Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGERTIAN DESA, POTENSI DESA DAN KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN


DESA DAN KOTA, STRUKTUR SPASIAL DESA DAN KOTA

Disusun Oleh: Kelompok 1


Riki Mulyadi
Riki Prasetyo
Haris Rosi
Linda Wati
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa karena atas limpahan rahmat, hidayah
dan inayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah “GEOGRAFI”. Dengan judul
“pengertian desa, potensi desa dan kaitanya dengan perkembangan desa dan kota, struktur
spasial desa dn kota” dapat terselesaikan dengan baik dan semampu penulis.
kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan
dan kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat
kami harapkan dari berbagai pihak sebagai bahan perbaikan dalam proses penyusunan materi
yang selanjutnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada Yusmayana S,pd.i selaku guru mata
pelajaran “Geografi” karena atas jasa dan pengaruhnya kami dapat mengetahui materi tersebut.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ayah dan bunda tercinta serta kepada rekan-
rekan seperjuangan karena atas dorongan dan semangat kerja samanya yang baik sehinga kami
dapat aktif dalam mengikuti proses belajar pada saat ini.
Akhirnnya disampaikan terima kasih.

Mempawah, 16 Januari 2017

Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PEMBAHASAN
A. Pengertian desa .............................................................................................. 1
B. Potensi Desa Dan Kaitannya Dengan Perkembangan Desa Dan Kota ......... 3
C. Struktur Spasial Dsa Dan Kota.................................................................... 12
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................................... 17
C. Daftar Pustaka ............................................................................................. 19
BAB I
PEMBAHASAN
PENGERTIAN DESA, POTENSI DESA DAN KAITANNYA DENGAN
PERKEMBANGAN DESA DAN KOTA, STRUKTUR SPASIAL DESA DAN KOTA

A. Pengertian Desa
1. Menurut Bintarto
Desa adalah suatu perwujudan geografi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di tempat tersebut dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain.
2. Menurut Sutardjo Kartohadikusumo
Desa adalah suatu hukum yang di dalamnya bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berhak menyelenggarakan pemerintahan sendiri.
3. Menurut D. Anderson
Desa adalah suatu tempat yang mempunyai penduduk sekitar 2.500 jiwa.
4. Menurut W.S. Thompson
Desa merupakan salah satu tempat untuk menampung penduduk.
5. Menurut William F. Orburn dan Meyer F. Nimkoff
Desa diartikan sebagai organisasi kehidupan sosial secara menyeluruh dalam suatu
wilayah yang terbatas.
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memehatikan asal usul desa dan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat pembentukan desa dapat berupa perhubugan beberapa desa,
atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih,
atau pembentukan desa diluar desa yang telah ada. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya
menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa

pemerintahan desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat
setempat.
Desa bukanlh bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat
daerah kabupatan/kota. Dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Pemerintah
desa terdiri atas pemerintah desa dan badan pernusyawarahan desa. Pemerintahan desa terdiri
atas kepala desa dan perangkat desa.
Kewenangan desamenurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang tentang pemerntahan daerah
pada pasal 7 diantaranya adalah urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal usul
desa, urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten yang diserahkan pengaturannya
kepada desa dan tugas pembantuan dari pemerinta, pemerintah provensi, dan pemerintah
kabupaten serta urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan UU yang diserahkan kepada
des.
Khusus berhubungan dengan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal
usul desa antara lain meetapkan peraturan desa, memilih pimpinan pemerinthan desa, memiliki
kekayaan sendiri, menggali dan menetapkan sumber pendapatan desa, menyelenggarakan fotong
ryong, dan lain-lain.
Penyelenggaran uruan pemerintahan daerah yang diselnggarakan oleh pemerintahan desa
yang didanai dari anggaran (APBD).
 Sumber pedapatan antara lain.
1. Pendapatan asli desa.
2. Bagi hasil pajak daerah abupaten/kota bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
3. Bantuan keungan dari pemerintah, pemerintah provensi, dan pemerintahan kebupaten/kota
dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah
4. Hibah dan sumbangan dari pihak ke tiga yang tidak meningkat

 Kewenangan desa
1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul desa.
2. Menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupten/kota yang
diserahkan pengaturannyan kepada desa, yakni urusan pemerintah yang secara langsung fdapat
meningkatkan pelayanan masyarakat.
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerinth kabupaten/kota
B. Potensi Desa dan Kaitannya dengan Perkembangan Desa dan Kota
Potensi desa adalah sumber daya yang dimiliki desa yang dapat digunakan dan
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi yang dimiliki oleh suatu
wilayah akan memengaruhi perkembangan wilayah tersebut berdasarkan petensi wilayah,
pedesaan digolongkan menjadi tiga.
1. Wilayah desa berpotensi tinggi, terdapat di daerah dengan lahan pertanian subur, topografi rata,
dan dilengkapi dengan irigasi teknis. Kemampuan wilayah untuk berkembang lebih besar.
2. Wilayah desa berpotensi sedang, terdapat di daerah dengan lahan pertanian agak subur, topografi
tidak rata, serta irigasi sebagian teknis dan semiteknis. Wilayah ini masih cukup mempunyai
kemampuan untuk berkembang.
3. Wilayah desa berpotensi rendah, terdapat di daerah lahan pertanian tidak subur, topografi kasar
(perbukitan), sumber air bergantung pada curah hujan. Wilayah ini sulit untuk berkembang.
a) Potensi desa mencakup potensi fisik dan nonfisik
1. Potensi fisik
A. Tanah
Tanah yang subur merupakan potensi utama desa. Tanah dapat berupa sawah, tegal, atau
pekarangan. Peduduk desa mengelola dan memanfaatkan tanah sebagai lahan pertanian untuk
mencukupi kebutuhannya sendiri. Sementara hasil pertanian yang berlebih memungkinkan dapat
dijual ke kota. Orang kota membutuhkan hasil pertanian dari desa. Sebaliknya, orang desa
membutuhkan hasil produk industri dari kota. Hubungan desa dan kota yang saling
membutuhkan menyebabkan terdirinya hubungan timbal balik antara desa dan kota
B. Air
Melimpah ruahnya sumber air, selain dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari juga
dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan industrasi air minum. Contoh sumber air yang
dimanfaatkan untuk industri: mata air sigedang dijawa barat, cokro di klaten jawa tengah dan
prambanan dijawa timur. Sumber air lain yang mengandung mineral atau sumber air panas
menguntungkan desa, selain bermanfaat bagi penduduk setempat juga dapat dijdikan objek
wisata alam. Contoh : sumber air panas bayanan sregen dan sumber air panas ciater bandung.
C. Iklim
Iklim sangat memengaruhi aktivitas penduduk desa yang pada umumnya bermata
pencaharian petani. Kegiatan petani untuk menentukan jenis tanaman sangat bergantung pada
iklim. Iklim sejuk, dingin, dan curah hujan cukup sangat mendukung kehidupan penduduk desa
dalam meningkatkan hasil pertanian. Hal iniakan mempengaruhi kemajuan desa tersebut.
D. Flora Dan Fauna
Potensi flora di desa adalah masih banyak tersedianya tanaman bahan makanan pokok,
seperti padi, jagung, dan ketela pohon. Adapun potensi fauna berupa hewan ternak, antara lain
ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Kegiatan peternakan menghasilkan daging, telur, dan
susu. Hasil pertanian dan peternakan dapat menarik penduduk lain untuk melakukan kegiatan
perdagangan dengan membeli barangbarang hasil pertanian dan peternakan. Hal ini tentunya
dapat mendorong kemajuan dan perkembangan desa tersebut.
2. Potensi nonfisik
a) Masyarakat desa
Penduduk desa merupakan potensi bagi desa itu sendiri. Penduduk desa akan mengolah
potensi sumber daya yang dimiliki desanya. Suatu wilayah desa yang mempunyai jumlah
penduduk banyak dengan berbagai keterampilan akan memberikan sumbungan bagi pendapatan
desa tersebat.
b) Lembaga sosial desan
Lembaga sosial desa, seperti pendidikan, adat, koperasi, dan lembaga lainnya dapat
memberikan bantuan dan mendukung kegiatan penduduk desa.
c) Aparatur dan pamong desa
Aparatur yang jujur, disiplin, dan kreatif merupakan motor penggerak pembangunan di
desa. Dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 akan terwujud penyelenggaraan pemerintah
desa yang tertib, berdaya guna, dan berhasil guna dalam mengelola pemanguna. Berdasarkan
perkembangan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan potensipotensi yang dimiliki, desa
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Desa tradisional
Tipe desa tradisional terdapat di daerah-daerah pedalaman, kecenderungan penduduk
desa tertutup, dan tidak adanya komunikasi karena sistem perhubungan dan sarana pengakuan
belum berkembang. Seluruh kehidupan penduduk sangat bergntung pada alam.

2. Desa swadaya
Tipe desa swadaya ditandai adanya kegiatan penduduknya untuk mencukupi kebutuhan
sendiri. Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam dan kondisi geografisnya. Desa swadaya
biasanya berlokasi di daerah terpencil sehingga jarang berinteraksi dengan penduduk luar, akibat
perkembangan dari kemajuan desa terlambat.
3. Desa swakarya
Tipe desa swakarya lebih maju dibanding desa swadaya. Desa swakarya ditandai adanya
perubahan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang ada di desa sehingga mampu
menjual hasilnya ke desa lain setelah memenuhi kebutuhan dasarnya.
Ciri-ciri desa swakarya adalah berfungsinya lembaga-lembaga desa, aparatur desa, dan
munculnya kesadaran warga desa akan pentingnya keterampilan dan pendidikan sehingga
menyebabkan beragamnya mata pencaharian penduduk.
4. Desa swasembada
Tipe desa swasembada lebih maju dri pada desa swakarya. Penduduknya telah mampu
mengelola potensi secara maksimal dengan alat-alat teknis.
Ciri lin tipe desa swasembada adalah tersedia semua keperlun penduduk an interaksi
dengan masyarakat lain tidak mengalami kesulitan karena sistem perhubungan dan pengakuan
sudah maju.

Berdasarkan mata pencariannya. Desa dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:


 Desa agraris
 Desa nelayan
 Desa industri
 Fungsi desa sebagai berikut :
A. Desa sebagai Hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
B. Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
C. Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
D. Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia.
Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di
area perdesaan (rural). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,
disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal
suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau
kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah),
dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H. Landis : Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
d. dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang
bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi keberadaan bangsa
Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan
keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong
bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa
ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.
Secara umum, desa merupakan permukiman penduduk yang terletak di luar kota dan
mata pencaharian sebagian besar penduduknya di bidang agraris. Kebanyakan orang sering
menyebutnya dengan kampung.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, persentase penduduk Indonesia di
perkotaan adalah 42,0%. Ini berarti, persentase penduduk yang tinggal di perdesaan masih lebih
tinggi, yaitu 58% dari jumlah penduduk Indonesia.
Menurut Bintarto, desa memiliki tiga unsur utama yang meliputi daerah, penduduk, dan
tata kehidupan.
A. Daerah (Wilayah)
Daerah yang dimaksud berupa lahan yang produktif maupun yang tidak produktif,
termasuk penggunaan tanah, letak, luas, dan batas lahan di lingkungan setempat. Unsur daerah
meliputi lahan di desa, misalnya lahan pekarangan, persawahan, tegalan, dan permukiman.
B. Penduduk
Unsur desa ini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata
pencaharian penduduk desa setempat. Unsur ini terkait dengan kualitas dan kuantitas penduduk
desa.

C. Tata Kehidupan
Tata kehidupan desa berupa pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan penduduk
desa. Tata pergaulan berkaitan dengan selukbeluk kehidupan masyarakat desa (rural society).
Tata kehidupan ini erat kaitannya dengan usaha penduduk desa dalam mempertahankan hidup
dan meningkatkan kesejahteraan.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (living unit). Kemajuan desa
dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut terutama yang berkaitan dengan faktor usaha manusia
(human efforts) dan tata geografi (geographical setting).
Kemajuan dan kemakmuran desa ditentukan oleh usaha penduduk desa selain tata
geografinya. Desa yang memiliki banyak sumber daya alam tetapi penduduknya tidak cukup
mempunyai keterampilan,
pengetahuan, dan semangat membangun mengakibatkan desa kurang maju. Sebaliknya,
meskipun desa memiliki sumber daya alam terbatas tetapi penduduknya terampil,
berpengetahuan, dan bersemangat dalam membangun desa sehingga mampu mengatasi hambatan
alam dan geografis wilayah maka desa akan cepat maju.
Letak suatu desa pada umumnya jauh dari pusat keramaian. Desa yang terletak di
perbatasan kota mempunyai kemungkinan lebih berkembang disbanding desa-desa di pedalaman.
Unsur letak menentukan besar kecilnya isolasi suatu desa terhadap desa lain. Desa yang terletak
jauh dari kota memiliki lahan yang luas. Penggunaan lahan lebih banyak untuk pertanian
tanaman pokok dan tanaman perdagangan daripada untuk gedunggedung atau perumahan
Desa memiliki fungsi penting bagi perkembangan daerah sekitarnya. Fungsi desa sebagai
berikut.
 Dalam interaksi desa-kota, desa berfungsi sebagai daerah dukung (hinterland) atau daerah
penyuplai bahan makanan pokok, seperti padi, jagung, ketela, kacang, kedelai, buah-buahan,
sayur-sayuran, dan daging hewan.
 Desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power)
ditinjau dari sisi potensi ekonomi.
 Dari sisi kegiatan kerja (occupation), desa dapat berfungsi sebagai desa agraris, desa manufaktur,
desa industri, dan desa nelayan.
Kebanyakan desa di Pulau Jawa berfungsi sebagai desa agraris. Meskipun demikian,
beberapa desa sudah menunjukkan perkembangan baru, yaitu munculnya industri-industri kecil
yang disebut industri perdesaan (rural industries).
Desa mempunyai peran pokok di bidang ekonomi karena menjadi daerah produksi
pangan dan komoditas ekspor. Peran penting desa dalam produksi pangan berpengaruh terhadap
ketahanan pangan nasional. Selain itu, peningkatan jumlah dan kualitas komoditas, seperti
kelapa, kelapa sawit, lada, kopi, cengkih, teh, dan karet juga penting untuk meningkatkan ekspor
dan devisa negara. Penduduk desa nelayan banyak menghasilkan bahan pangan protein tinggi,
seperti ikan dan udang. Mereka memenuhi kebutuhan ikan dan udang dalam negeri serta untuk
komoditas ekspor.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat
daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda
dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam
perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan.
Pola persebaran dan pemukiman desa menurut R Bintarto (1977) sebagai berikut:
1. Pola Radial
2. Pola Tersebar
3. Pola memanjang sepanjang pantai
4. Pola memanjang sepanjang sungai
5. Pola memanjang sepanjang jalan
6. Pola memanjang sejajar dengan jalan kereta api
Peranan desa dalam pembangunan wilayah sangat penting karena banyak potensi yang
dimilikinya.
A. Potensi Desa
Potensi desa mencakup sumber daya alam dan sumber daya manusia. Penduduk desa dan
pamong (aparatur) desa merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan kemajuan
desa.
B. Interaksi dengan Daerah Lain
Interaksi dapat terjadi antara desa dengan desa, serta desa dengan kota. Perkembangan
komunikasi dan transportasi memudahkan interaksi desa dengan daerah lain sehingga desa
semakin maju.
C. Lokasi Desa
Lokasi desa berkaitan dengan letak desa terhadap daerah di sekitarnya. Desa akan lebih
berkembang apabila lokasinya berdekatan dengan daerah yang lebih maju.
Pada waktu lalu, orang beranggapan bahwa modernisasi hanya berlaku di daerah kota.
Anggapan itu tentu saja tidak benar, pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan
komunikasi menyebabkan perdesaan semakin maju. Pembangunan jalan dan jumlah kendaraan
bermotor yang semakin banyak di perdesaan telah meningkatkan interaksi desa kota.
Perkembangan jaringan telepon serta jangkauan siaran radio dan televisi di desa telah
meningkatkan komunikasi antara penduduk desa dan penduduk kota. Penggunaan kompor gas
dan mesin cuci banyak membantu para ibu di desa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Dengan demikian, terjadi perubahan kehidupan penduduk desa akibat pengaruh modernisasi.
Apakah modernisasi desa menjadi tujuan dari pembangunan desa? Untuk menjawabnya,
ada baiknya kamu perlu mengetahui tujuan pembangunan desa sebagai berikut.
1) Menempatkan penduduk desa dalam kedudukan yang sama dengan penduduk kota. Artinya,
tidak ada perbedaan status antara penduduk desa dengan penduduk kota.
2) Mengusahakan peningkatan kehidupan penduduk desa yang sejahtera atas dasar keadilan dan
rasional.
3) Meningkatkan kreativitas penduduk desa dalam menghadapi masalah dan kesulitan hidup.
Potensi desa adalah sumber daya yang dimiliki desa yang dapat digunakan dan
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi yang dimiliki oleh suatu
wilayah akan memengaruhi perkembangan wilayah tersebut.
Berdasarkan potensinya wilayah, pedesaan digolongkan menjadi tiga:

1) Wilayah desa berpotensi tinggi, terdapat di daerah dengan lahan pertanian subur, topografi rata,
dan dilengkapi dengan irigasi teknis. Kemampuan wilayah untuk berkembang lebih besar.
2) Wilayah desa berpotensi sedang, terdapat di daerah dengan lahan pertanian agak subur,
topografi tidak rata, serta irigasi sebagian teknis dan semiteknis. Wilayah ini masih cukup
mempunyai kemampuan untuk berkembang.
3) Wilayah desa berpotensi rendah, terdapat di daerah lahan pertanian tidak subur, topografi kasar
(perbukitan), sumber air bergantung pada curah hujan. Wilayah ini sulit untuk berkembang.
C. Struktur spasial desa dan kota

1. Struktur spasial
Letak desa dan kondiisi alam sekitarnya akan menentukan pola keruangan dan sisim
Perhubungan. Struktur spasial desa dipengaruhi oleh factor alam dan faktor social. Faktor alam
yang mempengaruhi pola keruangan dan sistim perhubungan, antara lain iklim, tanah, topografi,
tata air dan sumber daya alam Faktor social meliputi tingkat ekonomi, mutu pendidikan dan adat
istiadat serta kebudayaan.

2. Unsur-unsur desa
Daerah meliputi ; lokasi, keadaan air, luas, keadaan tanah, bentuk lahan dan sebagainya.
Penduduk meliputi : jumlah, komposisi, kepadatan, tingkat kelahiran atau kematian, dan
sebagainya.
Tata kehidupan meliputi : adat istiadat, sistem pergaulan, pola-pola budaya dan
sebagainya.
3, Klasifikasi desa
Berdasarkan potensinya, wilayah pedesaan dalam garis besarnya dapat di bagi menjadi
tiga kelompok, yaitu:
 Wilayah desa yang berpotensi tinggi, menempati lahan pertanian yang subur dan topografi yang
datar atau agak miring, di lengkapi dengan fasilitas irigasi teknis.
 Wilayah desa yang berpotensi sedang, menempati lahan pertanian yang agak subur dengan
topografi yang tidak merata, dengan fasilitas irigasinya sebagian teknis dan sebagian semiteknis.
 Wilayah desa yang berpotensi rendah, menempati lahan yang tidak subur dengan relief atau
topografi berbukit, kesulitan mendapatkan air..
5. Struktur Kota
Suatu Kota selalu mengalami perkembangan struktur internnya, baik karena pengaruh
urbanisasi, pertambahan penduduk alami, maupun peningkatan di bidang teknologi. Menurut
Yunus (2006) terdapat banyak teori mengenai struktur kota, antara lain teori kosentris, teori
ketinggian bangunan, teori sektor, teori konsektoral, teori poros, dan teori pusat kegiatan
banyak.
a. Teori Kosentris ( Concentric Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Ernest W. Burgess (1925) yang mengatakan, bahwa suatu
kota akan terdiri atas zona-zona yang kosentris dan masing-masing zona mencerminkan tipe
penggunaan lahan yang berbeda.
Keterangan :
1. Zona pusat kegiatan (Central Businnes District (CBD)) Merupakan pusat kegiatan ekonomi,
sosial, budaya, dan politik. Rute-rute transport dari segala penjuru memusat ke zona ini sehingga
memiliki aksesibilitas yang tinggi.
2. Zona peralihan (Transision Zone) merupakan kawasan peralihan yang di dalamnya terdapat
industri, perkantoran dan pertokoan. Di Zona ini merupakan daerah yang mengalami penurunan
kualitas lingkungan pemukiman yang terdapat kawasan kumuh (slum area) dan ghettoes
(penampungan para pendatang baru dan penghuni sementara). Oleh karena itu, di zona ini
banyak terdapat kriminalitas dan kemiskinan.
3. Zona perumahan para pekerja (Zona Of Working Men's Homes). Zona ini paling banyak
ditempati oleh perumahan pekerja-pekerja pabrik dan industri.
4. Zona pemukiman yang lebih baik (Zone Of Better Residences). Zona ini dihuni oleh penduduk
yang berstatus ekonomi menengah sampai tinggi. Kondisi ekonomi umumnya stabil sehingga
lingkungan pemukimannya menunjukkan derajat keteraturan yang cukup tinggi.
5. Zona Pemukiman kelas tinggi. Membentuk jalur memanjang memotong pemukiman kelas
ekonomi sedang.
b. Teori Sektor
Teori ini dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939). Model sektor ini merupakan hasil
penelitiannya mengenai pola-pola sewa rumah tinggal (residential rent pattern) di 25 kota di
Amerika Serikat. Hoyt mengatakan ternyata pola sewa tempat tinggal pada kota-kota di Amerika
serikat cenderung berbentuk sebagai pattern of sector (pola sektor-sektor) Bukan pola konsentris.
Hoyt mengatakan (berdasarkan gambar) bahwa kota terdiri dari :
1. Zona Pusat Daerah Kegiatan
2. Zona Terdapat Grosir dan Manufaktur
3. Zona daerah pemukiman kelas rendah. pemukiman penduduk yang tingkat ekonominya rendah
terdapat di semkitar CBD dan perindustrian.
4. Zona pemukiman kelas menengah. Berkembang di daerah yang agak jauh dari pusat kota
5. Zona pemukiman kelas tinggi. membentuk jalur memanjang memotong pemukiman kelas
ekonomi sedang
c. Teori Konsektoral (Konsentris-Sektoral)
Mann (1965) menggabungkan antara pandangan konsentris dan sektoral, namun
penekanan konsentris jauh lebih menonjol. Model ini diciptakan atas dasar penelitiannya pada
kota-kota di Inggris.

d. Teori Pusat Kegiatan Banyak (Multiple Nuclai Theory)


Teori ini pertama kali dikemukakan oleh C.D.Harris dan F.L. Ullman (1945). Mereka
mengatakan bahwa kebanyakan kota-kota besar tidak tumbuh dan pola keruangan yang
sederhana, yang hanya ditandai oleh suatu pusat kegiatan saja (unicentered theory) namun
terbentuk berlanjut terus menerus dari sejumlah pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu sama
lain.

Mereka menjelaskan bahwa pertumbuhan kota bermula dari suatu pusat menjadi
pertumbuhan wilayah yang kompleks. Hal ini disebabkan oleh munculnya pusat-pusat tambahan
yang masing-masing akan berfungsi menjadi kutub pertumbuhan.

Tempat-tempat yang bertipe nucleus (berdiri antara lain pelabuhan udara, kompleks
industri, perguruan tinggi, dan pelabuhan laut. Inti berganda dalam suatu kota mencerminkan
perkembangan kota secara horizontal. Pusat kota tidak harus ditengah, tetapi berkembang seiring
dengan penyebaran pemukiman penduduk. Akibatnya, mobilitas warga semakin efisien sehingga
kemacetan lalu lintas semakin berkurang.)

Keterangan :

1. Central bussines distric, zona ini pusat fasilitas transportasi, perbankan, dan teater
2. Whole-sale light manufacturing, fungsi ini banyak mengelompok di sepanjang jalan kereta api
dan dekan dengan CBD.
3. Low-class residential (daerah pemukiman kelas rendah)
4. Medium class residential (daerah pemukiman kelas menengah)
5. Hight class residential (daerah pemukiman kelas tinggi)
6. Heavy maufacturing, merupakan konsentrasi pabrik-pabrik besar
7. Outying bussines district (OBD), zona baru untuk memenuhi kebutuhan penduduk zona 4 dan 5
8. Residential sub-urb, zona tempat tinggal di daerah pinggiran
9. Industrial sub urb, zona industri di daerah pinggiran
e. Teori Poros
Teori Poros dikemukakan Oleh Babcock (1932), yang menekankan pada peranan
transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota.
f. Teori Historis
Dalam Teori Historis, alonso mendasarkan analisisnya berdasarkan kenyataan historis
yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota.

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan
beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua
desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.
Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa
Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat.
Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.
Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah
dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.Desa
mempunyai ciri budaya khas atau adat istiadat lokal.
Ada beberapa pula potensi desa dan perkebangannya terhadap kota ada beberapa pula
potensi fisik dan nofisik yang ada dibeberapa yang meliputi wilayah penduduk dan yang lain-
lain. Struktur spasial desa dan kota yang meliputi klasifikasi ciri-ciri dan beberapa fungsi yang
ada
B. Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran yang tidak
menutup kemungkinan dapat mendatangkan manfaat bagi pembentukan Pengertian Desa, Potensi
Desa Dan Kaitannya Dengan Perkembangan Desa Dan Kota, Struktur Spasial Desa Dan Kota:

1. Diharapkan makalah ini bisa bermnfaat pada keilmuan yang selanjutanya yang akan
menjelaskan lebih jauh tenang judul makalah ini.
2. Diharapkan pada makalah ini bisa di jadikan rujukan untuk pembaca dan pelajar manusia yang
ada di dunia ini.
Demikian beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dapat penulis sajikan dalam Makalah

ini, semoga tesis ini dapat manfaat bagi kita semua khususnya penulis sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Basri, Amaluddin. 1982. Administrasi Pembangunan Untuk Pembangunan
Desa. Bekasi: Akademi Pembangunan Desa.
Hikmat, Harry.2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora
Utama Press.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Miles, Matthew dan Huberman, A. Michae.1992. Analisis Data Kuantitatif :
Buku Sumber tentang Metode- Metode Baru. Jakarta : UI Press.
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University Press.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT: Raja Grafindo
Persada.
Usman, Husaini dan Akbar Setiady, Purnomo. 1995. Metode Penelitian Sosial.
Jakarta Sianar Grafika Offset.
Usman, Sunyoto. 2003. Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widjaja, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Widjaja, HAW. 2001. Pemerintahan Desa/Marga berdasarkan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah . Jakarta

Anda mungkin juga menyukai