Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI WILAYAH


PUSKESMAS REJOSARI PRINGSEWU

PROPOSAL PENELITIAN

Dajukan untuk memenuhi mata kuliyah Riset Keperawatan

DISUSUN OLEH:

NAMA: WIDDYA

NIM: 142012015046

STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2018/2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP


PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI WILAYAH
PUSKESMAS REJOSARI PRINGSEWU

MENGESAHKAN

Pembimbing: Ns. Rita Sari, M.Kep (……………………….)

NBM: 927021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan proposal penelitian yang berjudul Pengaruh
Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pringsewu Tahun 2018, dapat saya selesaikan.
Proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliyah Riset Keperawatan.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada Dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan proposal
penelitian ini. Proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan.
Penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan bagi pembaca pada umumnya

Pringsewu, Desember 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 3
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 6
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
D. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TIDUR ....................................................................................... 12
1. Pengertian Tidur ..................................................................................... 12
2. Fisiologi Tidur ........................................................................................ 13
3. Siklus Tidur ............................................................................................ 14
4. Fungsi Tidur ........................................................................................... 15
5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur .................................. 16
B. KONSEP LANJUT USIA .......................................................................... 19
1. Pengertian Lanjut Usia ........................................................................... 19
2. Perkembangan Lanjut Usia..................................................................... 19
3. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia ................................................ 20
C. PERUBAHAN POLA TIDUR PADA LANSIA ....................................... 24
D. PENANGANAN KUALITAS TIDUR ...................................................... 25
E. KONSEP RENDAM KAKI AIR HANGAT ............................................. 27
1. Pengertian Rendam Kaki Air Hangat ..................................................... 27
2. Manfaat Rendam Kaki Air Hangat ......................................................... 28
3. Indikasi Rendam Kaki Air Hangat ......................................................... 29
4. Kontra Indikasi Rendam Kaki Air Hangat ............................................. 30
5. Teknik Rendam Kaki Air Hangat ........................................................... 30
F. KERANGKA TEORI ................................................................................ 31
G. KERANGKA KONSEP ............................................................................. 32
H. HIPOTESIS ................................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 33

4
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 34
C. Definisi Operasional................................................................................... 34
D. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 36
E. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................... 38
F. Etika Penelitian .......................................................................................... 38
G. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 40
H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data. .................................................... 40
1. Pengelolahan Data .................................................................................. 40
2. Analisa Data ........................................................................................... 41
I. Jalannya Penelitian ..................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 LEMBAR OBSERVASI
LAMPIRAN II SOP RENDAM KAKI AIR HANGAT
LAMPIRAN III LEMBAR KONSULTASI

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatnya usia harapan hidup salah satu indikator keberhasilan

pembangunan suatu negara. Namun kondisi tersebut akan berdampak

terhadap peningkatan jumlah penduduk lansia. Menurut hasil dari sensus

penduduk pada tahun 2010 menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam

lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak didunia yaitu

mencapai sekitar 18,1 jiwa atau 9,6 % dari jumlah penduduk (Menkokesra,

2014). Penduduk lansia yang terus mengalami peningkatan akan

menyebabkan pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan seperti fisik,

mental dan ekonomis. Kondisi ini akan membuat lansia rentan terkena

berbagai penyakit karena seiring dengan bertambahnya umur maka akan

membuat lansia mengalami perubahan dan kemunduran (Kemenkokesra,

2012).

Salah satu perubahan yang terjadi pada lansia yaitu perubahan kualitas

tidur yang sering membuat lansia mengalami waktu tidur yang kurang

sehingga akan berdampak terhadap kurangnya kemandirian lansia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari yang semakin lama akan menimbulkan

penurunan kualitas hidup lansia. Oleh sebab itu lansia membutuhkan

kualitas tidur yang efektif untuk meningkatkan kesehatan dan sebagai

pemulihan tubuh dari sakit. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam

6
Undang-Undang No 36 pasal 138 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa

pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga lansia

tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai

dengan martabat kemanusiaan.

Angka kejadian gangguan tidur pada lansia menurut hasil data dari

National Sleep Foundation (NSF) di Amerika yang berusia diatas 65 tahun

yaitu sekitar 67% dari 1.508 jumlah penduduk lansia dan sekitar 7,3%

lansia yang mengeluhkan gangguan untuk memulai dan mempertahankan

tidur (NSF, 2017). Sedangkan menurut World Health Organization

(WHO) di Amerika Serikat lansia yang mengalami gangguan tidur setiap

tahun kurang lebih 100 juta jiwa (WHO, 2010). Berdasarkan hasil dari

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa di Thailand angka kejadian

gangguan tidur pada lansia hampir 50% lansia yang berusia diatas 60

tahun (Putu & Gusti, 2013).

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI)

lanjut usia yang mengalami gangguan tidur yaitu sekitar 750 jiwa

pertahun. Setiap tahun lanjut usia yang mengalami gangguan tidur yaitu

sekitar 35% sampai 45% dan sekitar 25 % lanjut usia mengalami

gangguan tidur yang serius. Pada tahun 2009 lansia yang mengalami

gangguan tidur cukup tinggi yaitu mencapai 50% (Depkes RI, 2013). Di

Panti Tresna Werdha Natar Provinsi lampung terdapat 107 lansia, lansia

yang mengalami gangguan tidur yaitu 33 lansia (Tresna Werdha Provinsi

Lampung 2015).

7
Semakin tinggi lansia yang mengalami gangguan tidur memerlukan

penanganan yang tepat. Penanganan yang dapat diterapkan untuk

mengatasi masalah gangguan tidur pada lansia agar lansia dapat

meningkatkan kualitas tidurnya dapat dilakukan dengan cara farmakologi

dan non farmakologi. Farmakologi yaitu cara yang menggunakan bahan

obat-obatan, namun cara farmakologi ini kurang efektif jika diterapkan

untuk lansia karena dapat menyebabkan efek ketergantungan. Sedangkan

salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi

masalah gangguan tidur pada lansia yaitu rendam kaki menggunakan air

hangat. Manfaat dari rendam kaki menggunakan air hangat ini dapat

membuat rasa nyaman, tenang, rileks, mengurangi nyeri, melancarkan

peredaran darah, mengurangi stress dan mengurangi tekanan mental yang

dialami seseorang. Kondisi tubuh yang rileks dan tidak stress akan

mempermudah lansia untuk dapat tidur dengan nyaman dan tenang

sehingga dapat mengurangi resiko gangguan tidur pada lanjut usia (Gilang,

2015).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andrian dan

Arina tahun 2016 membuktikan bahwa terdapat perbedaan kualitas tidur

pada kelompok intervensi yang diberikan rendam kaki air hangat dan

kelompok kontrol, artinya ada pengaruh rendam air hangat terhadap

kualitas tidur lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Chepi, Herlina,

Revalino et al tahun 2018 didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh terapi

rendam kaki menggunakan air hangat pada kaki terhadap insomnia pada

lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Endang tahun 2017 didapatkan hasil

8
terdapat pengaruh rendam kaki menggunakan air hangat terhadap kualitas

tidur lansia.

Berdasarkan pra survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Oktober

2018 di Puskesmas Rejosari Kecamatan Pringsewu di wilayah Desa

Podomoro didapatkan jumlah lansia yang berusia diatas 60 tahun sebanyak

38 lansia. Saat dilakukan pengkajian lansia yang mengalami gangguan

tidur yaitu sebanyak 25 lansia dengan mengeluhkan sering terbangun

dimalam hari, sering terbangun saat dini hari, sulit untuk memulai tidur

kembali dan mengalami tidur siang lebih lama. Oleh sebab itu peneliti

ingin membuktikan kembali tentang “Pengaruh rendam kaki air hangat

terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Puskesmas Rejosari

Kecamatan Pringsewu”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk membuktikan

kembali tentang pengaruh rendam kaki air hangat terhadap peningkatan

kualitas tidur lansia sehingga peneliti merumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu “adakah pengaruh rendam kaki air hangat terhadap

peningkatan kualitas tidur pada lanjut usia?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rendam kaki air

hangat terhadap kualitas tidur lansia di Puskesmas Rejosari Kecamatan

Pringsewu.

9
2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis

kelamin dan pendidikan.

b. Mengetahui rata-rata kualitas tidur sebelum dilakukan terapi

rendam kaki air hangat

c. Mengetahui rata-rata kualitas tidur sesudah dilakukan terapi

rendam kaki air hangat

d. Menganalisis pengaruh rendam kaki air hangat terhadap

peningkatan kualitas tidur lansia

D. Ruang Lingkup Penelitian


Variabel pada penelitian ini yaitu terapi rendam kaki air hangat terhadap

peningkatan kualitas tidur pada usia lanjut, penelitian ini menggunakan

metode quasi eksperimen, subjek penelitian ini yaitu pada penderita yang

mengalami kualitas tidur yang buruk, objek penelitian ini yaitu lansia yang

mengalami kualitas tidur buruk dan lokasi penelitian ini di Puskesmas

Rejosari Kecamatan Pringsewu.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah tinjauan teoritis

sebagai ilmu keperawatan khusus keperawatan gerontik dan komunitas

tentang kualitas tidur pada lanjut usia.

10
2. Manfaat Aplikatif

a. Manfaat bagi STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

tambahan yang bermanfaat bagi akademik dalam mengetahui

pengaruh rendam kaki air hangat terhadap kualitas tidur lansia.

b. Manfaat bagi Puskesmas Rejosari Kecamatan Pringsewu. .

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

perawat untuk dapat memberikan intervensi atau tindakan rendam

kaki air hangat pada lanjut usia dan penyuluhan tentang kualitas

tidur pada usia lanjut.

c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini sebagai referensi untuk mengembangkan

penelitian ilmiah selanjutnya tentang penatalaksanaan atau terapi

yang lain untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia.

d. Manfaat Bagi Responden

Hasil penelitian ini untuk menambah informasi dan pengetahuan

dalam meningkatkan kualitas tidur lansia dengan terapi rendam

kaki air hangat

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TIDUR

1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang dan terjadi

perubahan status kesadaran selama periode tertentu. Tidur juga

didefinisikan keadaan bawah sadar dimana seseorang dapat

dibangunkan dengan rangsangan sensorik. Setiap orang memerlukan

waktu tidur yang berbeda-beda. Jika seseorang kekurangan waktu

untuk tidur maka akan mengalami penurunan dalam konsentrasi,

membuat keputusan, beraktivitas sehari-hari dan akan cepat marah

(Potter & Perry, 2010)

Hal ini serupa dengan yang dijelaskan oleh Meridian bahwa saat

keadaan tidur akan terjadi proses pemulihan bagi tubuh dan otak serta

sangat penting untuk kesehatan yang optimal. Jika seseorang

memperoleh tidur yang cukup maka mereka akan merasa tenaganya

pulih kembali. Tenaga yang pulih ini akan menunjukkan bahwa tidur

dapat memberikan waktu untuk memperbaiki dan sebagai

penyembuhan sistem tubuh (Meridian et al, 2014)

12
2. Fisiologi Tidur
Tidur melibatkan suatu kegiatan yang berurutan yang diatur oleh

aktivitas fisiologi yang terintegrasi oleh sistem saraf pusat. Pusat tidur

yang utama pada tubuh terdapat dibagian hipotalamus. Hipotalamus

akan menyekresi hipokratin (oreksin) yang menyebabkan seseorang

terjaga dan mengalami tidur Rapid Eye Movement (REM) (Mc Cance

& Huether, 2006).

Pusat pengaturan tidur terjadi saat kenaikan system yang mengaktifkan

Reticular Activating System (RAS) yang terletak dibagian atas batang

otak, yang memuat sel-sel khusus yang berguna untuk

mempertahankan keadaan sadar dan terjaga. RAS menerima stimulus

dari indera penglihatan, pendengaran nyeri, peraba serta aktivitas dari

korteks serebral seperti emosi dan proses berfikir juga dapat

menstimulus RAS. RAS bekerja dengan cara melepaskan katekolamin

seperti norepinefrin yang akan menghasilkan gairah, kondisi terjaga,

dan kondisi tetap sadar (Izac, 2006).

Sistem tidur terletak dibagian pons dan medulla yang terjadi pelepasan

serotonin dari sel khusus didalam inti “raphe” yang akan

menyebabkan tidur. Area ini diotak disebut sebagai Budbar

Synchronizing Region (BSR). Seseorang tetap tidur dan terjaga

tergantung oleh keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang

lebih tinggi seperti pikiran,reseptor sensor perifer seperti suara atau

cahaya dan system limbik seperti emosi. Ketika seseorang mencoba

untuk tidur, mereka menutup mata dan berada diposisi santai stimulus

13
terhadap RAS menurun. Saat ruangan gelap dan sepi aktivitas RAS

juga terus menurun. Pada bagian tertentu BSR akan mengambil alih

sehingga menyebabkan tidur. Tidur normal akan melibatkan 2 tahap

(Potter & Perry, 2010).

a. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Seseorang yang sedang tidur NREM akan melalui 4 tahap selama

90 menit pada siklus tidur. Kualitas tidur dari tahap 1 sampai

tahap 4 akan semakin mendalam. Tidur yang ringan terjadi pada

tahap 1 dan 2 dimana pada keadaan ini seseorang akan lebih

mudah terjaga. Sedangkan pada tahap 3 dan 4 tidur akan lebih

dalam yang disebut dengan tidur gelombang lambat.

b. Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Tidur pada keadaan REM ini merupakan fase akhir dari siklus

tidur . Tidur REM biasanya akan terjadi setiap 90 menit setelah

tidur dimuai. Tidur REM biasanya terjadi selama 60 menit selama

siklus tidur terakhir. Selama tidur REM biasanya seseorang akan

mengalami mimpi, sangat sulit untuk dibangunkan atau justru

terbangun secara tiba-tiba. Durasi pada tidur REM ini meningkat

di setiap siklusnya dan rata-rata terjadi selama 20 menit.

3. Siklus Tidur
Seseorang akan mengalami siklus tidur normal akan dimulai dengan

periode pratidur dimana seseorang mengalami perubahan sadar sampai

mengantuk selama 10 sampai 30 menit. Namun, jika seseorang yang

mengalami kesulitan tidur biasanya akan terjadi selama satu jam atau

14
lebih. Dalam satu malam seseorang biasanya akan melewati 4 sampai 5

siklus tidur secara lengkap. Siklus tidur terdiri dari 4 tahap tidur

NREM dan tidur REM, setiap siklus berlangsung selama 90 sampai

100 menit. Siklus tidur biasanya terjadi dari tahap 1 sampai tahap ke 4

NREM, kemudian akan terjadi pengembalian dari tahap 4 sampai 3

sampai 2 dan berakhir pada tidur REM.

Selama siklus tidur berturut-turut tahap 3 dan 4 dipersingkat dan tidur

REM diperpanjang dan akan berlangsung selama 60 menit. Setiap

individu tidak mempunyai kemajuan yang konsisten saat melewati

tahapan tidur. Jumlah waktu tidur yang dihabiskan setiap tahapan tidur

berbeda-beda selama rentang hidupnya. Hal ini sesuai dengan yang

dijelaskan dalam National Sleep Foundation 2003 dalam Potter &

Perry 2010 bahwa seiring dengan proses penuaan akan membuat tidur

menjadi lebih banyak menghabiskan waktu dalam tahap tidur ringan.

4. Fungsi Tidur

Tidur sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan tubuh dapat berguna

sebagai pemulihan proses biologis tubuh. Dalam hal ini tidur NREM

dapat berfungsi sebagai perbaikan jaringan yang ada pada tubuh. Oleh

sebab itu selama tidur NREM fungsi biologis akan melambat. Denyut

jantung normal untuk orang dewasa sehat rata-rata 70 sampai 80 kali

per menit, namun selama tidur denyut jantung akan mengalami

penurunan kurang lebih 60 denyut per menit sehingga tidur dengan

15
nyenyak dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan fungsi jantung

(Mc Cance & Huether, 2006).

Sedangkan tidur REM dapat digunakan untuk menjaga jaringan otak

serta sebagai pemulihan kognitif. Tidur REM dikaitkan dengan

perubahan aliran darah otak, meningkatnya aktivitas korteks, konsumsi

oksigen yang mengalami peningkatan serta pelepasan epinefrin.

Gabungan dari kegiatan tersebut akan membantu dalam menyimpan

memori dan proses belajar. Selama tidur otak akan menyaring

informasi yang tersimpan tentang kegiattan yang terjadi pada hari

sebelumnya (Mc Cance & Huether, 2006).

5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Menurut Khasanah & Hidayati 2012 kualitas tidur merupakan keadaan

dimana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan

kebugaran kembali disaat bangun. Memperoleh kualitas tidur yang baik

sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan pemulihan tubuh saat

sakit. Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur

yang disebabkan oleh beberapa faktor (Potter & Perry, 2010).

a. Penyakit

Penyakit yang menyebabkan rasa sakit, tidak nyaman, masalah dengan

suasana hati sering menyebabkan gangguan tidur. Perubahan tersebut

dapat menyebabkan seseorang mengalami sulit untuk memulai tidur

dan tetap tidur. Nokturi atau buang air kecil pada malam hari yang

paling umum terjadi pada lansia yang disebabkan oleh kurangnya

16
ketegangan kandung kemih dapat menganggu tidur dan siklus tidur.

Setelah lansia terbangun untuk buang air kecil biasanya sulit untuk

memulai tidur.

b. Obat

Obat yang diresepkan akan mengubah pola tidur dan penurunan

kewaspadaan disiang hari dan akan menyebabkan masalah yang

terjadi pada individu. Obat yang diresepkan untuk tidur biasanya

justru akan menyebabkan lebih banyak masalah dari pada manfaat.

Lansia sering mengkonsumsi berbagai obat untuk mengobati penyakit

kronis yang dialami tetapi efek dari obat tersebut akan mengganggu

tidur.

c. Gaya hidup

Rutinitas atau kebiasaan seorang individu akan mempengaruhi pola

tidur. Jika seseorang bekerja dalam shift malam selama 1 minggu

biasanya mereka akan menyesuaikan jam biologisnya. Perubahan lain

yang dapat mengganggu pola tidur yaitu pekerjaan berat yang tidak

biasa, mengikuti kegiatan sosial sampai larut malam, dan perubahan

waktu makan malam.

d. Stress emosional

Perasaan khawatir dan masalah pribadi yang terjadi dapat berdampak

terhadap tidur seseorang. Seseorang yang berusia lebih tua sering

mengalami kehilangan yang mengarah ke stress emosional, misalnya

pensiunan, gangguan fisik dan kematian pasangan yang dicintai.

Lansia yang mengalami depresi suasana hati akan berdampak terhadap

17
penundaan waktu tidur, waktu tidur REM lebih awal, sering bangun

ketika tidur dan bangun lebih awal saat pagi hari National Sleep

Foundation 2006 dalam (Potter & Perry, 2010).

e. Lingkungan

Lingkungan fisik akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

memulai tidur dan tetap tidur. Misalnya yaitu ventilasi yang baik,

posisi kenyamanan, dan posisi tempat tidur dapat mempengaruhi

kualitas tidur. Ketika seseorang terbiasa tidur dengan individu lain

maka tidur sendiri akan menyebabkan sering terbangun, jika dengan

individu yang gelisah atau mendengkur akan membuat seseorang

terganggu untuk tidur.

f. Kelelahan

Kelelahan yang berasal dari kegiatan yang menyenangkan akan

membuat seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi jika kelelahan

yang berlebihan seperti kelelahan yang berasal dari pekerjaan dan

membuat seseorang merasa stress akan membuat sulit tidur.

g. Makanan

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang baik akan menciptakan tidur

yang baik. Makanan berat atau pedas yang dikonsumsi pada malam

hari biasanya akan menyebabkan gangguan pencernaan yang

mengganggu waktu tidur.

18
B. KONSEP LANJUT USIA

1. Pengertian Lanjut Usia


Menurut Budi Anna Keliat, 1999 dalam Maryam 2008 usia lanjut

dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 13 Pasal 1 ayat 2,3,4 tahun

1998 tentang kesehatan, usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam et al, 2008)

2. Perkembangan Lanjut Usia


Seseorang yang memasuki masa lanjut usia akan mengalami suatu

proses yang biasa disebut dengan Aging Process atau proses menua.

Proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat

dihindarkan, yang akan dialami oleh semua orang. Menua merupakan

suatu proses menghilanngnya kemampuan jaringan secara perlahan

untuk memperbaiki diri atau mengganti, mempertahankan struktur dan

fungsi secara normal. Paris Constantinides, 1999 dalam (Wahit et al

2006).

Proses menua akan mulai berlangsung saat seseorang memasuki usia

dewasa, misalnya dengan kehilangan jaringan otot, susunan syaraf

pusat dan jaringan lain sehingga secara perlahan tubuh akan

mengalami kematian. Fungsi fisiologis setiap individu berbeda-beda,

namun secara umum fungsi fisiologis pada tubuh manusia akan

mencapai puncaknya yaitu pada umur 20 sampai 30 tahun. Setelah itu

fungsi fisiologis tubuh manusia akan berada pada kondisi tetap utuh

19
beberapa saat, kemudian akan menurun secara perlahan sesuai

bertambahnya umur (Wahit et al, 2006).

Memasuki masa lanjut usia biasanya akan ditandai dengan

kemunduran biologis seperti kemunduran fisik yaitu kulit mulai

mengendur, keriput, rambut sudah mulai beruban, gigi mulai ompong,

pendengaran dan penglihatan mulai berkurang, mudah lelah, gerakan

mulai melambat dan terjadi penimbunan lemak di perut dan pinggul.

Kemunduran lain yang dapat terjadi yaitu kemunduran kognitif seperti

mudah lupa, kemunduran orientasi waktu, ruang, tempat dan sulit

menerima saran serta kritikan dari orang lain (Maryam et al, 2008).

Menurut WHO ada empat tahap batasan umur (Wahyudi, 2014).

a. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)

b. Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)

c. Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)

d. Usia sangat tua (very old) (diatas 90 tahun)

3. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia

Perubahan yang terjadi pada lansia yaitu perubahan fisik (Wahyudi,

2014)

1) Perubahan sel

Lanjut usia akan terjadi perubahan sel seperti jumlah cairan tubuh

dan cairan intraseluler berkurang, jumlah sel otak menurun,

mekanisme perbaikan sel akan terganggu, proporsi protein di otak,

otot, ginjal, darah dan hati menurun.

20
2) Perubahan sistem syaraf

Pada lansia akan terjadi perubahan struktur dan fungsi system

syaraf. Sehingga dapat menyebabkan fungsi dari syaraf panca

indera menurun seperti penglihatan berkurang, pendengaran

menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, serta lebih

sensitive terhadap perubahan suhu. Kemudian akibat dari

berkurangnya sel syaraf akan menyebabkan penurunan sistesis dan

metabolisme neurotransmiter utama dan akan mengakibatkan lansia

memerlukan waktu yang lebih lama untuk merespon dan bereaksi.

3) Perubahan sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler pada lanjut usia akan terjadi perubahan

struktur jantung dan sistem vaskuler sehingga mengakibatkan

penurunan kemampuan untuk berfungsi secara efisien, katup

jantung akan menebal dan kaku, Kemampuan jantung memompa

darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini

disebabkan karena kontraksi dan volume menurun (frekuensi

denyut jantung maksimal = 200-umur). Kehilangan elastisitas

pembuluh darah, efektivitas darah perifer untuk oksigenasi

berkurang, perubahan posisi tidur ke duduk atau duduk keberdiri

bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

mengakibatkan pusing mendadak, serta pembuluh darah perifer

akan mengalami peningkatan sehingga menyebabkan tekanan darah

meningkat.

21
4) Perubahan sistem pernapasan

Perubahan system pernapasan pada lanjut usia akan terjadi

penurunan fungsi paru, hal ini akan menyebabkan otot pernapasan

akan mengalami kelemahan akibat atrofi, aktivitas silia menurun,

paru kehilangan elastisitas, menarik napas lebih berat, dan

peningkatan ruang pernafasan membuat lansia lebih rentan

terhadap infeksi pernafasan.

5) Perubahan sistem pencernaan

Lanjut usia akan mengalami kehilangan gigi, hal ini merupakan

penyebab utama periodontal disease (infeksi gusi yang dapat

menghancurkan tulang rahang) yang biasa terjadi setelah umur 30

tahun, indera pengecap menurun, hilangnya sensitifitas saraf

pengecap dilidah, rasa lapar menurun, fungsi absorbsi melemah,

peristaltic akan melemah dan timbul konstipasi.

6) Perubahan sistem reproduksi

Hormone estrogen, progeteron dan testosterone mengalami

penurunan, vagina akan mengalami kontraktur dan mengecil,

payudara dan vulva akan mengalami atrofi, selaput lendir pada

vagina akan mengalami penurunan, permukaan vagina akan

menjadi halus, sekresi berkurang dan akan terjadi perubahan warna

pada vagina. Pada pria meskipun terjadi proses penurunan secara

perlahan namun testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun.

22
7) Perubahan sistem genitourinaria

Sesorang yang sudah memasuki lanjut usia keseimbangan elektrolit

dan asam akan lebih mudah terganggu dibandingkan dengan usia

muda. Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal mulai berkurang.

Vesika urinaria, otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai

200 ml atau menyebabkan frekuansi buang air seni meningkat.

Pada pria lanjut usia vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga

menyebabkan retensi urin meningkat.

8) Perubahan sistem integument

Terjadi proses kehilangan keratinasi serta perubahan bentuk,

ukuran dan sel epidermis sehingga akan menyebabkan permukaan

kulit menjadi kusam, kasar dan bersisik. Pigmentasi kulit mulai

terganggu, kehilangan jaringan lemak sehingga menyebabkan kulit

menjadi keriput. Timbul bercak pigmentasi akibat dari proses

melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit sehingga

tampak bintik-bintik atau noda berwarna coklat. Perubahan pada

sekitar mata yaitu timbul kerut-kerut halus diujung mata

disebabkan oleh lapisan kulit menipis. Jumlah dan fungsi kelenjar

keringat mulai berkurang.

9) Perubahan sistem musculoskeletal

Masa lanjut usia akan mengalami perubahan sistem

musculoskeletal seperti tulang akan kehilangan densitas atau cairan

dan menjadi rapuh. Kekuatan dan stabilitas tulang mulai menurun,

gerakan pinggang, lutut, jari-jari mulai terbatas, gangguan gaya

23
berjalan, kekakuan jaringan penghubung, persendian membesar dan

menjadi kaku, serta tendon akan mengerut dan mengalami

sklerosis.

C. PERUBAHAN POLA TIDUR PADA LANSIA


Perubahan fisik yang terjadi pada lansia disebabkan oleh proses penuaan

yang akan mempengaruhi beberapa saraf, karena dengan terjadinya proses

menua saraf yang terdapat dalam tubuh lansia semakin lama akan

mengalami kemunduran (Khalid, 2012). Hal ini akan berdampak pada

susunan saraf pusat sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah ke

sel saraf serebral dan akan berdampak terhadap perubahan siklus tidur

bangun yang terjadi pada lansia. Kebutuhan tidur yang umum pada lansia

yaitu 4 sampai 5 jam setiap malam (Tanhoan & Kirana, 2007).

Perubahan siklus tidur pada lansia yaitu tidur REM cenderung terjadi

secara singkat, terdapat penurunan secara tajam dalam tidur NREM tahap

3 dan 4. Sebagian dari lansia hampir tidak merasakan tidur nyenyak atau

tidur tahap 4. Walaupun pada lansia lebih banyak menghabiskan waktu

ditempat tidur tetapi pada usia lanjut sering mengeluh terbangun pada

malam hari, memiliki waktu tidur kurang, dan mengalami tidur siang lebih

lama. Dampak dari kebutuhan tidur yang tidak efektif dapat menyebabkan

efek-efek seperti pelupa, konfusi, dan disorentasi (Stanly & Beare, 2007).

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan dalam beberapa penelitian

menunjukkan dampak dari kurang tidur dapat menyebabkan penurunan

24
fungsi kognitif, peningkatan depresi dan kecemasan, kesulitan dalam

beraktivitas, meningkatnya resiko jatuh dan resiko kematian (Khalid,

2012). Dalam hal ini biasanya lansia yang mengalami gangguan tidur akan

menunjukkan tanda gejala seperti kesulitan tidur dan menjaga tidur, sering

terbangun pada malam hari, bangun lebih awal pada dini hari, mengantuk

berlebihan disiang hari, sulit untuk konsentrasi dan mudah marah.

(Vilasinee & Nyoman, 2017).

D. PENANGANAN KUALITAS TIDUR


Penanganan untuk meningkatkan kualitas tidur dapat menggunakan

dengan terapi farmakologi maupun non-farmakologi (Endang, 2017)

1. Farmakologi

Terapi Farmakologi dapat diartikan sebagai cara yang diterapkan

dengan menggunakan obat-obatan sebagai media untuk merangsang

penderitanya dapat tidur dengan mudah. Namun cara farmakologi ini

cenderung tidak efektif jika diterapkan di kalangan lansia serta jika

penggunaan obat-obatan digunakan dalam jangka waktu yang lama

akan menyebabkan efek ketergantungan.

2. Non farmakologi

Non farmakologi dapat didefinisikan sebagai cara yang alternatif yang

tidak menggunakan obat sebagai media penyembuhan.

a) Teknik relaksasi otot progresif

Menurut Herodes 2010 teknik relaksasi otot progresif adalah teknik

relaksasi otot dengan cara memusatkan perhatian pada suatu

25
aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian

menurunkan ketegangan otot, dengan teknik relaksasi otot

progresif ini dapat membuat tubuh terasa rileks dan pikiran

menjadi tenang serta memudahkan untuk tidur. Oleh sebab itu

teknik relaksasi otot progresif ini dapat diterapkan untuk mengatasi

gangguan tidur yang terjadi pada lansia (Saedi et al, 2012).

b) Terapi musik

Terapi musik adalah terapi yang menggunakan musik atau elemen

musik untuk meningkatkan, mempertahankan, mengembalikan

kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. Music yang sering

digunakan untuk teknik terapi yaitu musik lembut dan teratur

seperti instrumentalia dan musik klasik dengan volume rendah

yang dapat membuat pikiran seseorang menjadi tenang. Oleh sebab

itu terapi music dapat diterapkan pada penderita gangguan tidur,

depresi, stress, kesepian, kecemasan, trauma dan penolakan

terhadap lingkungan (Setyoadi, 2011).

c) Aromaterapi

Menurut Setyoadi 2011 aromaterapi didefinisikan sebagai terapi

modalitas yang digunakan sebagai pengobatan alternative yang

menggunakan sari tumbuhan aromatik murni yang berupa bahan

cairan tanaman yang mudah menguap dan senyawa aromatik lain

dari tumbuhan. Manfaat aromaterapi yaitu dapat mengatasi

gangguan tidur, depresi, mengurangi rasa gelisah, mengurangi

perasaan tegang, meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan jiwa.

26
d) Terapi rendam kaki air hangat

Merendam kaki dengan air hangat yaitu terapi yang menggunakan

air hangat sebagai media yang tepat untuk pemulihan cidera dan

meringankan gejala gangguan persendian kronis, rendam kaki

menggunakan air hangat merupakan pengobatan tradisional Cina

(Setyoadi, 2011). Manfaat dari rendam kaki air hangat ini yaitu

dapat menimbulkan rasa nyaman, tenang dan rileks, mengurangi

rasa sakit, melancarkan peredaran darah, mengurangi stress dan

mengurangi tekanan mental. Dalam kondisi tubuh yang terhindar

dari stress ini akan mempermudah lansia untuk tidur dengan pulas

dan tenang (Dinas Kesehatan dalam Gilang, 2015).

E. KONSEP RENDAM KAKI AIR HANGAT

1. Pengertian Rendam Kaki Air Hangat


Patter Sebastian Kneipp percaya bahwa air dapat menghilangkan

kotoran yang terdapat pada tubuh manusia. Rendam kaki adalah

bentuk terapi yang menggunakan media air hangat. Rendam kaki juga

dapat diartikan sebagai salah satu macam teknik hidroterapi yang

menggunakan air hangat untuk merendam kaki yang pegal-pegal,

kering dan mengelupas yang biasanya terjadi pada lanjut usia. Air yang

digunakan untuk terapi yaitu bersuhu 30 sampai 31 derajat celcius

karena suhu air dengan suhu tersebut sudah sesuai dengan standar

international dan dilakukan selama 5 sampai 15 menit. Berdasarkan

hasil penelitian di University Of Lund Malmo General Hospital

27
Swedia menyatakan bahwa air hangat dapat meningkatkan tekanan

darah sistol serta untuk kemampuan berjalan (Setyoadi, 2011).

2. Manfaat Rendam Kaki Air Hangat


Menurut Susanto (2015) pengobatan tubuh yang menggunakan air

sebagai media untuk penyembuhan, air dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan tingkat kekuatan dan ketahanan tubuh terhadap

penyakit. Air hangat juga sebagai terapi yang tepat untuk digunakan

sebagai pemulihan cidera serta meningkatkan sirkulasi darah karena

secara ilmiah air berdampak fisiologis bagi tubuh (Wijayanti, 2009).

Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Inggrid (2017) bahwa

rendam kaki air hangat yaitu salah satu terapi alami yang memiliki

tujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi edema atau

pembengkakan, meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan jantung,

membuat otot-otot menjadi kendor, menghilangkan stress dan nyeri

otot, mengurangi rasa sakit, meningkatkan permeabilitas kapiler serta

memberikan kehangatan pada tubuh (Inggrid et al, 2017).

Rasa hangat yang langsung menyentuh kulit yang terdapat banyak

pembuluh darah akan memberikan efek relaksasi sehingga endorfin

dilepaskan dan menyebabkan rasa rileks serta dapat memberikan efek

sedasi yang dapat merangsang untuk tidur. Dalam hal ini mekanisme

saraf saat melakukan rendam kaki air hangat yaitu plexus venosus dari

rangkaian saraf ini stimulasi akan diteruskan ke cornu posterior

kemudian diteruskan ke medulla spinalis, selanjutnya diteruskan ke

28
lamina I, II, III, radix dorsalis, kemudian diteruskan ke ventrobasal

thalamus selanjutnya masuk ke batang otak dibagian raphe bagian

bawah pons dan medulla, dari mekanisme saraf ini kemudian akan

menimbulkan efek soparifik (efek ingin tidur) (Wijayanti, 2009)

Menurut Dinas Kesehatan dalam Gilang (2015) rendam kaki air hangat

memiliki manfaat yaitu dapat menimbulkan rasa nyaman, tenang,

relax, mengurangi stress dan mengurangi tekanan mental. Pada lansia

kondisi tubuh yang tidak stress akan mempermudah lansia untuk dapat

tertidur dengan pulas dan tenang. Hal ini didukung oleh penelitian

Khotimah (2012) bahwa rendam kaki air hangat dapat memperbaiki

mikrosirkulasi pembuluh darah vena dan vasodilatasi sehingga

meningkatkan kualitas tidur. Sehingga terapi rendam kaki air hangat

ini sangat efektif untuk meningkatkan kualitas tidur yang terjadi pada

usia lanjut.

3. Indikasi Rendam Kaki Air Hangat

Menurut Setyoadi (2011) rendam kaki air hangat diindikasikan untuk

pasien-pasien yang mengalami nyeri punggung bawah, nyeri punggung

atas, nyeri leher, nyeri panggul dan lutut, rematik, cidera atau

gangguan pada tangan, cidera atau gangguan akibat kerja, cidera atau

gangguan akibat olahraga, pasca operasi atau tindakan tulang

belakang, pasca stroke, kelemahan akibat sindrom dekondisi,

kelemahan fungsi gerak akibat usia lanjut dan permasalahan pada otot,

tulang dan saraf lainnya. Sedangkan menurut Priharyanti (2016)

29
indikasi dari rendam kaki air hangat yaitu orang-orang yang menderita

penyakit seperti rematik, radang sendi, sakit punggung, sirkulasi darah

yang buruk, nyeri pada otot, gangguan tidur, kelelahan dan stress.

4. Kontra Indikasi Rendam Kaki Air Hangat

Menurut Setyoadi (2011) kontraindikasi rendam kaki air hangat yaitu

pasien-pasien yang mengalami hidrofobia atau takut air, hipertensi

tidak terkontrol, kelainan jantung yang tidak terkompensasi, infeksi

kulit terbuka, infeksi menular (hepatitis AIDS dan lain-lain), demam

lebih dari 37 derajat celcius, gangguan fungsi paru, sesak atau

kapasitas paru menurun, gangguan kesadaran, buang air kecil dan

buang air besar tidak terkontrol, gangguan kognitif atau perilaku,

epilepsy yang tidak terkontrol.

5. Teknik Rendam Kaki Air Hangat

Prosedur yang dilakukan peneliti dan peneliti pembantu yaitu yang

pertama menyiapkan air hangat didalam baskom kemudian diukur

dengan alat pengukur suhu air hangat atau thermometer dengan suhu

air 30 sampai 31 derajat celcius karena suhu air dengan suhu tersebut

sudah sesuai dengan standar international dan dilakukan selama 5

sampai 15 menit. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada

responden cara melakukan terapi rendam air hangat, responden diminta

untuk membersihkan kakinya lalu diminta untuk duduk dengan

nyaman. Peneliti meminta responden untuk merendam kedua kakinya

di air hangat yang ada dibaskom selama 15 menit. Peneliti

30
menjelaskan kepada responden untuk tidak mengangkat kakinya

sebelum terapi seleai. Setelah selesai melakukan terapi rendam air

hangat peneliti meminta responden mengangkat kedua kakinya lalu

dibersihkan dengan handuk. Peneliti meminta responden agar tidak

beraktivitas setelah terapi selesai. Setelah tiga hari kemudian peneliti

melakukan posttest menggunakan instrument PSQI (Endang, 2017,

Setyoadi, 2011).

F. KERANGKA TEORI

Penanganaan kualitas tidur:


1. Farmakologi
a. Obat
2. Non farmakologi
a. Teknik relaksasi otot
Peningkatan Kualitas
progresif
Tidur Lansia
b. Terapi musik
c. Aromaterapi
d. Terapi rendam kaki air
hangat

Sumber : ( Saedi et al, 2012, Susanti dan Kiki, 2009 dalam Setyoadi, 2011)

31
G. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian merupakan uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari

masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2014).

Terapi Rendam Kaki


Kualitas Tidur Lansia
Air Hangat

Sumber : (Setyoadi, 2011)

H. HIPOTESIS
Hipotesisi dalam penelitian ini yaitu:

Ha : Ada pengaruh rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas

tidur lansia.

Ho : Tidak ada pengaruh rendam kaki air hangat terhadap peningkatan

kualitas tidur lansia.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian analitik komparasi berpasangan dengan menggunakan

metode eksperimen atau percobaan (exsperimental research) yaitu suatu

penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (exsperiment) yang

bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul sebagai

akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut.

(Notoatmodjo, 2014).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment semu

dengan desain penelitian One Group Pretest Posttest yaitu rancangan yang

tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah

dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji

perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program).

(Notoatmodjo, 2014).

Gambar 3.1
Desain Penelitian Quasi Exsperiment
(One Group Pretest Posttest)
Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

33
Keterangan :

O1 : Pretest pada kelompok sebelum perlakuan

X1 : Intervensi atau perlakuan yang diberikan

O2 : Posttest pada kelompok setelah perlakuan

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara

satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian, yang

dikembangkan dari hasil konsep atau teori dan hasil penelitian terdahulu

sesuai dengan fenomena atau masalah penelitian. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu rendam kaki air hangat sebagai variabel

independen dan kualitas tidur lansia sebagai variabel dependen (Dharma,

2017).

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu penjelasan suatu penjelasan variabel

yang dapat diukur menggunakan instrument atau alat ukur, metode

pengukuran, hasil pengukuran dan skala yang digunkan dalam pengukuran

yang disajikan dalam bentuk matrix yang terdiri dari kolom-kolom

(Notoatmodjo, 2014).

34
Tabel 3.2
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

Rendam Terapi yang Lembar SOP Responden


kaki air menggunakan observasi rendam kaki melakukan
hangat media air air hangat perlakuan
hangat dengan baik
sesuai dengan
prosedur yang
diberikan oleh
peneliti.
Kualitas kualitas tidur Instrument Wawancara Skor 0 Rasio
tidur merupakan PSQI merupakan
keadaan kualitas tidur
dimana tidur yang sangat
yang dijalani baik, 1-7
seorang kualitas tidur
individu baik, 8-14
menghasilkan kualitas tidur
kesegaran dan buruk, 15-21
kebugaran kualitas tidur
kembali disaat sangat buruk.
bangun

35
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini yaitu

lansia yang berusia diatas 60 tahun yang mengalami gangguan tidur

sebanyak 25 lansia di Desa Podomoro di wilayah Puskesmas Rejosari

Kecamatan Pringsewu.

2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

consecutive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang

dilakukan dengan memilih semua indivindu yang ditemui dan

memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel yang diingikan

terpenuhi (Dharma, 2017).

Rumus :

n= δ² (Z1-ɑ/2 + Z1-β)²
δ²= ½ (µ1²+µ2²)
(µ1-µ2)²

Keterangan rumus :
n = besar perkiraan sampel
δ² = Standar deviasi
Z1-ɑ/2 = standar normal deviasi untuk ɑ (dapat dilihat pada table
distriusi Z)
Z1-β = standar normal deviasi untuk β (dapat dilihat pada table
distribusi Z)

36
µ1= nilai mean kelompok control yang didapat dari penelitian
sebelumnya
µ2 = nilai mean kelompok ujicoba yang didapat dari penelitian
sebelumnya
Diketahui :
δ² = 38,05
Z1-ɑ/2 = 1,96
Z1-β =0,84
µ1 = 7,70
µ2 = 4,10

n = δ² (Z1-ɑ/2 + Z1-β)²
(µ1-µ2)²

= 38,05 (1,96 + 0,84)²

(7,70 – 4,10) ²

= 38,05 (7,7284)

12,96

= 22 orang.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2014). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Lansia yang mengalami kualitas tidur buruk

2. Lansia yang berada diwilayah Puskesmas

3. Lansia yang mampu berkomunikasi dengan baik

4. Lansia yang bersedia menjadi responden dalam penelitian

37
b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri anggota populasi

yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2014). Kriteria

eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lansia yang

menderita penyakit jantung berat dan lansia yang mengalami gangguan

kognitif atau perilaku.

E. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Puskesmas Rejosari Kecamatan

Pringsewu dan waktu penelitian yang akan dilakukan pada bulan Maret-

April 2019.

F. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2014).

Terdapat empat prinsip yang harus dipegang teguh dalam melakukan

sebuah penelitian yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia ( respect for human

dignity)

Subjek berhak mendapat informasi tentang pelaksanaaan, prosedur,

manfaat tujuan dan resiko dalam penelitian serta kerahasiaan

informasi. Setelah subjek mendapat informasi tentang penelitian

38
kemudia subjek menentukan pilihan bersedia atau menolak penelitian

melalui lembar persetujuan (informed consent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality)

Sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk

mendapatkan kerahasiaan informasi. Sehingga dalam penelitian ini

peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam lembar observasi

tetapi peneliti menggunakan nama inisial responden.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dalam penelitian ini dilakukan secara jujur, tepat,

cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip

keadilan penelitian ini yaitu memberikan tindakan dan keuntungan

yang sama secara merata kepada semua subjek penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits)

Setiap penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat

bagi subjek dan populasi hasil penelitian yang diterapkan, kemudian

meminimalisir resiko atau dampak yang merugikan bagi subjek

penelitian.

39
G. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam

pengumpulan data. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini dilakukan dengan cara peneliti melakukan wawancara kepada

responden dan peneliti mencari responden yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi kemudian setelah mencari responden peneliti

memberikan lembar informed consent untuk memberikan pilihan kepada

responden bersedia atau tidak menjadi responden dan memberikan lembar

observasi kepada responden kemudian peneliti menjelaskan isi lembar

observasi dan mengisi serta menjelasakan akan mengadakan penelitian

tentang rendam kaki menggunakan air hangat. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) untuk

mengukur kualitas tidur lansia. Setelah mendapatkan data atau hasil

responden maka dilakukan pencatatan pada lembar observasi yang telah

dibuat dan disediakan.

H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data.

1. Pengelolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah. Proses pengolahan

data dilakukan melalui empat tahapan yakni dengan editing, coding,

data entry, cleaning.

a. Editing

Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isi lembar

observasi dari hasil pengamatan secara langsung. Tahap ini

digunakan untuk memeriksa ulang semua jawaban lembar

40
observasi apakah sudah terisi dengan lengkap, jelas, relevan dan

konsisten .

b. Coding

Penelitian ini tidak dilakukan pengkodingan karena penelitian ini

menggunakan desain quasi eksperimen dan menggunakan uji T

dependen.

c. Data Entry atau Processing

Setelah data responden yang sudah benar dan tepat yang diperoleh

dari hasil pengukuran melalui lambar observasi kemudian

memproses data agar data yang sudah diperoleh dapat dianalisis.

Pemprosesan data dapat dilakukan dengan cara memasukkan atau

meng-entry data dari lembar observasi ke program SPSS.

d. Cleaning

Setelah itu langkah selanjutnya peneliti melakukan pengecekan

kembali pada data yang sudah dimasukkan kedalam computer

dengan melakukan distribusi frekuensi uji univariat untuk

mencegah apakah ada kesalahan dalam pemasukkan data serta

untuk melihat kemungkinan ada kesalahan tentang tidak

lengkapnya data yang sudah dientry.

2. Analisa Data

Penelitian ini menggunkan analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat memiliki tujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

41
umunya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2014). Pada

penelitian ini menggunakan analisa univariat untuk mengetahui

karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan

pendidikan serta kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan

terapi rendam air hangat.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu yang digunakan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh rendam kaki air

hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansia dengan

menggunakan uji statistik uji T yaitu uji T dependen (uji beda dua

mean berpasangan), dengan tingkat kemaknaan 95% atau dapat

pula dengan perbandingan nilai P-value dengan nilai α = 0,05

I. Jalannya Penelitian

1. Langkah persiapan

a. Peneliti meminta surat permohonan izin dari pihak institusi STIKes

muhammadiyah Pringsewu Lampung untuk melakukan survey dan

pengumpulan data.

b. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin yang diperoleh dari

pihak institusi ketempat penelitian Puskesmas Rejosari Kecamatan

Pringsewu.

42
c. Peneliti melakukan pengambilan data tentang lansia yang

mengalami kualitas tidur buruk di Puskesmas Rejosari Kecamatan

Pringsewu.

d. Peneliti menyiapkan surat permohonan menjadi responden.

e. Peneliti menentukan instrument atau lembar observasi yang akan

digunakan

f. Peneliti membuat SOP yang akan digunakan untuk melakukan

intervensi pada responden.

2. Langkah Pelaksanaan

a. Peneliti menyerahkan surat izin penelitian ke tempat penelitian di

Puskesmas Rejosari Kecamatan Pringsewu.

b. Peneliti memperkenal diri dan menjelaskan maksud, tujuan, dan

manfaat yang akan didapat oleh responden setelah melakukan

terapi

c. Peneliti menjelaskan waktu dilakukannya terapi rendam kaki air

hangat yaitu selama tiga hari diwaktu sore hari menjelang malam

pada pukul 17.00-19.00 WIB.

d. Kemudian peneliti melakukan pengukuran dengan lembar

observasi dengan cara wawancara pada lansia serta peneliti

melakukan pengecekan kembali apakah data yang diperoleh sudah

memenuhi syarat pengisian.

Setelah data yang diperoleh sudah terkumpul langkah selanjutnya

dilakukan pengolah data dan analisis data, hasil pengelolaan dan

43
analisis data kemudian dirumuskan kesimpulan penelitian dan data

disajikan dalam bentuk tabel.

44
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, E.P & Arina, M (2016). Pengaruh Masase Kaki Dan Rendam Air Hangat
Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta,, Volume 8

Chepi, L, Herliana, W, Rivelino, S.H (2018). Pengaruh Terapi Rendam Air


Hangat Pada Kaki Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Kelurahan Angges
Kecamatan Tahuna Barat. E-Journal Keperawatan (E-KP),, Volume 6 Nomor 2:8

Depkes, R.I (2013). Data Dan Informasi Kesehatan. Jakarta

Tresna Werdha Provinsi Lampung (2015). Data Lansia Yang Mengalami


Gangguan Tidur.

Endang, S (2017) Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas
Tidur Lansia Di Desa Pakusemban Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.
Jurnal Ilmiah Indonesia,, Volume 2

Gilang, G.G (2015) Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap
Kualitas Tidur Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Astanalanggar Kecamatan
Losari Cirebon Jawa Barat Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemenkokesra (2012). Lansia Kini Dan Masa Datang. From:


http://oldkesra.menkokesra.go.id. Diakses tanggal 23 April 2013

Menkokesra (2014). Penduduk lansia. From: http://storage.jakstik.ac.id.

NSF (2017). Nasional Sleep Foundation. From:


http://sleepfoundation.org/sites/default/file/CME/SLEEPAwaranessWeek_MediaK
it_0.pdf. Diakses Tanggal 18 April 2018

Putu, A.D & Gusti, A.I.A (2013). Angka Kejadian Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013. Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana

45
WHO (2010). The Word Health Organization Quality Of Life (WHOQOL). From:
http://www.who.int//entity/substance_abuseresearch_tools_end.indonesian_whoq
ol.pdf.

Endang, S (2017) Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas
Tidur Lansia Di Desa Pakusemban Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.
Jurnal Ilmiah Indonesia,, Volume 2

Gilang, G.G (2015) Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap
Kualitas Tidur Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Astanalanggar Kecamatan
Losari Cirebon Jawa Barat Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hidayat (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Inggrid, E.D, Erlisa, C, Ragil, C.A.W (2017). Efektivitas Hidroterapi Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Panti Werdha Al
Islah Malang. Jurnal Keperawatan,, Volume 2 Nomor 3:14
Izac, S.M (2006). Basic Anatomy and Physiology of Sleep. Am J-
Electroneurodiagnostic Technol 46:18

Khalid, M (2012). Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Khotimah (2012). Pengaruh Rendam Air Hangat Dalam Meninggkatkan Kualitas


Tidur Lansia Jombang UPTDU. Jurnal Nursing Studies

Khasanah, K & Hidayati, W (2012). Kualitas tidur Lansia Balai Rehabilitasi


Sosial Mandiri Semarang. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro

Maryam, R.S, Ekasari, M.F, Rosidawati, Jubaedi, A, Batubara, I (2008).


Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Mc Cance, K.L & Huather, S.E (2006). Pathophysiology. The Biologic Basis For
Disease In Adults And Children

Meridian, L.M, Kathleen, C.B, Mary, D.H, Toni, T.R & Janet, P.S (2014). Asuhan
Keperawatan Geriatrik: Diagnosis NANDA, Kriteria Hasil NOC, Intervensi NIC.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Miller, C.A (2012). Nursing For Wellness In Order Adults. US: Library Of
Congress Catalogging, Sixth Edition

Notoatmodjo, S (2014) . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

46
Potter, A.P, Perry, G.A (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Priharyanti, W.A & Dian, S (2016). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air
Hangat Dengan Campuran Garam Dan Serai Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Podorejo RW 8 Ngaliyan. Jurnal
Keperawatan,, Volume 7 Nomor 1

Saedi, M, Askhtorab, Tahereh, Saatchi,Kiarash, Zayeri, Farid,Amir, Sedighe &


Akbar, Ali (2012). The Effect Of Progresissive Muscle Relaxation On Sleep
Quality Of Patients Undergoing Hemodialysis. Journal Of Critical Care Nursing,,
Vol 5 No 1

Setyoadi, K ( 2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.


Jakarta: Salemba Medika

Stanly & Beare (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Susanto, T (2015). Terapi Air Putih Mengobati Berbagai Macam Penyakit.


Yogyakarta: Medika

Tanhoan, T & Kirana, R (2007). Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan Dan


Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Vilasinee, A.H.K & Nyoman, R (2017). Kualitas Tidur Geriatri Di Panti Jompo
Tresna Wana Seraya Denpasar Bali. Original Article,, Volume 2 Nomor 2:4

Wahit, I.M, Bambang, A.I, Khoirul, R, Siti, P (2006). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV Sagung Seto

Wahyudi, N (2014). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Wijayanti, D (2009). Sehat Dengan Pengobatan Alami. Yogyakarta: Venus

Herodes, (2010). Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Insomnia Pada Lansia.


From:http://herodessolution.blogspot.com/2010/teknik-relaksasi-progresif-
terhadap.html, Diakses Tanggal 25 November 2010

47
Dharma, K.K (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media

Notoatmodjo, S (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono, (2016). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta CV

Muhibin Syah, 2006, Psikologi Belajar, Rajawali Pers: Bandung

Slematoo, 2010, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka


Cipta: Jakarta

Smyth, C, (2007). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Try This: Best
Practices In Nursing Care To Older Adults. New York: The Hartford Institute For
Geriatric Nursing, New York University

48
LEMBAR OBSERVASI

Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di


Wilayah Puskesmas Rejosari

Identitas responden.
1. Nama responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan :

Pertanyaan terbuka.
1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur pada malam hari?
2. Berapa lama anda biasanya bisa tertidur tiap malam?
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi?
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari?

Pertanyaan tertutup.
1 Pertanyaan: Jawaban
Seberapa sering masalah- Tidak 1x/ming 2x/ming >3x/min
masalah dibawah ini pernah gu gu ggu
mengganggu tidur anda:
(a) Tidak mampu
tertidur selama 30
menit sejak berbaring

(b) Terbangun ditengah


malam dan sulit
untuk tidur kembali
(c) Terbangun pada saat
dini hari

49
(d) Tidak mampu
bernafas dengan
leluasa
(e) Mimpi buruk ketika
tidur pada malam hari
(f) Merasa kedinginan
dimalam hari
(g) Merasa gelisah atau
tidak tenang pada saat
malam hari
(h) merasa nyeri atau
badan terasa pegal-
pegal
(i) merasa lelah pada saat
malam hari
2 Seberapa sering anda
menggunakan obat untuk
membantu tidur anda?
3 Seberapa sering anda
mengantuk ketika
melakukan aktivitas
disiang hari?

Pertanyaan Jawaban
Tidak Kecil Sedang Besar
antusias
4 Seberapa antusias anda
ingin menyelesaikan
masalah gangguan tidur
yang anda alami?

50
Pertanyaan Jawaban
Sangat Baik Kurang Sangat
baik kurang
5 Preintervensi: bagaimana
kualitas tidur (badan terasa
segar kembali disaat
bangun tidur pada pagi
hari) anda selama sebulan
yang lalu?
Postintervensi: bagaimana
kualitas tidur (badan terasa
segar kembali disaat
bangun tidur pada pagi
hari) anda selama 3 hari
yang lalu?

51
Keterangan :
1. Kualitas tidur : dilihat dari pertanyaan tertutup nomer 5
0 = sangat baik
1 = baik
2 = kurang
3 = sangat kurang

2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur) : total skor dari pertanyaan terbuka
nomer 2 dan pertanyaan tertutup nomer 1(a).
Pertanyaan terbuka nomer 2.
<15 menit =0
16-30 menit =1
31-60 menit =2
>60 menit =3
Pertanyaan tertutup nomer 1(a).
Tidak pernah =0
1x seminggu =1
2x seminggu =2
>3x seminggu =3
Jumlah skor pertanyaan terbuka nomer 2 dan pertanyaan tertutup nomer 1(a):
Skor 0 =0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3

3. Lama tidur malam: dilihat dari pertanyaan nomer 4


>7 jam =0
6-7 jam =1
5-6jam =2
< 5 jam =3

4. Efisiensi tidur : pertanyaan terbuka nomer 1, 3, 4.


Efisiensi tidur : (lama tidur : lama ditempat tidur ) x 100%

52
Lama tidur : dilihat dari pertanyaan terbuka nomer 4
Lama ditempat tidur : jam bangun pagi (pertanyaan terbuka nomer 3) – jam
tidur pada malam hari (pertanyaan terbuka nomer 1).
Jika didapat hasil berikut, maka skornya:
>85% =0
75-84% =1
65-74% =2
<65% =3

5. Gangguan ketika tidur malam : pertanyaan tertutup nomer 1 (b sampai i)


Nomer 1 (b sampai i) dinilai dengan skor:
Tidak pernah =0
1x seminggu =1
2x seminggu =2
>3x seminggu =3
Jumlah skor pertanyaan tertutup nomer 1 (b sampai i) dengan skor :
Skor 0 =0
Skor 1-9 =1
Skor 10-18 =2
Skor 19-27 =3

6. Menggunakan obat-obat tidur : pertanyaan tertutup nomer 2.


Tidak pernah =0
1x seminggu =1
2x seminggu =2
>3x seminggu =3

7. Terganggunya aktivitas disiang hari dan antusias untuk menyelesaikan


masalah gangguan tidur : pertanyaan tertutup nomer 3 dan 4
Pertanyaan tertutup nomer 3.
Tidak pernah =0
1x seminggu =1
2x seminggu =2

53
>3x seminggu =3
Pertanyaan tertutup nomer 4.
Tidak antusias =0
Kecil =1
Sedang =2
Besar =3
Jumlah skor pertanyaan tertutup nomer 3 dan 4 dinilai dengan skor:
Skor 0 =0
Skor 1-2 =1
Skor 3-4 =2
Skor 5-6 =3

Skor akhir jumlahkan semua skor dari komponen 1 sampai 7 untuk mendapat
skor global yang memiliki jangkauan 0 hingga 21 poin. Skor 0 merupakan
kualitas tidur yang sangat baik, 1-7 kualitas tidur baik, 8-14 kualitas tidur
buruk, 15-21 kualitas tidur sangat buruk.

54
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INTERVENSI PENELITIAN

Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di


Wilayah Puskesmas Rejosari

NO TINDAKAN YANG DILAKUKAN


A FASE PRE INTERAKSI
1. Cek instrument penelitian
2. Cuci tangan
3. Menyiapkan alat yang diperlukan
- Lembar observasi
- Lembar persetujuan menjadi responden
- Lembar penjelasan penelitian
- Baskom
- Air hangat
- Thermometer untuk mengukur suhu air
4. Mempersiapkan responden
- Calon responden yang bersedia menjadi responden
- Calon responden yang menandatangani lembar persetujuan
(informant consent)
B FASE INTERAKSI
5. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
6. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada seluruh calon
responden untuk kelompok perlakuan bahwa air hangat dapat
meningkatkan kualitas tidur dengan merendam kaki menggunakan
air hangat sesuai prosedur selama 15 menit dan dilakukan selama
3 hari berturut. Prosedur tersebut akan diintervensikan pada
kelompok perlakuan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
tidur pada lansia. Pengukuran kualitas tidur dilakukan setelah
peneliti selesai melakukan intervensi pada pagi hari.
7. Memberikan kesempatan pada responden untuk bertanya

55
C FASE KERJA
8. Memberikan lembar persetujuan (informant consent) bahwa calon
responden bersedia menjadi responden.
9. Bila calon responden bersedia menandatangani lembar persetujuan
tersebut, selanjutnya peneliti melakukan pengukuran
menggunakan kuesioner PSQI untuk memastikan bahwa
responden benar-benar mengalami kualitas tidur yang buruk,
meskipun sebelumnya peneliti sudah memperoleh data bahwa
responden mengalami kualitas tidur yang buruk.
10. Hari pertama, peneliti memberikan intervensi pada kelompok
perlakuan dengan cara merendam kaki menggunakan air hangat
selama 15 menit sekitar pukul 17.00-18.00.
11. Peneliti memberikan intervensi rendam kaki menggunakan air
hangat selama 3 hari pada waktu yang sama yaitu sekitar pukul
17.00-18.00 selama 15 menit.
12. Peneliti melakukan pengukuran kualitas tidur setelah peneliti
selesai melakukan intervensi pada pagi hari.
D FASE TERMINASI
13. Mengevaluasi responden
14. Membereskan alat
15. Cuci tangan
16. Pendokumentasian.

56

Anda mungkin juga menyukai