Anda di halaman 1dari 17

PEMANENAN JERUK

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuluhan Pertanian


pada Semester 5 / Tahun Ajaran 2018-2019

Oleh:

Wildannisa Maghfirotul Firdaus


NIM A43160710
Golongan - B

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2018
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas rahmat,hidayat, dan karunia serta
limpahan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pemanenan Jeruk
Walaupun banyak kendala dan masalah penulis dapat menyelesaikan tugas
pada semester empat. Dengan penuh kesadaran diri makalah ini tidak akan mampu
selesai tanpa suatu dukungan. Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih pada :
1. Bapak Ir. Nanang Dwi Wahyono,MM selaku direktur Politeknik Negeri Jember.
2. Titien Fatimah selaku dosen bidang studi Penyuluhan Pertanian
3. Ibu Selvi dan Bapak Nur selaku teknisi
4. Teman-teman yang telah mendukung dan membatu saya dalam membuat makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang saya buat jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis minta maaf kepada pembaca, oleh karena itu kami mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun. Agar penulis menjadi lebih baik pada makalah
selanjutnya.

Jember , 26 November 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6

2.1 Panen jeruk..................................................................................................................6

2.2 Kendala yang dihadapi dan solusi...............................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan................................................................................................................15

3.2 Saran..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

4
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, umumnya buah jeruk dikonsumsi dalam bentuk buah segar (buah
meja), dan sering dijadikan sebagai buah tangan ketika bersilaturahmi atau menjenguk
orang sakit.Oleh karena itu, mutu buah jeruk banyak ditentukan oleh mutu ekternal
(warna kulit, ukuran buah, tekstur kulit, dan kemulusan kulit) maupun mutu internalnya
(kadar sari buah, kadar gula, kadar asam, rasio gula/asam dan warna sari buah). Meskipun
penampilan jeruk nusantara relatif kurang menarik dibandingkan dengan jeruk impor,
mutu internal terutama nilai gizi sari buahnya tentu lebih baik dibandingkan jeruk impor
yang telah mengalami masa penyimpanan berbulan-bulan lamanya.
Prospek pengembangan buah jeruk di Indonesia memang sangat bagus, baik
untuk pasar lokal maupun untuk pasar luar negeri.Secara nasional, produksi jeruk di
Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, meskipun dalam segi luas
panen masih mengalami fluktuasi.Produktivitas usahatani jeruk cukup tinggi yaitu
berkisar 17-25 ton/ha dari potensi 25-40 ton/ha. Pada tahun 2004, sebanyak 62 kabupaten
di 18 provinsi di Indonesia mempunyai program pengembangan agribisnis jeruk (Badan
Litbang Pertanian, 2005), salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Selatan yang
merupakan provinsi sentra jeruk. Akan tetapi ternyata produktivitas buah jeruk masih
relatif rendah dibanding potensi produktivitasnya, yakni hanya sekitar 6,8 ton/ha (BPS
Kalsel 2005).
Rendahnya produktivitas tersebut terutama disebabkan oleh kurangnya kegiatan
pemeliharaan tanaman oleh petani pekebun jeruk. Padahal, kegiatan pemeliharaan
tanaman dalam kebun yang meliputi pemupukan, penyiraman, pemangkasan, penjarangan
buah dan pengendalian hama penyakit lainnya jika dilakukan secara optimal akan dapat
meningkatkan produktivitas tanaman (Arry S. 2007 dalam Ratna DKK;2013).
Terbatasnya kegiatan pemeliharaan tanaman jeruk terutama setelah tanaman
menghasilkan merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas dan mutu buah
jeruk yang dihasilkan.Pemahaman yang baik mengenai jaminan mutu diperlukan agar
para petani agribisnis jeruk dapat meningkatkan mutu produknya (Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004).

5
Selain dipengaruhi oleh manajemen kebun terutama pasokan nutrisi, mutu buah
jeruk juga dipengaruhi oleh kegiatan panen dan penanganan pascapanen. Beberapa
kesalahan yang sering dilakukan pada saat panen : panen pada saat buah belum masak
atau membiarkan buah di pohon melampaui batas masak fisiologis demi mengejar harga
tinggi atau karena terjerat sitem ijon, penggunaan alat panen yang tidak tepat, dan cara
panen yang belum benar. Kondisi ini biasanya diperparah oleh penanganan paska panen
yang kurang memadai seperti penggunaan wadah (packing) yang tidak tepat,
pengangkutan dari kebun ke gudang yang sembarangan, belum dilakukan sortasi dan
grading (pemutuan) dan lain sebagainya.
Jeruk bermutu diperoleh dari kebun yang terpelihara dengan baik maka harus ada
penanganan-penanganan yang baik pula dalam mengelola jeruk pascapanen guna
menambah daya beli konsumen terhadap jeruk. Maka dari dari itu penting sekali
mengetahui bagaimana cara penanganan pemanenan jeruk yang baik dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa itu pemanenan jeruk ?


2. Bagaimana kriteria jeruk yang harus di panen ?
3. Kapan jeruk di panen ?
4. Apa kendala pada saat panen jeruk ?
5. Bagaimana dampak dari kendala terserbut ?
6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut ?

1.3 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mengetahui pengertian pemanenan jeruk dan kriteria jeruk yang harus dipanen serta
jam berapa jeruk di panen
2. Mengetahui kendala / masalah pada saat panen jeruk serta dampak dari kendala
terserbut
3. mengetahui solusi untuk mengatasai kendala / masalah panen jeruk

6
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Panen jeruk


Umur buah/tingkat kematangan buah yang dipanen, kondisi saat panen, dan cara
panen merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mutu jeruk. Umur buah yang
optimum untuk dipanen adalah sekitar 8 bulan dari saat bunga mekar. Ciri-ciri buah yang
siap dipanen : jika dipijit tidak terlalu keras; bagian bawah buah jika dipijit terasa lunak
dan jika dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring, warnanya menarik (muncul warna
kuning untuk jeruk siam), dan kadar gula (PTT) minimal 10%. Kadar gula dapat
ditentukan dengan alat hand refraktometer di kebun. Dalam satu pohon, buah jeruk tidak
semuanya dapat dipanen sekaligus, tergantung pada kematangannya. Jeruk termasuk buah
yang kandungan patinya rendah sehingga bila dipanen masih muda tidak akan menjadi
masak seperti mangga. Jika panen dilakukan setelah melampaui tingkat kematangan
optimum atau buah dibiarkan terlalu lama pada pohon, sari buah akan berkurang dan akan
banyak energi yang dikuras dari pohon sehingga mengganggu kesehatan tanaman dan
produksi musim berikutnya. Panen yang tepat adalah pada saat buah telah masak dan
belum memasuki fase akhir pemasakan buah. Dalam penyimpanan, rasa asam akan
berkurang karena terjadi penguraian persenyawaan asam lebih cepat dari pada peruraian
gula.
Kerusakan mekanis selama panen bisa menjadi masalah yang serius, karena
kerusakan tersebut menentukan kecepatan produk untuk membusuk, meningkatnya
kehilangan cairan dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang berakibat
pada cepatnya kemunduran produk.Panen dapat dilakukang dengan tangan maupun
gunting. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam panen jeruk (Sutopo;2013):
 Tidak melakukan panen sebelum embun pagi lenyap;
 Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga harus
di potong di sisakan sekitar 2 mm dari buah;

 Panen buah di pohon yang tinggi harus menggunakan tangga, agar cabang dan ranting
tidak rusak;

 Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karena kaki kotor dapat
menyebarkan penyakit pada pohon;

7
 Pemanen buah dilengkapi dengan keranjang yang dilapisi karung plastik atau kantong
yang dapat digantungkan pada leher;

 Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak, bersih, dan buah diletakkan
secara perlahan. Krat walau biaya awalnya mahal, bisa ditumpuk, bertahan lama,
dapat dipakai berulang-ulang dan mudah dibersihkan.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk yang cara pengambilanya berhati-hati dan
disimpan pada temperatur kamar 23-31oC selama 3 minggu, yang busuk mencapai 7
%; buah yang dijatuhkan diatas lantai yang busuk sebanyak 12 %; buah yang dipetik
basah yang busuk sebesar 21 %; buah yang dipetik terlalu masak yang busuk
sebanyak 29 %; buah yang terkena sinar matahari selama satu hari yang busuk
sebanyak 38 %.

2.2 Kendala yang dihadapi dan solusi


Setiap kegiatan budidaya tanaman tentunya ada beberapa kendala. Salah satu
kendala yang paling sering terjadi di kegiatan pemanenan jeruk ini adalah gagal panen.
Gagal panen disebakan oleh :
1. Kekurangan air pada saat musim kemarau
Ketersediaan air pada musim kemarau merupakan faktor pembatas utama bagi
tanaman jeruk di lahan kering. Selain sebagai pelarut unsur hara, air merupakan
sumber unsur hara esensial (hidrogen dan oksigen) dan menjadi komponen utama sel
tanaman (75 – 85%). Ketika tanah tidak mampu memenuhi air yang dibutuhkan oleh
tanaman maka kadar air tanaman, potensial osmotik dan turgor menurun, stomata
menutup, dan serapan nutrisi terganggu. Tanda-tanda yang mudah dilihat pada
tanaman yang kekurangan air adalah daun layu, dan jika berkepanjangan baik daun,
bunga maupun buah menjadi rontok kemudian mati.

Umumnya tanaman dewasa yang mengalami kekeringan (stress air) sekitar 2


bulan kemudian dipasok air yang cukup akan diikuti keluarnya bunga yang optimal.
Namun demikian, jika pasokan air melebihi kapasitas lapangan menyebabkan
pelindian (leaching) unsur hara dan busuk akar pada tanah yang berdrainase jelek.
Oleh karena itu, sebelum melakukan pengairan pengebun perlu memahami : kapan
harus dilakukan pengairan, berapa volume air yang ditambahkan, dan bagaimana cara
pengairan yang tepat.

8
Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara menentukan waktu
irigasi dan memperbaiki metode irigasi.

1. Menentukan Waktu Irigasi

Monitoring kadar air tanah secara manual (metoda felling) merupakan cara
paling sederhana, murah dan memiliki akurasi yang baik bagi tenaga yang
berpengalaman. Caranya yaitu mengamati (melihat, merasakan dan
memperlakukan) contoh tanah pada daerah perakaran efektif (kedalaman 10 – 40
cm). Jika hasil pengamatan menunjukkan bahwa ciri tanah mendekati kondisi 50%
air tersedia (Tabel 1), berarti tanaman perlu segera dipasok air. Interval monitoring
disesuaikan dengan interval irigasi, biasanya 7 hari sekali (umur tanaman <1
tahun).

14 – 21 hari sekali (umur tanaman 1 – 2 tahun), dan 21 – 30 hari sekali


(umur tanaman ? 3 tahun). Semakin kasar terkstur tanah dan ketika suhu udara
panas (pertengahan – akhir kemarau) dianjurkan intervalnya diperpendek.

Setelah monitoring kadar air tanah, langkah berikutnya adalah menghitung


kebutuhan air. Dengan menggunakan data diameter rata-rata tajuk pohon, faktor
koreksi tanah dan sebaran perakaran tanaman maka volume air yang perlu
ditambahkan pada karakter tanah tertentu dapat ditetapkan menggunakan
persamaan di bawah.

Contoh kasus :

Tanaman jeruk Siam ditanam di tanah lempung berliat pada umur 2 tahun
memiliki diameter tajuk rata-rata 1 m. Pada awal musim kemarau, kondisi tanah
memiliki ciri seperti tabel 1. Berapa air yang harus diberikan pada masing-masing
pohon ?

9
Jawaban :

Diketahui :
– Diameter tajuk = 1m R = 0,5 m
– Fk tanah lempung berliat = 70
Jadi volume air yang harus ditambahkan = ?R2 X Fk
= 3,14 X 0,52 X 70 = 55 liter/pohon

2. Memperbaiki Metode Irigasi


Agar dicapai efisiensi irigasi yang optimal perlu dipilih metode irigasi
yang sesuai dengan kondisi fisik lahan dan ketersedian sumber air.
Metode Genangan/Permukaan. Cara ini dilakukan dengan menggenangi
petak lahan jeruk dengan air dari penampung/sumber air yang dialirkan melalui
saluran tanah atau pipa.Metoda ini tidak cocok untuk lahan kering terutama yang
berlereng dan tanah bertekstur pasir karena membutuhkan air dalam volume
besar.

Metode Baris. Cara ini dilakukan dengan mengalirkan air pada alur (baris)
sepanjang petak di samping tanaman. Seperti halnya irigasi genangan, cara ini
kurang sesuai bagi lahan kering dan tanah berpasir meskipun penggunaan air lebih
sedikit dibandingkan irigasi permukaan.

Metode Piringan. Cara ini dilakukan dengan mengalirkan air dari


penampung menggunakan pipa atau selang ke dalam piringan tanah yang
dibuat dibawah kanopi. Pipa saluran air dapat ditanam dalam tanah atau di
permukaan, dan setiap pohon dipasang 2 buah setinggi 30 cm untuk mengurangi
energi pukulan air yang dapat menghancurkan agregat, memadatkan tanah, dan
menimbulkan erosi. Bila tidak dipasang kran, penyaluran air ke pohon dpat
menggunakan selang. Metoda ini paling cocok bagi lahan kering terutama yang
berlereng karena membutuhkan air lebih sedikit dan resiko erosi tanah lebih
rendah dibandingkan dengan metoda genangan maupun metoda baris. Namun
demikian jika tanahnya berpasir, efesiensi penggunaan air menjadi berkurang.

Metode Semprotan (sprinkler). Cara ini dilakukan dengan


menyemprotkan air arah atas sehingga air yang jatuh menyerupai hujan. Metoda
ini dapat memanfaatkan air lebih efisien dan bisa diterapkan pada berbagai kondisi
10
seperti tanah pasiran, tanah liat, dan Tanah dangkal.Metoda ini juga dapat
digunakan mengatur suhu disekitar pohon maupun aplikasi pupuk atau pestisida.

Pemasangan Mulsa. Pemasangan mulsa termasuk salah satu cara yang


direkomendasikan untuk mengelola air di lahan kering terutama ketika tajuk
pohon belum menutup seluruh permukaan. Selain mengurangi penguapan air dari
permukaan tanah (evaporsi), pemasangan mulsa dapat menghambat
perkembangan gulma dan mengurangi perkembangan hama/penyakit sehingga
menurunkan biaya pengelolaan kebun.

2. Terserang hama lalat buah


Lalat buah (Bactrocera spp), merupakan salah satu hama penting pada jeruk.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah
sebelum mencapai kematangan yang diinginkan. kerusakan dan kerugian yang
ditimbulkan oleh serangan hama lalat buah bisa mencapai 60%. Hal ini sangat
merugikan karena dapat menghambat peningkatan produksi dan mutu buah. Buah
yang terserang mudah dikenali dengan adannyaperubahan warna kulit di sekitar tanda
sengatan dan terjadinya pembusukan buah dengan cepat.

11
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala
awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat
betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di
dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi lebih luas. Larva makan daging buah
sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging
buah terdapat belatung-belatung kecil yang biasanya meloncat apabila tersentuh.
Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60 % (Dwiastuti et.al., 2004).

Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah


sebelum mencapai kematangan yang diinginkan. Hal ini sangat merugikan karena
dapat menghambat peningkatan produksi dan mutu buah. Pada buah yang terserang
biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya (Dwiastuti et.al., 2004).

Pengendalian Lalat Buah

Solusi dari penyerangan hama lalat buah adalah pengendalian lalat buah. Ada
beberapa cara yaitu :

Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari mekanis, kultur
teknis, biologi dan kimia. Di alam, lalat buah mempunyai musuh alami berupa
parasitoid dari genus biosteres dan opius dan beberapa predator seperti semut, sayap
jala Chrysopidae va. (ordo Neuroptera) kepik Pentatomide (ordo Hemiptera) dan
beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Peran mush alami belum banyak
dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya petani yang
mengendalikan hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan predator ini lebih
rentan terhadap insektisida daripada hama yang diserangnya (Dwiastuti et.al., 2004).

Cara mekanis untuk mengendalikan lalat buah adalah dengan pengumpulan


dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen terutama buah sortiran untuk
menghindarkan hama tersebut menjadi inang potensial, akan menjadi sumber
serangan berikutnya. Pengendalian mekanis dilakukan juga dengan mengumpulkan
buah yang busuk atau sudah terserang kemudian dibenamkan kedalam tanah atau
dibakar. Pembungkusan buah mulai umur 1,5 bulan untuk mencegah peletakkan telur
(oviposisi), merupakan cara mekanis yang paling baik untuk diterapkan sebagai
antisipasi terhadap serangan lalat buah (Dwiastuti et.al., 2004).

12
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah
(membalik tanah) dibawah pohon/tajuk tanaman dengan tujuan agar pupa terangkat ke
permukaan tanah sehingga terkena sinar matahari dan akhirnya mati (Dwiastuti et.al.,
2004).

Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan senyawa


perangkap/atraktan yang dikombinasikan dengan insektisida. Senyawa yang umum
digunakan adalah Methyl Eugenol. Caranya dengan meneteskan pada segumpal kapas
sampai basah namun tidak menetes, ditambah dengan insektisida dan dipasang pada
perangkap yang sederhana, modifikasi dari model perangkap Stiener. Alat perangkap
terbuat dari botol bekas air minum mineral yang lehernya berbentuk kerucut atau
toples plastik. Perangkap dipasang dekat pertanaman atau pada cabang atau ranting
tanaman jeruk. Pemasangan dilakukan sejak buah pentil (umur ± 1,5 bulan) sampai
panen. Pemberian cairan atraktran diulang setiap 2 minggu sampai 1 bulan. Setiap
satu hektar dapat dipasang 15-25 perangkap (Dwiastuti et.al., 2004).

Pengasapan merupakan cara tradisional yang dilakukan untuk mencegah lalat


buah mendekati kebun jeruk. Lakukan pengasapan secara berkala untuk mencegah
dan mengusir lalat buah dari area kebun, terutama pada pagi dan sore hari.

3. Terserang Penyakit CVPD

Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yaitu penyakit tanaman


jeruk yang menyebabkan daun jeruk kuning serta rusaknya pembuluh tapis sehingga
menyebabkan pertumbuhan terhambat dan secara perlahan tanaman akan mati.
Penyakit ini dikenal juga sebagai citrus greening disease, yellow shoot disease, leaf
mottle yellows (Virus Kuning pada Jeruk) (Filipina), libukin (Taiwan), dan citrus
dieback (Mati Pucuk pada Jeruk) (India). Penyakit CVPD disebabkan oleh bakteri
Liberibacter asiaticum yang hidup dan hanya berkembang pada jaringan floem,
akibatnya sel- sel floem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman
menyerap nutrisi. Walaupun terdapat di floem, tetapi penyebarannya di bagian
tanaman cukup lambat. Penyakit CVPD dapat ditemukan pada semua jenis jeruk yang
terdapat di Indonesia.

Secara umum gejala penyakit CVPD pada jeruk adalah sebagai berikut ;

13
a) Belang-belang kuning pada daun dengan pola tidak teratur dan tidak simetris
antar setengah bagian kanan dan kiri daun.

b) Belang kuning tidak hanya pada bagian atas daun saja, tapi juga pertumbuhan
daun terhambat, daun kaku, mengecil, meruncing, dan menghadap tegak ke atas
(terutama pada daun di ujung ranting).

c) Buah apabila dibelah menjadi 2 (dua) bagian dalamnya tampak tidak simetris, biji
tidak bernas, dan ujung biji berwarna cokelat. Awal gejala tanaman sehat yang
kemudian terkena CVPD ringan akibat ditularkan oleh kutu loncat dari tanaman
sakit biasanya akan terlihat hanya pada sisi tertentu dari tajuk saja (sektoral).

d) Jika serangan CVPD yang terjadi akibat penggunaan bibit tidak sehat (bibit yang
terinveksi CVPD), maka sejak awal pertumbuhan tanaman akan lambat dan
merana.

Pengendalian Penyakit CVPD

Solusi dari terserang penyakit CVPD adalah dengan pengendalian Ada


beberapa cara yaitu :

1) Menanam bibit jeruk sehat dan bersertifikat: bebas penyakit dan jelas varietasnya
(dapat diperoleh dari penangkar bibit jeruk yang telah terdaftar di Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih). Bibit sehat diperbanyak dari sumber
(pohon induk) yang sehat. Perbanyakan melalui kultur jaringan biasa digunakan
untuk menghasilkan pohon induk yang bebas penyakit sehingga selanjutnya akan
menghasilkan bibit yang bebas penyakit pula.

2) Pengendalian serangga vector/penular penyakit CVPD, yaitu serangga kutu loncat


(Diaphorina citri) dengan cara:

 Penggunaan musuh alami, diantaranya adalah kepik merah

 Penggunaan perangkap kuning yang dipasang diantara pohon jeruk, dengan


cara digantung setinggi setengah tinggi pohon. Tujuannya untuk menarik kutu
loncat agar menempel pada perangkap sehingga populasi/jumlah kawanan kutu
loncat di areal kebun dapat terpantau dan dapat menentukan tindakan
pengendalian lebih lanjut.

14
 Penggunaan insektisida kimia

3) Penyemprotan insektisida kontak bahan aktif dimethoat atau sipermetrin

4) Penyaputan batang utama dengan insektisida sistemik bahan aktif imedakloropid


atau abamektin tanpa pengenceran saat tanaman bertunas dan populasi kutu loncat
banyak. Cara penyaputan : Batang utama yang akan disaput dibersihkan dengan
kain lap. Bagian yang disaput sekitar 10-20 cm dari bidang mata okulasi. Saputan
menggunakan kuas melingkari batang dengan lebar saputan seukuran dengan lebar
diameter batang. Selesai disaput, bagian perakaran tanaman disiram air (terutama
saat kemarau) untuk mempercepat kerja insektisida yang telah disaputkan

15
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas yaitu mahasiswa/i mengetahui
Mengetahui pengertian pemanenan jeruk dan kriteria jeruk yang harus dipanen serta jam
berapa jeruk di panen, Mengetahui kendala / masalah pada saat panen jeruk serta dampak
dari kendala terserbut yang meliputi tujuan mengetahui solusi untuk mengatasai kendala /
masalah panen jeruk. Berikut kesimpulan :
1. Umur buah yang optimum untuk dipanen adalah sekitar 8 bulan dari saat bunga
mekar. Ciri-ciri buah yang siap dipanen : jika dipijit tidak terlalu keras; bagian bawah
buah jika dipijit terasa lunak dan jika dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring,
warnanya menarik (muncul warna kuning untuk jeruk siam). Jeruk dipanen pada saat
embun pagi lenyap
2. Kendala yang terjadi pada panen jeruk yaitu gagal panen yang diakibatkan oleh
kekeringan pada saat musim kemarau, terserang hama lalat buah dan terserang
penyakit CVPD
3. Dampak dari kendala tersebut adalah buah rontok, gugur sebelum panen, buah
berukuran kecil dan buah tidak simetris. Akibatnya buah terserbut tidak berlaku di
pasaran dan menyebabkan kerugian bagi petani
4. Solusinya adalah pengaturan metode irigasi kembali, pemupukan yang tepat (5T),
pembungkusan buah, pengasapan kebun, sanitasi kebun, penggunaan bibit yang sehat,
menggunakan perangkap kuning dan penyemprotan insektisida.

3.2 Saran
Seharusnya penulisan makalah dilakukan ketika sebelum presentasi dilakukan
dan sebelum pembuatan media penyuluhan

16
DAFTAR PUSTAKA

Dwiastuti, Mutia Erti. 2011. Panen dan Pascapanen Jeruk. Dalam


http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/panen-dan-pascapanen-jeruk/ diakses pada
tanggal 26 November 2018.

Nurhadi. 2016. Serangan Lalat Buah pada Jeruk. Dalam


http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/serangan-lalat-buah-pada-jeruk/ diakses pada
tanggal 26 November 2018.

Azzamy. 2016. Teknik Pengendalian Lalat Buah pada Tanaman Jeruk. Dalam
https://mitalom.com/teknik-pengendalian-lalat-buah-pada-tanaman-jeruk/ diakses
pada tanggal 26 November 2018.

BPTP Kalimantan Barat. 2016. Teknologi Penanganan Lalat Buah Pada Tanaman Jeruk.
Dalam
http://kalbar.litbang.pertanian.go.id/index.php/teknologi/hortikultura/buah/pengendali
an-opt/600-lalat-buah-pada-tanaman-jeruk diakses pada tanggal 26 November 2018.

Ashari, Hasim. 2015. Manajemen Irigasi Jeruk di Lahan Kering. Dalam


http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/manajemen-irigasi-jeruk-di-lahan-kering/
diakses pada tanggal 26 November 2018.

Azzamy. 2017. Pengendalian Penyakit CVPD pada Jeruk Secara Alami dan Kimiawi.
Dalam https://mitalom.com/pengendalian-penyakit-cvpd-pada-jeruk-daun-jeruk-
menguning-secara-alami-dan-kimiawi/ diakses pada tanggal 26 November 2018.

Al – Fansuri, Buyung. 2015. Mengenal Penyakit CVPD.


http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/penyakit-cvpd-huanglongbing-pada-tanaman-
jeruk/ diakses pada tanggal 26 November 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai