Anda di halaman 1dari 7

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997

PERANAN MIKROBA RUMEN PADA TERNAK


RUMINANSIA

Suwandi
Balai Penelitian Ternak Ciawi, P .O . Box 221, Bogor 16002

PENDAHULUAN

Untuk memenuhi kebutuhan nasional akan protein hewani asal ternak,


perlu dicari jalan keluar yang efektif dan efisien . Peningkatan produksi ternak
hanya dengan peningkatan populasi, tanpa penyediaan makanan ternak yang
cukup tidak mungkin berhasil (Agustin, 1991) . Hal tersebut disebabkan karena
makanan ternak atau pakan merupakan salah satu unsur pembatas utama
dalam usaha meningkatkan produksi ternak di Indonesia terutama untuk
daerah-daerah padat penduduk seperti di Pulau Jawa .
Masalah peternakan merupakan masalah yang penting dewasa ini, hal
ini semakin berkembang dengan bertambahnya penduduk karena sebagian
besar ternak di Indonesia dipelihara secara tradisional, dilepaskan dan
dibiarkan mencari makanan sendiri atau pun sengaja dipelihara di dalam
kandang atau diikat di bawah pohon . Tujuan pemeliharaan selain mendapat-
kan keuntungan juga sebagai salah satu komoditi yang diperjual belikan, maka
dengan sendirinya membutuhkan adanya suatu usaha yang lebih intensif
untuk meningkatkan jumlah dan mutu ternak (Sabrani dkk ., 1982) .
Ternak-ternak di Indonesia khususnya ternak ash merupakan potensi
plasma nutfah yang dapat dikembangkan tanpa mengabaikan kelestarian dan
kemurniannya . Oleh karena itu peningkatan produksinya perlu diusahakan
(Suhadji, 1992) . Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dan
kuantitas makanan ternak . Daerah Indonesia Bagian Timur merupakan
lumbung ternak nasional, namun mempunyai kondisi yang kurang mengun-
tungkan karena mengalami musim kemarau yang relatif panjang . Pakan di
musim kemarau ditandai dengan ransum yang kaya serat kasar sehingga
pengurangan bobot badan . Kondisi seperti ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan jarak beranak yang panjang dan ini merupakan kerugian
nasional (Winugroho dkk ., 1992) .
Pakan merupakan syarat utama bagi kelangsungan hidup dan ber-
produksi dari seekor ternak . Aspek biologis yang berhubungan dengan pem-
berian pakan merupakan salah satu faktor yang penting yang hares diper-
hatikan mengingat pengaruh keadaan sekitar bersifat tidak tetap . Salah satu hal
penting yang menyangkut aspek biologis ini adalah daya cema (Sulyono dkk .,
1977) .

13
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997

Kebugaran ternak ruminansia banyak dipengaruhi oleh proses dalam


rumen . Ternak yang mempunyai tubuh yang balk, daging yang banyak
tentunya mempunyai sistem pencernaan yang balk . Pada ternak ruminansia,
mikroorganisme terutama jenis-jenis bakteri selulolitik, bakteri yang mampu
memecah selulosa dengan balk, mempengaruhi proses fermentasi dalam
rumen dan seluruh aspek dari penyerapan makanan oleh ternak (Russel,
1989) . Bakteri semacam ini sangat balk diperlukan terutama pada kondisi
makanan yang buruk .
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui mikroba yang ada di dalam
rumen ternak ruminansia baik berupa jamur, bakteri maupun protozoa dan
diharapkan diperoleh masukan berguna bagi kita serta memberikan
sumbangan pengetahuan .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pencernaan pada ternak ruminansia dibagi menjadi 3 yaitu :


1 . Pencernaan Mekanik yang terjadi di dalam mulut .
2 . Pencernaan Hidrolitik yang disebabkan oleh enzim pencernaan ternak itu
sendiri .
3 . Pencernaan Fermentatif yang dilakukan oleh mikroorganisme rumen
(Gambar 1) .

Gambar 1 . Sistem pencernaan pada ternak ruminansia (Bath dkk ., 1985)


Pencernaan fermentatif merupakan proses yang dapat meningkatkan
pencernaan bahan makanan dalam rumen, karena pada ternak ruminansia
pencemaan makanan sangat tergantung pada aktifitas mikroorganisme .
Aktifitas mikroorganisme rumen dipengaruhi oleh kandungan zat-zat makanan
dalam ransum (Oh dkk ., 1969) .

14
Lokakarya Fungsional Non Peneli6 1997

PENCERNAAN DI DALAM RUMEN

Ruminansia merupaka poligastrik yang mempunyai lambung depan


yang terdiri dari Retikulum (perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut
kitab), dan lambung sejati , yaitu Abomasum (perut kelenjar) . Proses
pencernaan di dalam lambung depan terjadi secara mikrobial . Mikroba
memegang peranan penting dalam pemecahan makanan (Cole, 1962 ;
Banerjee, 1978) . Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi pencernaan
enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar . Menurut Chuticul
(1975) rumen merupakan tempat pencernaan sebagian serat kasar serta
proses fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama
bakteri anaerob dan protozoa . Di dalam rumen karbohidrat komplek yang
meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif
oleh mikroba akan dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat,
propionat dan butirat (Ranjhan dan Pathak, 1979) .
Menurut (Aurora, 1989), rumen merupakan tabung besar dengan
berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi
mikroba . Isi rumen pada ternak ruminansia berkisar antara 10-15% dari berat
badan ternak tersebut . Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan
mikroorganisme yang paling sesuai dan dapat hidup serta ditemukan di
dalamnya . Tekanan osmosis pada rumen mirip dengan tekanan aliran darah .
Temperatur dalam rumen adalah 32-42°C, pH dalam rumen kurang lebih tetap
yaitu sekitar 6,8 dan adanya absorbsi asam lemak dan amonia berfungsi untuk
mempertahankan pH (Aurora, 1989) . Proses pencernaan dalam rumen ini
sangat bergantung pada species-species bakteri dan protozoa yang berbeda
dan saling berinteraksi melalui hubungan simbiosis .

KEBERADAAN DAN BENTUK MIKROBA DI DALAM RUMEN

Ada tiga macam mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen, yaitu
bakteri, protozoa dan sejumlah kecil jamur . Volume dari keseluruhan mikroba
diperkirakan meliputi 3,60% dari cairan rumen (Bryant, 1970) . Bakteri
merupakan jumlah besar yang terbesar sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu
sekitar satu juta/ml cairan rumen . Jamur ditemukan pada ternak yang
digembalakan dan fungsinya dalam rumen sebagai kelompok selulolitik
(Mc Donald, 1988) . bakteri merupakan biomassa mikroba yang terbesar di
dalam rumen, berdasarkan letaknya dalam rumen, bakteri dapat dikelompok-
kan menjadi
a . Bakteri yang bebas dalam cairan rumen (30% dari total bakteri) .
b . Bakteri yang menempel pada partikel makanan (70% dari total bakteri) .
c . Bakteri yang menempel pada epithel dinding rumen dan bakteri yang
menempel pada protozoa (Preston dan Leng, 1987) .

15
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997

Jumlah bakteri di dalam rumen mencapai 1-10 milyar/mI cairan rumen .


Selanjutnya (Yokoyama dan Johnson, 1988) menyatakan bahwa terdapat tiga
bentuk bakteri yaitu bulat, batang dan spiral dengan ukuran yang bervariasi
antara 0,3-50 mikron . Kebanyakan bakteri rumen adalah anaerob, hidup dan
tumbuh tanpa kehadiran oksigen . Walaupun demikian masih terdapat
kelompok bakteri yang dapat hidup dengan kehadiran sejumlah kecil oksigen,
kelompok ini dinamakan bakteri fakultatif yang biasanya hidup menempel
pada dinding rumen tempat terjadi difusi oksigen ke dalam rumen (Czerkawski,
1988) .

JENIS-JENIS MIKROBA DAN PERANANNYA

Yokoyama dan Johnson (1988), mengklasifikasikan bakteri menjadi 8


kelompok didasarkan pada jenis bahan yang digunakan dan hasil akhir
fermentasi . Berikut contoh-contoh species bakterinya :

Bakteri Selulolitik
Bakteri yang mempunyai kemampuan untuk memecah selulosa dan
mampu bertahan pada kondisi yang buruk pada saat makanan yang
mengandung serat kasar yang tinggi . Contoh : Bacteroides sussinogenes
(bentuk batang), Ruminococcus albus (bentuk bulat) .

Bakteri Proteolitik
Mempunyai kemampuan untuk memecah protein, asam amino dan
peptida lain menjadi amonia (Orskov, 1982) . Contoh : Bacteroides ruminocola,
Selenomonas ruminantium .

Bakteri Methanogenik
Merupakan bakteri yang dapat mengkatabolisasi alkohol dan asam
organik menjadi methan dan karbondioksida (Tjandraatmaja, 1981) . Contoh :
Methanobacterium formicium, Methanobrevibacter ruminantium .

Bakteri Amilolitik
Merupakan bakteri yang dapat memfermentasikan amilum . Bakteri jenis
ini relatif lebih tahan terhadap perubahan pH dibandingkan dengan bakteri
selulolitik, dapat bekerja pada pH 5,7-7,0 (Orskov, 1982) . Contoh : Clostridium
lochheaddii, Streptococcus bovis, Bacteroides amylophilus .

Bakteri yang memfermentasikan gula


Bakteri yang memfermentasikan amilum, sebagian besar mampu
memfermentasikan gula sederhana . Contohnya : Eurobacterium ruminantium,
Lactobacillus ruminus .

16

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997

Bakteri Lipolitik
Merupakan bakteri rumen yang dapat menghidrolisis lemak menjadi
gliserol dan asam lemak . Hal ini dapat berlangsung karena adanya enzim
lipase yang dapat memecah lemak (Tamminga dan Doreau, 1991) .
Contohnya : Anaerovibrio livolytica, Veillonella alcalescens .

Bakteri pemanfaat Asam


Contohnya : Selonomonas dan Veillonella alcalescens .

Bakteri Hemiselulotitik
Hemiselulosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam tanaman yang
tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam dan alkali . Hemiselulosa ini
terdapat dalam tanaman yang menjadi pakan temak dalam jumlah besar .
Contohnya : Ruminococcus sp, Butyrivibrio fibriosolvens.
Serta ditambah beberapa contoh spesies protozoa dan jamur
diantaranya :
• lsotricha intestinalis (memfermentasi gula, pati dan pektin)
• Dasytricha ruminantium (pencerna pati, maltosa, dan glukosa)
• Entodinium caudatum dan Diplodinium sp .
Sedangkan jamur Neocalimastik sp dan Orpinomyces kelompok fungsi
selulolitik (Winugroho dkk ., 1997) .

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut


• Rumen selain sebagai media fermentasi, juga merupakan habitat istimewa . Di
dalamnya terdapat kondisi yang sangat baik untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba yang kehadirannya sangat dikehendaki .
• Peranan mikroba rumen sebagai motor penggerak pencernaan bahan
makanan sehingga ruminansia mampu mencema pakan yang tinggi
kandungan seratnya dan berkualitas rendah .
• Mikroba rumen dapat memanfaatkan dan mengubah bahan makanan yang
mempunyai ikatan kompleks menjadi ikatan yang sederhana dan me-
ningkatkan pertambahan bobot badan .

17
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997

DAFTAR BACAAN

Agustin, F . 1991 . Penggunaan Lumpur Sawit Kering (Dried Palm oil Sludged)
dan Serat Sawit (Palm Fiber) Dalam Ransum Pertumbuhan Sapi Perah .
Thesis Sarjana, IPB, Bogor .
Aurora, S .P . 1989 . Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia Srigondo, B (ed),
Gajah Mada University Press .
Bryant, M .P . 1967 . Microbiology of the Rumen In Sweeson, M .J . 1970 . Duke,s
physiology of the Domestic Animal, Cornell University Press, London .
Cole, H .H . 1962 . Introduction to livestock Production, W .H . Freeman and Co,
San Fransisco .
Chutikul, K . 1975 . Ruminant (Buffalo) Nutrition, in The Asiatic Water Buffalo,
Proceeding of an International Syimposium heald at khon kaen .
Thailand, March 31 - April 6 . Food and Fertilizer Tecnology Centre,
Taipei, Taiwan .
Czerkawski, J .W . 1988 . An Introduction to Rumen Studies . 1 st . ed . Studies
Pergamon Press . New York .
Hungate, R .E . 1966 . The Rumen and its Microbes . Academic Press . New
York .
McDonald, P . Edwards, R .A . Greenhalq, J .F .D . Animal Nutrition . 4 th ed
Longman Scientific and tehnical, Hongkong .
OH . H .K . Longhurst, W .M . and Jones, M .B . 1969, Reaction Nitrogen intake to
Rumen Microba Activity and Consumption Quality Roughoge by sheep .
Animal Sci, 28 : 272 .

Ogimoto K . and Imai, S . 1981 . Atlas of Rumen Microbiology . Japan Scientific


Societies Press . Tokyo, Japan .
Orskov, O .R . 1982 . Protein Nutrition In Rument, Academic Press London .
Preston and Leng . 1987 . Matching Ruminant Produktion Systems With
Available Resource in the Tropik and Sub Tropik Penambul Books
Armidale . New South Wales, Australia .
Russel, JB . 1989 . Growth Independent Energy Dissipation by Ruminan
Bacteria In : Hoshino, S . Onodera, R : Mimato, R . Itabashi, H . (ed)
Japan Scientific Society Press . Tokyo .
Ranjhan, S .K . and Pathak, N .N . 1979 . Management and Feeding of Buffalo,
Vikas Publ House put, New Delhi .
Sulyono, A . R . Siregar dan Sitorus, M . 1977 . Koefisien cerna onggok, gaplek
dan dedak padi pada kerbau . LPP, Bogor.

18
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997

Soehadji . 1992 . Pembangunan Peternakan dalam Pembangunan Jangka


Panjang dalam Sabrani, M . Proceeding Balai Penelitian Temak . BPT,
Bogor .
Sabrani, M ., Sitorus, P ., Rangkuti, M ., Subandriyo, Mathius, I W ., Soedjana,
T .D ., Semali . 1982 . Laporan survey Baseline ternak kambing dan
Domba, BPT, Bogor .
Winugroho, M . Tanner, J .C, Pernabowo, P . 1992 . Pemanfaatan Jerami Padi
Melalui manipulasi Mikroba Rumen Domba dan Kerbau dalam
Proceeding BPT Bogor .
Winugroho, M ., Yantyati . W ., Suharyono, Typuk Artiningsih, Yeni . W . dan
Cornelia Hendratno . 1995/1997 . Laporan Riset Unggulan Terpadu Ill .
Balitnak Ciawi Bogor.
Yokoyama, M . T . and Johnson, K .A . 1988 . Microbiology of The Rumen and
Intestin . Prentice Hall . New Jersey .

19

Anda mungkin juga menyukai