Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RONGSOKAN
OLEH: KELOMPOK
SRIDEPI 105731110916
KARMILAWATI 105731111016
MUSPIRA 105731111116
SARINA 105731111416
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Alla SWT yang telah memberikan
kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan
selalu membawa keberkahan, baik dikehidupan didunia ini, lebih-lebih lagi
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua harapan yang ingin kita capai menjadi
lebih mudah dan penuh manfaat.
Kami sangat menyadari, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekurangan-kekurangannya, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
yang kadang kala hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakannya lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerusakan adalah unit produksi baik yang telah selesai seluruhnya atau yang
baru selesai sebagian yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta oleh
pelanggan dan akan dibuang atau dijual dengan harga yang lebih rendah.
Beberapa contoh kerusakan adalah kaus, jeans, sepatu, dan karpet yang cacat yang
dijual sebagai barang bekas. Pengerjaan ulang adalah unit produksi yang tidak
memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan tetapi kemudian diperbaiki
dan dijual sebagai unit barang jadi. Barang rongsokan adalah bahan residu yang
berasal dari pembuatan suatu produk. Barang rongsokan adalah bahan residu yang
berasal dari pembuatan suatu produk. barang rongsokan memiliki total nilai jual
yang rendah dibandingkan dengan total nilai jual produk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan antara kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang rongsokan?
2. Bagaimana menguraikan prosedur akuntansi untuk kerusakan normal dan
abnormal?
3. Bagaimana cara menghitung kerusakan dalam kalkulasi biaya proses dengan
menggunakan metode rata – rata tertimbang?
4. Bagaimana cara menghitung kerusakan dalam kalkulasi biaya proses dengan
menggunakan metode FIFO?
5. Bagaimana cara menghitung kerusakan dalam kalkulasi biaya proses dengan
menggunakan metode kalkulasi biaya standar?
6. Bagaimana cara menghitung kerusakan dalam kalkulasi biaya pekerjaan (job
costing)?
7. Bagaimana cara menghitung pengerjaan ulang dan kalkulasi biaya pekerjaan?
8. Bagaimana cara menghitung barabg rongsokan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan antara kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang
rongsokan
1
2. Untuk mengetahui bagaimana menguraikan prosedur akuntansi untuk
kerusakan normal dan abnormal
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung kerusakan dalam kalkulasi
biaya proses dengan menggunakan metode rata – rata tertimbang
4. Untuk mengetahu bagaimana cara menghitung kerusakan dalam kalkulasi
biaya proses dengan menggunakan metode FIFO
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung kerusakan dalam kalkulasi
biaya proses dengan menggunakan metode kalkulasi biaya standar
6. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung kerusakan dalam kalkulasi
biaya pekerjaan (job costing)
7. Untuk Mengetahui bagaimana cara menghitung pengerjaan ulang dan
kalkulasi biaya pekerjaan?
8. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung barabg rongsokan?
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Terminologi
Kerusakan (spoilage) adalah unit produksi baik yang telah selesai
seluruhnya atau yang baru selesai sebagian yang tidak memenuhi spesifikasi yang
diminta oleh pelanggan dan akan dibuang atau dijual dengan harga yang lebih
rendah. Beberapa contoh kerusakan adalah kaus, jeans, sepatu, dan karpet yang
cacat yang dijual sebagai “barang bekas,” atau kaleng aluminium cacat yang
dijual ke produsen aluminium untuk dilelehkan guna membuat produk aluminium
lainnya.
3
B. Jenis Kerusakan Yang Berbeda
Akuntansi untuk kerusakan dimaksudkan guna menentukan besarnya
biaya kerusakan dan membedakan antara biaya kerusakan normal dan kerusakan
tidak normal. Untuk mengelola, mengendalikan, dan mengurangi biaya kerusakan,
perusahaan harus menyoroti biaya tersebut, bukan menguvurnya sebagai bagian
yang tidak teridentifikasi dari biaya unit yang baik yang telah dibuat.
a. Kerusakan normal
Kerusakan normal (normal spoilage) adalah kerusakan yang melekat
dalam proses produksi yang tetap saja terjadi meskipun operasi telah
berlangsung secara efisien. Manajemen memutuskan bahwa tingkat kerusakan
yang dianggap normal bergantung pada proses produksi. Di Mendoza plastic,
sebanyak 400 unit yang telah rusak akibat keterlambatan mesin cetakan injeksi
walaupun kondisi operasi mesin sudah efisisen dianggap sebagai kerusakan
normal. Biaya kerusakan normal umumnya dimasukkan sebagai komponen
biaya unit yang baik yang telah dibuat karena unit yang baik tidak dapat dibuat
tanpa disertai dengan beberapa unit yang rusak. Di Mendoza, tingkat
kerusakan dihitung dengan membagi unit kerusakan normal dengan total unit
yang baik yang telah selesai, bukan total unit aktual yang dimulai dalam
produksi. (Di Mendoza plastic, tingkat kerusakan normal adalah 400 – 20.000
4
= 0,02. Atau 2% bukan 400 ÷ 20.500 = 0,0195, atau 1,95%) mengapa? Karena
kerusakan normal adalah kerusakan yang terkait dengan unit yang baik yang
telah dibuat.
b. Kerusakan Abnormal
Kerusakan abnormal (abnormal spoilage) adalah kerusakan yang tidak
melekat dalam proses produksi tertentu dan tidak akan terjadi pada kondisi
operasi yang efisien. Di Mendoza, sebanyak 100 unit yang rusak akiat
kemacetan mesin dan kesalahan operator merupakan kerusakan abnormal.
Kerusakan abnormal umumnya dianggap sebagai hal yang dapat dihindari dan
dapat dikendalikan. Pada umumnya, operator lini dan personil pabrik lainnya
dapat mengurangi atau mengeleminasi kerusakan abnormal dengan
mengidnetifikasi penyebab kemacetan mesin, kesalahan operator, dan yang
lainnya, serta dengan menempuh langkah – langkah untuk mencegah hal
tersebut terulang lagi.
A B C
Bahan
1 Unit Fisik Langsung
2 Barang dalam proses, persediaan awal (1 Mei) 0
3 Dimulai selama bulan Mei 10.000
4 Unit yang baik yang selesai dan ditransfer keluar selama bulan mei 5.000
5 Unit yang rusak (semua kerusakan normal) 1.000
6 Barang dalam proses, persediaan akhir (31 Mei) 4.000
7 Tingkat penyelesaian barang dalam proses akhir 100%
8 Biaya bahan langsung yang ditambahkan di bulan Mei $270.000
5
dapat diterima atau tidak dapat diterima. Biasanya kerusakan diasumsikan terjadi
pada tahap penyelesaian, yaitu ketika inspeksi dilakukan. Dalam contoh kita, titik
inspeksi adalah pada proses akhir. Akibatnya unit yang rusak diasumsikan telah
selesai 100% dalam kaitanyya dengan bahan langsung.
6
Bagan 18-1 Pengaruh mengakui unit ekuivalen dalam kerusakan untuk biaya
bahan langsung Chipmakers, Inc., selama bulan Mei 2006
7
Prosedur lima langkah untuk kalkulasi biaya proses hanya memerlukan
sedikit modifikasi agar bisa mengakomodasikan kerusakan.
Langkah 1: mengikhtisarkan arus unit fisik output. Mengidentifikasi unit
kerusakan normal maupun kerusakan abnormal.
Langkah 2 : menghitung output dalam istilah unit ekuivalen.
Langkah 3 : menghitug biaya per unit ekuivalen
Langkah 4 : mengikhtisarkan total biaya yang akan diperhitungkan
Langkah 5 : membebankan total biaya ke unit yang telah selesai, ke unit yang
rusak dan ke unit barang dalam proses akhir.
8
Bagan 18–2 metode rata-rata tertimbang dari kalkulasi biaya proses dengan
kerusakan departemen pembentukan Anzio Company untuk bulan Juli 2006
9
E. Metode FIFO dan Kerusakan
Bagan 18-3 , panel A, menyajikan langkah 1 dan 2 dengan menggunakan
metode FIFO, yang berfokus pada unit ekuivalen dari pekerjaan yang dilakukan
selama periode berjalan. Bagan 18-3, panel B, menyajikan langkah 3, 4, dan 5.
Perhatikan bagaimana, ketika membebankan biaya, metode FIFO
mempertahankan biaya dalam barang dalam proses awal tetap terpisah dan
berbeda dengan pekerjaan yang dilakukan selama periode berjalan.
10
Ayat Jurnal
Informasi dari panel B di bagan 18-2,18-3 dan 18-4 mendukung ayat jurnal
berikut untuk mentransfer unit baik yang telah selesai ke barang jadi dan untuk
mengakui kerugian dari kerusakan abnormal.
Rata-rata
Tertimbang FIFO Biaya Standar
Barang jadi 152.075 151.600 146.300
Barang dalam proses ---
pembentukan 152.075 151.600 146.300
untuk mencatat transfer unit yang
baik yang telah selesai selama
bulan
juli
kerugian dari kerusakan abnormal 5.925 6.000 5.700
Barang dalam proses ---
pembentukan 5.925 6.000 5.700
untuk mencatat kerusakan
abnormal
yang dideteksi selama bulan juli
11
1. Kalkulasi Biaya Pekerjaan dan Kerusakan
Pengendalian Bahan (barang yang rusak pada nilai pelepasan bersih saat
ini)
5 unit x $600 per unit 3.000
Pengendalian Barang dalam proses (pekerjaan tertentu):
5 unit x $600 per unit 3.000
Perhatikan bahwa Pengendalian barang dalam proses (pekerjaan tertentu)
telah didebet (dibebankan) sebesar $10.000 unutk suku cadang yang rusak
(5 suku cadang yang rusak x $2.000 per suku cadang). Biaya bersih
kerusakan normal = $7.000 ($10.000-$3.000) yang merupakan biaya
tambahan atas 45 (50-5) unit yang baik yang diproduksi. Karena itu, total
biaya dari 45 unit yang baik adalah $97.00:$90.000 (45 unit x $2.000 per
unit) yang dikeluarkan untuk membuat unit yang baik ditambah biaya
bersih kerusakan normal sebesar $7.000. Biaya per unit baik adalah
$2.155,56 (97.000 ÷ 45 unityang baik).
b. Kerusakan normal yang umum terjadi di semua pekerjaan.
Dalam beberapa kasus, kerusakan mungkin saja dianggap sebagai
karakteristik normal dari proses produksi, Tentu saja, kerusakan yang
12
melekat pada produksi akan terjadi ketika suatu pekerjaan tertentu sedang
dilakukan. Akan tetapi, kerusakan tidak dapat diatribusikan dengan, dan
karenanya tidak dibebankan secara langsung ke pekerjaan tertentu.
Sebaliknya, kerusakan itu dialokasikan secara tidak langsung ke pekerjaan
sebagai overhead manufaktur karena kerusakan merupakan hal yang
umum pada semua pekerjaan. Ayat jurnalnya adalah :
Pengendalian Bahan (barang yang rusak pada nilai pelepasan saat ini)
5 unit x $600 per unit 3.000
Pengendalian Overhead manufaktur (kerusakan normal)
($10.000-$3.000) 7.000
Pengendalian Barang dalam proses (pekerjaan tertentu)
5 unit x $2.000 per unit 10.000
13
Pengendalian Bahan (barang yang rusak pada nilai pelepasan saat ini)
5 unit x $600 per unit 3.000
Kerugian dari Kerusakan Abnormal ($10.000-$3.000) 7.000
Pengendalian Barang dalam proses (pekerjaan tertentu)
5 unit x $2.000 per unit 10.000
14
Pengendalian Utang Upah 2.000
Overhead Manufaktur yang Dialokasikan 1.000
Pengerjaan ulang normal yang umum pada semua pekerjaan
Jika pengerjaan ulang merupakan hal yang normal dan tidak dapat
diatribusikan dengan pekerjaan tertentu, biaya pengerjaan ulang akan
dibebankan ke overhead manufaktur dan disebarkan, melalui alokasi
overhead, ke semua pekerjaan.
Pengendalian Overhead Manufaktur (biaya pekerjaan ulang) 3.800
Pengendalian Bahan 800
Pengendalian Utang Upah 2.000
Overhead Manufaktur yang Dialokasikan 1.000
Pengerjaan ulang abnormal
Jika pengerjaan ulang bersifat abnormal, hal tersebut akan dicatat
dengan membebankan pengerjaan ulang abnormal ke akun kerugian.
Kerugian dari pengerjaan ulang Abnormal 3.800
Pengendalian Bahan 800
Pengendalian Utang Upah 2.000
Overhead Manufaktur yang Dialokasikan 1.000
15
Mengakui Barang Rongsokan pada Saat Penjualan
Apabila nilai uang barang rongsokan tidak material, tugas akuntansi
yang paling sederhana adalah mencatat kuantitas fisik barang rongsokan yang
dikembalikan ke gudang dan memandang penjualan barang rongsokan sebagai
pos terpisah dalam laporan laba rugi. Apabila nilai uang barang rongsokan
berjumlah material dan barang rongsokan itu dapat dijual dengan segera
setelah diproduksi, akuntansinya bergantung pada apakah barang rongsokan
tersebut dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu atau merupakan hal
yang umum pada semua pekerjaan.
Barang rongsokan yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu
Sistem kalkulasi biaya pekerjaan kadang-kadang menelusuri
pendapatan barang rongsokan ke pekerjaan yang menghasilkan barang
rongsokan itu. Metode ini hanya akan digunakan apabila penelusuran
dapat dilakukan dengan cara yang seekonomis mungkin.
Barang
rongsokan tidak ada ayat jurnal
yang (catatan mengenai
dikembalikan kuantitas
yang diterima dan
ke gudang pekerjaan
terkait yang dimasukkan dalam
catatan
persediaan)
16
Barang rongsokan yang umum pada semua pekerjaan. Ayat jurnal
dalam kasus ini adalah:
Barang rongsokan yang Tidak ada ayat jurnal.
dikembalikan ke gudang: [Catatan mengenai kuantitas yang
diterima dan pekerjaan terkait yang
dimasukkan dalamcatatan
persediaan]
Penjualan barang kas atau piutang usaha 900
rongsokan
Pengendalian Overhead Manufaktur 900
Posting yang dilakukan ke buku besar
Pembantukolom“penjualan Barang
Rongsokan” pada catatan biaya departemen.
Mengakui Barang Rongsokan pada Saat Produksi
Dalam situasi ini, perusahaan membebankan biaya persediaan ke
barang rongsokan menurut estimasi konservatif atas nilai realisasi bersihnya
sehingga biaya produksi dan pendapatan barang rongsokan yang terkait diakui
pada periode akuntansi yang sama. Beberapa perusahaan cenderung menunda
penjualan barang rongsokan hingga harga pasar dianggap menguntungkan.
1) Barang rongsokan yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan
tertentu. Ayat jurnal:
Barang rongsokan yang pengendalian Bahan 900
dikembalikan ke gudang pengendalian Barang dalam proses 900
2) Barang rongsokan yang umum pada semua pekerjaan. Ayat jurnal:
Barang rongsokan yang pengendalian Bahan 900
17
dikembalikan ke gudang pengendalian Barang dalam proses 900
Amati bahwa akun Pengendalian Bahan didebet di Kas atau Piutang
Usaha. Ketika barang rongsokan dijual, ayat jurnalnya adalah:
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerusakan (spoilage) adalah unit produksi baik yang telah selesai seluruhnya
atau yang baru selesai sebagian yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta
oleh pelanggan dan akan dibuang atau dijual dengan harga yang lebih rendah.
Beberapa contoh kerusakan adalah kaus, jeans, sepatu, dan karpet yang cacat yang
dijual sebagai “barang bekas,” atau kaleng aluminium cacat yang dijual ke
produsen aluminium untuk dilelehkan guna membuat produk aluminium lainnya.
Barang rongsokan (scrap) adalah bahan residu yang berasal dari pembuatan
suatu produk. Barang rongsokan memiliki total nilai jual yang rendah
dibandingkan dengan total nilai jual produk. Contohnya adalah potongan kayu
kecil sisa dari operasi pemotongan kayu, pinggiran plastik dari operasi peleburan
plastik, dan sisa potongan kain dari operasi penjahitan pakaian.
B. Saran
Setelah disusun makalah mengenai Kerusakan, Pengerjaan Ulang dan
Barang Rongsokan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya di
mata kuliah akuntansi biaya. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari
sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan
yang kita dapatkan semakin luas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hongren, Charles T,dkk. “Akuntansi Biaya Jilid 2”. Jakarta : Erlangga.
20