TENTANG:
“PERENCANAAN MANDIRI”
1. AURA MEYLIANDANA
2. SINTHA MAYA PRATIDINA
3. LIDYA AZWARINI
4. NISRINA DHIYA ULHAQ
5. ANNISA NINDYA PUTRI
6. RAHMI JANNATI
7. NUFA SINTIYA ANDARI
8. ANNISA
9. RAMADIYA EKA PUTRI
10. RIZKY WANDHANI
DOSEN PEMBIMBING:
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERENCANAAN MANDIRI”. Penyusunan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut. Kami
berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen kesehatan
gigi dan mulut. Serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya perencanaan
mandiri itu.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan
dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan
makalah ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………………..3
2.2 Usaha Promotif dan Preventif Pelayanan Mandiri Kesehatan Gigi dan Mulut……….6
2.3 Dana………………………………………………………………………………………………………………………………….6
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………….…14
3.2 SARAN…………………………………………………………………………………………………………………………….…14
PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering
dikeluhan masyarakat Indonesia.Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan
mulut masih buruk.Hal ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia
yang cenderung meningkat
Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut adalah faktor pendidikan dan ekonomi dari masyarakat,
yang berpengaruh pada pengetahuan,sikap dan perilaku pola hidup sehat masyarakat. Dari segi ekonomi
dapat dilihat dari pemukiman kumuh dan daerah pedalaman. Segi sosial dapat dilihat dari kurangnya
sosialisasi tentang kesehatan gigi dan mulut. Selain itu kurangnya tenaga medis yang dibutuhkan.
Faktor eksternal lain yang mempengaruhinya adalah mengenai budaya dan adat dari masyarakat,
serta ketidaktahuan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Dari segi budaya misalnya kesehatan
gigi dan mulut masih dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat.
Contohnya budaya pangur dan sirih. Dilihat dari ilmu pengetahuan, masih banyak dari masyarakat yang
belum mengetahui pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga mereka juga tidak mengetahui
dampak dan efek yang timbul apabila mereka tidak menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut.
Selain itu, ada juga sekelompok masyarakat yang hanya mengetahui tapi tidak paham sehingga mereka
tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Apa saja kewenangan perawat gigi dalam melakukan pelayanan keperatan gigi dan mulut
Apa upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang merupakan kewenangan perawat gigi
Apa upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut
Apa tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi dan mulut
Apa saja kompetensi perawat gigi
Apa ruang lingkup pekerjaan perawat gigi
Apa usaha promotif dan preventif pelayanan mandiri gigi dan mulut
Berapa dana yang diperlukan untuk membangun klinik mandiri dan pengelolaannya
Apa kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan manajemen
Bagaimana rancangan denah klinik mandiri
Bagaimana analisa eksternal dan internal praktek mandiri
Apa saja peralatan kebutuhan dan bahan dokter gigi, peralatan dan bahan pendudukan
C. Tujuan Makalah
Memberikan penjelasan secara lengkap dan pengetahuan tentang merancang atau merencanakan
D. Manfaat Makalah
Para pembaca dapat menambah pengetahuan tentang merancang atau merencanakan praktek
PEMBAHASAN
Perawat Gigi yang melakukan pekerjaannya secara mandiri hanya memiliki kewenangan
melakukan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut serta upaya pencegahan penyakit gigi. Upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang merupakan kewenangan perawat gigi meliputi:
a. penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat;
a. pemeriksaan plak;
d. pencegahan karies gigi dengan Fluor dengan teknik kumur-kumur dan pengolesan fluor pada gigi; dan
Tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi terbatas yang merupakan kewenangan perawat
gigi meliputi:
a. tindakan kegawatdaruratan pada kasus gigi dan mulut sesuai dengan standar pelayanan; dan
b. perawatan pasca tindakan yang hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan dari dokter gigi.
Pelayanan higiene kesehatan gigi yang merupakan kewenangan perawat gigi meliputi:
a. higiene petugas kesehatan gigi dan mulut;
Berdasarkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi atau penugasan Pemerintah
sesuai kebutuhan, Perawat Gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang kedokteran
gigi yang meliputi:
a. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan topikal atau infiltrasi anastesi; dan
b. penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer, bahan amalgam atau bahan lainnya.
Penugasan Pemerintah tersebut diberikan kepada Perawat Gigi yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah. MENGUBAH KOMPETENSI Permenkes No 58 tahun
2012 merupakan perubahan dari ketentuan sebelumnya. Dengan diberlakukannya Permenkes No 58
tahun 2012, dinyatakan tidak belaku lagi ketentuan mengenai perawat gigi sebelumnya yaitu Keputusan
Menteri Kesehatan No. 378/Menkes/SK/ III/2007 tentang Standar profesi Perawat Gigi. Pada Kepmenkes
No. 378/Menkes/SK/ III/2007 yang sudah dinyatakan tidak berlaku, kompetensi perawat gigi terdiri atas:
1.Manajemen
2. Pengawasan Penularan Penyakit (Cross Infection Control)
5. Perlindungan Khusus
7. Rujukan
8. Peneliti
12. Sikap Pada Kepmenkes tersebut tindakan Asuhan Keperawatan di Klinik yang dapat dilakukan perawat
gigi meliputi:
– Preparasi kavitas dan penumpatan (gigi sulung dan gigi tetap pada satu/ dua permukaan
menggunakan amalgam, silikat,dsb).
– Preparasi kavitas dengan excavator dan penumpatan dengan ART.
-Pertolongan pertama (first aid/relief pain) trepanasi gigi gangraen dengan periapikal absces Kemudian
pada Kepmenkes No. 378/ Menkes/SK/III/ 2007 terdapat bagian yang mengundang kontroversi
pro kontra yaitu mengenai kemampuan tambahan bagi Perawat Gigi yang akan bekerja dengan tugas
limpah yang meliputi:
1. Pencabutan Gigi: Mencabut gigi, drainase abscess dan perawatan infeksi dalam mulut. Merawat
komplikasi pasca operasi seperti dry socket dan pendarahan.
Anastesi lokal yang tepat dan secara efektif dan aman (baik blok maupun
lokal). Pencabutan gigi-gigi tetap dan gigi- gigi sulung.
2. Konservasi Gigi: preparasi kavitas dan penumpatan gigi ( gigi sulung dan gigi tetap pada semua kelas
kavitas kecuali kelas IV menggunakan almagam, silikat, dsb) menggunakan high speed atau low speed.
Dengan diberlakukannya Permenkes No 58 tahun 2012 maka kompetensi maupun kemampuan
tambahan bagi perawat gigi pada Kepmenkes No 378/Menkes/SK/ III/2007 dinyatakan tidak berlaku lagi.
b. Pelayanan pencegahan:
1. Topikal
3. ART
4. Fissure sealant
c.Manajemen
2. Resepsionis
4. Laporan evaluasI
d.Dental assistant
e. Sterilisasi
Usaha Promotif dan Preventif Pelayanan Mandiri Kesehatan Gigi dan Mulut
Pada hakekatnya meliputi dua aspek, yaitu:
Pengembangan pelayanan melalui peningkatan mutu pada dasarnya adalah melakukan perbaikan
terhadap pelaksanaan upaya pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif yang meliputi
unsur unsur kegiatan operasional (administratif dan teknis) antara lain perbaikan mutu:
- Tenaga
- alat dan bahan
- pembiayaan.
Untuk memperluas cakupan pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif dapat
dilakukan dengan cara perbaikan terhadap hubungan lintas sektor dan lintas program terkait, sehingga
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di sekolah dapat dikembangkan di sekolah-sekolah (SD) lain, yang
dimulai di sekolah dasar kemudian dapat dikembangkan ke SMP yang berdekatan. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa ditingkat yang lebih luas, pola pendayagunaan perawat gigi dan dokter gigi ini
dikembangkan sehingga terjadi replikasi pelayanan serupa di kabupaten, propinsi lain bahkan di seluruh
Indonesia.
- Pembinaan, tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan mandiri secara optimal dalam
upaya pencapaian tujuan pelayanan. Pembianaan dilakukan dalam 3 kegiatan yaitu:
- Pembinaan administrasi,
- Pembinaan Teknis,
- Pembinaan Sosial.
Monitoring dan Evaluasi, diperlukan sebagai kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus
untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Evaluasi dilakukan minimal pada setiap semester dengan melakukan analisis terhadap monitoring serta
penyimpangan yang terjadi.
Perawat Gigi yang ada di lapangan terdiri dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) dan lulusan
Jurusan Kesehatan Gigi (JKG) Politeknik Kesehatan (Poltekkes) yang dulu bernama Akademi kesehatan
Gigi(AKG) yang belum bekerja
Dana
pembiayaan pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif dilakukan secara swadana yang
dikelola komite sekolah melalui dana sehat dari murid sekolah, bantuan dari sekolah atau bantuan yang
tidak mengikat. Besar kecilnya biaya pelayanan ditentukan oleh jumlah peserta didikdan jenis pelayanan.
Kelayakan biaya dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, besarnya cakupan jumlah peserta didik yang
terlayani, efektifitas dan efisiensi penggunaan bahan dan obat habis pakai.
Bentuk pelayanan, secara legal, model pelayanan mandiri kesehatan gigi dan mulut promotif dan
preventif harus bernaung dibawah badan hukum yang sah, yaitu bernaung dibawah JKG (Jurusan
Kesehatan Gigi), bernaung dibawah dokter gigi yang memiliki ijin praktek, bernaung dibawah
yayasan/badan hukum lainnya yang bergerak dibidang kesehatan.
Perencanaan,
Dilakukan sebelum kegiatan pelayanan kesehatan gigi diselenggarakan di sekolah. Perlu dilakukan
perencanaan yang matang agar dapat diantisipasi kesulitan-kesulitan teknis maupun administratif pada
waktu pelaksanaannya di lapangan, yaitu :
Penyusunan Proposal
Penawaran Proposal.
Persiapan:
Penandatanganan MoU
Pelaksanaan:
Contoh pada Bagan berikut untuk menunjukan perbedaan antara kegiatan pelayanan kesehatan (health
services) dengan komponen kegiatan penunjang manajemen pelayanan (management support service).
Di bagian kiri adalah contoh komponen pelayanan kesehatan dasar untuk pelayanan kesehatan umum,
perawatan ibu, dan anak, upaya pengobatan dan sebagainya. Contoh tersebut dapat dikenbangkan sesuai
dengan kegiatan prorgam Puskesmas. Di bagian kanan adalah contoh komponen penunjang manajemen.
Semua program pelayanan kesehatan dasar di sebelah kiri mempunyai komponen penunjang manajemen
yang sama. Dengan mengembangkan komponen penunjang manajemen, komponen pelayanan
kesehatan dasar akan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, rasional dan berkualitas.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kegiatan Manajemen
Perencanaan
Manajemen personalia
Manajemen keunagan
Manajemen logistic
Monitoring program
Pelayanan kesehatan umum :
Kerja sama/koordinasi
Kunjungan rumah
Kerjasama dengan kelompok kelompok
Penyuluhan kesehatan masyarakat
Toilet
Mushola
W
as
Almari
ta
Dental Unit
fe
l
Meja Perawat
Gigi
Toilet
Ruang Tunggu
Ruang Tunggu
Meja
Meja
1. Comfortable clinic
2. SDM yang baik, ramah dan bersahabat
3. Didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan standar
4. Memiliki sistem manajemen yang baik
b. Persiapan
b. Kebutuhan peralatan :
i. Sewa gedung
viii. Almari
xi. Kompresor
3. Set exo
4. Set konservasi
6. Set ortho
7. Set cetak
2. Alat sterilisasi
revenue (pendapatan)
5. Perlu ada indicator biaya sebagai alat manajerial dalam melakukan kendali
biaya
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang perencanaan mandiri dapat disimpulkan bahwa:
Dengan adanya perencanaan mandiri yang tepat dan baik maka Perawat Gigi dapat lebih mudah
membuka praktik mandiri.
SARAN
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang dapat membantu Perawat Gigi
yang ingin membuka praktik mandiri, yaitu:
Perawat Gigi harus mengetahui tugas dan wewenangnya. Perawat gigi juga perlu mempersiapkan
perencanaan dan dana yang matang. Selain itu, perawat gigi juga perlu melakukan sosialisasi tentang
kesehatan gigi dan mulut agar praktik mandirinya dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
https://samuraithief.wordpress.com/2011/02/12/makalah-kesgilut-masyarakat-ikgmp-2a/
https://www.google.co.id/search?safe=strict&ei=Yp-
tW7CULsyv9QO27pdg&q=latar+belakang+manajemen+perencanaan+mandiri+perawatan+gigi&oq=latar
+belakang+manajemen+perencanaan+mandiri+perawatan+gigi&gs_l=psy-
ab.3...49930.58808.0.59333.12.11.1.0.0.0.238.1214.0j6j1.7.0....0...1c.1.64.psy-
ab..4.0.0....0.Euxunhegq4c
https://haeghie1815.wordpress.com/2013/06/19/praktek-mandiri-perawat-gigi/comment-page-1/
https://dokumen.tips/amp/documents/perencanaan-praktek-dokter-gigi.html
www.chairulms.wordpress.com