Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PRAKTIKUM PEMBEKALAN STERIL

KELOMPOK : 4 SHIFT : A1

SOAL : INJEKSI ATENOLOL

I. Preformulasi Zat Aktif


Nama zat aktif Atenolol
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau (FI IV, 1995).
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol mutlak,
praktis tidak larut dalam eter (FI IV, 1995).
Titik Leleh 152-155 °C (FI IV, 1995).
Inkompatibilitas -

Stabilitas
 Panas Tidak tahan pemanasan dan lembab
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya Tidak tahan cahaya (Pharmaceutical Codex, 1994).
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam.
Bentuk sediaan(lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : injeksi larutan sejati.
Cara sterilisasi sediaan : sterilisasi dengan filtrasi
Kemasan : vial gelap
II. Perhitungan Tonisitas/Osmilaritas dan Dapar
a. Tonisitas
Metode : Ekivalensi NaCl
Perhitungan :

TONISITAS
BAHAN JUMLAH KONSENTRASI E
(E x %)
Atenolol 0,5 mg/mL 0,05% 0,1276 0,00638
Benzalkonium 0,02% 0,02% 0,18 0,0036
Klorida
NaH2PO4 0,038 gr 0,38% 0,51 0,0377
Na2HPO4 0,292 gr 2,92% 0,48 0,153
Aqua Pro Injeksi ad 10 mL
Total 0,20068

Karena hipotonis (< 0,9), maka perlu penambahan NaCl

NaCl yang dibutuhkan = 0,9 – 0,20068

= 0,69992 gram/100 mL

= 0,0699 gram/10 mL  0,07 gram/10 mL

b. Osmolaritas
Perhitungan : -

c. Dapar
Jenis Dapar/Kombinasi Dapar Fosfat (NaH2PO4 dan Na2HPO4; Range pH 6-8.2)
Target pH 6,4 ( pH sediaan = 5,5 -6,5 )
Kapasitas Dapar 0,01
Perhitungan :
Diket : Mr NaH2PO4 = 119,98
Mr Na2HPO4 = 141,96
pKa = 7,21
Target pH = 6,4

[H3O+] = antilog -pH


= antilog (-6,4)
= 3,981 x 10-7

Ka = antilog (-pKa)
= antilog (-7,21)
= 6,165 x 10-8

 = 2,303 x C x [H3O+ . Ka]


[H3O+ + Ka]2
0,01 = 2,303 x C x [3,981 x 10-7 . 6,165 x 10-8 ]
[3,981 x 10-7 + 6,165 x 10-8]2
0,01 = 2,303 x C x [3,981 x 10-7 . 6,165 x 10-8 ]
[3,981 x 10-7 + 6,165 x 10-8]2
0,01 = 2,303 x C x [ 24,543 x 10-15]
[4,598 x 10-7]2
0,01 = 2,303 x C x [ 24,543 x 10-15]
[21,142 x 10-14]
0,01 = 2,303 x C x 0,116
0,01 = 0,267 x C
C = 0,037

[𝑔]
pH = pKa + log [𝑎]
[𝑔]
6,4 = 7,21 + log [𝑎]
[𝑔]
log [𝑎] = -0,81
[𝑔]
= 0,155
[𝑎]

[g] = 0,155[a]
[g] + [a] = 0,037
0,155 [a] = 0,032
[a] = 0,206 M
[g] = 0,155 [a]
= 0,155 [0,206]
= 0,032 M
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉

𝑀 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
gr = 1000

0,032 𝑥 119,98 𝑥 10
gr garam = 1000
gr garam = 0,038 gram
0,206 𝑥 141,96 𝑥 10
gr asam = 1000
gr asam = 0,292 gram

III. Pendekatan Formula (Sediaan Farmasi Steril, 2009)


Jumlah
No Bahan Fungsi/Alasan penambahan Bahan
(%)
1. Atenolol 0,05% Zat aktif
Benzalkonium 0,02%
2. Pengawet
Klorida
3. NaH2PO4 0,38% Dapar
4. Na2HPO4 2,92% Dapar
5. NaCl 0,7% Pengisotonis
6. Aqua Pro Injeksi Ad 10 mL Pelarut

IV. Preformulasi Eksipien


IV. 1. NaCl (HOPE, 2009)
Nama Kimia Natrium klorida
Struktur Kimia Na – Cl

Rumus Molekul NaCl

Berat Molekul 58,44


Pemerian Serbuk hablur putih atau hablur tidak berwarna,
mempunyai rasa asin.
Kelarutan Agar larut dalam etanol, larut dalam 250 bagian etanol
95%, larut dalam 10 bagian gliserin, larut dalam 2,8
bagian air.
pH 6,7 – 7,3
Titik Leleh 141,3 oC
Inkompatibilitas Bersifat korosif terhadap besi, bereaksi membentuk
endapan dengan perak, timah, dan garam raksa.
Kegunaan Pengisotonis
Stabilitas Dipengaruhi kelembaban (higroskopis)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

IV.2 Benzalkonium Klorida (HOPE, 2009)

Nama Kimia Alkil dimetil (fenil-metil) amonium klorida.


Struktur Kimia

Rumus Molekul C6H5 CH2N(CH3) 2 – Cl.

Berat Molekul 350 g/mol.


Pemerian Serbuk amorf, putih, atau putih kekuningan; gel lengket.
Higroskopislicin ketika disentuh; aromatik sedang dan
pahit.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam eter; sangat larut dalam aseton,
etanol, metanol, propanol, dan air. Larutan benzalkonium
klorida berbusa ketika dikocok dengan tegangan
permukaan yang rendah.
pH 5 -8 dalam 10% w/v larutan.
Titik Leleh 40 oC.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan alumuniu, surfaktan anionik, sitrat,
hidrogen peroksida, fluorosein, iodida, kaolin, lanolin,
nitart surfaktan.
Kegunaan Preservatif, antiseptik, disinfektan.
Stabilitas Panas :
Disimpan pada temperatur ruang, serbuk di tempat kering.
Hidrolisis :
Higroskopis, dapat dipengaruhi oleh udara, cahaya.
Cahaya : -
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

IV.3 Aqua Pro injeksi (HOPE, 2009)

Nama Kimia Aqua pro injeksi


Struktur Kimia
H–O–H
Rumus Molekul
H2O
Berat Molekul 18,02
Pemerian Cairan, jernih, tidak berwarna, tidak berbau.

Kelarutan Larut dalam pelarut polar


pH -
Titik Leleh 0 oC
Inkompatibilitas Dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang
rentan terhadap hidrolisis dan suhu tinggi. Dapat bereaksi
dengan logam alkali, garam anhidrat.
Kegunaan Pelarut.
Stabilitas Stabil di lingkungan es, cair, dan uap dilindungi oleh ion
dan kontaminasi organik yang dapat menyebabkan
konduktivitas dan jumlah karbon organik meningkat.
Penyimpanan Wadah tertutup rapat.

IV.3 NaH2PO4 (HOPE, 2009)

Nama Kimia Monosodium Phosphate


Struktur Kimia

Rumus Molekul
NaH2PO4
Berat Molekul 119,98
Pemerian Tidak berbau, tidak berwarna atau putih, anhidratnya
berupa serbuk kristal atau granul putih. Larutannya asam
atau melepaskan CO2 dengan natrium karbonat.
Kelarutan Larut dalam 1 bagian air, praktis tidak larut dalam
alkohol, kloroform dan eter.
pH 4,5
Titik Leleh -
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan bahan-bahan alkali dan karbonat,
larutannya bersifat asam dan melepaskan CO2 dari
karbonat. Hindari pemberian dengan aluminium, Ca atau
Mg dalam bentuk garam karena dapat berikatan dengan
fosfat dan mengganggu absorpsinya pada saluran
pencernaan. Interaksi antara Ca dan fosfat membentuk
kalsium fosfat yang tidak larut dan mengendap.
Kegunaan Dapar
Stabilitas Stabil secara kimia pada pemanasan 1000C, bentuk
dihidrat kehilangan seluruh air kristalisasinya. Pada
pemanasan lebih lama melebur dengan peruraian pada
2050C membentuk hidrogen pirofosfat (Na2H2P2O7) dan
pada 2500C meninggalkan residu akhir natrium
metafosfat (NaPO3).
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, tempat yang kering dan
sejuk.

IV.3 Na2HPO4 (HOPE, 2009)

Nama Kimia Disodium Phosphate


Struktur Kimia

Rumus Molekul
Na2HPO4
Berat Molekul 141,96
Pemerian Kristal putih, tidak berwarna, larutannya alkali, tidak
berbau, efforesensi, kristal transparan.
Kelarutan 1 gram dalam 4 ml air. 1 gram dalam 5 ml air, praktis.
Tidak larut dalam alkohol.
pH 9,5; larutan 2% dalam air pHnya 9-9,2.
Titik Leleh -
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan alkaloid antipirin, kloralhidrat,
asetat, pirogalol, resorsinol, striknin, Ca glukonat.
Kegunaan Dapar
Stabilitas Anhidratnya higroskopis. Pada pemanasan 100 oC
kehilangan air kristalnya. Pada suhu 400 0C berubah
menjadi pirofosfat (Na4P2O7), larutan berairnya stabil.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, tempat yang kering dan
sejuk.

V. Persiapan Alat/Wadah/Bahan
a. Alat
No Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi (Lengkap)
1. Batang pengaduk 2 Oven 170°C (1 jam)
2. Corong 1 Oven 170oC (1 jam)
3. Erlenmeyer 1 Autoklaf 115 – 116oC (30 menit)
4. Gelas beaker 3 Autoklaf 115 – 116oC (30 menit)
5. Gelas ukur 1 Autoklaf 115 – 116oC (30 menit)
6. Kaca arloji 2 Oven 170°C (1 jam)
7. Karet pipet tetes 3 Direndam dalam etanol 70% (24 jam)
8. Pipet tetes 3 Oven 170oC (30 menit)
9. Sendok spatula 2 Oven 170° (1 jam)
10. Kertas Perkamen 15 Autoklaf 115 – 116oC (30 menit)
11. Kertas saring 5 Autoklaf 115 – 116oC (30 menit)

a. Wadah
No Nama Wadah Jumlah Cara Sterilisasi (Lengkap)
1. Karet vial 1 Direndam dalam etanol 70% (24 jam)
2. Vial 1 Autoklaf 115 – 116oC (30 menit)

b. Bahan (hanya untuk cara aseptik)


No Nama Bahan Jumlah Cara Sterilisasi (Lengkap)
1. Atenolol 0,05% Filtrasi
2. Benzalkonium 0,02% Filtrasi
Klorida
3. Na2HPO4 0,38% Filtrasi
4. NaH2PO4 2,92% Filtrasi
5. NaCl 0,7% Filtrasi
5. Aqua p.i Ad 10 mL Autoklaf 121oC (15 menit)

I. Penimbangan Bahan
Jumlah sediaan yang dibuat: 10 mL
No Nama Bahan Jumlah yang ditimbang
1. Atenolol 5 mg + 0,25 mg
2. Benzalkonium Klorida 2 mg + 0,1 mg
3. Na2HPO4 38 mg + 1,9 mg
4. NaH2PO4 292 mg + 14,6 mg
5. NaCl 70 mg + 3,5 mg
6. Aqua p.i Ad 10,5 mL

II. Prosedur Pembuatan


Ruang Prosedur
Disiapkan alat, wadah dan bahan yang diperlukan.
- Disterilkan sesuai prosedur.
- Dicuci alat, wadah dan bahan, dikeringkan dan dibungkus
dengan kertas perkamen 2 lapis.
- Sebelum disterilkan dikalibrasi vial 10 mL.
Grey area - Disterilkan alat, wadah dan bahan dengan metode :
(ruang 1. Panas basah (autoklaf, 121oC, 15 menit) : gelas beaker,
sterilisasi) gelas ukur, erlenmeyer, vial, kertas perkamen, dan kertas
saring
2. Kimia (etanol 70%) : karet pipet tetes, karet tutup vial.
3. Panas kering (oven, 170 oC, 1 jam) : batang pengaduk,
corong, kaca arloji, pipet tetes, dan sendok spatula.
- Dibuat aqua proinjeksi : disterilkan 100 mL aquades dengan
autoklaf, 121 oC, 15 menit.
- Setelah disterilkan, semua alat dan wadah dimasukkan ke
dalam white area, transfer box.

Grey area
- Ditimbang bahan-bahan menggunakan kaca arloji yang sudah
(ruang
disterilisasi.
penimbangan)
- Disiapkan aqua proinjeksi.
- Dilarutkan atenolol ke dalam gelas beaker dengan aqua
proinjeksi secukupnya, diaduk hingga homogen dengan batang
pengaduk.
- Dilarutkan masing-masing bahan eksipien dalam gelas beaker
dengan aqua proinjeksi secukupnya, diaduk hingga homogen
dengan batang pengaduk.
- Dimasukkan satu persatu larutan eksipien ke dalam larutan zat
aktif, diaduk hingga homogen dengan batang pengaduk.
- Dihomogenkan campuran larutan, kemudian larutan
White area
ditambahkan aqua proinjeksi sampai mencapai 80% dari total
(Grade A)
volume sediaan.
- Dilakukan pengecekkan ph menggunakan ph indikator
universal.
- Disaring larutan sediaan menggunakan membran filter (0,45
mikrometer dan 0,22 mikrometer) dan ditampung dengan
erlenmeyer.
- Diisi setiap vial dengan sediaan sebanyak 10,5 mL, ditutup
vial dengan alumunium foil.
- Dibawa vial ke ruang penutupan melalui transfer box.

White area - Ditutup vial yang sudah terisi dengan tutup karet vial, lalu
(ruang diseal dengan alumunium foil.
penutupan
grade A)
- Disterilkan sediaan menggunakan metode filtrasi.
- Disimpan sediaan di dalam gelas kimia yang telah dilapisi
Grey area
kapas.
(ruang
- Botol yang sudah diserilisasi dibawa ke ruang evaluasi untuk
sterilisasi)
dilakukan evaluasi sediaan.

Grey area - Dilakukan evaluasi sediaan.


(ruang - Diberikan etiket dan brosur.
evaluasi) - Dikemas dalam wadah sekunder.
III. Evaluasi Sediaan

Jumlah Hasil
No Jenis Evaluasi Prinsip Evaluasi Syarat
Sampel Pengamatan
Cek pH larutan
dengan pH sediaan
menggunakan pH = 5,5 – 6,5
1. Penetapan ph 1 pH = 6,4
meter atau kertas (Agoes,
indikator universal. 2009).
(FI IV, 1995).
Volume
Menggunakan spuit
pada sediaan
yang bisa
injeksi harus
menampung isi 3
Penetapan sesuai
buah ampul dan
2. volume 1 10 mL dengan
dipindahkan ke
terpindahkan volume pada
dalam sediaan
etiket yang
semula (FI IV,
tertera (FI
1995).
IV, 1995).
Volume
Bertujuan untuk
pada sediaan
memeriksa
injeksi harus
keutuhan kemasan
sesuai
untuk menjaga
3. Uji kebocoran 1 Tidak bocor dengan
sterilitas dan
volume pada
volume serta
etiket yang
kestabilan sediaan
tertera (FI
(FI IV, 1995).
IV, 1995).
Dilakukan dibawah Setiap
cahaya yang sediaan
terdifusi, tegak injeksi yang
lurus ke arah dibuat harus
bawah tabung. terlihat
Setiap larutan obat jernih (tidak
Uji kejernihan
4. suntik harus jernih 1 Jernih ada zat atau
larutan
dan bebas dari bahan
kotoran sehingga pengotor
perlu dilakkan uji lain pada
kejernihan secara sediaan
visual (FI IV, injeksi). (FI
1995). 1V, 1995).
Kesimpulan :
Sediaan memenuhi syarat

IV. Pembahasan
Praktikum ini melakukan percobaan membuat sediaan injeksi atenolol. Sediaan
injeksi adalah sediaan steril berupa larutam emulsi atau suspensi serbuk yang harus
dilarukan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Sediaan ini harus steril karena diinjeksikan melalui kulit atau membran mukosa ke
dalam kompartemen tubuh yang paling dalam.
Keuntungan sediaan injeksi antara lain respon fisiologis yang cepat, digunakan
untuk obat-obat yang tidak efektif secara oral, obat-obat untuk pasien yang mudah mual
atau tidak sadar, penggunaannya dapat menghasilkan efek lokal, memperbaiki
kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan elektrolit, dan lain sebagainya. Adapun
kerugian dari sediaan ini adalah harus diberikan oleh orang yang terlatih, dibutuhkan
ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik, bentuk sediaan lebih mahal dari
bentuk sediaan lain, dan lain sebagainya. Syarat dari sediaan injeksi adalah bebas dari
mikroorganisme, bebas dari endotoksi bakteri dan bahan pirogonik lainnya, bebas dari
bahan partikulat, bebas dari pirogen.
Zat aktif yang digunakan adalah atenolol. Atenolol adalah obat yang digunakan
untuk mengobati hipertensi, angina, mengobati dan mencegah serangan jantung, dan
beberapa gangguan kardiovaskular lainnya. Obat ini termasuk golongan beta blocker
yang mempunyai aktivitas sebagai antagonis resepto beta-1 selektif. Atenolol bekerja
dengan cara memperlambat denyut jantung dan kontraktilitas miokard.
Praktikum ini diawali dengan melakukan sterilisasi alat-alat yang akan
digunakan. Sterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit dan
oven dengan suhu 150oC selama 30 menit. Sterilisasi dilakukan guna menghilangkan
atau membunuh endotoksin maupun pirogen, supaya alat-alat yang digunakan steril
sehingga sediaan yang dibuat tidak terkontaminasi endotoksin maupun pirogen. Alat-
alat yang tahan panas dan lembab di sterilisasi menggunakan autoklaf, seperti gelas
ukur, gelas beaker, erlenmeyer, dll. Sterilisasi meggunakan oven dilakukan untuk alat-
alat yang tahan panas, namun tidak tahan lembab, seperti corong, batang pengaduk, dll.
Ditimbang bahan-bahan antara lain, atenolol 10 mg/20mL, benzalkonium
klorida 4 mg/20mL, NaH2PO4 64 mg, dan Na2HPO4 14,7 mg, serta NaCl untuk 20mL
sebanyak 13,9864 mg dari hasil perhitungan tonisitas. Benzalkonium klorida berfunsi
sebagai pengawet supaya bebas dari mikroorganisme karena pemakaian air, NaH2PO4
dan Na2HPO4 sebagai zat pendapar. NaH2PO4 dan Na2HPO4 masing-masing dilarutkan
dalam aqua p.i secukupnya hingga larut. Digunakan aqua p.i karena merupakan pelarut
yang steril, selain itu atenolol merupakan zat aktif yang larut dalam air. Kedua pendapar
tersebut kemudian dicampur hingga homogen.
Dilarutkan NaCl dalam aqua p.i secukupnya hingga homogen, lalu dicampurkan
ke dalam campuran dapar. Digunakan NaCl karena NaCl berfungsi sebagai zat
pegisotonis. Hasil dari total nilai tonisitas menunjukkan bahwa sediaan bersifat
hipotonis, sehingga perlu penambahan NaCl agar bersifat isotonis. Hipotonis
merupakan kondisi dimana tekanan osmotik larutan obat lebih rendah dari tekanan
osmotik cairan tubuh, sehingga dapat menyebabkan sel dalam tubuh terlisiskan.
Adapun hipertonis, yaitu kondisi dimana tekanan osmotik larutan obat lebih tinggi dari
tekanan osmotik cairan tubuh, sehingga menyebabkan sel tubuh mengkerut. Kondisi
hipertonis lebih baik daripada hipotonis, karena sel yang mengkerut dapat kembali
normal (reversible), sedangkan kondisi hipotonis bersifat irreversible yang
menyebabkan sel lisis. Namun, dari kedua kondisi tersebut, dalam pembuatan sediaan
injeksi perlu dicapainya kondisi isotonis, dimana tekanan osmotik larutan obat sama
dengan tekanan osmotik cairan tubuh manusia sehingga tidak menyebabkan nyeri
ketika digunakan.
Disaring campuran menggunakan kertas saring yang telah disterilisasi
menggunakan autoklaf. Zat aktif ditambahkan setelah itu, supaya tidak ikut tersaring
pada kertas saring. Campur bahan hingga homogen. Diadd-kan 20mL, dilebihkan 5%
dari total volume sediaan (1 mL). Dilakukan pengecekan ph menggunakan ph indikator
untuk mengetahui ph sediaan apakah sudah sesuai ph target. ph yang diperoleh yaitu
5,5. Sehingga perlu penambahan NaOh untuk menaikkan ph sediaan. NaCl 0,1 M
sebanyak 0,08 gram dilarutkan dalam aqua p.i secukupnya hingga homogen, lalu
diteteskan pada sediaan sebanyak 3 tetes. Diperoleh ph sediaan 6,5 (sudah sesuai ph
target). Sediaan yang telah jadi dituankan ke dalam vial 10mL yang telah disterilisasi
dengan cara diautoklaf dan ditutup dengan karet penutup vial yang telah disterilisasi
dengan cara perendaman dalam alkohol 70% selama 24 jam. Sediaan injeksi atenolol
20mL sebanyak 2 vial telah jadi.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan evaluasi sediaan, yaitu uji kejernihan, ph,
uji kebocoran, dan volume terpindahkan. Uji kejernihan dilakukan untuk mengetahui
kejernihan dari larutan obat yang telah dibuat. Sediaan injeksi harus memenuhi syarat
kejernihan larutan. Uji ph dilakukan untuk memastikan ph sediaan telah mencapai ph
target. Uji kebocoran vial berhubungan dengan uji volume terpindahkan, apabila terjadi
kebocoran pada vial, akan menyebabkan volume sediaan berkurang. Uji volume
terpindahkan dilakukan untuk mengetahui apakah volume sediaan berkurang akibat
kebocoran vial. Hasil yang diperoleh yaitu didapat sediaan larutan injeksi yang jernih
dengan ph sediaan 6,5 (sesuai ph target). Volume vial 1 yaitu 10 mL dan volume vial 2
yaitu 9,8 mL. Volume sediaan awal dari kedua vial yaitu 10,5 ml, sehingga dikatakan
pada vial 1 kehilangan 0,5 ml dan pada vial 2 kehilangan 0,7 ml, sehingga dikatakan
sediaan ini tidak memenuhi uji kebocoran vial.

X. Daftar Pustaka
Agoes, G. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : Penerbit ITB.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
The Pharmaceutical Press. 1994. The Pharmaceutical Codex, Principles and
Pharmaceutics. 12th Edition. London : The Pharmaceutical Press.
Rowe, R. C, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th Edition.
London: Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai