Damhir Anugrah S 941008005 PDF
Damhir Anugrah S 941008005 PDF
id
Disusun Oleh:
DAMHIR ANUGRAH
S 941008005
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................................ vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv
DAFTAR NOTASI........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah...................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................... 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.2.1 Deformasi........................................................................... 9
2.2.2.2 Retak.................................................................................. 14
2.2.2.3 Retak Pinggir Perkerasan................................................... 15
2.2.2.4 Rusak Tekstur Permukaan................................................. 21
2.2.2.5 Lubang............................................................................... 22
2.2.2.6 Tambalan Lubang.............................................................. 23
2.2.3 Indeks Kondisi Perkerasan............................................................. 24
2.2.3.1 Kadar Kerusakan/Kerapatan.............................................. 25
2.2.3.2 Nilai Pengurangan.............................................................. 25
2.2.3.3 Nilai Pengurang Total........................................................ 26
2.2.3.4 Nilai Pengurang Terkoreksi............................................... 26
2.2.4 Lalu Lintas Harian Rata-Rata......................................................... 28
2.2.5 Densitas.......................................................................................... 29
2.2.6 ESAL............................................................................................... 29
2.2.7 Muatan Lebih................................................................................. 33
2.2.8 Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan.............................................. 34
2.2.8.1 Lapis Tambah (Overlay) dengan Metode Analisa
Komponen...................................................................... 37
2.2.9 Rencana Anggaran Biaya............................................................... 46
2.2.10 Analisis Biaya Muatan Lebih....................................................... 46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka.................................................................................................... 99
Lampiran A – 1 Hasil Survey Kondisi Perkerasan Jalan................................... LA-1
Lampiran A – 2 Perhitungan PCI...................................................................... LA-37
Lampiran A – 3 Nomogram Kerusakan Jalan.................................................... LA-52
Lampiran A – 4 Dokumentasi Foto Kerusakan Jalan........................................ LA-56
Lampiran B – 1 Hasil Perhitungan LHR............................................................ LB-68
Lampiran B – 2 Hasil Survey Lalu-Lintas Harian............................................. LB-69
Lampiran C – 1 Analisa Harga Satuan Upah Bahan Kab.Bangka Thn. 2010... LC-76
Lampiran C – 2 Pengumuman Rencana Proyek Kab.Bangka Thn. 2010.......... LC-77
Lampiran C – 3 Dinamic Cone Penetration Test Sub Grade............................ LC-80
Lampiran C – 4 Hasil Laboratorium Material Agregat Kelas C........................ LC-83
Lampiran C – 5 Bangka Dalam Angka (Jenis Kendaraan Tahun 2008)............ LC-85
Lampiran C – 6 Bangka Dalam Angka (Jenis Kendaraan Tahun 2009)............ LC-87
Lampiran C – 7 Bangka Dalam Angka (Curah HujanTahun 2009).................. LC-88
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
perencanaan. Setiap kendaraan dengan berat tertentu yang melintasi suatu jalan, akan
memberikan kontribusi terhadap perusakan jalan. Perusakan jalan oleh kendaraan
dihitung dalam bentuk suatu faktor yang disebut faktor perusak jalan (Mulyono,
2002).
Perkerasan jalan adalah komponen yang paling utama dari infrastruktur
transportasi yang dibangun serta disediakan dengan keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna jalan (Hong and D. Chen, 2009). Jalan sebagai penunjang pembangunan
suatu daerah, hendaknya mendapatkan suatu alokasi dana yang cukup untuk bisa
mempertahankan jalan tersebut tetap dalam keadaan kondisi baik. Ketersediaan dana
adalah merupakan kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan dana bagi
penanganan jalan (Yasa, 2008). Keamanan dan pelayanan jalan merupakan prioritas
utama dari rehabilitasi dan pemeliharaan jalan akibat pengurangan umur dan
kerusakan perkerasan (Zhang et al, 2010).
Pulau Bangka merupakan bagian dari Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
yang disahkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tertanggal 21 November 2000.
Jalan Puding Besar-Kota Waringin merupakan jalan kabupaten yang mempunyai
panjang ruas jalan 15 Km dengan lebar jalan 4,5 m. Penduduk di Kecamatan Puding
Besar sebagian besar adalah petani lada, karet dan kelapa sawit. Menurut data
Bangka dalam Angka Tahun 2009, Kecamatan Puding Besar merupakan daerah
penghasil kelapa sawit terbesar di Kabupaten Bangka. Masalah yang timbul adalah
truk-truk untuk mengangkut hasil pertanian khususnya kelapa sawit menuju tempat
pengolahan minyak sawit banyak yang melebihi kapasitas jalan sehingga
menyebabkan rusaknya perkerasan jalan.
Minimnya dana pemeliharaan jalan kabupaten yang dianggarkan sehingga
pemeliharaan terakhir dilakukan pada tahun anggaran 1997/1998 (sebelum menjadi
Propinsi Babel). Dalam kurun waktu antara tahun 2000 hingga tahun 2010
pemeliharaan yang dilakukan hanya tambalan lubang saja. Dengan melihat kondisi
kerusakan jalan yang ada pada ruas jalan Puding Besar-Kota Waringin, Pemerintah
Daerah Kabupaten Bangka dalam Tahun Anggaran 2010 menganggarkan Proyek
Pemeliharaan Berkala Jalan Jurusan Puding Besar-Kota Waringin sepanjang 15 Km,
dengan jumlah nominal Rp. 2,3 Milyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
BAB II
STUDI PUSTAKA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
ruas Lubuk Batang-Suka Pindah, menghasilkan tebal lapis tambah (overlay) sebesar 6
cm dan biaya beban pemeliharaan yang dibebankan kepada truk sawit setara dengan
0.38% dari harga komoditi (Fajarudin, 2007).
Analisis kerusakan jalan akibat overloading pada ruas jalan Bawen-Krasak,
berdasarkan angka ekivalen muatan sumbu lapangan dengan menggunakan trial and
error diperoleh umur rencana semula ± 10 tahun berkurang akibat muatan lebih,
biaya kerusakan struktural akibat muatan lebih dibebankan kepada pengguna dengan
menghitung annual cost untuk tiap jenis sumbu kendaraan (Sukoreno, 2005).
Analisis biaya perbaikan kerusakan struktural jalan akibat kendaraan berat
bermuatan lebih pada ruas jalan Manado-Bitung, dibebankan kepada pengguna
adalah 60% x (DFC + DDLC) untuk tiap jenis sumbu kendaraan (Mulyono, 2002).
2. Faktor non lalu-lintas, antara lain bahan perkerasan, pelaksanaan pekerjaan dan
lingkungan (cuaca).
Menurut (Hardiyatmo, 2007) kerusakan perkerasan jalan dapat disebabkan
oleh :
1. Beban lalu-lintas yang berlebihan.
2. Kondisi tanah dasar (subgrade) yang tidak stabil, sebagai akibat dari sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat-sifat tanah
dasar yang memang jelek.
3. Kondisi tanah pondasi yang kurang baik, lunak atau mudah mampat, bila jalan
terletak pada timbunan.
4. Kondisi lingkungan, yaitu termasuk akibat suhu udara dan curah hujan yang
tinggi.
5. Material dari struktur perkerasan dan pengolahan yang kurang baik.
6. Penurunan akibat pembangunan utilitas di bawah lapisan perkerasan.
7. Drainase yang buruk, sehingga berakibat naiknya air ke lapisan perkerasan
akibat isapan atau kapilaritas.
8. Kadar aspal dalam campuran terlalu banyak, atau terurainya lapisan aus oleh
akibat pembekuan dan pencairan es.
9. Kelelahan (fatigue) dari perkerasan, pemadatan atau geseran yang berkembang
pada tanah dasar, lapis pondasi bawah (subbase), lapis pondasi atas (base) dan
lapis permukaan.
Struktur perkerasan jalan mengalami penurunan kinerja akibat berbagai sebab
antara lain repetisi beban lalu lintas, air yang berasal dari air hujan, sistem drainase
yang kurang baik, perubahan temperatur dan intensitas curah hujan, kondisi geologi
lingkungan, kondisi tanah dasar yang kurang stabil dan proses pelaksanaan yang
kurang baik (Sukirman, 2010).
Penyebab terjadinya kerusakan dini pada ruas-ruas jalan di Indonesia masih
menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan pakar jalan. Tetapi disinyalir
banyak pihak bahwa kerusakan-kerusakan dini tersebut kemungkinan disebabkan
oleh akibat adanya pelanggaran batas muatan maksimum yang diperkenankan,
pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan perencanaan dan kurangnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
2.2.2.1 Deformasi
Deformasi adalah perubahan permukaan jalan dari profil aslinya (sesudah
pembangunan). Deformasi merupakan kerusakan penting dari kondisi perkerasan,
karena mempengaruhi kualitas kenyamanan lalu-lintas dan dapat mencerminkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
kerrusakan struk
ktur perkeraasan. Beberaapa kerusakaan tipe deforrmasi untuk perkerasan
lenttur jalan dap
pat dilihat paada Gambar 2.1.
Gambar
G 2.1 T
Tipe-Tipe Deformasi
D
a. Bergelomba
B ang (Corrugaation)
Bergelom
mbang atau keriting
k adallah kerusakaan oleh akibat terjadinyaa deformasi
plastis yang menghasilkan
m g melintang atau tegak lurus arah
n gelombangg-gelombang
perrkerasan asppal. Gelombbang-gelombbang terjadii pada jarakk yang relaatif teratur,
den g kerusakann kurang dari 3 mm di sepanjang perkerasan. Kerusakan
ngan panjang
berrgelombang ditunjukkann pada Gam
mbar 2.2. Tingkat
T keruusakan dan identifikasi
kerrusakan dapaat dilihat padda Tabel 2.1..
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
b. Alur (Rutting)
Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya
perkerasan ke arah memanjang pada lintasan roda kendaraan. Distorsi permukaan
jalan yang membentuk alur-alur terjadi akibat beban lalu-lintas yang berulang-ulang
pada lintasan roda sejajar as jalan. Visualisasi kerusakan alur seperti pada Gambar
2.3. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat tingkat kerusakan dan identifikasi kerusakan alur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
c. Ambles (Depression)
Ambles adalah penurunan perkerasan yang terjadi pada area terbatas yang
mungkin dapat diikuti dengan retakan. Penurunan ditandai dengan adanya genangan
air pada permukaan perkerasan yang membahayakan lalu-lintas yang lewat. Gambar
2.4 menunjukkan kerusakan ambles. Tingkat kerusakan dan identifikasi kerusakan
ambles dapat dilihat pada Tabel 2.3.
M Kedalaman maksimum 25 - 51 mm
H Kedalaman > 51 mm
d. Sungkur (Shoving)
Sungkur adalah perpindahan permanen secara lokal dan memanjang dari
permukaan perkerasan yang disebabkan oleh beban lalu-lintas. Ketika lalu-lintas
mendorong perkerasan, maka mendadak timbul gelombang pendek di permukaannya.
Penggelembungan lokal permukaan perkerasan nampak dalam arah sejajar dengan
arah lalu-lintas dan/atau perpindahan horizontal dari material permukaan. Kerusakan
sungkur ditunjukkan pada Gambar 2.5. Tabel 2.4 menunjukkan tingkat dan
identifikasi kerusakan sungkur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
e. Mengembang (Swell)
Mengembang adalah gerakan ke atas lokal dari perkerasan akibat
pengembangan (pembekuan air) dari tanah dasar atau dari bagian struktur perkerasan.
Perkerasan yang naik akibat tanah dasar yang mengembang ini dapat menyebabkan
retaknya permukaan aspal. Pengembangan dapat dikarakteristikkan dengan gerakan
perkerasan aspal, dengan panjang gelombang > 3m. Kerusakan mengembang seperti
pada Gambar 2.6. Tingkat dan identifikasi kerusakan perkerasan jalan tipe
mengembang ditunjukkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Tingkat Kerusakan Perkerasan Aspal Mengembang
Tingkat kerusakan Identifikasi kerusakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
a. Retak
R Memaanjang (Longgitudinal Crraks)
Retak berbentuk meemanjang paada perkerasan jalan dappat terjadi daalam bentuk
tun
nggal atau beerderet yang sejajar dan kadang-kaddang sedikit bbercabang. Gambar
G 2.8
men
nggambarkaan kerusakaan retak meemanjang, sedangkan
s ttingkat keruusakan dan
iden
ntifikasi kerrusakan ditunnjukkan pada Tabel 2.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
Tabel 2.6 Tingkat Kerusakan Perkerasan Aspal Retak Memanjang dan Melintang
Tingkat kerusakan Identifikasi kerusakan
1. Retak tak terisi, lebar < 10 mm
L
2. Retak terisi sembarang lebar (pengisi kondisi bagus)
1. Retak tak terisi, lebar 10 – 76 mm
M
2. Retak tak terisi, sembarang lebar sampai 76 mm dikelilingi retak
acak ringan.
3. Retak terisi, sembarang lebar dikelilingi retak agak acak
1. Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi oleh retak acak,
H
kerusakan sedang sampai tinggi.
2. Retak tak terisi > 76mm.
3. Retak sembarang lebar, dengan beberapa mm di sekitar retakan,
pecah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
M Retak rata-rata 10 – 38 mm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
Tabel 2.12 Tingkat Kerusakan Perkerasan Aspal Pelapukan dan Butiran Lepas
Tingkat kerusakan Identifikasi kerusakan
Agregat atau bahan pengikat mulai lepas. Di beberapa tempat,
L
permukaan mulai berlubang. Jika ada tumpahan oli, genangan oli
dapat terlihat, tapi permukaannya keras, tak dapat ditembus mata uang
logam
Agregat pengikat telah lepas. Tekstur permukaan agak kasar dan
M
berlubang. Jika ada tumpahan oli permukaannya lunak dan dapat
ditembus mata uang logam
Agregat atau pengikat telah banyak lepas. Tekstur permukaan sangat
H
kasar dan mengakibatkan banyak lubang. Diameter lubang 10 mm dan
kedalaman 13 mm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
b. Kegemukan (Bleeding/Flushing)
Kegemukan adalah hasil dari aspal pengikat yang berlebihan, yang
berimigrasi ke atas permukaan perkerasan. Kerusakan kegemukan ditunjukkan pada
Gambar 2.18. Tingkat kerusakan dan identifikasi kerusakan kegemukan seperti pada
Tabel 2.13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
PCI ini merupakan indeks numerik yang nilainya berkisar di antara 0 sampai 100.
Nilai 0 menunjukkan perkerasan dalam kondisi sangat rusak dan nilai 100
menunjukkan perkerasan masih sempurna.
Dalam sistem penilaian ini, tingkat keparahan kerusakan perkerasan
merupakan fungsi dari 3 faktor utama, yaitu :
1. Tipe kerusakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
kurva tingkat keparahan, yaitu dengan menarik garis vertikal nilai densitas tersebut
ke atas sampai memotong kurva tingkat keparahan kerusakan, kemudian tarik garis
horizontal ke kiri sampai ke sumbu deduct value, seperti Gambar 2.21.
Nilai DV yang diperoleh harus disesuaikan dengan jenis perkerasan jalan apakah
merupakan perkerasan aspal atau perkerasan beton. Untuk perkerasan aspal
digunakan nilai DV lebih besar dari 2 (q = 2), artinya nilai DV yang boleh digunakan
harus lebih besar dari 2 (dua). Untuk perkerasan beton dan bandara digunakan nilai
DV lebih besar dari 5 (q= 5), artinya nilai DV yang boleh digunakan harus lebih besar
dari 5 (lima). Apabila nilai DV yang ada hanya 1 (satu) maka boleh langsung
digunakan sebagai TDV sebagai nilai pengurang. Jika nilai DV lebih dari satu maka
harus dicari nilai CDV maksimum.
dengan,
mi = Nilai pengurang ijin
HDVi = Nilai pengurang DV tertinggi (Highest Deduct Value)
Nilai mi merupakan nilai acuan dalam menggunakan nilai DV. Langkah mencari nilai
DV :
1. Gunakan nilai DV yang lebih besar dari 2 (q = 2), andaikan ada 4 nilai DV.
2. Hitung nilai mi.
3. Bandingkan nilai mi dengan jumlah nilai DV pada poin 1 (satu), apabilai nilai mi
yang dihitung adalah 5, maka mi > nilai DV, atau nilai mi = 5 > nilai DV = 4,
artinya semua data nilai DV harus digunakan dalam perhitungan selanjutnya.
Apabila nilai mi < nilai DV maka nilai yang dipakai adalah nilai DV yang lebih
besar dari 2 (dua), yaitu q = 2.
Nilai TDV diperoleh dari penjumlahan nilai DV, dengan melakukan beberapa iterasi
sampai nilai q mencapai angka 1 yaitu nilai TDV sama dengan nilai CDV. Sebagai
contoh,
1. Nilai DV ada 4 (empat) buah.
2. Nilai DV = 4 maka nilai q = 4, jumlahkan semua nilai tersebut menjadi TDV,
nomogram hubungan antara TDV dengan CDV dengan q = 4 seperti Gambar 2.22.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
3. Lanjutkan iterasi dengan mengganti 1 (satu) nilai DV yang terkecil dengan angka q
= 2, kemudian jumlahkan semua angka menjadi TDV. Gunakan grafik 2.23 untuk
mencari nilai CDV dengan q = 3.
4. Iterasi selanjutnya dengan mengganti 2 (dua) angka nilai DV dengan angka q = 2,
untuk 2 (dua) nilai DV yang terkecil, kemudian jumlahkan semua nilai DV
menjadi TDV, gunakan grafik 2.23 dengan q = 2.
5. Iterasi terakhir dengan mengganti 3 (tiga) angka nilai DV dengan angka q = 2,
untuk 3 (tiga) nilai DV yang terkecil, kemudian jumlahkan semua nilai DV
menjadi TDV, gunakan grafik 2.23 dengan q = 1.
Hasil perhitungan nilai CDV pada langkah 1 sampai dengan 4 di atas, digunakan nilai
CDV yang paling besar (CDVmaksimum). Untuk mendapatkan nilai PCI digunakan
rumus,
PCI(s) = 100 – CDV ............................................................................................(2.4)
dengan,
PCI(s) = Pavement Condition Index untuk tiap unit
CDV = Corrected Deduct Value untuk tiap unit
Untuk nilai PCI secara keseluruhan :
PCI = (∑PCI(s) / N) ........................................................................................(2.5)
dengan,
PCI = Nilai PCI perkerasan keseluruhan
PCI(s) = Nilai PCI untuk tiap unit
N = Jumlah unit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
2. Lalu lintas harian rata-rata (LHR), volume lalu lintas yang diperoleh dari nilai
rata-rata jumlah kendaraan selama beberapa hari pengamatan. LHR dinyatakan
dalam kendaraan/hari/2 arah.
Untuk mendapatkan nilai LHR, penelitian (Sentosa, 2006) terhadap ruas jalan
Pangkalan Kerinci – Sorek selama 3 (tiga) hari dalam waktu 24 jam, penelitian
(Dharma, 2009) pada ruas jalan Sukoharjo – Pondok selama 4 (empat) hari dalam
waktu 24 jam dan penelitian (Suyadi, 2009) terhadap ruas jalan Weru – Tegalsari
selama 4 hari dalam waktu 24 jam.
Densitas = .......................................................................................(2.6)
dengan,
Berat = dalam kilogram (kg) atau ton (t)
Volume = dalam cm3 atau m3
Beberapa istilah dalam densitas,
1. True Density, yaitu perbandingan antara berat dan volume, rongga-rongga dalam
volume tidak diperhitungkan (diabaikan).
2. Bulk Density, yaitu perbandingan antara berat dan volume, rongga-rongga dalam
volume diperhitungkan (volume rongga ditambahkan ke dalam volume
kepadatan).
3. Apparent Density, perbandingan antara berat dan volume, artinya volume
kepadatan ditambah dengan volume rongga yang tidak berhubungan dengan udara
luar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
UE 18 KSAL MAKSIKUM
BERAT KOSONG (ton)
BEBAN MUATAN
MAKSIMUM (ton)
MAKSIMUM (ton)
( )
BEBAN MUATAN
BERAT TOTAL
UE 18 KSAL
RODA GANDDA
KOSONG
PADA UJUN
NG SUMBU
TIPE
1,,1
1.5 0.5 2.0 0.0001 0.0005
H
HP
50% 50%
%
1,,2
3 6 9 0.0037 0.3006
BUUS
34% 666%
1,22L
2.3 6 8.3 0.0013 0.2174
TRU UK
34% 66%
%
1,2
2H
4.2 14 18.22 0.0143 5.0264
TRUUK
34% 66%
%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Lan
njutan Tabell 2.17
1,22
1
5 20 25 0.0044 2.7416
TR
RUK
25% 75%
1,22 + 2,2
6.4 25 31.4
4 0.0085 3.9083
TRA AILER
1
18% 28% 27% 28%
1,22 – 2
6.2 20 26.2
2 0.0192 6.1179
TRA
AILER
18% 411% 41%
1,22 – 2,2
10 32 422 0.0327 10.1830
TRA AILER
18% 28%
% 54%
Sum
mber : Anonim
m 1, 1983
Dimensi, berat kendaraan dan beban yang dimuat akan menimbulkan gaya
tekan pada sumbu kendaraan. Gaya tekan sumbu selanjutnya disalurkan ke
permukaan perkerasan dan akan memberikan kontribusi pada perusakan jalan. Sesuai
dengan ketentuan UU Lalu-lintas dan Angkutan Jalan Tahun 1992 suatu kelas jalan
tertentu mempunyai batasan maksimum berat sumbu. Terdapat 4 kategori kendaraan
dengan ijin beroperasi di jalan-jalan umum sebagai berikut (Iskandar, 2008) dalam
(Idris dkk, 2009) :
1. Kendaraan kecil dengan panjang dan lebar maksimum 9000x2100 mm, dengan
Muatan Sumbu Terberat (MST) ≤ 8 ton, diijinkan menggunakan jalan pada semua
kategori fungsi jalan yaitu jalan lingkungan, jalan lokal, jalan kolektor dan jalan
arteri.
2. Kendaraan sedang dengan panjang dan lebar maksimum 18000x2500 mm, serta
MST ≤ 8 ton, diijinkan terbatas hanya beroperasi di jalan-jalan yang berfungsi
kolektor dan arteri; Kendaraan sedang dilarang memasuki jalan lokal dan jalan
lingkungan.
3. Kendaraan besar dengan penjang dan lebar maksimum 18000x2500 mm, serta
MST≤ 10 ton, diijinkan terbatas beroperasi di jalan-jalan yang berfungsi arteri
saja.
4. Kendaraan besar khusus dengan panjang dan lebar maksimum 18000x2500 mm,
serta MST > 10 ton, diijinkan sangat terbatas hanya beroperasi di jalan-jalan yang
berfungsi sebagai arteri dan kelas I (satu) saja. Baik kendaraan besar maupun
kendaraan besar khusus dilarang memasuki jalan lingkungan, jalan lokal dan jalan
kolektor.
Kendaraan-kendaraan menurut fungsinya terdiri dari kendaraan angkutan
penumpang dan angkutan barang, dengan berbagai ukuran, UU No. 14/1992 tentang
lalu lintas beserta PP No. 43/1993 dan PP No. 44/1993 mengatur kriteria klasifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
sumbu tersebut lewat satu kali. Rumus angka ekivalen kendaraan dibedakan sesuai
dengan jenis sumbunya,
1. Sumbu tunggal (muatan sumbu maksimum 8 ton atau 10 ton
E =( )4 ...............................................................................(2.7)
E = 0,086( )4 ..................................................................(2.8)
E = 0,026( )4 .....................................................................(2.9)
- Terkelupas
b. Langkah penanganan:
- Mobilisasi peralatan, pekerja dan material ke lapangan
- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan air compressor,
permukaan jalan harus bersih dan kering
- Menyemprotkan dengan aspal keras sebanyak 1,5 kg/m2 dan untuk cut
back 1 liter/m2
- Menebarkan pasir kasar atau agregat halus 5 mm hingga rata
- Melakukan pemadatan mesin pneumatic sampai diperoleh permukaan
yang rata dan mempunyai kepadatan optimal (kepadatan 95%)
3. Metode perbaikan P3 (pelapisan retakan)
a. Jenis kerusakan yang ditangani :
- Lokasi-lokasi retak satu arah dengan lebar retakan < 2 mm
b. Langkah penanganan
- Mobilisasi peralatan, pekerja dan material ke lapangan
- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan air compressor,
permukaan jalan harus bersih dan kering
- Menyemprotkan tack coat (0,2 liter/m2 di daerah yang akan diperbaiki)
- Tebar dan ratakan campuran aspal beton pada seluruh daerah yang sudah
diberi tanda
- Pemadatan ringan (1 – 2) ton sampai diperoleh permukaan yang rata dan
kepadatan optimum (kepadatan 95%)
4. Metode perbaikan P4 (pengisian retak)
a. Jenis kerusakan yang ditangani :
- Lokasi-lokasi retak satu arah dengan lebar retakan > 2 mm
b. Langkah penanganan
- Mobilisasi peralatan, pekerja dan material ke lapangan
- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan air compressor,
permukaan jalan harus bersih dan kering
- Mengisi retakan dengan aspal cut back 2 l/m2 menggunakan aspal sprayer
atau dengan tenaga manusia
- Menebarkan pasir kasar pada retakan yang telah diisi aspal (tebal 10 mm)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
LER = (
2
) x FP ................................................................................(2.14)
dengan,
LER = Lintas ekivalen rencana
FP = Faktor penyesuaian untuk umur rencana, UR/10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
c. Faktor Regional
Kondisi lingkungan di lokasi ruas jalan mempengaruhi kinerja struktur perkerasan
selama masa pelayanan jalan. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kinerja
perkerasan seperti curah hujan dan iklim tropis, elevasi muka air tanah,
kelandaian muka jalan fasilitas dan kondisi drainase dan banyaknya kendaraan
berat, seperti pada Tabel 2.23.
Tabel 2.23 Faktor Regional
Kelandaian I(,6%) Kelandaian II(6-10%) Kelandaian III(>10%)
Curah Hujan % Kendaraan berat % Kendaraan berat % Kendaraan berat
≤ 30% >30% ≤ 30% >30% ≤ 30% >30%
Iklim
0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
I<900mm/thn
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
0.28 - 590 - -
0.26 - 454 - - Laston atas
0.24 - 340 - - Lapen (mekanis)
0.23 - - - - Lapen (manual)
0.19 - - - - Stab. Tanah dengan
0.15 - - 22 - semen
0.13 - - 18 -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
>10,00 10 Laston
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
β =
γ =
∑
jenis kendaraan
ESALi = Nilai ekivalen kendaraan i pada saat survei pengukuran beban
∑ESAL = Jumlah nilai ekivalen semua jenis kendaraan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
Ruas jalan ini merupakan jalur lalu lintas angkutan kelapa sawit. Berdasarkan data
Biro Pusat Statistik Kabupaten Bangka tahun 2009, Kecamatan Puding Besar
merupakan penghasil kelapa sawit terbesar dari seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Bangka. Kelas fungsi jalan pada ruas ini adalah kelas IIIC lokal dengan
lalu lintas rendah (< 500 kendaraan) dan Muatan Sumbu Terberat ≤ 8 Ton, tetapi
dengan adanya aktivitas perkebunan kelapa sawit, kendaraan-kendaraan truk
pengangkut kelapa sawit mengangkut muatan kelapa sawit atau tandan buah segar
(TBS) melebihi muatan yang diijinkan untuk ruas jalan ini, seperti tampak pada
Gambar 3.2,
Gambar 3.2 Typical Truk Pengangkut Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
Kondisi perkerasan jalan pada ruas jalan ini banyak mengalami kerusakan,
seperti Gambar 3.3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
Gambar 3.4 Kerusakan Jalan Ambles dan Pelapukan pada STA 3+100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
4. Volume bak truk pengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bulan
September tahun 2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
Langkah
Memasukkan tandan buah segar kelapa sawit ke dalam kotak yang telah disiapkan,
menimbang berat tandan buah segar yang ada di dalam kotak dengan timbangan,
menghitung volume kotak, membagi berat tandan buah segar dengan volume
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Langkah
150 segmen yang telah dinilai kondisinya, ditetapkan tipe penanganan sesuai
dengan penanganan metode Bina Marga, dihitung tebal pelapisan tambah.
Bahasan Metode Tujuan
Biaya Menghitung Biaya berdasarkan survey
Rehabilitasi & Petunjuk teknis kondisi perkerasan jalan
analisa biaya harga
Pemeliharaan
satuan pekerjaan
jalan Kabupaten
Bangka Tahun 2010
Langkah
Menghitung luas kerusakan, menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB)
berdasarkan PCI
Bahasan Metode Tujuan
Analisis Biaya Biaya muatan lebih Rp/lintas kendaraan
Tarif Overload
muatan lebih
Langkah
Menghitung menghitung CESAL kendaraan truk sawit, menghitung total CESAL
semua jenis kendaraan, menghitung ESAL truk sawit berdasarkan muatan lebih,
menghitung jumlah ESAL semua kendaraan, menghitung selisih biaya rehabilitasi
dengan anggaran APBD Kabupaten Bangka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
STA 15+000
kiri kanan
STA 0+000
4.5 m
Keterangan gambar:
= Arah Awal pencatatan
= Garis As jalan
= Garis Potongan Jalan
Gambar 4.1 Sketsa Tampak Atas Jalan
Seperti yang telah diuraikan dalam Bab II, menurut (Sahin,1994), pemeriksaan
kondisi perkerasan dilakukan terhadap keseluruhan panjang jalan lebih disarankan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
contoh pada Tabel 4.1, jenis kerusakan retak buaya pada STA 0+870 dan 0+880
dijumlahkan luas kerusakannya, yaitu 1.70 m2 + 3.75 m2 + 2.00 m2 = 7.45 m2 (Ad) ,
kemudian jenis kerusakan lubang pada STA 0+825 dan STA 0+875, yaitu 0.35m2 +
0.25 m2 = 0.60m2 (Ad), dan jenis kerusakan jalan ambles pada STA 0+825, STA
0+862 dan STA 0+886 yaitu 2.00 m2 + 2.50 m2 + 19.20 = 23.70 m2 (Ad).
Kerapatan kerusakan (Densitas) dihitung dengan rumus (2.1) yaitu
perbandingan antara jumlah total luas kerusakan untuk satu jenis kerusakan (Ad)
dengan luas bagian yang ditinjau (As) untuk setiap 100 m panjang jalan. Luas bagian
jalan yang dihitung menurut (Shahin, 1994) untuk jalan dengan perkerasan aspal
adalah 762 ± 305 m2 yaitu mendekati angka luas 457 m2 sampai dengan 1067 m2.
Dalam penelitian ini luas bagian jalan yang dihitung adalah setiap 100 m panjang
jalan dengan lebar jalan 4.5 m, sehingga luasnya menjadi 100m x 4.5m = 450 m2
(As) dan mendekati angka yang disarankan. Melanjutkan perhitungan pada STA
0+800 sampai dengan 0+900, densitas jenis kerusakan retak buaya (H) adalah:
.
Densitas (%) = x 100
horizontal, kemudian tarik garis vertikal ke atas memotong kurva tingkat kerusakan
H, lalu tarik garis horizontal ke kiri untuk mendapatkan nilai DV, pada gambar 4.3,
diperoleh nilai DV adalah 22.00
Densitas jenis kerusakaan jalan ambles (H) adalah 5.267%, lihat pada sumbu
horizontal, kemudian tarik garis vertikal ke atas memotong kurva tingkat kerusakan
H, lalu tarik garis horizontal ke kiri untuk mendapatkan nilai DV, pada gambar 4.4,
diperoleh nilai DV adalah 32.00.
37
1.656
22
0.133
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
32
5.267
Nilai pengurang (DV) yang diperoleh adalah 37, 22 dan 32. Nilai pengurang
tersebut disusun dengan susunan yang menurun yaitu 37, 32 dan 22. Jumlah
pengurang ijin (allowable number of deduct) dengan notasi mi, dihitung dengan
rumus (2.3) untuk perkerasan jalan beraspal yaitu,
mi = 1 + (9/98)(100 – HDVi)
HDVi pada perhitungan dia atas adalah 37, sehingga nilai m adalah,
mi = 1 + (9/98)(100 – 37)
mi = 6.79
Jumlah nilai DV yang diperoleh pada perhitungan di atas adalah 3, hasil perhitungan
m = 6.79, angka tersebut lebih besar dari 3 (6.79 > 3) sehingga semua nilai DV harus
digunakan. Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai pengurang total atau TDV
(Total Deduct Value) dengan menjumlahkan semua nilai DV. Nilai DV pada STA
0+800 sampai dengan 0+900 adalah 37, 32 dan 22. Jumlah ketiga nilai tersebut
adalah 91, dengan q = 3, dipergunakan grafik koreksi kurva untuk jalan dengan
perkerasan aspal. Nilai TDV = 91, kemudian tarik garis vertikal ke atas sampai
memotong kurva q = 3, lalu tarik garis horizontal ke kiri untuk mendapatkan nilai
pengurang terkoreksi atau CDV (Corrected Deduct Value) seperti Gambar 4.5,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
58
91
Pada Tabel 4.2 nilai CDV yang dipergunakan adalah nilai CDV terbesar atau
maksimum yaitu 58. Nilai PCI diperoleh dengan mengurangkan nilai 100 dengan
CDV maksimum rumus (2.4),
PCI = 100 – 58
PCI = 42
Jadi pada STA 0+800 sampai dengan STA 0+900 nilai PCI nya adalah 42 dan
berdasarkan pembagian nilai klasifikasi PCI (Shahin,1994) berada pada kategori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
42
∑
No STA (Patok Km) ∑PCI Bagian PCIrata-rata = Keterangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Lalu Lintas Harian Rata-Rata Truk Kelapa Sawit
No Tanggal Hari Muatan
Kosong Lebih
1 05/09/2011 Senin 12 12
2 06/09/2011 Selasa 12 12
3 07/09/2011 Rabu 12 12
4 08/09/2011 Kamis 12 12
5 09/09/2011 Jumat 12 12
6 10/09/2011 Sabtu 12 12
7 11/09/2011 Minggu 12 12
Jumlah ∑ = 84 ∑ = 84
LHR ∑ = 84/7 = 12 ∑ = 84/7 = 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Hasil pengukuran kotak kosong pada Gambar 4.7.1 diperoleh panjang (P) = 0.63 m,
lebar (L) = 0.38 m dan tinggi (T) = 0.50, sehingga volume kotak kosong adalah,
V = P x L x T ..........................................................................................................(4.1)
dengan,
V = Volume (m3)
P = Panjang (m)
L = Lebar (m)
T = Tinggi (m)
V = 0.63 x 0.38 x 0.50
V = 0.1197 m3.
Kotak kosong yang telah disiapkan, hanya bisa menampung 3 (tiga) tandan buah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
segar (TBS) kelapa sawit. Hasil penimbangan terhadap ke-3 (tiga) tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit seperti Gambar 4.7.3 adalah masing-masing tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit memiliki berat yang sama sebesar 25 kg, sehingga berat total
tandan buah segar (TBS) adalah,
Berat total TBS = TBS1 + TBS2 + TBS3 .................................................................(4.2)
Berat total TBS = 25 + 25 + 25
Berat total TBS = 75 kg
Dimensi, berat kotak kosong dan berat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Volume Kotak Kosong dan Berat Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
Dimensi Berat TBS (kg)
Kotak (m) TBS1 25
P L T TBS2 25
0.63 0.38 0.50 TBS3 25
Berat Total TBS
V= 0.1197 m3
∑= 75 kg = 0.075 ton
Densitas tandan buah segar (TBS) dan muatan truk sawit dihitung dengan
rumus (2.6),
D=
D=
.
D=
.
= 0.6265 ton/ m3
Langkah selanjutnya seperti pada Gambar 4.7.4 dengan mengukur dimensi bak truk
pengangkut muatan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit diperoleh ukuran panjang
(P) = 4.34 m, lebar (L) = 1.98 m dan tinggi (T) = 1.3 m. Volume bak truk sawit
dihitung dengan rumus (4.1),
V=PxLxT
V = 4.34 x 1.98 x 1.3
V = 11.171m3
Hubungan antara volume bak truk kelapa sawit dengan muatan tandan buah segar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
D=
D=
0.6265 =
.
Berat muatan truk kelapa sawit = 0.6265 x 11.171
= 6.99 ton = 7 ton
Muatan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang diangkut oleh truk kelapa
sawit diasumsikan sebesar 50 cm di atas bak truk kelapa sawit, seperti pada Gambar
4.8, sehingga skenario muatan lebih dilakukan dengan variasi kenaikan tinggi muatan
tandan buah segar (TBS) di atas bak truk kelapa sawit setiap 10 cm di atas bak truk
kelapa sawit.
a b
50 cm
0 cm
Keterangan gambar:
= Tandan buah segar kelapa sawit
a = Variasi tinggi muatan di atas bak truk kelapa sawit
b = Bak truk kelapa sawit
Gambar 4.8 Skenario Muatan Lebih Truk Kelapa Sawit
Berdasarkan asumsi seperti pada Gambar 4.8, beberapa skenario muatan lebih dapat
dibuat yaitu:
1. Skenario muatan lebih 1 (satu), muatan tandan buah segar (TBS) berada pada titik
0 (nol) cm, muatannya sesuai dengan tinggi bak truk kelapa sawit.
2. Skenario muatan lebih 2 (dua), muatan tandan buah segar (TBS) berada pada titik
10 cm di atas bak truk kelapa sawit.
3. Skenario muatan lebih 3 (tiga), muatan tandan buah segar (TBS) berada pada titik
20 cm di atas bak truk kelapa sawit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
4. Skenario muatan lebih 4 (empat), muatan tandan buah segar (TBS) berada pada
titik 30 cm di atas bak truk kelapa sawit.
5. Skenario muatan lebih 5 (lima), muatan tandan buah segar (TBS) berada pada titik
40 cm di atas bak truk kelapa sawit.
6. Skenario muatan lebih 6 (enam), muatan tandan buah segar (TBS) berada pada
titik 50 cm di atas bak truk kelapa sawit.
Semua skenario muatan lebih dapat dihitung muatan lebihnya dengan rumus (2.6) dan
(4.1),
1. Skenario muatan lebih 1 (satu)
Volume bak truk kelapa sawit
V=PxLxT
V = 4.34 x 1.98 x 1.3
V = 11.171
Berat muatan truk kelapa sawit
0.6265 =
.
Berat muatan truk kelapa sawit = 0.6265 x 11.171
= 6.99 ton = 7 ton
2. Skenario muatan lebih 2 (dua)
Volume bak truk kelapa sawit
V=PxLxT
V = 4.34 x 1.98 x 1.4
V = 12.030
Berat muatan truk kelapa sawit
0.6265 =
.
Berat muatan truk kelapa sawit = 0.6265 x 12.030
= 7.54 ton
3. Skenario muatan lebih 3 (tiga)
Volume bak truk kelapa sawit
V=PxLxT
V = 4.34 x 1.98 x 1.5
V = 12.889
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
0.6265 =
.
Berat muatan truk kelapa sawit = 0.6265 x 12.889
= 8.07 ton
4. Skenario muatan lebih 4 (empat)
Volume bak truk kelapa sawit
V=PxLxT
V = 4.34 x 1.98 x 1.6
V = 13.749
Berat muatan truk kelapa sawit
0.6265 =
.
Berat muatan truk kelapa sawit = 0.6265 x 13.749
= 8.61 ton
5. Skenario muatan lebih 5 (lima)
Volume bak truk kelapa sawit
V=PxLxT
V = 4.34 x 1.98 x 1.7
V = 14.608
Berat muatan truk kelapa sawit
0.6265 =
.
Berat muatan truk kelapa sawit = 0.6265 x 14.608
= 9.15 ton
6. Skenario muatan lebih 6 (enam)
Volume bak truk kelapa sawit
V=PxLxT
V = 4.34 x 1.98 x 1.8
V = 15.467
Berat muatan truk kelapa sawit
0.6265 =
.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
2.18.
Contoh perhitungan untuk muatan truk kelapa sawit 7000 kg (skenario muatan lebih
1):
Berat total = Berat kosong + Berat muatan truk kelapa sawit
= 2300 kg + 7000 kg
= 9300 kg
Konfigurasi sumbu kendaraan truk kelapa sawit pada Tabel 2.18 adalah konfigurasi
sumbu dengan tipe 1,2L Truk dengan konfigurasi sumbu depan 34% dan sumbu
belakang 66%, sehingga konfigurasi sumbu truk kelapa sawit dihitung dengan,
Konfigurasi sumbu depan = 34% x 9300 = 3162 kg
Konfigurasi sumbu belakang = 66% x 9300 = 6138 kg
ESAL kendaraan truk kelapa sawit dihitung dengan rumus (2.7),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
ESALsumbu depan = ( )4
ESALsumbu depan = ( )4
ESALsumbu belakang = ( )4
ESALsumbu belakang = ( )4
Untuk perhitungan ESALnormal sama seperti perhitungan ESALmuatan lebih. Berat kosong
kendaraan truk kelapa sawit sebesar 2300 kg dan berat muatan truk kelapa sawit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
sebesar 6000 kg sehingga berat total maksimum kendaraan truk kelapa sawit adalah
8300 kg. Konfigurasi sumbu kendaraan untuk sumbu depan adalah 34% dan sumbu
belakang sebesar 66%. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 ESALnormal
Konfigurasi
Berat Berat Muatan Berat ESAL ESAL
Sumbu
No Kosong Truk Kelapa Total Total
Depan Blkng
(kg) Sawit (kg) (kg) Depan Belakang Normal
34% 66%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 2300 6000 8300 2822 5478 0.014 0.203 0.217
ESALnormal = 0.217 mempunyai angka yang sama untuk setiap skenario pembebanan.
Angka ESALmuatan lebih > ESALnormal , sehingga telah terjadi muatan lebih yang
melintasi ruas jalan yang diteliti.
lapis tambah (overlay) . Untuk bagian perkerasan yang tidak mengalami kerusakan,
lapisan perkerasan diberikan lapisan perekat (tack coat) , kemudian dilakukan lapis
tambah (overlay). Metode penanganan rehabilitasi dan pemeliharaan terhadap ruas
jalan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Metode Penanganan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan
Kerusakan Metode Penanganan
No
Jenis Tingkat
1 Retak Buaya L Overlay
M Pacth, tambalan agregat, overlay
H Pacth, tambalan agregat, overlay
2 Tambalan Lubang M Pacth, tambalan agregat, overlay
3 Lubang H Pacth, tambalan agregat, overlay
4 Ambles H Pacth, tambalan agregat, overlay
5 Pelapukan H Overlay
Tanah Dasar
Gambar 4.9 Susunan Lapisan Perkerasan Jalan
Untuk perhitungan lapis tambah (overlay) dengan metode Analisa Komponen
(Anonim 3, 1987), proporsi kendaraan berat yang melintasi ruas jalan yang dimaksud
harus lebih besar 25% dari total LHR keseluruhan kendaraan (Tranggono, 2005).
Hasil survey LHR pada ruas jalan Puding Besar – Kota Waringin menunjukkan
proporsi kendaraan berat yang melintasi ruas jalan tersebut sebesar 27.5% > 25%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
Penilaian kondisi perkerasan menurut Tabel 2.29 merupakan penilaian menurut hasil
survey kondisi perkerasan jalan. Hasil survey kondisi perkerasan pada lapisan
permukaan terdapat retak buaya (L, M dan H), retak memanjang (M) dan tambalan
lubang (M) dengan,
jumlah prosentase luas kerusakan = 25.83% + 0.76% + 3.49% + 1.10% + 11.20%
= 42.41%
Pada Tabel 2.29 nilai kondisi perkerasan untuk lapis permukaan antara 30 – 50%,
nilai kondisi perkerasan hasil survey kondisi perkerasan sebesar 42.41%.
Untuk lapis pondasi lapisan penetrasi (lapen) terdapat jenis kerusakan ambles (H)
dan lubang (H) dengan,
jumlah prosentase luas kerusakan = 45.16% + 1.74%
= 46.91%
Pada Tabel 2.29 nilai kondisi perkerasan untuk lapis pondasi lapisan penetrasi antara
30 – 50%, nilai kondisi perkerasan hasil survey kondisi perkerasan sebesar 46.91%.
Untuk lapis pondasi bawah, agregat kelas C, menurut sumber Dinas PU Kabupaten
Bangka (Sub. Bidang Bina Marga) mempunyai indek plastisitas sebesar 12.75. Pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
Tabel 2.29 indek plastisitas (PI) > 6, nilai kondisi perkerasan antara 70 – 90%, lapis
pondasi lapisan penetrasi antara 30 – 50%. Indek plastisitas Lapis pondasi bawah
agregat kelas C sebesar 12.75 > 6, nilai tersebut dua kali lebih besar dari indek
plastisitas yang disyaratkan sehingga nilai kondisi perkerasan diambil sebesar 90%.
Koofisien kekuatan relatif masing-masing lapis perkerasan menggunakan
Tabel 2.26, yaitu,
1. Angka koofisien untuk lapis permukaan laston (ATB) adalah 0.40.
2. Angka koofisien untuk lapisan penetrasi (lapen manual) adalah 0.20.
3. Angka koofisien untuk lapis pondasi agregat kelas C adalah 0.12.
Indeks Tebal Perkerasan lama (ITPada) dihitung dengan menjumlahkan
perkalian antara masing-masing lapis perkerasan dengan koofisien relatif, tebal
perkerasan dan nilai kondisi perkerasan. Hasil perhitungan ITPada diperoleh angka
2.77, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Matrik ITPada
Lapis Permukaan Lapis Pondasi Atas
Koofisien Kekuatan Koofisien Kekuatan
Jenis Tebal (cm) Jenis Tebal
Relatif (a) Relatif (a)
ATB 4 0.40 Lapen 5 0.20
Nilai Kondisi Perkerasan Jalan Nilai Kondisi Perkerasan Jalan
42.41% 46.91%
Perhitungan Perhitungan
4 x 0.40 x 42.41% = 0.68 5 x 0.20 x 46.91% = 0.47
Lapis Pondasi
Koofisien Kekuatan
Jenis Tebal
Relatif (a)
Agregat C 15 cm 0.12
ITPada = 0.68 + 0.47 + 1.62
Nilai Kondisi Perkerasan
ITPada = 2.77
90%
Perhitungan
15 x 0.12 x 90% = 1.62
dipergunakan adalah LHR pada tahun 2011 berdasarkan hasil survey lapangan
tanggal 05 September 2011 sampai dengan 11 September 2011. Semua LHR jenis
kendaraan beroda empat ditunjukkan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 ESAL dan LHR tahun 2011
Kendaraan
Jumlah
Type Golongan ESAL LHR/hari/2 arah
(5) = (3) x (4)
(1) (2) (3) (4)
Kendaraan Ringan 2 0.0005 154 0.077
Bus Kecil 5a 0.2174 126 27.392
Bus Besar 5b 0.3006 10 3.006
Truk 2 as L 4 0.2174 110 23.914
Jumlah 54.3894
Perkembangan lalu lintas dari tahun 2008 dan tahun 2009 dapat dihitung dengan
rumus (2.10),
LHR n = LHR x ( 1 + m )n
9269 = 7162 x ( 1 + m )1
1.2942 = ( 1 + m )1
m = 0.294 ; m = 29.4%
Overlay untuk jalan kabupaten dengan lalu lintas rendah (LHR < 1000), maka
umur rencana jalan diasumsikan selama 5 tahun (Anonim 3, 1987) dan (Tranggono,
2005), sehingga LHR dan ESAL pada tahun ke-5 (tahun 2016) dengan asumsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) kendaraan ringan dihitung dengan rumus (2.11),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
dengan koofisien distribusi Ci pada tabel 2.20 untuk kendaraan ringan dan berat 2
(dua) lajur dan 2 (dua) arah diambil 0.5.
LEP = LHRi x ESALi x Ci
LEP = 154 x 0.0005 x 0.5
LEP = 0.0385
Lintas Ekivalen Akhir (LEA) kendaraan ringan dihitung dengan rumus (2.12),
LEA = LHRj ( 1 + m )n x ESALi x Ci
LEA = 0.279 x 0.5
LEA = 0.139
Lintas Ekivalen Tengah (LET) kendaraan ringan dihitung dengan rumus (2.13)
LET = 0.5 x (LEP + LEA)
LET5 = 0.5 x (LEP + LEA)
LET5 = 0.5 x (LEP + LEA)
LET5 = 0.5 x ( 0.0385 + 0.139)
LET5 = 0.089
dan Lintas Ekivalen Rencana (LER) kendaraan ringan dihitung dengan rumus (2.14)
LER5 = LET x FP
LER5 = LET x
LER5 = 0.089 x
LER5 = 0.0445
Hasil perhitungan selengkapnya untuk jenis kendaraan yang lain seperti pada Tabel
4.16.
Tabel 4.16 LEP, LEA, LET dan LER
Kendaraan
LEP LEA LET LER
Type Golongan
Kendaraan Ringan 2 0.0385 0.139 0.089 0.044
Bus Kecil 5a 13.6962 49.690 31.693 15.846
Bus Besar 5b 1.503 5.452 3.447 1.738
Truk 2 as L 4 11.957 43.380 27.668 13.834
Jumlah 27.194 98.663 62.929 31.464
Indek Tebal Perkerasan (ITP5) dihitung dengan menghubungkan nilai CBR, DDT,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
faktor regional, nilai indeks permukaan pada akhir umur rencana (IP), indeks
permukaan pada awal umur rencana (Ipo) dan kelas jalan. Menurut sumber Dinas PU
Kabupaten Bangka (Sub Bidang Bina Marga) nilai CBR tanah dasar sebesar 7.3%,
dengan kelas jalan lokal. Dari data tersebut korelasi nilai CBR dengan daya dukung
tanah (DDT) diperoleh nilai DDT sebesar 5.4.
5.4 7.3
Indeks permukaan pada akhir umur rencana (IP) ditentukan dengan Tabel 2.24,
dengan klasifikasi jalan lokal dan nilai LER = 31.464, pada Tabel 2.24 tersebut nilai
LER berada antara nilai 10 – 100 sehingga nilai IP = 1.5. Faktor regional diambil
dari Tabel 2.23, dengan melihat data curah hujan. Data dari BPS Kabupaten Bangka
(Anonim 6, 2009) curah hujan yang terjadi di Kabupaten Bangka sebesar 154.4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
m/bulan (185
mm 52.8 mm/tah
hun), curah hujan
h tersebu
ut > 900 mm
m/tahun, sehhingga nilai
fak
ktor regional = 1.5. Nilaii indeks perm
mukaan awaal rencana deengan lapis permukaan
p
lastton (aspalt trreated base)) pada Tabell 2.25 diambbil sebesar 3.9 – 3.5. Sellengkapnya
dap
pat dilihat paada Tabel 4.117.
Tab
bel 4.17 Nilaai Input ITP5
ITP5
CBR DDT
T FR IP IPo
7.3% 5.4 1.5 1.5 3.9
3 – 3.5
Nomogram
m No 5 ITP5 = 5.2
5.2
1.55
5.4
31..4
Nilai ITPada 2.77 < Nilai ITPperlu 5.2, sehingga rehabilitasi dan pemeliharaan jalan
dilakukan dengan lapis tambah (overlay). Perhitungan overlay seperti pada rumus
(2.16) dan (2.17),
∆ ITP = ITP5 - ITPada
∆ ITP = 5.2 – 2.77
∆ ITP = 2.43
Overlay menggunakan Asphalt Concrete (AC) MS.744 dengan a1 0.40, sehingga
tebal overlay dihitung dengan rumus (2.17),
∆ ITP = ∆D1 x a1
∆
∆D1 =
.
∆D1 =
.
∆D1 = 6.07
Tebal overlay = 6 cm.
Perhitungan biaya rehabilitasi dan pemeliharaan jalan akibat muatan lebih ternyata
melebihi anggaran yang telah ditetapkan oleh APBD Kabupaten Bangka
Rp.7,208,356,562.00 > Rp.2,300,000,000.00 (Biayarehabilitasi dan pemeliharaan > Anggaran
APBD).
Perhitungan biaya rehabilitasi dan pemeliharaan jalan mempergunakan data
survey kerusakan jalan Tahun 2010 diperoleh biaya Rp.7,208,356,562.00 dengan
asumsi dalam kondisi tersebut nilai PCI adalah 100, sedangkan Rencana Anggaran
Biaya APBD Kabupaten Bangka Tahun 2010 untuk rehabilitasi dan pemeiliahraan
jalan Pudingbesar – Kota Waringin sebesar Rp.2,300,000,000.00. Untuk mencapai
nilai PCI 100 (sempurna) dengan anggaran yang ada, diperlukan dana anggaran 3
(tiga) kali dari anggaran yang ada.
. , , , .
Anggaran yang diperlukan =
. , , , .
LHR =
. %
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
ESAL Tahun 2010 setiap jenis kendaraan dihitung berdasarkan beban sumbu standar
kendaraan dan disesuaikan dengan jenis kendaraan seperti pada Tabel 2.17. Untuk
ESAL truk kelapa sawit dihitung seperti pada Tabel 4.9. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.20
Tabel 4.20 ESAL Kendaraan Tahun 2010
Kendaraan
Type Gol ESAL LHR Jumlah ESAL per Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4) (6) = (5) x 365
Kendaraan Ringan 2 0.0005 119.011 0.060 21.719
Bus Kecil 5a 0.2174 97.372 21.169 7726.604
Bus Besar 5b 0.3006 7.728 2.323 847.905
Truk 2 as L 4 0.2174 75.734 16.465 6009.581
Truk Kelapa
4 0.2174 9.274 2.016 735.867
Sawit 2as L
Jumlah 15341.677
Untuk ESAL truk kelapa sawit dihitung seperti pada Tabel 4.9, ESAL kendaraan
lainnya dihitung berdasarkan beban sumbu standar (Tabel 2.17). Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
Perhitungan kumulatif ESAL dari Tahun 2010 sampai Tahun 2011 dapat dilihat
pada Tabel 4.23
Tabel 4.23 Total Kumulatif ESAL Semua Jenis Kendaraan
Tahun Total ESAL per tahun Kumulatif ESAL
(1) (2) (3)
2010 15341.647 15341.677
2011 19852.131 35193.808
Perhitungan kumulatif ESAL truk kelapa sawit dari Tahun 2010 sampai Tahun 2011
dapat dilihat pada Tabel 4.24
Tabel 4.24 Kumulatif ESAL Truk Kelapa Sawit
Tahun ESAL per tahun Kumulatif
(1) (3) = (2) x 365 ESAL
2010 735.867 735.867
2011 952.212 1688.079
Skenario muatan lebih seperti pada Tabel 4.7, dihitung ESAL–nya dengan
memasukkan beban muatan lebih setiap kenaikan 10 cm di atas permukaan bak.
Untuk kenaikan 0 cm, diperoleh berat muatan lebih sebesar 7 ton, ESAL dihitung
dengan rumus (2.7) sebesar 0.3430, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8,
selanjutnya dihitung ESAL kendaraan truk kelapa sawit Tahun 2011, seperti pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
Tabel 4.25.
Tabel 4.25 ESAL Kendaraan Truk Kelapa Sawit Tahun 2011
Skenario
Muatan lebih Berat Total (kg) ESAL LHR ESAL per Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4) x 365
Skenario
9300 0.3430 12 1502.34
Muatan Lebih 1
Skenario
9840 0.429 12 1879.02
Muatan Lebih 2
Skenario 12
10370 0.53 2321.4
Muatan Lebih 3
Skenario 12
10910 0.65 2847
Muatan Lebih 4
Skenario 12
11450 0.79 3460.2
Muatan Lebih 5
Skenario
11990 0.94 12 4117.2
Muatan Lebih 6
ESAL semua jenis kendaraan Tahun 2011 dihitung untuk setiap skenario muatan
lebih,
1. Skenario muatan lebih 1.
Tabel 4.26 ESAL Kendaraan Tahun 2011dengan Muatan Lebih Truk Kelapa Sawit
9300 kg
Kendaraan
Type Gol ESAL LHR Jumlah ESAL per Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4) (6) = (5) x 365
Kendaraan Ringan 2 0.0005 154 0.077 28.105
Bus Kecil 5a 0.2174 126 27.3924 9998.226
Bus Besar 5b 0.3006 10 3.006 1097.19
Truk 2 as L 4 0.2174 98 21.3052 7776.398
Truk Kelapa
4 0.3430 12 4.116 1502.34
Sawit 2as L
Jumlah 20402.259
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
Biaya rehabilitasi dan pemeliharaan jalan akibat muatan lebih dihitung dengan
rumus (2.6),
Biayamuatan lebih = α x (Biaya rehabilitasi pemeliharaan jalan – Biaya APBD)
Untuk menghitung α (koefisien pengali) seperti rumus (2.7),
α =βxγ
β =
Kumulatif ESAL kendaraan truk kelapa sawit Tahun 2011 sebesar 1688.079 (Tabel
4.24)
Total kumulatif ESAL seluruh jenis kendaraan Tahun 2011 sebesar 35193.808 (Tabel
4.23), sehingga,
.
β =
.
β = 0.04
Faktor untuk menormalisasikan β yaitu γ dihitung sesuai dengan skenario muatan
lebih,
1. Skenario muatan lebih 1.
γ =
∑
.
γ =
.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
γ = 0.07
2. Skenario muatan lebih 2.
γ =
∑
γ =
.
γ = 0.09
3. Skenario muatan lebih 3.
γ =
∑
.
γ =
.
γ = 0.11
4. Skenario muatan lebih 4.
γ =
∑
γ =
.
γ = 0.13
5. Skenario muatan lebih 5.
γ =
∑
.
γ =
.
γ = 0.15
6. Skenario muatan lebih 6.
γ =
∑
.
γ =
.
γ = 0.17
Hasil perhitungan β dan γ seperti pada Tabel 4.32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
α6 = β6 x γ6
α6 = 0.04 x 0.17
α6 = 0.0068
Biaya muatan lebih untuk semua skenario,
1. Skenario muatan lebih 1
Biayamuatan lebih = α x ∆ Biaya
Biayamuatan lebih = 0.0028 x Rp.4,908,356,562.00
Biayamuatan lebih = Rp.13,743,398.00
Biaya tersebut dihitung dalam waktu satu tahun anggaran sehingga untuk
menghitung biaya dalam 1 (satu) hari yaitu,
. , , .
Biayamuatan lebih =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
Tabel 4.33 Biaya Muatan Lebih per Lintas Kendaraan Truk Kelapa Sawit
Biaya per Lintas
Skenario Muatan lebih α ∆ Biaya
(4) =
(1) (2) (3)
Skenario Muatan Lebih 1 0.0028 Rp.4,908,356,562.00 Rp.2,510.00
Skenario Muatan Lebih 2 0.0036 Rp.4,908,356,562.00 Rp.3,227.00
Skenario Muatan Lebih 3 0.0044 Rp.4,908,356,562.00 Rp.3,944.00
Skenario Muatan Lebih 4 0.0052 Rp.4,908,356,562.00 Rp.4,661.00
Skenario Muatan Lebih 5 0.0060 Rp.4,908,356,562.00 Rp.5,379.00
Skenario Muatan Lebih 6 0.0068 Rp.4,908,356,562.00 Rp.6,096.00
Hasil akhir perhitungan untuk semua skenario muatan lebih ditunjukkan pada Tabel
4.34.
Tabel 4.34 Skenario Muatan Lebih, Tinggi, Berat dan Biaya per Lintas Kendaraan
Truk Kelapa Sawit
Tinggi Muatan Berat Total Biaya
Skenario Muatan Lebih di Atas Bak Truk Muatan lebih per Lintas Kendaraan
Kelapa Sawit (cm) (kg) Truk Kelapa sawit
Skenario Muatan Lebih 1 0 9300 Rp.2,510.00
Skenario Muatan Lebih 2 10 9840 Rp.3,227.00
Skenario Muatan Lebih 3 20 10370 Rp.3,944.00
Skenario Muatan Lebih 4 30 10910 Rp.4,661.00
Skenario Muatan Lebih 5 40 11450 Rp.5,379.00
Skenario Muatan Lebih 6 50 11990 Rp.6,096.00
Grafik hubungan antara berat total muatan lebih (kg) dengan biaya per lintas
kendaraan dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 menghasilkan persamaan biaya muatan lebih truk kelapa sawit per
lintas kendaraan yaitu :
y = 1.333x – 9893
dengan,
y = Biaya muatan lebih truk kelapa sawit per lintas kendaraan
x = Muatan lebih kendaraan truk kelapa sawit (nilai x dimulai dengan 9300 kg)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
700
00
600
00 6096
y = 1
1.333x ‐ 9893.
R² = 1 5379
Biaya Muatan Lebih (Rp)
500
00
4661
400
00 3
3944
27
322
300
00
2510
200
00
R
Rupiah
100
00
LLinear (Rupiah))
0
0 00
200 4000 6000 80
000 10000 12000 14
4000
Muatan LLebih Truk Kelaapa Sawit (kg)
Analisis perhitungann antara muaatan lebih trruk kelapa sawit, tinggi muatan di
atass bak truk kelapa
k sawitt dan biaya muatan lebih terdapat hubungan yaitu
y setiap
skeenario muataan lebih mem
mpunyai selissih beban muatan
m yang sama
s yaitu sebesar
s 540
kg (0.540 ton) dan
d selisih biaya
b yang saama sebesar Rp. 717.00..
Skeenario muataan lebih 1
Muuatan lebih = 9300 kg
Tinnggi muatan lebih di atass bak truk = 0 cm
Biaaya muatan lebih
l = Rp.2,510.000
Skeenario muataan lebih 2
Muuatan lebih = 9840 kg
Tinnggi muatan lebih di atass bak truk = 0 cm
Biaaya muatan lebih
l = Rp.3,227.000
Selisih muatan lebih = 9300 kkg – 9840 kg
Selisih muatan lebih = 540 kg
Selisih biaya muatan
m lebih = Rp.3,2227.00 – Rp.22,510.00
Selisih biaya muatan
m lebih = Rp.7177.00.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisis dan perhitungan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut,
1. Nilai kondisi perkerasan jalan ruas jalan Puding Besar – Kota Waringin adalah
40.29 dengan kategori buruk (poor).
2. Nilai ESAL setiap skenario muatan lebih adalah untuk skenario muatan lebih 1
sebesar 0.343, skenario muatan lebih 2 sebesar 0.429, skenario muatan lebih 3
sebesar 0.530, skenario muatan lebih 4 sebesar 0.650, skenario muatan lebih 5
sebesar 0.790 dan skenario muatan lebih 6 sebesar 0.940. Semua nilai ESAL pada
setiap skenario muatan lebih mempunyai nilai ESAL yang lebih besar dari nilai
ESAL normal, artinya muatan lebih kendaraan truk kelapa sawit yang mengangkut
muatan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit memiliki nilai ESAL yang lebih
besar dari nilai ESAL normal (ESALmuatan lebih > ESALnormal), sehingga telah terjadi
muatan lebih pada ruas jalan tersebut.
3. Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan yang dilakukan dengan dana APBD
kabupaten Bangka Tahun 2010 adalah sebesar Rp.2,300,000,000.00, perhitungan
rencana anggaran biaya berdasarkan survey kondisi perkerasan Tahun 2010
adalah sebesar Rp.7,208,356,562.00, sehingga biaya yang dianggarkan tidak
mencukupi. Kekurangan biaya rehabilitasi dan pemeliharaan jalan sebesar
Rp.4,908,356,562.00 terhadap anggaran yang telah ditetapkan.
4. Analisis biaya muatan lebih dari kendaraan truk kelapa sawit dengan skenario
muatan lebih 1 menghasilkan biaya per lintas kendaraan sebesar Rp.2,510.00,
skenario muatan lebih 2 sebesar Rp. 3,227.00, skenario muatan lebih 3 sebesar
Rp. 3,944.00, skenario muatan lebih 4 sebesar Rp. 4,661.00, skenario muatan
lebih 5 sebesar Rp. 5,379.00 dan skenario muatan lebih 6 sebesar Rp. 6,096.00.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat dibuat dalam penelitian ini,
1. Pemerintah daerah Kabupaten Bangka harus membangun sebuah jembatan
timbang pada lokasi ruas jalan yang dilewati oleh kendaraan-kendaraan berat,
sehingga pengukuran muatan sumbu terberat kendaraan akan lebih akurat, tidak
hanya kendaraan truk sawit saja tetapi semua jenis kendaraan berat lainnya.
2. Analisis perhitungan terhadap kendaraan berat lainnya perlu ditinjau agar
kontribusi biaya muatan lebih per lintas kendaraan mendekati keadilan.
commit to user