Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KASUS GLAUKOMA

Disusun Oleh :

Kelompok 2

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2013
ANGGOTA KELOMPOK

Bintari Dehismiati (A11100669)

Ayu Rena Subarkah (A11100670)

Isna Vera Firdaus (A11100694 )

Nasikhatus Sangadah (A11100710)

Wening Tri K (A11100732)

Fedi Sudrajat (A11100718)

Tri Wahyu W. (A11100722)

Budiman (A11100717)

Wahid Afif A. (A11100703)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit
Glaukoma sebagai salah satu tugas semester III pada mata kuliah Blok Indra.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. H. Giyatmo S Kep Ners, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Gombong
2. Herniyatun,M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua prodi S1 Keperawatan
3. Cahyu Septiwi,Skep.Ns selaku koordinator Blok Indra
4. Ibu dan ayah tersayang yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil serta
doa yang tulus sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Gombong, Januari 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
ditandai oleh meningkatnya tekanan intra okuler yang disertai oleh pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Hampir 80.000 penduduk Amerika
Serikat buta akibat glaukoma, sehingga ini menjadi penyebab utama kebutaan yang
dapat dicegah di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta
pengidap glaukoma. Glaukoma sudut terbuka primer adalah bentuk tersering,
menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral progresif asimptomatik yang
timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapangan
pandang yang ekstensif. Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus
pada orang Kaukasus. Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada
orang Burma dan Vietnam di Asia Tenggara. Pada semua pasien glaukoma, perlu
tidaknya terapi segera diberikan dan efektivitasnya dinilai dengan melakukan
pengukuran tekanan intraokuler (tonometri), inspeksi diskus optikus, dan penurunan
lapangan pandang secara teratur.
Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi
besar masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimptomatik mengharuskan
adanya kerjasama dan bantuan dari semua petugas kesehatan. Oftalmoskopi dan
tonometri harus merupakan bagian dari pemeriksaan fisik rutin pada semua pasien
yang cukup kooperatif dan tentu saja semua pasien yang berusia lebih dari 30 tahun.
Hal ini penting pada pasien yang mempunyai riwayat glaukoma pada keluarganya.
Untuk itu penting bagi kita sebagai dokter layanan primer untuk dapat mendeteksi
secara dini glaukoma pada masyarakat agar dapat ditatalaksana sesegera mungkin.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian glaukoma
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis glaukoma
3. Memahami klasifikasi glaukoma
4. Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan glaukoma
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat memenuhi tugas semester III
Sebagai sumber reverensi mengenai asuhan keperawatan glaukoma
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber pedoman dalam memahami penyakit glaukoma
3. Bagi Dosen
Dapat menjadi referensi bagi dosen terkait dengan penyakit glaukoma
BAB II
ANALISA KASUS

A.Kasus
Pasien datang ke klinik Stikes Muhammmadiyah Gombong diantar keluarga dengan
keluhan nyeri pada mata bagian kanan cenat cenut bertambah pada saat kepala lebih
rendah atau bila sujud dan rukuk, tidak begitu jelas melihat objek
disekitarnya,demam,lemas bila diraba pasien mengatakan nyeri pada mata yang sakit,
sejak satu hari yang lalu. Pasien juga mengtakkan matanya silau bila melihat cahaya 3 hari
yang lalu. Hasil cek laboratorium leukositnya meningkat 17000 Hb 12mg/dl.Pada saat
dilakukan pengukuran ttv didapatkan hasil TD 120mmHg, RR 24X/menit , suhu 38 C, HR
90X/menit. Mata yang kanan terlihat lebih menonjol dan membesar dari yang kiri
kesimpulan sementara hasil pemeriksaan fisik pasien mengalami peningkatan tekanan
intra okuli 25mmHg, diagnosa sementara pasien menderita glaucoma. Terapi yang
diberikan Miotik tiap menit 1 tetes selama 5 menit kemudian 1 tetes tiap jam selama 6
jam, Carbonic anhidrase inhibitor/azetazolamid @250 mg 2 tab sekaligus kemudian tiap 4
jam 1 tab sampai 24 jam , morfin 10 mg injeksi.
B.Identifikasi kata sulit
1. Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intra okuler.
2. TIO (Tekanan intra okular ) adalah peningkatan yang disebabkan akibat perubahan
yang menghambat peredaran normal aquous humor. Tekanan normal aquous homor
adalah 15-20 mmHg.
Peningkatan TIO disebabkan oleh :
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliarry
b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau celah pupil
C.Identifikasi masalah
1. Apa pengertian dari glaukoma?
2. Bagaimana penyebab dari glaukoma ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari glaukoma ?
4. Sebutkan klasifikasi dari glaukoma ?
5. Mengapa pada glaukoma bola matanya menjadi menonjol ?
6. Bagaiman mekanisme nyeri pada glaukoma ?
7. Bagaimana prognosa dari glaukoma ?
8. Apa komplikasi yang terjadi pada penyakit glaukoma ?
9. Bagaimana patofisiologi dari glaukoma ?
10. Pengobatan apa yang bisa dilakukan pada penyakit glaukoma ?
11. Sebutkan terapi bedah pada penyakit glaukoma !
D.Brainstorming
1. Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.
2. Penyebab dari glaukoma adalah peningkatan TIO, hepertensi dan diabetes melitus
3. Manifestasi klinis dari glaukoma adalah
a. Peningkatan TIO
b. Kemampuan penglihatan menurun
c. Fotofobia
d. Edema pada kornea
e. Bola mata menonjol
4. Klasifikasi glaukoma adalah
a. Glaukoma primer
b. Glaukoma sekunder
c. Glaukoma kongenital
d. Glaukoma absolut
5. Pada glaukoma bola matanya bisa mennonjol karena terjadi peningkatan TIO yang
dapat menggeser bola mata ke depan.
6. Mekanisme nyeri pada glaukoma adalah ketika terjadi trauma mata ,hipertensi, atau
diabees melitus maka akan menimbulkan penyumbatan pada daerah trabekuler
sehingga terjadi hambatan aliran aquous humor yang mengakibatkan TIO meningkat
dan terjadi nyeri
7. Prognosa dari glaukoma adalah jika penatalaksanaan dari glaukoma cepat dan
langsung ditangani, maka prognosa menjadi baik begitu juga selanjutnya
8. Komplikasi glaukoma adalah kebutaan , terjadi atrofi papil saraf optik dan fungsi
mata menurun.
9. Patofisiologi glaukoma adalah Aqueus humor secara kontinu diproduksi oleh badan
silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada
lensa. Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil,
bilikmatadepan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intraokuler
(TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg tergantung keseimbangan antara
produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan. Peningaktan TIO akan
menekan aliran darah kesyaraf optic dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf
optic menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan yang
dimulai dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang
pandang yang dimulai dari daerah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal.
10. Pengobatan glaukoma adalah dengan pemberian
a. Miotik
b. Karbonik antihidrasi inhibitor
c. Obat hiperosmotik
d. Gliserin dan morfin
11. Terapi bedah pada glaukoma adalah
a. Bedah laser
b. Bedah konvensional
1) Bedah iridektomy perifer
2) Bedah trubekulektomy
E.Tinjauan Teori
1. Anatomi dan Fisiologi
Korpus siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang
ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris
terdiri dari suatu zona anterior yang berombak-ombak, pars plana dan zona datar, pars
plikata. Prosesus siliaris berasal dari kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke vena-
vena korteks.Prosesus siliaris dan epitel siliaris berfungsi sebagai pembentuk akuos
humor.
a. Komposisi Humor Akuos
Humor Akuos adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata. Volumnya sekitar 250 ml/menit. Tekanannya sedikit lebih
tinggi dari plasma. Komposisi serupa dengan plasma tetapi cairan ini memiliki
komposisi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan
glukosa yang lebih rendah.
b. Pembentukan Akuos
Humor akuos diproduksi oleh korpus silisre. Ultrafitrat plasma yang
dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan
prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera anterior ke
jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini terjadi
pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah dari iris.Peradangan
atau trauma intraokuler menyebabkan peningkatan konsentrasi protein (humor
akuos plasmoid) dan sangat mirip serum darah.
c. Aliran Keluar Humor Akuos
Organ yang berperan pada outflow akuos pada sudut COA disebut trabekulum
(trabecular meshwork). Struktur seperti ayakan yang terdiri dari tiga bagian
yakni: uveal meshwork, korneoskleral dan meshworkendothelial meshwork
(juxta canalicullar). Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastis yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk
suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati
kanalis schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan
trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga
kecepatan drainase akuos humor juga meningkat. Sejumlah kecil akuos humor
keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran
uvoskleral). Glaukoma akan terjadi apabila cairan mata di dalam bola mata
alirannya tidak seimbang antara produksi akuos dan aliran akuos keluar bola
mata (outflow).
2. Definisi
Gaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan papil syaraf optic sehingga terjadi atrop isyaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optic dengan defek lapang
pandangan mata.(SidartaIlyas,2000).
3. Etiologi
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
Faktor Resiko
a. Trauma mata
b. Hipertensi
c. Diabetes Melitus
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri merupakan tanda khas pada serangan akut yang terjadi secara mendadak
dan sangat nyeri pada mata di sekitar daerah inervasi cabang nervus kranial v
b. Mual, muntah dan lemas hal ini sering berhubungan dengan nyeri
c. Penurunan visus secara cepat dan progresif , hiperemis, fotofobia,
d. TIO meningkat 50-100 mmHg
e. Edema kornea
f. Bola mata menonjol
5. Klasifikasi
Glaukoma dibedakan menjadi ada beberapa macam yaitu:
a. Glaukoma sudut terbuka /simplek (kronis)
Adalah sebagian besar glaukoma (90% - 95%), yang meliputi kedua belah mata,
disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka kejaringan
trabekuler. Sudut bilik depan terbuka normal, pengaliran dihambat karena adanya
perubahan degeratif jaringan trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang
berdekatan. adanya hambatan aliran AqH tidak secepat produksi, bila
berlangsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel
gangglion, atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul awal biasanya tidak ada
kelainan biasanya diketahui dengan adanya peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal seperti: mata terasa berat, pening, pengelihatan kabur, halo di
sekitar cahaya, kelainan lapang pandang , membesarnya titik buta.
b. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
Adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau terjadinya penyempitan sudut
antara iris dan kornea, serangan intermiten, tekanan normal bila sudut terbuka,
kedaruratan mata akut. Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara
anatomis menyempit sehingga iris terdorong kedepan, menempel kejaringan
trabekuler dan menghambat humor aquaeos mengalir kesaluran schelemm.
Dimana terjadinya penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior,
mengakibatkan terjadi penekanan kornea dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa
mengakir keluar, bilik mata depan menjadi dangkal. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah: nyeri selama beberapa
jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmHg, halo disekitar cahaya,
headache, mual, muntah, bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema
pada kornea. Bila terjadi penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil dan jika
tidak ditangani bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
c. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhdap
kelainan mata systemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
d. Glaukoma sekunder
Adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah,
trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan sudut tertutup
tergantung pada penyebab.
6. Patofisiologi
Aqueus humor secara continue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus
ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada lensa. Aqueua humor
mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh
work dankanalschlem. Tekana intraokuler (TIO) dipertahankandalambatas 10-21
mmHg tergantung keseimbangan antara produksi dan pengeluaran (aliran) AqH di
bilikmatadepan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optic dan retina
sehingga dapat merusak serabut syaraf optic menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya
menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimulai dari perifir menuju ke fovea sentralis.
Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas
dan sisa terakhir pada temporal.
7. Komplikasi
Kebutaan, atrofi papil saraf optik
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tonometri digunakan untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang sering digunakan
adalah appalansi yang menggunakan lamp (celah lampu) dimana sebagian
kecildaerah kornea diratakan untuk mengimbangi beban alat ukur ysng mengukur
tekanan, selain itu ada juga metode langsung yang kurang akurat yang lebih
murah, dan mudah adalah schiotz tonometer dengan cara tonometer ditempatkan
lansung diatas kornea yang sebelumnya mata terlebih dahulu dianastesi.
b. Gonioskopi digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk
membedakan antara glaukoma sudut tertutut dengan glaukoma sudut terbuka
c. Oftalmoskopi digunakan untuk melihat gambaran bagain mata secara langsung
diskus optik dan struktur mata internal
d. Pengukuran Lapang pandang
e. Pemeriksaan laborat (LED,Leukosit) untuk mengetahui adanya infeksi.
9. Penatalaksanaan
Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
1) Obat-obat miotik
Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,75–3 %)
Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %).
2) Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
3) Carbonucan hidrase intibitor
Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
Diklorfenamid (metazolamid)
4) Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung
kejaringan trabekuler untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran
dari humor Aguos dan iridektomi.
5) Tindakan bedah trabeculectomy.
6) Penyuluhan dan konseling
Pasien yang baru didiagnosa perlu bantuan dalam mengerti ( memahami ) dan
belajar hidup dengan penyakitnya. Perawat hendaknya menjelaskan kepada
pasien bahwa penglihatannya yang hilang tidak dapat dipulihkan secara
sempurna namun kehilangan yang berlanjut dapat dicegah dan orang tersebut
tetap kehilangan yang berlanjut dapat dicegah dan orang tersebut tetap dapat
beraktifitas bila pengobatannya terus menerus.
I.Pathway

Kortikosteroidjangkapanjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksijaringan peningkatantekanan
Trabekuler Vitreus

Hambatanpengaliran pergerakan iris kedepan


Cairanhumoraqueous

Iskemik TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Memepetkan saraf
Nyeri
optik

Retina bergeser

Aliran darah ke Membentuk bintik buta


optikus menurun pada lapang pandang

Kebutaan

G. Body Image G.persepsi sensory


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN
Identitas
Nama : Tn. T
Umur : 43 tahun
Alamat : Kebumen
Keluhan Utama : Nyeri pada mata sebelah kanan
Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada mata kanan cenat cenut, bertambah
pada saat kpela lebih rendah, tidak begitu jelas melihat objek disekitarnya, dengan
lemas , bila diraba pasien mengatakan nyeri pada mata yang sakit. Leukosit 17000 ,
Hb 12 mg/dl, TD 120mmHg, RR 24 x/menit, SUHU 38 C, HR 90 , TIO 25 mmHg
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti ini
B. Pengkajian Pola Virginia Handerson
1. Pola Pernafasan
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal dan tidak mengalami
kesulitan dalam bernafas.
Saat dikaji : tidak mengeluh sesak nafas.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari
Saat dikaji : Saat dirawat di rumah sakit, makan 3 kali sehari dengan menu yang
disediakan oleh rumah sakit, minum 8 gelas sehari. Pasien mampu
mengahabiskan menu yang disediakan.
3. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning
dan BAK lancar , warna jernih kekuningan
Saat dikaji :BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning
dan BAK lancar , warna jernih kekuningan
4. Gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa gangguan
Saat dikaji : Pasien tampak keseimbangannya terganggu karena
penglihatannya kabur
5. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari
Saat dikaji : Malam hari kadang terbangun karena suara gaduh
6. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat dikaji : Pasien mandi dengan di seka oleh istrinya pagi dan sore, serta gosok
gigi.
7. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama keluarga dan istrinya
Saat dikaji : Pasien mengeluh mata kanannya terasa nyeri ( P :nyeri saat posisi
kepala lebih rendah dari tubuh, Q: cenat cenut, R: bagian mata sebelah kanan, S :
skala 6, T hilang timbul 5 menitan
8. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat berpakaian sendiri.
Saat dikaji : Memakai pakaian dibantu oleh anaknya.
9. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan ibadah solat 5 waktu
Saat dikaji :Pasien masih bisa sholat 5 waktu dalam keadaan berbaring,dan
dibimbing keluarga agar selalu berdoa untuk kesembuhannya.
10. Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan
Sebelum sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik biasa berkomunikasi dengan
bahasa jawa.
Saat dikaji :Pasien mau berkomunikasi dengan perawat dengan ditemani anaknya
11. Temparatur tubuh
Sebelum sakit : Pasien menggunakan pakaian tebal jika merasa dingin, dan
menggunakan yg tipis jika merasa kepanasan.
Saat dikaji : Pasien merasa demam , memakai baju tipis karena merasa panas
12. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Pasien adalah seorang pedagang
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi
Saat dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana - mana, hanya tetangganya sering
menjenguk di RS untuk menghibur.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit glaukoma yang dideritanya
Saat dikaji : Pasien sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya karena
penjelasan perawat.
C.Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis,TD 120mmHg, RR 24x/menit, suhu 38 C
2. Kepala
a. Bentuk kepala: mesosephal
b. Rambut : hitam, tidak mudah dicabut,
c. Mata : Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, palpebra dekstra udem dan spasme, oedem pada kornea
dekstra.
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip hidung, tidak ada septum deviasi.
e. Telinga : Besih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
f. Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
2. Dada
a. Paru
Inspeksi : Pengembangan paru kanan kiri simetris
Palpasi :Vokal premitus kiri kana sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler
a. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordisteraba pada interkosta 5-6
Perkusi : Pekak, tidak ditemukan adanya pembesaran jantung.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi murmur
b. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus 9 kali per menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan lien
c. Ektremitas: tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas dan bawah.

D.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit : 17.000
b. Hb : 12 mg/Hg
2. Terapi
a. Miotik : 5 tetes 5 menit & 6 tetes 6 jam
b. Carbonic anhidrase inhibitor /azetazolamid : @ 250 mg 2 tablet & 4 jam 1 tablet
smpai 24 jam
c. Morfin : 10 mg / injeksi

E. Analisa Data

Tanggal Data Fokus Etiologi Problem


10 DS: Agen cidera biologis Nyeri akut
Januari Pasien mengatakan nyeri pada (peningkatan TIO)
2013 mata bagian kanan
DO:
TIO 25 mmHg, mata kanan
pasien terlihat menonjol
10 DS: Perubahan penerimaan Gangguan
Januari a. Pasien mengatakan tidak sensorik persepsi
2013 begitu jelas melihat objek sensorik
disekitarnya (melihat)
b. Pasien mengatakan matanya
silau bila melihat cahaya
DO:
Pasien tampak menunjukan
ekspresi kesulitan untuk melihat
10 DS: Proses infeksi Hiperthermi
Januari Pasien mengatakan demam
2013 DO:
Suhu 38o C

F. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (peningkatan TIO)


b. Gangguan persepsi sensorik (melihat) b.d perubahan penerimaan sensorik
c. Hiperthermi b.d proses infeksi

G. Intervensi

No Tanggal Diagnosa NOC NIC Ttd


Jam
1 10 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Managemen nyeri
Januari agen cidera tindakan keperawatan (1400)
2013 biologis selama 2 X 24 jam a. Lakukan
(peningkatan gangguan rasa nyaman pengkajian nyeri
TIO) dapat teratasi dengan secara
(00132) kriteria hasil: komprehensif
Pain Level (2102) termasuk lokasi,
a. Mampu mengontrol karakteristik,
nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
nyeri, mampu kualitas dan faktor
menggunakan tehnik presipitasi
nonfarmakologi untuk b. Observasi reaksi
mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
b. Melaporkan bahwa c. Bantu pasien dan
nyeri berkurang keluarga untuk
dengan menggunakan mencari dan
manajemen nyeri menemukan
c. Mampu mengenali dukungan
nyeri (skala, intensitas, d. Kontrol
frekuensi dan tanda lingkungan yang
nyeri) dapat
d. Menyatakan rasa mempengaruhi
nyaman setelah nyeri nyeri seperti suhu
berkurang ruangan,
e. Tanda vital dalam pencahayaan dan
rentang normal kebisingan
e. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
f. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
g. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
h. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
i. Tingkatkan
istirahat
j. Berikan informasi
tentang nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
k. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
2 10 Gangguan Setelah dilakukan Neurologic
Januari persepsi tindakan keperawatan Monitoring (2620)
2013 sensorik selama 2 X 24 jam a. Monitor TTV
(melihat) b.d gangguan rasa nyaman b. Monitor ukuran
perubahan dapat teratasi dengan pupil, ketajaman,
penerimaan kriteria hasil: kesimetrisan dan
sensorik Sensory Function : Vision reaksi
(2404) c. Monitor adanya
a. Peningkatan diplopia,
ketajaman pandangan kabur,
penglihatan (kanan nyeri kepala
kiri) d. Monitor level
b. Lapang pandang kebingungan dan
normal orientasi
c. Pandangan tidak e. Monitor tonus
kabur otot pergerakan
d. Pandangan tidak f. Catat perubahan
silau pasien dalam
e. Penglihatan tidak merespon
terganggu stimulus

3 10 Hiperthermi b.d Setelah dilakukan Termoregulation (


Januari proses infeksi tindakan keperawatan 3900)
2013 selama 2 X 24 jam a. Monitor suhu
gangguan rasa nyaman sesering mungkin
dapat teratasi dengan b. Monitor warna dan
kriteria hasil: suhu kulit
Thermoregulation (0800) c. Monitor tekanan
a. Suhu tubuh dalam darah, nadi dan RR
rentang normal d. Berikan anti
b. Nadi dan RR dalam piretik:
rentang normal e. Berikan cairan
c. Tidak ada perubahan intravena
warna kulit dan tidak f. Kompres pasien
ada pusing, pada lipat paha dan
d. Merasa nyaman aksila
g. Tingkatkan
sirkulasi udara
h. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
i. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
j. Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban
membran mukosa)
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Gaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan
intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil
syaraf optic sehingga terjadi atrop isyaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan. Penyakit ini ditandai dengan nyeri, peningkatan tekanan
intraokular, dan penurunan ketajaman penglihatan. Diagnosa yang timbul pada otitis
media supuratif kronik adalah
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (peningkatan TIO)
b. Gangguan persepsi sensorik (melihat) b.d perubahan penerimaan sensorik
c. Hiperthermi b.d proses infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Mosby
Elsevier
Ester,Monica. 2009. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta :
EGC
Ilyas, Ramatjamdra dan Sidarta Ilyas. 1991. Klasifikasi dan Diagnosis Banding Penyakit-
Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
Ilyas,Sidarta.dkk.2002.Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran.Jakarta : Sagung Seto
Moorhead, Sue. dkk.2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby Elsevier
Radjamin, Tarmin. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya : Airlangga University Press
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai