g) Beri informasi waktu control kerumah sakit dan bagai man cara
Kriteria Evaluasi
kerugian tidak minum obat, nama,warna, dosis, efek terapi dan efek
obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat
Intevensi
tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan samping
penggunaan minumobat.
2) Pantau klien saat penggunaan obat
3) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter
5) Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat, jika
3. Penatalaksanaan medik
1) Risperidone
a) Indikasi
b) Kontra indikasi
Penyakit hati,epilepsy, kelainan jantung, ketergantungan alkohol,
c) Efek samping
Kemampuan koknitif menurun, hipotensi, mulut kering, kesulitan
jantung, Parkinson.
2) Clorpromazine
a) Indikasi
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas, depresi berat, kegagalan hati atau ginjal berat.
c) Efek samping
Efek anti koligernik (mulut kering, pandangan kabur, konstipasi,
Tujuan dari TAK: (Menurut Wahyu Purwaningsih tahun 2009 hal 39)
pernah dialami.
b) Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas yaitu klien di
c. Fokus pada gejala dan minta klien menjelaskan apa yang terjadi
d. Identifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat atau alcohol
e. Jika klien bertanya nyatakan secara sederhana bahwa anda tidak
lalu)
h. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin di refleksikan
i. Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan meinterpersonal dalam
memenuhi kebutuhan.
4. Pelaksanaan keperawatan
harian.
SP IV : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan
tujuan. Hal ini bias di lakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua komponen untuk mengevaluasi
keperawatan di lakukan.
Untuk mengevaluasi intervensi keperawatan pada klien dengan
mungkin terjadi
c. Klien berperan serta dalam hubungan dengan orang lain yang dapat
di masyarakat
e. Keluarga dapat menguraikan karakteristik penyakit dan mampu
pola piker.
BAB III
TIJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus dengan asuhan keperawatan pada
Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Kasus ini mulai di observasi Pada tanggal 20 juli 2009
Dalam penulisa laporan kasus, penulis memperoleh data dari berbagai sumber,
antara lain melalui wawancara langsung dengan klien,Rekam medis, Perawat ruangan.
A. Pengkajian
26
1. Identitas klien
Klien bernama Tn. I dengan nomer regester 00-15-22 dengan diagnose
Heerdjan, klien berusia 26 tahun, jenis kelamin laki-laki, klien beragama hindu,
dengan alasan di rumah tidak biasa tidur, gelisah, bicara kacau dan memukul
klien kurang berhasil, klien masuk RS. Jiwa Soeharto Heerdjan sudah 2 kali dan
pertama kali masuk tahun 2003 klien pernah memukul kakanya tanpa alasan
yang jelas. Klien mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan, klien
mengatakan kesal kepada ibu tirinya karena tidak di beri uang untuk mengikuti
keluhan fisik yang di rasakan, tnda-tanda vital : Tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 80 x/ menit, suhu 36°c, pernapasan 20 x/menit, berat badan 70 kg, tinggi
Keterangan :
: Perempuan : Klien
X : Meninggal
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara klien belum menikah, ibu klien
meninggal saat klien duduk di kelas lima SD kemudian ayah menikah lagi
dan mempunyai satu orang anaak klien merasa keluarganya kurang harmonis
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyenangi hidungnya karena mancung dank lien
ke RS. Jiwa klien ingin sembuh dan ingin berkumpul dengan keluarga
5) Harga diri
Klien mengatakan malu bergaul dengan orang lain karena klien
6) Hubungan social
Klien mengatakan orang yang beraati dalam hidupnya adalah orang
orang lain karena merasa sudah dewasa dan cukup umur. Masalah
namanya suara itu muncul 2x pada saat malam dan sore hari perasaan klie
29
pendengaran
8) Proses pikir
Klien berbicara lancar dan terarah, klien menjawab pertanyaan perawat,
kejadian jangka pendek (beberapa minggu yang lalu) dan jangka panjang
rumah sakit.
sabun
4) Berpakaian/berhias
Klien dapt mengganti pakaian, menyisir bdengan rapih dan berhias tanpa
di bantu perawat
malam lamanya kurang lebih 8 jam, sebelum tidur klien berdo’a terlebih
dahulu dan setelah bangu tidur klien mandi pagi baru berdo’a
6) Penggunaan obat
Klien minum obat dengan bantuan minimal dari perawat
7) Pemeliharaaan kesehatan
Klien diajak untuk berobat kembali dan keluarga mendukung untuk
berobat
8) Kegiatan di dalam rumah
Klien mau menjaga kerapihan rumah missal : Menyapu
9) Kegiatan di luar rumah
Klien di rumah pernah belanja dank klien jarang menggunakan alat
transportasi
10) Mekanisme koping
Klien mengatakan bila ada masalah klien bercerita dengan orang lain.
ANALISA DATA
telinganya
32
DO : Klien tampak
- Mondar-mandir
- Tersenyum sendiri
- Bicara klien kacau
20 Juli 2009 DS : Klien mengatakan Isolasi sosial
09.10-09.20 - Klien malas berbincang-
menyendiri
DO : Klien tampak
- Jarang berbincang-bincang
dengan temannya
- Jika diajak bicarakadang-
gangguan jiwa
- Klien malu bergaul di
gangguan jiwa
DO : Klien tampak
berbincang-bincang
20 Juli 2009 DS : Klien mengatakan Regimen teraupetik
10.00-10.10 - Pernah dirawt di RSJ 2 kali
inefektif
saat dirumah tidak tidak rawat
33
DO : Dari status
memperhatikan dalam
keputusan
DO : Dari status
namanya
DO : Klien tampak
- Gelisah
- Ekspresi wajah tampak marah
Resiko perilakukekerasan
34
Halusinasi Pendengaran
Masalah Keperawatan
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang telah terkumpul maka tahap selanjutnya adalah
melakukan proses validasi data yang vali, di kelompokan lalu di analisa data, pada
berikut :
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
2. Isolasi social
3. Harga diri rendah
4. Koping keluarga inefektif
5. Regimen terapeutik in efektif
35
muncul malam dan sore hari suara itu muncul 2 kali bila mendengar suara itu
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Kriteria Evaluasi
Interpensi
teman bicara).
1) Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu, jika klien menjawab ya,
tersebut.
4) Diskusikan tentang dampak yang akan di alaminya bila klien
menikmatinya.
Kreteri Evaluasi
halusinasi, klien dapat melaksanakan cara yang telah di pilih untuk mengen
Intervensi
a. Mengidentifikasi bersama klien cara atu tindakan yang di lakukan jika terjadi
halusinasi
b. Diskusi kan manpaat cara yang di gunakan klien, jika bermanpaat berikan
pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutuskan atau mengontrol timbulnya
halusinasi, katakana pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui orang
berhalusinasi.
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi yang sudah
persepsi.
halusinasinya.
Kriteria Evalusi
Intervensi
a. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (wakru, tempat dan topi)
38
rumah)
1) Pengertian halusinasi
2) Tanda dan gejala halusinasi
3) Proses terjadi halusinasi
4) Cara yang dapat di lakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
5) Obat-obat halusinasi
6) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan,
Kriteria Evaluasi
Setelah 2 Kali interaksi klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian
tidak minum obat, nama,warna, dosis, efek terapi dan efek samping penggunaan
obat, klien dapat mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar, klien dapat
Intervensi
a. Diskusikan dengan klien tentang manpaat minum obat dan kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan samping penggunaan
minumobat.
b. Pantau klien saat penggunaan obat
c. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
e. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat, jika terjadi hal-
terapeutik :
1) Menyapa klien dengan ramah baik perbal maupun non verbal
2) Memperkanalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai klien
4) Membuat kontrak yang jelas
5) Menunjukan sikap jujur dan menepati setiap interaksi
6) Menunjukan sikap impati dan menerima apa adanya
7) Memberikan perhatian kepada klien
8) Perhatikan kebutuhan dasar klien
9) Menanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien
10) Mendengarkan dengan penuh perhatian, ekspresi perasaan klien
b. Melakukan kontrak sering dan singkat secara bertahap
c. Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (Bicara dan
tersebut
h. Mendiskusikan tentang dampak yang akan di alaminya jika klien menikmati
halusinasinya
i. Mendiskusikan bersama klien cara atau tindakan yang di lakukan jika terjadi
mencobanya
m. Memberi kesempatan untuk melakukan cara yang di pilih dan di latih
n. Memantau pelaksanaan yang telah di pilih da di latih jika berhasil beri pujian
o. Menganjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok : orientasi rialiras
namanya
d. Klien mengatakan suara itu datang sore,malam malam hari
e. Klien mengatakan suara itu dating selama 2 menit lalu hilang
f. Klien mengatakan suara itu datang jika klien sedang menyendiri
g. Klien mengatakan kesal bila suara itu datang
h. Klien mengatakan mau mengetahui cara lain mengontrol halusinasi
Objektif :
a. Klien menjawab salam dan berjabat tangan
b. Klien menyebutkan namanya Tn. I
c. Klien mau mendengar dan menjawab pertanyaan perawat
d. Klien menunjukan hubungan baik antara klien dan perawat
e. Klien dapat melakukan cara menghardik dengan cara : menutup telinga
dengan tangan sambil berkata pergi-pergi saya tidak mau dengar itu suara
palsu
f. Klen dapat memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian
Analisa Data
Perencanaan :
Perawat :
orang lain
c. Anjurkan klien memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatan harian
Klien :
harian
Paraf
( ARIE NOVIANSYAH )
Strategi pelaksanaan II
orang lain
d. Member pujian atas kegiatan yang telah di lakukan
e. Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan ke dalam jagwal kegiatan
harian
Subjektif :
mengendalikan halusinasi
d. Klien mengatakan sudah memasukan kegiatan kedalam jadwal harian
Objektif :
42
Analisa Data
harian klien
Perencanaan :
Perawat :
Klien :
(ARIE NOVIANSYAH)
di lakukan
c. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatan harian
Evaluasi :
Subjektif :
43
harian
b. Klien mengatakan sudah berbincang-bincang dengan temannya
c. Klien mengatakan senang menyap, merapihkan tempat tidur dan mengambil
air
d. Klien mengatakan sudah dapat memutus suara itu dengan beraktivitas
Objektif :
melakukan kegiatan
c. Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian
Analisa Data :
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang biasa
Perencanaan :
Perawat :
Klien :
Paraf
ARIE NOVIANSYAH
Strategi pelaksanaan IV
44
Evaluasi :
Subjektif :
harian
Objektif :
teratur
c. Klien dapat mengisi jadwal kegiatan minum obat kedalam jadwal kegiatan
harian
Analisa data :
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara yang ke empat yaitu minum
Perencanaan :
Perawat :
45
suara
Klien :
Paraf
ARIE NOVIANSYAH
Srtategi Pelaksanaan IV
Evaluasi :
Subjektif :
Objektif :
Analisa Data :
Perencanaan :
Perawat :
Klien :
Paraf
ARIE NOVIANSYAH
47
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus yang diamati serta
membandingkannya dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana factor
diruang cendrawasih RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang dilaksanakan selama 3 hari
A. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat
mengenai klien agar dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada klien.
Dalam pengkajian ini, untuk mengumpulkan data dilakukan dengan
langsung dengan klien, informasi catatan perawat, rekam medis dan catatan
ruangan.
Pada tahap pengkajian ini, penulis menemukan kesesuaian antara teori dan
kasus, yaitu penyebab dari halusinasi di teori adalah gangguan emosi yang dapat
marah. Pada tinjauan teori dijelaskan faktor predisposisi yaitu dari faktor biologis,
psikologis dan sosial budaya, sedangkan pada kasus ada kesesuaian dan segi
psikologis dan dari sosial budaya klien mempunyai harapan ingin bekerja namun
tidak terpenuhi sehingga klien mengalami stess dan akibatnya terjadi gangguaan
psikotik. Sedangkan faktor presipitasi yang ada pada teori adalah dari segi biologi,
48
stess lingkungan dan pemicu gejala dan pada kasus ada kesesuain antara teori dan
kasus yaitu klien yang mengalami keputuasan karena sampai sekarang klien belum
bekerja. Klien sebelumnya pernah mengalami penyakit gangguan jiwa dan segi
sikap dan prilaku klien terlihat suka melamun dan menyendiri karena memikirkan
apa yang terjadi pada dirinya. Manifestasi klinis yang ada pada teori adalah klien
yang suka bicara sendiri, menyendiri, tidak dapat membedakan hal nyata/tidak
kesesuaian antara teori dan kasus yaitu dikasus klien mengalami prilaku seperti
kasus yaitu yang ada diteori terjadi regresi, proyeksi dan menarik diri, sedangkan
yang ada dikasus klien suka marah-marah tanpa sebab, klien menjadi menyendiri,
menghindar dari orang lain. Halusinasi klien berada pada fase III, yaitu di teori
orang lain, perhatian dengan lingkungan berkurang dan tidak mampu mengikuti
perintah perawat. Hal ini merupakan suatu kesesuaian baik di teori maupun di
kasus.
Penatalaksanaan farmakologi yang diberikan pada Tn I ada kesesuaian antara
teori dan kasus yaitu di teori mendapatkan terapi Chlorpromazine/CPZ 100 mg 1x1
2x1 tablet peroral gunanya untuk merileksasikan badan agar tidak kaku,
1x2 tablet peroral gunanya untuk menenangkan pikiran karena klien berada pada
tahap III yang isinya menyerah dan menuruti halusinasi, Tn I tidak di berikan
persepsi : Halusinasi pendengaran yang di sebabkan oleh isolasi sosial dan dapat
dengan teori adalah koping keluarga inefektif kerena klien mengatakan keluarga
klien menjenguk seminggu sekali, regimen teraupetik inefektif karena klien sudah
ke dua kalinya masuk RS Jiwa, Klien pernah mengikuti rawat jalan tapi kurang
berhasil kerena tidak meneruskan minum obat sebab factor biaya, harga diri rendah
karena klien tidak bekerja dank lien tidak mau bergaul Karena mengalami gangguan
jiwa, deficit perawatan diri karena penampilan klien rapi, mengganti pakaian
pakaian setiap kali habis mandi dan klien juga dapat menyisir rambut dengan rapih.
Dalam pengkajian penulis menemui hambatan yaitu tidak bertemu dengan
keluarga klien, maka solusinya adalah dengan melakukan kunjungan rumah. Factor
pendukungnya karena sudah terbina saling percaya antaraklien dan perawat dan saat
B. Diagnosa keperawatan
Tahap kedua dalam Asuhan Keperawatan yaitu merumuskan diagnosia
Keperawatan, setelah data lengkap dan Vailid, ditemukan kesenjangan antara teori
dan kasus, dimana diagnosa yang ada pada tinjauan teori ada 3 yaitu : gangguan
diagnose yang diremukan pada kasus ada enam diagnose dengan tambahan tiga
koping keluarga inefektif karena klien pernah mengikuti rawat jalan tapi tidak
50
berhasil karena klien tidak meneruskan minum obat sebab klien tidak mempunyai
biaya untuk membeli obatnya, harga diri rendah karena klien tidak bekerja dank lien
yang didapat sudah lengkap dan vailid. Factor pendukungnya karena sudah terbina
C. Perencanaan
Tahap lanjut dari diagnosa keperawatan yang akan ditegakan yaitu
Measurable, Accurable, Time) perencanaan yang terdapat pada teori dan tinjauan
kasus diatas tidak ada perbedaan yang berarti pada masing-masing diagnosa, tujuan
disesuaikan dengan kondisi klien sebagai tujuan yang ditetapkan harus spesifik,
saat berinteraksi klien kooperatif, dan solusinya adalah bekerja sama dengan
D. Implementasi
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan
hubungan saling percaya, klien juga dapat mengenal dan mengontrol halusinasinya,
51
SP II pada klien yaitu klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat
dapat memasukan kegiatan ke dalam jadwal. SP III pada klien yaitu klien dapat
melakukan kegiatan yang biasa klie lakukan, klien dapat memasukan kegiatan
kedalam jadwal kegiatan harian, dan SP IV pada klien yaitu klein dapat
kegunaan obat secara teratur, klien dapat memasukan dalam jadwal kegiatan harian,
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari peoses keperawatan dan dalam pelaksanaan
lain, melakukan kegiatan yang biasa dilakukan klien, minum obat secara teratur,
BAB V
PENUTUP
cendrawasih RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada tanggal 20 juli 2009-22 juli
2009, maka pada bab ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya dan member beberapa saran yang berguna untuk
mendengar suara-suara ibu tirinya memanggil namanya, suara tersebut dating pada
sore dan malam hari. Klien merasa kesal saat suara itu datang, saat suara itu dating
klien menjadi menarik diri. Setelah mendapatkan data-data yang lengkap dan valid,
maka ditemukan diagnose yang ada pada Tn I ada enam diagnose keperawatan yaitu
kekerasan.
Rencana tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn I adalah
percaya, diskusikan dengan klien tentang isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi
yang menimbulkan halusinasi, respon klien dan cara mengontrol halusinasi dengan
lain, melakukan aktivitas yang bisa dilakukan klien dan memanfaatkan obat dengan
baik.
54
hubungan saling percaya, mendiskusikan dengan klien tentang isi, waktu, frekuensi,
cukup kooperatif, situasi yang mendukung, perawat yang memfasilitasi sarana dan
B. Saran
1. Mahasiswa yang mengalami hambatan dalam tahap pengkajian terutama saat
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama klien : Tn I
Ruangan : Cendrawasih
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subyektif : Klien mengatakan mendengar suara-suara.
Klien mengatakan suara-suara itu muncul pada saat klien
kegiatan harian
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam teraupeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya mantra Arie Noviansyah bias
dipanggil mantri Arie. Kalau mantri boleh tahu nama bapak siapa?dan lebih
saya akan dinas disini selama 3 hari dan saya akan merawat bapak
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
c. Kontrak
Topik : Bapak bagaimana kalau sekarang kita berbincang agar kita saling
Mengenal dan bapak dapat mengenal suara-suara
Waktu : Berapa lama bapak, kita akan berbincang-bincang bagaimana
kalau kita 10 menit saja dari pukul 09.00 s/d 09.10 WIB
56
depan?
d. Tujuan
Tujuan kita berbincang-bincang agar biasa saling mengenal saya, bapak dan
berapa kali sehari bapak alami ? pada keadaan apa suara itu muncul
c. Apakah yang bapak rasakan saat suara-suara itu muncul?
d. Apa yang bapak lakukan saat suara-suara itu muncul? Apakah dengan cara-
cara itu suara-suara hilang? Bagaimana kalau kita dengan cara-cara untuk
orang lain? Ketiga dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan
Caranya sebagai berikut : saat suara itu muncul langsung bapak bilang pergi?
Saya tidak mau dengar suara kamu palsu begitu diulang sampai suara? Itu
hilang / pergi coba bapak peragakan. Nah begitu, bagus coba lagi, ya bagus
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : Bagaimana prerasaan bapak setelah kita berbincang-bincanghari
Ini ?
Objektif : Bapak tadi kita sudah saling mengenal coba bapak sekarang,
Bapak sebutkan lagi nama saya siapa, dan asalnya dari mana?
Dan coba ulang cara mengendalikan suara-suara yang bapak
57
menghadapi halusinasi suara yang bapak dengar dengar dengan cara tutup
telinga.
c. Kontrak
Topik : Bapak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi.
Baiklah pak, karena waktunya sudah habis saya akan kembali keriangan
STATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
58
suara itu
Muncul pada saat lagi sendiri, sore dan malam hari.
Data objektif : Klien tampak gelisah, mondar-mandir melamun sendiri
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap cakap dengan
orang lain
c. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi komunikasi
I. Fase orientasi
1. Salam terapeutik : Selamat pagi pak ?
2. Evaluasi / validasi : Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Bapak masih ingat apa yang kita bicarakan
kemarin ?
Coba bapak mengulangi, bagus bapak masih ingat.
Kita masukkan ke jadwal harian ya bapak
3. Kontrak
a. Topik : Bapak sesuai janji kita kemarin kalau bapak mau
berbincang
Bincang tentang bagaimana bapak mengendalikan
lain
b. Waktu : Bapak sesuai janji kemarin kita akan berbincang-bincang
petugas rumah sakit. Menurut bapak ada cara lain untuk memutus cara
tersebut. Alangkah baiknya jika semua cara yang mantra beritahu dapat
cara
Menghilangkan suara-suara itu
Evaluasi objektif : bagaimana kalau bapak menyebutkan kembali
tentang
Cara menghilangkan suara yang bapak dengar
bagus
2. Rencana tindak lanjut
Baiklah bapak, harapan mantra bapak mengingat apa yang sudah kita
mengontrol
Halusinasi dengan melakukan kegiatan dengan menyapu
lantai atau
Merapihkan tempat tidur
Waktu : Bapak besok kita mau melakukan kegiatan jam berapa?
Bagaimana jika seperti kemarin dari jam 10.00 s/d 10.10
WIB
Tempat : Dimana kita akan melakukan kegiatannya. Bagaimana kalau
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subyektif : Mendengar suara-suara setiap klien sendiri dan malam
hari
Data objektif : a. Gelisah
b. Mondar-mandir
c. Bicara sendiri
d. Tersenyum sendiri
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya cara ke 3 atau kegiatan
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan-
2. Fase kerja
1. Apa saja yang bisa bapak lakukan ? pagi-pagi apa kegiatannya terus jam
berikutnya ? wah banyak sekali kegiatannya mari kita latih dua kegiatan
untuk mencegah suara tersebut muncul kegiatan yang lain akan kita
lakukan latihan lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
1. Subyektif : Bagaimana perasaan bapak I setelah latihan ini ?
2. Objektif : jadi sudah ada berapa cara yang bapak I pelajari untuk
mencegah suara-suara itu muncul ? bagus coba ulangi lagi cara yang
siang kita
Membahas cara meminum obat yang baik serta guna
obat
2. Waktu : Jam berapa ? bagaimana kalau jam 12.00 WIB siang ?
3. Tempat : Dimana tempatnya ? disini lagi ?baiklah sampai jumpa
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subyektif : - Klien mengatakan belum memasukan kegiatan kedalam
obat
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menyebutkan 4 cara mengendalikan halusinasi
b. Klien dapat menyebutkan manfaat dari mengetahui cara mengendalikan
halusinasi
c. Klien dapat memasukan kegiatan krdalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan keperawatan
a. Ajarkan klien cara mengendalikan halusinasi
b. Jelaskan manfaat dari mengetahui 4 cara mengendalikan halusinasi
c. Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
63
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam teraupetik : Selamat pagi, pak ?
b. Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Kemarin kita sudah berbincang-bincang tentang cara mengendalikan
c. Kontrak
1. Topik : Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang
2. Fase kerja
a. Apa yang bapak lakukan, jika mendengar suara itu? Apa bapak ingat
caranya?
b. Alangkah baiknya, bapak dapat mengingat dan melakukan semua yang
harian
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien
1. Evaluasi Subjektif : Bagaimana perasaan bapak, setelah tahu