Anda di halaman 1dari 19

JUDUL

IDIOLOGI HMI SEBAGAI PENCEGAH RADIKALISME DI INDONESIA

MAKALAH

Guna memenuhi persyaratan mengikuti intermediate traning LK 2 HMI


cabang kabupaten bandung
Disusun oleh
Slywandi A. Sikunyir
Hp: 081380943926

Himpunan Mahasiswa Islam


Cabang Jakarta Timur
Komisariat Hukum Universitas Islam As-Asyafi’iyah
2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I………………………………………………………………………………….3
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….3
NDP sebagai idiologi HMI……………………………………………………………3
Rumusan masalah……………………………………………………………………..6
Tujuan makalah………………………………………………………………………..6

BAB II…………………………………………………………………………………7
PEMBAHASAN……………………………………………………………………….7
A. Pengertian………………………………………………………………………7
Teori politik……………………………………………………………………………9
B. Definisi radikalisme…………………………………………………………….9
C. Hukum stratak dalam perjuangan politik………………………………………10
1). Stratak dalam politik………… ……………………………………….……10
2). Hubungan taktik dalam strategi……………………………………….……11
3). Berpikir-perjuangan-bekerja secara lima dimensi…………………….……11
4 ). Kedudukan stratak dalam perjuamgan idiologi……………………………12
5). Syarat-syarat teknis untuk terlaksananya stratak……………………...……13
6). Radikal disebabkan faktor idiologi…………………………………………13
7). Radikalisme dalam tujuan historis…………………………………………14.

D. Radikalisme……………………………………………………………………14
E. Srteategi dan taktik dalam pananman nilai-nilai NDP…………………….…..14

BAB III ……………………………………………………………..…………………17


PENUTUP……………………………………………………..………………………17
Kesimpulan……………………………………………….……………………………18.
Daftar pustaka………………………………………………………………………….19

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya
adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Saya sangat tertarik untuk mengajukan Judul : “IDEOLOGI HMI SEBAGAI PENCEGAH
RADIKALISME DI INDONESIA”

Banyak kesulitan dan hambatan yang saya hadapi dalam membuat makalah ini tapi dengan
semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada : ALLAH SWT karena berkat rahmatNYA saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

saya menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya menerima
saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi saya dan pembaca
pada umumnya.

2
BAB I

PENDAHULUAN

NDP seagai idilogi HMI

Kalau teman-teman melihat NDP, tentu di bagi-bagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama
‘’dasar-dasar kepecayaan’’,kemanusiaan’’, kemerdekaan manusia’’,’’iktiar dan takdir’’. Ini tentu
banyak sekaliunsur-unsur dan tulisan H. Agus salim; filsafat tentang tauhid, takdir dan tawakal
misalnya. Kemudian ‘’ketuhanan yg maha Esa dan prikemanusiyaan’’. Lalu ‘’indifidu dan
masyarakat’’, keadilan sosial’’ dan ‘’keadilan ekonomi’’, kemanusiyaan dan ilmupengetahuan’’,
kesimpulan dan penutup. Saya tidak akan menerangkan semua NDP. ‘’Dengan demikian sikap
hidup manusia menjadi sangat sederhana. Yaitu berilmu, beriman dan beramal’’. Ya, bias, kalau
suatu ungkapan yg suda menjadi klise, itu didak mengugah apa-apa. Apa makna beriman, berilmu,
beramal, saya kira itu telah menjadi kata-kata harian.

Saya kira hidup beriman, tentu saja personal, pribadi sifatnya. Setiap manusia itu harus menyadari,
tidak bias tidak harus punya nilai. Oleh karena itu iman adalah prier. Iman adalah segalahnya. Oleh
karena iman disitu adalah sandaran nilai kita. Ini kemudian diungkapkan secara pnjang lebar
dalam bab dasar-dasar kepercayaan. Kenapa manusia memiliki kepercayaan. Di situ, misalnya,
kita menghadapi satu dilemah; satu dilemah pada manusia, yang dikembangkan dalam sahadat la
ilaha ilallah. Tiyada tuhan melainkan Allah. Disini kita bagi dalam dua, nafyu dan itsbat. Artinya
negasi dan arfirmasi. Tidak ada tuhan melainkan Allah.

Meamang para ulama berselisih mengenai makna Allah ini. Maksutnya ada yang berpendapat
bahwa Allah ini suatu isim jamid, yaitu memang Allah itu begitu adanya yang berpendapat bahwa
ini sebelumnya berasal dan al-ilaah. Kemudian menjadi Allah. Jadi menurut mereka berpendapat
insin jamid tidak dapat diterjemahkan Allah. Allah tetap Allah. Dan itu bayak pengikutnya.

Buya hamka juga perna mempunyai persoalan, ketika ditanya orang, ‘’mengapa buya hamka suka
bilang tuhan, kan tidak bole? Dan mengapa suka bilang sembayang , bukan solat?’’ hamka
menjawap, ‘’boleh, sebab Allah itu memang tuhan, dan solat juga di terjemahkan dengan
sembayang’’. Beliaw mengutup bahwa dulu di Malaya, Allah itu diterjehmakan dengan dewata
raya dan para ulama tidak keberatan.

3
Tapi sebelum buya hamka atau orang Indonesia, yang menghadapi masalah terjemahan ini iayalah
orang persi sebelumnya. Sebab bangsa muslim yang pertama bukan orang arap. Tetapi mungkin
latar belakan kultur mereka itu tidak begitu kuat, maka mereka ter-arapkan sama sekali. Sehinga
orang-orang mesir sekarang suda tidak ada lagi. Mereka semua menjadi orang arab. Termasuk
khadafi yang keturunan kartago, itu juga menjadi orang arab. Kalaw dari sejara, khadafi itu lebih
dekat dengan orang-orang yunani, orang romawi dan sebagainya sebagai ketutunan kartago.

Yang jelas bahwa dalam al-qur’an ajaran yg dominan itu bukan tentang mengetahui tuhan, tapi
mendeluuhan. Jadi taqarub itu, mendekati tuhan. Allah asal tujuan dan segala yang ada dalam
hidup ini. Oleh karenah itu, perjalanan hidup kita sebetuulnya menuju kepada Allah. Maka dari itu
timulah di sini dalam bahasa yang sedikit kontenporer, : sadaran mengorintasikan hidup kepada
Allah. Oleh karena itu, semua perbuatan kita lilahita ‘ala. Jadi justru harus menuju kepada Allah
subhanahu Wata’ ala. Dan yang kita ungkapkan dengan berbagai ungkapan, termasuk ridha, nidha
illah. Dalam al-qur’an disebutkan ‘’mencari muka tuhan. Jadi itu memang mencari muka, yaitu
mencari muka tuhan, intinya bagaimana melalukan suatu yang berkenan pada tuhan, mendapatkan
ridha-nya.

Dari Penelitian sebelumnya cukup banyak meneliti tentang gerakan-gerakan radikal,


fundamentalis, ekstrimis khususnya di Indonesia. Penelitian-penelitian tersebut ada yang
membidiknya dengan perspektif filosofis misalnya hanya mengupas konsep, doktrin, dan gagasan-
gagasan tokoh atau organisasinya. Ada juga yang melihatnya secara sosiologis dan politis, bahkan
ada juga yang melihatnya dari perspektif ekonomi misalnya ketika mengaitkan
antara aksi-aksi terorisme dengan persoalan minyak.Meskipun demikian, belum ada yang secara
khusus membidik radikalisme di kalangan mahasiswa. Hal ini bisa dimaklumi karena memang
sentuhan gerakan-gerakan radikal dengan kalangan mahasiswa baru ada belakangan khususnya
ketika media ramai membicarakan indoktrinasi NII di kalangan mahasiswa dengan cara dihipnotis
dan telah banyak memakan korban.
HMI melihat Radikalisme sebagaiancaman bagi bangsa ini. Dengan demikian, radikalisme
merupakan gejala umum yang bisa terjadi dalam suatu masyarakat dengan motif beragam, baik
sosial, politik, budaya maupun agama, yang ditandai oleh tindakan tindakan keras, ekstrim, dan
anarkis sebagai wujud penolakan terhadap gejala yang dihadapi Dari berbagai pengertian idiologi
yg mereka anut. Radikalisme yang yg dimaksud dengan radikal bila dilihat dari pemahaman

4
agama, yang gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam
mengajarkan keyakinan mereka. Sementara HMI mengajarkan sikap damai, toleran, dan mencari
kedamaian. Karena itulah HMI mengengembangkan ajaran-ajaran Islam yang sesuar denggan Al-
quar’an, dan tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam
menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik.

Kita melihat sejarah bahwa Radikalisme itu sudah mulai ada sejak diutusnya Rasul pertama Nuh
Alaihissallam , dimana kaum beliau tidak segan-segan mengejek dan menghina Nabi Nuh
Alaihissallam untuk mempertahankan keyakinan yg mereka anut. Kemudian berlanjut sesuai
dengan perjalanan waktu sampai pada masa Nabi Ibrâhîm Alahiissallam, dimana beliau
mengalami penyiksaan dari kekuatan politik Namrud yang Radikal. Selanjutnya nabi Musa
Alaihissallam, bagaimana pula beliau bersama bani Israil mengalami berbagai penyiksaan dan
pembunuhan dari kekuatan politik yang radikal dibawah pinpinan Fir’aun. Bahkan Fir’aun dan
kaumnya menuduh Nabi Musa Alaihissallam sebagai orang yang berbuat kerusakan di muka bumi.
Demikian pula radikalisme yang dilakukan oleh umat Yahudi terhadap Nabi Isa Alaihissallam.
Hal yang sama, bahkan lebih dari itu yang dialami oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam beserta para Shahabat Beliau Radhiyallahu anhum di kota Mekah. Mereka ditindas,
disiksa, bahkan dibunuh.

Di zaman era globalisasi saaat ini betapa banyak tindakkan politik radikal yang telah membunuh
ratusan juta jiwa dan membinaskan harta-benda, seperti Afganistan, Iraq, Iran, Libia, Suria dan
Yaman serta pembunuhan yang terjadi di bumi Palestina yang tidak pernah dipandang oleh dunia
sebagai tindakkan radikal.

Maka dari itulah saya membuat maklah ini untuk mencari inti dari permasalahan Radikalisme
yang ada diindonesia saat ini. Ketika orang-orang memandang atu menilai pelaku tindakan
radikal yang teroganisir sebagai gerakan inti dari radikalisme. pada hal sejatinya mereka yang lebih
pantas untuk disebut sebagai kaum radikal, yaitu orang-irang yang Dikarenakan mereka cepat
terpengaruh dengan isu-isu yang ada pada saat itu, sampai- sampai mereka ikut sertakan dan
membuat anarkis di tempat yang mereka tujuai itu.

5
Rumusan masala

a). bagaimana HmI mampu berperan aktif dizaman moderen saat ini. Dimana mahasisswanya lebih
sibuk dengan dunia kampus yang penuh dengan kesibuka hidonis, prakmatis dan kutu buku
sehinga mereka lupa dengan pengapdianya terhadap masyarakat yang dilandasi dengan tridarma
perguruan tinggi.

b). mengapa radikalisme itu muncul di tengah-tenga keresahan masyarakat.

Tujuan makalah

a). idiologi HMI sebagai solusi permasalahan yang sedang di hadapi oleh umat dan bangsa saat
ini.

b). menanamkan nilai-nilai idiologi HMI terhadap umat dan bangsa saat ini.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IDEOLOGI

idiologi berasal dari dua kata yaitu idea artinya cita-cita, pikira, keyakinan dan logos artinya ilmu
atau kebenaran. Jadi idiolog iyalah ilmu tentang keyakinan, atau cita-cita bedasarkan keyakinan
atau keyakinan tentang kebenaran, atau pikiran yang diyakini kebenaran.

Menurut thmopson pertama kali pada tahun 1796 dinperkenalkan oleh Destutt de Tracy seorang
filsuf prancis, ia menjelaskan, idiologi adalah analisis tentang ide dan sensasi, dan maknanya. Kita
tidak dapat mengetahui benda-benda dalam dirinya, tetapi melalui ide-ide yang terbentuk melalui
sensasi kita terhadap benda-benda terseut. Melalui analissis yang cermat terhadap ide dan sensasi
idiologi memugkinkan tatanan social dan politik diatur berdasarkan kebutuhan dan ispirasi
manusia. Idiologi akan menempatkan moral dan ilmu politik pada sebuah fondasi yang kokoh dan
meyelamatkan mereka dari kesalahan dan prasangka.

Idiologi menurut konsep Tracy tersebut di tentang oleh napoleon setelah ia berkuasa di prancis
melalui coup d’ eta. Mengatakan bahwa idiologi merupakan doktrin spekulatif yang abstrak yang
tidak memiliki hubungan dengan upaya perealisasian kekuasaan politik, dan idiologo dapat
meruntukan Negara dan hukum. Akhirnya idiologi di jaman napoleon hanya merupakan ilmu
tentang ide yaitu sebenbtuk ide yang dipisahkan dari kehidupan politik praktis.

Konsep idiologi Tracy tersebut di kembangkan oleh Karl Marx selama pengasingan di paris pada
tahun 1844-1845. Marx meyatakan bahwa idiologi adalah kesadaran manusia berdasarkan kondisi
kehidupan yang nyata; manusia memiliki kebutuhan yang kebih besar dari pada memiliki
kesadaran tentang suatu diluar dirinya; idiologi merupakan produk dari sejara perkembangan
masyarakat.

Orang beridiologi dalah orang yang mempunyai cita-cita untuk mengubah system politik, social,
ekonomi, dan budaya yang ada. Proses pengubahan itu di sebut perjuangan, perjuangan melawn
kekerasan.

Fungsi idiologi

7
Idiologi sebagai senjata moril perjuangan mengubah social mempunyai berbagai funsi antaralain
sebagai berikut.

1. legitimasi: idiologi menjadi alat untuk memaksa orang lain patuh dan memberi dukungan,
jika idiologi ituh telah menjadi idiologi Negara. Pemegang kekuasaan Negara mengunakan
idiologi yang di anutnya sebagai alat pembenarankebijakan masuk akal sehat.
2. Penipuan : idiologi menjadi alan untuk membuat peryataan yang di rekayasa untuk
mengamburkan dan mengahlikan pandangan masayarakan terhadap keyataan. Misalnya
anak dewa. Idiologi berkuasa merekaysa bahasa menjadi kabur, misalnya penjara adalah
pusat habitatasi atau lembaga pemasyarakatan, agresi militer adalah pembangun demokrasi
penjajahan adalah meningkatkan kemakmuran dan kebudayaan bangsa-bangsa terjajah.
3. Persatuan : idiologi adalah alat untuk membangun pendapat masyarakat untuk persatuan
dan hidup kolektif yang diyatakan dengan simbo-simbol. Misalnya, mengendalikan kepada
raja bijaksana (feodalisme), jadilah mitra kaum kolonial (kolonilasime), jadilah manusia
nasyonalis_demokratis (nasyonalisme), kapitalis sedunia (sosialisme), sama rata sama rasa
(komonisme)
4. Moral: idiologi sebagai alat untuk membuat peryataan mengenai kesamaan perasaan,
pikiran, dan kepentingan yang terus-menerus diulang-ulang dan dipelihara sehinga menjadi
kebiasaan dan mebentuk watak dan moral.
5. Soerjanto Poespowardojo
Dalam bukunya yang berjudul "Filsafat Ilmu Pengetahuan" (2000), disebutkan bahwa
ideologi adalah konsep pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan
sikap dasara untuk mengolahnya.

6. Dr. Alfian
Dalam bukunya yang berjudul "Pemikiran dan Perubahana Politik Indonesia" (1980), Dr.
Alfian berpendapat bahwa ideologi adalah pandangan atau sistem bilateral yang menyeluruh
dan menadalam mengenai cara yan gsebaiknya yaitu secara moral dianggap benar dan adil
serta mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.

8
Teori politik
Teori politik adlah bagahsa dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Dengan perkataan
lain teori politik adalah bahasa dan renungan atas a) tujuan dari kegiyatan politik, b) cara-cara
mencapai tujuan itu, c) kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan
oleh situasi politik tertentu dan d) kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan oleh tujuan
politik itu.

Filsafat politik mencari penjelasaan yang berdasarkan rasio, ia melihat adanya hubungan
antara sifat dan hakikat dari alam semesta (universe) dengan sikap dan hakikat dari kehidupan
politik didunia fana ini. Pokok pemikiran dari sifat politok ialah bahwa persoalan-persoalan
yang menyangkut alam semesta, seperti meta fisika, dan epistimologi harus dipercayakan
dulu sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami sehari-hari dapat di tangulangi.
Misalnya seperti filsuf yunani, palato, keadilan merupakan hakikat dari alam semesta dan
sekaligus merupakan pedoman untuk mencapai kehidupan yang baik (good life) yang dicita-
citakan olehnya.

B. Defenisi radikalisme
Sepanjang yang kita baca dari referensi-referensi yang ada, belum kita temukan bahwa
radikalisme tertuju pada suatu ajaran agama, apalagi ditujukan secara khusus kepada Islam. Akan
tetapi kebanyakan definisi mengkaitkannya dengan politik. Berikut ini kita nukilkan tentang
“Radikalisme (dari bahasa Latin radix yang berarti “akar”) adalah istilah yang digunakan pada
akhir abad ke-18 untuk pendukung Gerakan Radikal. Dalam sejarah, gerakan yang dimulai di
Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal. Gerakan ini awalnya
menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh yang menentang partai kanan jauh. Begitu
“radikalisme” historis mulai terserap dalam perkembangan liberalisme politik, pada abad ke-19
makna istilah radikal di Britania Raya dan Eropa daratan berubah menjadi ideologi liberal yang
progresif.

Sementara Sartono Kartodirdjo mengartikan radikalisme sebagai

9
gerakan sosial yang menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang
berlangsung dan ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk
menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa.
Radikalisme sering dimaknai berbeda diantara kelompok kepentingan. Dalam lingkup keagamaan,
radikalisme merupakan gerakan-gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan
sosial dan politik yang ada dengan jalan yang mereka tuju dengan berbagai macam cara.

C. Hukum Stratak Dalam Perjuangan Politik

Secara teori Perjuangan idelogi tidak hanya cukup memahami ideology dan menyusun organisasi,
melainkan harus disertai dengan stratak. Perjuangan ideology tidak hanya cukup memahami
ideology dan menyusun organisasi, melainkan harus disertai dengan stratak. Perjuangan ideology
hanya dapat selesai sempurna dan berhasil dengan disertai dengan stratak, karena itu memahami
dan menerapkan stratak dalam perjuangan ideology (politik) hukumnya wajib.

Ada pepatah yang bunyinya :

Kebathilan dengan pedoman akan mengalahkan kebenaran yang tidak berpedoman, sebaliknya
kebenaran yang disertai dengan statak akan mengalahkan kebatthilan walaupun yang juga
berstratak.

1).Stratak Dalam Politik

Taktik : bagaimana menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa
politik tertentu pada saat tertentu.

Strategi: bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk
mencapai rencana perjuangan.

Dalam politik tidak dapat dibayangkan kapan ideology akan terlaksana. Karena strategi dalam
politik tidak dapat meliputi sampai tercapainya tujuan (ideology) karena hanya meliputi jangka
waktu tertentu.

10
2).Hubungan Taktik Dengan Strategi

Taktik adalah bagian dari strategi

Taktik karenanya harus tunduk dan mengabdi kepada strategi, rencana perjuangan (strategi)
meliputi perjuangan secara menyeluruh baik dalam hubungan nasional, internasional, dan
daerah/local maupun mengenai semua segi kehidupan masyarakat/ Negara, ekonomi, hamkam,
pendidikan, agama dan lain-lain.

Karena itu setiap ativis/ fungsionaris/ kader organisasi, meskipun ia hanya mempunyai tanggung
jawab mengenai satu aspek perjuangan misalnya pendidikan atau mengenai satu daerah (wilayah),
namun ia mestinya memahami perjuangan dan rencana strategi dalam keselamatannya.

Jika semua langkah-langkah taktik dalam seluruh strategi berhasil, pastilah srateginya berhasil.
Jika semua langkah-langkah taktik dalam strategi gagal, maka pastilah stateginya sendiri gagal.

Jika seluruh langkah-langkah strategi gagal, strategi masih dapat berhasiil jika kemudian disusul
dengan langkah-langkah taktik yang berhasil serta yang bernilai strategis.

Jika sebagian langkah-langkah taktik berhasil, strategi masih bisa gagal. Jika kemudian terjadi
kegagalan langkah-langkah taktik yang bernilai strategis, langkah-langkah taktik yang bernilai
strategis ialah yang mengenai suatu kejadian politik. Tapi kejadian itu menentukan bagi seluruh
rencana strategis.

3).Berpikir – Berjuang – Bekerja Secara Lima Dimensi

Mula-mula kita berideologi yang merupakan tujuan perjuangan, lalu kekuatan disusun dalam
organisasi, organisasi bergerak dalam arena politik, karenanya harus selalu diikuti perkembangan
politik. Karena politik mempunyai hokum-hukum tersendiri, maka cara berpikir harus politis, tidak
normative dan yuridis formal.

Setelah secara berpikir politis kita menanggapi setiap persoalan politik, maka disusunalah garis
strategi untuk jangka waktu tertentu dan ditentukanlah langkah-langkah taktik untuk setiap
persoalan politik tertentu pada saat tertentu. Di dalam perjuangan kita harus berpikir lima

11
dimensional yaitu : Ideologis, Organisatoris, Politis, Strategis, dan Taktis, dan kita harus berjuang
dan bekerja secara lima dimensi itu. Lima dimensi itu merupakan kebulatan yang harus dimiliki
oleh lapisan pimpinan dan para kader tingkat atas. Tanpa kebulatan lima dimensional itu
perjuangan akan mengalami kegagalan-kegagalan.

4).Kedudukan Stratak Dalam Perjuangan Ideologi

Stratak tidaklah hanya berdiri sendiri, melainkan hanya merupakan sebagai alat pelaksana untuk
mencapai tujuan ideology. Karenanya stratak haruslah mengabdi kepada perjuangan untuk
mencapai tujuan ideology serta harus tunduk pula pada ketentuan-ketentuan ideology.

Prinsip the end justices the means berlaku bagi perjuangan ideology jika mau berhasil. Cuma bagi
ideology yang berdasarkan agama. Sudah barang tentu penerapan prinsip ini haruslah dibatasi
sepanjang tidak melanggar ketentuan-ketentan hokum/agama.

Adanya pembatasan ini sepintas lalu merupakan kelemahan dalam perjuangan ideology yang
berdasarkan agama jika dibandingkan dengan ideology yang tidak berdasarkan agama atau moral
seakan-akan yang terakhir ini seluas-luasnya dapat mempergunakan segala cara apapun untuk
mencapai tujuan, tapi justru tidak adanya pembatasan itu malahan merupakan peluang bebas untuk
setiap petualangan dan penyelewengan oleh oknum yang berkuasa dalam bentuk gila kuasa,
sewenang-wenang, ambisi-ambisi pribadi dan lain-lain tentu saja dengan kedok bagi kepentingan
organisasi.

12
5).Syarat-Syarat Tekhnis Untuk Terlaksananya Stratak

Teknis disini dalam arti cakap, ahli, mahir

Perjuangan politik meliputi semua segi penghidupan dan kehidupan, Negara dan masyarakat yang
setiap seginya adalah penting dan mempunyai hubungan timbal balik aktif dengan segi-segi
lainnya dan karenanya semua segi itu mesti sama-sama digarap tidak ada satupun yang dianak
tirikan. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dan keahlian dalam semua bidang dan karenanya perlu
ada spesialisasi bagi semua aktivis sesuai kecakapan dan minatnya. Untuk menggarap soal
perburuhan misalnya diperlukan aktivis yang selain tahu soal perburuhan juga yang sanggup
bergerak di tengah-tengah kaum buruh.

6). Radikalisme Disebabkan Faktor Idilogi


Secara garis besar gerakan radikalisme disebabkan oleh faktor ideologi dan faktor non-ideologi
seperti ekonomi, dendam, sakit hati, ketidakpercayaan dan lain sebagainya. Faktor ideologi sangat
sulit diberantas dalam jangka pendek dan memerlukan perencanaan yang matang karena berkaitan
dengah keyakinan yang sudah dipegangi dan emosi keagamaan yang kuat. Faktor ini hanya bisa
diberantas permanen melalui pintu masuk pendidikan (soft treatment ) dengan cara melakukan
deradikalisasi secara evolutif yang melibatkan semua elemen. Pendekatan keamanaan (security
treatment) hanya bisa dilakukan sementara untuk mencegah dampak serius yang ditimbulkan
sesaat. Sementara faktor kedua lebih mudah untuk diatasi, suatu contoh radikalisme yang
disebabkan oleh faktor kemiskinan cara mengatasinya adalah dengan membuat merekahidup lebih
layak dan sejahtera. Faktor ideologi merupakan penyebab terjadinya perkembangan radikalisme
di kalangan mahasiswa. Secara teoretis, orang yang sudah memiliki bekal pengetahuan setingkat
mahasiswa apabila memegangi keyakinan yang radikal pasti sudah melalui proses, atau tukar
pendapat yang cukup lama dan intens sehingga pada akhirnya mahasiswa tersebut dapat menerima
paham radikal. Persentuhan kalangan mahasiswa dengan radikalisme Islam tentu bukan sesuatu
yang muncul sendiri di tengah-tengah kampus. Radikalisme itu muncul karena adanya proses
komunikasi
dengan jaringan-jaringan radikal di luar kampus. Dengan demikian, gerakan gerakan radikal yang
selama ini telah ada mencoba membuat metamorfosa dengan merekrut mahasiswa, sebagai
kalangan terdidik. Dengan cara ini, kesan bahwa radikalisme hanya dipegangi oleh masyarakat

13
awam kebanyakan menjadi luntur dengan sendirinya. Tulisan ini membahas pola
rekrutmenterhadapmahasiswa oleh kalangan radikal dan bagaimana usaha mereka dalam
menyebarkan radikalisme Islam di kampus.

Radikalisme merupakan produk impor dari luar, khususnya dari Peneliti sebelumnya cukup
banyak meneliti tentang gerakan-gerakan radikal, fundamentalis, ekstrimis khususnya di
Indonesia. Penelitian-penelitian tersebut ada yang membidiknya dengan perspektif filosofis
misalnya hanya mengupas konsep, doktrin, dan gagasan-gagasan tokoh atau organisasinya. Ada
juga yang melihatnya secara sosiologis dan politis, bahkan ada juga yang melihatnya dari
perspektif ekonomi misalnya ketika mengaitkan antara aksi-aksi terorisme dengan persoalan D.
ketika media ramai membicarakan indoktrinasi NII di kalangan mahasiswa dengan cara dihipnotis
dan telah banyak memakan korban.

7).Radikalisme Islam dalam Tinjauan Historis


Gerakan radikalisme Islam sebenarnya merupakan ”buah” dari pemahaman skripturalistik verbalis
terhadap teks-teks keagamaan yang dipaksakan untuk melegitimasi ”violence actions” dengan
”menyeru jihad menebar teror” atas nama ”Tuhan”.

Pemahaman skripturalis menganggap bahwa kebenaran hanya ada


di dalam teks dan tidak ada kebenaran di luar teks. Dengan pemahaman seperti itu, gerakan
radikalisme Islam biasanya meletakkan konsepsi-konsepsi teologis sebagai dasar tindakan.
Konsepsi-konsepsi teologis tersebut adalah jihad (dalam
pengertian yang sempit), penegakan syari’at Islam, formalisasi syari’at Islam, amar ma’ruf nahi
munkar, dan mendirikan negara Islam (Khilafah/Daulah Islamiyah).Sebenarnya, gerakan
radikalisme Islam tidak memiliki
akar yang kuat di Indonesia. Gerakan-gerakan tersebut bukan merupakan produk asli bangsa
Indonesia melainkan Timur Tengah

14
E. Strategi Dan Taktik Dalam Penanaman Nilai-Nilai NDP

1. Menegakkan nilai-nilai keadilan di tengah-tengah masyarakat, serta menumpas segala bentuk


maksiat dan kemungkaran terutama penodaan terhadap agama.
Disamping kita mengecam aksi radikalisme, sebaliknya perlu pula mencegah segala macam
bentuk kemungkaran, terutama sekali pencemaran dan penodaan agama di tangan orang-orang
liberal. Karena hal ini juga akan berakibat kepada radikal. Walau diawalnya tidak terkesan
menimbulkan aksi radikalisme, namun muaranya tetap berakibat ke sana. Karena mereka
menciptakan pembodohan dalam agama, bila masyarakat bodoh dengan agama doktrin-doktrin
sesat sangat mudah berjangkit di tengah-tengah masyarakat. Ibaratnya jika masyarakat tidak diberi
gizi aqidah yang sehat maka masyarakat akan mudah terjangkit berbagai macam penyakit aqidah
yang sesat.

2. Menanamkan aqidah yang benar kepada umat, terutama generasi muda.


Karena jika kita cermati, hanya dengan mengajarkan aqidah yang benar segala bahaya bisa kita
hadapi. Islam memiliki solusi yang sempurna untuk memecahkan segala permasalahan, baik sosial
politik maupun sosial keagamaan termasuk hubungan antar umar beragama. Islam mengharamkan
perbuatan zhalim terhadap sesama manusia bahkan terhadap binatang sekalipun. Radikalis tidak
mungkin bisa ditumpas dengan kekuatan pasukan dan senjata semata. Sekalipun personnya mati,
akan tetapi pemikiran dan doktrinnya tetap berkembang melaui tulisan dan media-media lainnya.
Di negeri ini banyak sekali referensi yang menyebar dan menebar doktrin radikalis dengan alasan
kebebasan berpendapat dan berfikir.

3. Mempelajari ilmu agama dari Ulama yang terpercaya dan dalam ilmunya, bukan orang yang
berpura-pura seperti Ulama.
Perlu kami tegaskan sekali lagi, bahwa yang kami maksud pakar agama di sini adalah orang yang
menimba ilmu agama dibawah asuhan Ulama, bukan dibawah asuhan orang yang tidak mengerti
agama. Seperti orang mempelajari agama kepada tokoh-tokoh kafir, dimana mereka telah
membuat kerancuan-kerancuan dalam pemahaman agama. Lalu kerancuan itu dibungkus dengan
istilah pembaharuan, yang pada hakikatnya adalah membuat penyelewengan dalam agama

15
4. Kerjasama antara Ulama dam Umara’ dalam pencerahan pemahaman agama kepada generasi
muda.
Melalui tulisan ini kami mengusulkan kepada berbagai pihak terkait untuk membenahi tatanan
pembinaan generasi muda bangsa ini. Mereka tidak dibina dari segi keterampilan dan keilmuan
semata tapi yang lebih penting lagi pembinaan akhlak dan keimanan. Kemudian memperbaiki
mutu kurikulum pendidikan agama dalam berbagai jenjang pendidikan, terlebih khusus kurikulum
Aqidah. Agaknya pemerintah perlu menyediakan anggaran untuk kelancaran pencerahan
pemahaman Islam di tengah-tengah generasi muda. Serta menghilangkan berbagai kecurigaan
tentang perkembangan Islam. Sesungguhnya Islam adalah rahmat untuk seluruh umat.

5. Perhatian orang tua terhadap pendidikan agama anak-anak mereka serta mengawasi kegiatan
anak-anak mereka di luar rumah.
Diantara hal yang sangat memperihatinkan di masa moderen ini adalah hubungan antar anggota
keluarga. Semua kita sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga rumah tangga seperti hotel,
penghuninya tidak saling komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Hubungan anak dengan
orang tua hanya sebatas memberi makan dan kebutuhan lahiriyah semata.

Amat jarang orang tua memberikan perhatian pendidikan agama bagi amak-anak mereka. Mereka
berani membayar ratusan ribu bahkan jutaan untuk kursus bahasa inggris, matematika, sains dan
ilmu lainya, namun untuk pendidikan agama tidak mau membayar walau sepuluh ribu perbulanya.
Mereka berlangganan majalah setiap bulan dan koran setiap hari, akan tetapi buku-buku agama
tidak pernah mereka belikan untuk anak-anak mereka. Perlu diketahui bahwa manusia memiliki
dua sisi kebutuhan yang tidak bisa diabaikan salah satu di antara keduanya; kebutuhan rohani dan
jasmani. Bahkan kebuthan rohani jauh lebih penting untuk dipenuhi daripada kebutuhan jasmani.
Seharusnya setiap kepala keluarga melindungi anggota keluarga mereka masing-masing dari
berbagai pengaruh aliran sesat. Dengan cara memberikan pengetahuan agama yang benar kepada
anggota keluarga mereka.

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN.

HMI merupakan harapan masyarakat indonesia. Panglima besar Jendral Sudirman dalam
pidatonya didepan mahasiswa yogyakarta pada peringatan HMI yang oertama tahun 1948 berkata
bahwa HMI adalah harapan massyarakat indonesia. Dalam membangun masyarakat ilmiyah, HMI
sebagai organisasi pencetak kader masa depan umat dan bangsa harus memahami Nilai Dasar
Perjuangan organisasinya, untuk kemudian di terapkan dalam keumatan dan kebangsaan.
Dikarenakan Hmi mampu menjawap segalah probematika zaman. Pemahaman NDP yang
universal dan melangit, kemudian melakukan tindakan kongkret untuk menjawap tantangan zaman
adalah dua hal yang menjadi tugas utama HMI.

Diantara bagian terpenting dalam mencegah dan menanggulang radikalisme adalah


pelunya memperhatikan sebab-sebab yang memancing untuk bangkit dan berkembangnya paham
radikal.

Bahwa pencegahan dan penanggulangan radikalisme perlu dilakukan dengan cara lebih fokus,
terarah dan terkoordinir dengan melibat unsur-unsur penting dari kalang Ulama dan umara’.

Ulama dan keluarga memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanggulangan
perkembangan paham radikal.
Pencegahan radikalisme akan lebih efektif dengan melakukan pendekatan persuasif dan
pendekatan emosional keagamaan dari pada pencegahan dengan menggunakan senjata.

Sebagai penutup kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kekeliruan dalam
penyampaian materi ini. Semua itu adalah karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Semoga apa
yang kami sampaikan ini bermanfaat bagi kami sendiri dan bagi kaum Muslimin semua.

Semoga Allâh Azza wa Jalla memperlihatkan kepada kita yang benar itu adalah benar, kemudian
menuntun kita untuk mengikutinya. Dan memperlihatkan kepada kita yang salah itu adalah salah,
dan kita dijauhkan dari mengikuti hal yang salah tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amirsyah, Dr. 2012. Meluruskan Salah Faham Terhadap Deradikalisasi;


Pemikiran, Konsep, dan Strategi Pelaksanaan. Jakarta: Grafindo Hazanah
Ilmu.

Anthoni Giddens cetakan 1, oktober, 2009, Melampaui Extrim kiri and kanan MASA DEPAN
POLITIK RADIKAL

Khamami, Zada. 2002.


Islam Radikal; Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis
Keras di Indonesia
. Jakarta: Teraju.
.
Miftahuddin M. 2001.
Perencanaan Strategis Sebagai
Organisasi
Sosial.

Darsono Prawinegoro filsafat ilmu jakarta 2011

PROF. MIRIAM BUDIARJO 2008 PT Gramedia pustaka utama DASAR-DASAR ILMU


POLITIK

Jhon M Bryson,
Strategik Planning For Public And Nonprofit
Organizations; A Guide Strengthering An Sustaining Organizational
Achievent

Nawawi, Hadari. 2005.


Rubaidi, A. 2010.
Radikalisme Islam, Nahdlatul Ulama; Masa Depan
Moderatisme Islam di Indonesia.
Jatim: PWNU Jawa Timur.

Sabirin, Rahimi. 2004. Pimay, Awaludin. 2005.


Paradigma Dakwah Humanis Strategi dan Metode Sabirin, Rahimi. 2004.
Islam dan Radikalisme
. Jakarta: Athoyiba
.
P. Siagian, Sondang. 1994.
Analisis serta Perumusan Kebijaksanaan dan
Struktur Organisasi

18

Anda mungkin juga menyukai