Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI DASAR

“EKOLOGI”

Disusun Oleh :
Nama : Refi Muhammad Ridha
NPM : A1D015003
Hari / Tanggal : Minggu / 13 Desember 2015
Kelompok : 5 (Lima)
DOSEN PENGAMPUH : 1. Dra. Ariefa P. Yani, M.Si.
2. Irwandi Ansori, S.Pd., M.Si.
ASISTEN : 1. Vito Hendrianto Surbakti, S.Pd.
2. Rudiansyah (A1D013040)
3. Dio Agung Kurniawan (A1F013008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI DASAR
“EKOLOGI”

Disusun Oleh :
Nama : Refi Muhammad Ridha
NPM : A1D015003
Hari / Tanggal : Minggu / 13 Desember 2015
Kelompok : 5 (Lima)
DOSEN PENGAMPUH : 1. Dra. Ariefa P. Yani, M.Si.
2. Irwandi Ansori, S.Pd., M.Si.
ASISTEN : 1. Vito Hendrianto Surbakti, S.Pd.
2. Rudiansyah (A1D013040)
3. Dio Agung Kurniawan (A1F013008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015

Ekologi Halaman I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami bisa menyelesaikan makalah “Ekologi” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun berdasarkan dengan referensi dari berbagai buku tentunya.
Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat yang
diperlukan untuk menyelesaikan Pratikum Biologi Dasar. Dalam penyusunan makalah
ini kami menyadari masih banyak kekeliruan dan kekurangannya, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 13 Desember 2015

Nama: Refi Muhammad Ridha


NPM. A1D013003

Ekologi Halaman II
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... I


KATA PENGANTAR ................................................................................................ II
DAFTAR ISI................................................................................................................III
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Judul .................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................... 1
1.3. Latar Belakang .................................................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 4
III. METODOLOGI PERCOBAAN ............................................................................10
3.1. Waktu dan Tempat ..........................................................................................10
3.1.1. Waktu ....................................................................................................10
3.1.2. Tempat ...................................................................................................10
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................10
3.3. Langkah Percobaan .........................................................................................10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................11
4.1. Hasil ................................................................................................................11
4.1.1. Hasil Pengamatan ..................................................................................11
4.1.1.1.Plot 1 (4x4 m2) ...........................................................................11
4.1.1.2.Plot 2 (1x1 m2) ...........................................................................11
4.1.2. Hasil Pengukuran Pada Lingkungan .....................................................12
4.2. Pembahasan .....................................................................................................12
V. PENUTUP ..............................................................................................................18
5.1. Kesimpulan .....................................................................................................18
5.2. Saran ...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................20
LAMPIRAN .................................................................................................................21
6.1.JAWABAN PERTANYAAN ................................................................................21
6.2. LAPORAN SEMENTARA ..................................................................................22
6.3. POTO PENGAMATAN .......................................................................................24

Ekologi Halaman 3
6.3.1.Plot 1 (4x4 m2) ............................................................................................24
6.3.1.1.Hewan.............................................................................................24
6.3.1.2.Tumbuhan.......................................................................................24
6.3.2.Plot 2 (1x1 m2) ............................................................................................26
6.3.2.1.Hewan.............................................................................................26
6.3.2.2.Tumbuhan.......................................................................................26
6.2.3.Alat Ukur ....................................................................................................27

Ekologi Halaman 4
I. PENDAHULUAN

1.1. Judul
Ekologi

1.2. Tujuan
 Menyebutkan komponen-komponen biotik
 Menyebutkan komponen-komponen abiotik
 Menjelaskan hubungan timbal balik antara komponen biotik dan
abiotik
 Membedakan pengertian komunitas dan ekosistem

1.3. Latar Belakang


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya dan yang lainnya.Berasal dari kata Yunani oikos
("habitat") dan logos ("ilmu").Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara
makhluk hidup dan lingkungannya.Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).Dalam ekologi, makhluk
hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Lingkungan bagi hewan dan tumbuhan adalah semua faktor biotic
dan abiotik yang ada di sekitarnya dan dapat mempengaruhinya. Dalam
konsep rantai makanan, hewan ditempatkan sebagai konsumen,
sedangkan tumbuhan sebagai produsen.Hewan disebut sebagai makhluk
hidup yang heterotrof.
Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-
masing.Dalam suatu habitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan
semuanya berada dalam satu komunitas.Komunitas menyatu dengan
lingkungan abiotik dan membentuk suatu ekosistem. Dalam ekosistem
hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan lain, tumbuhan

Ekologi Halaman 1
serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar
individu, antar populasi danantar komunitas.
Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk menghadapi
kondisi faktor lingkungan abiotik. Hewan dan tumbuhan tidak mungkin hidup pada
kisaran faktor abiotik yang seluas-luasnya.Pada prinsipnya masing-masing
hewan dan tumbuhan memiliki kisaran toleransi tertentu terhadap semua
semua faktor lingkungan.
Lingkungan dari Hewan dan Tumbuhan mempunyai beberapa faktor
yang mempengaruhinya. Diantaranya dari Suhu Tanah, Kelembaban
Tanah, pH tanah, dan juga udara lain sebagainya.
Suhu tanah berpengaruh terhadap proses-proses metabolisme dalam
tanah, seperti mineralisasi, respirasi mikroorganisme dan akar serta
penyerapan air dan hara oleh tanaman. Fluktuasi suhu tanah bergantung
pada kedalaman tanah. Karena pola tingkah laku perambatan panas
tersebut, maka fluktuasi suhu tanah akan tinggi pada permukaan dan akan
semakin kecil dengan bertambahnya kedalaman.
Faktor yang mempengaruhi suhu tanah yaitu factor luar dan factor
dalam. Yang dimaksud denga factor luar adalah radiasi matahari, awan,
curah hujan, angin, dan kelembaban udara. Sedangkan faktir dalam yaitu
meliputi factor tanah, struktur tanah, kadar air tanah, kandungan bahan
organic, dan warna tanah. Makin tinggi suhu maka semakin cepat
pematangan pada tanaman.
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur
dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai
pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. pH
tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan
Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk
tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit.
Kelembaban tanah adalah jumlah air yang ditahan di dalam tanah
setelah kelebihan air dialirkan, apabila tanah memiliki kadar air yang

Ekologi Halaman 2
tinggi maka kelebihan air tanah dikurangi melalui evaporasi, transpirasi
dan transpor air bawah tanah.
Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara. Semakin
tinggi kelembaban udara maka suhu udara di suatu daerah tersebut
semakin rendah. Udara panas umumnya banyak mengandung uap air
daripada udara dingin.Tejadinya penguapan air dari permukaan tanah, air
dan tumbuhan akibat meningkatnya suhu pada areal terbuka menyebabkan
terjadinya peningkatan kandungan uap air di udara, sehingga kelembaban
udaranya tinggi. Sebaliknya, di dalam ruangan suhu udara rendah dan
hanya sedikit penguapan yang terjadi, sehingga kelembaban udaranya
rendah.
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut termometer namun dapat
pula menggunakan higrometer seperti pada praktikum kali ini. Pada proses
pengukuran, umumnya terjadi perpindahan panas dari tempat yang akan
diukur yang terbaca pada alat pengukur suhu adalah suhu setelah terjadi
kesetaraan.

Ekologi Halaman 3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara


makhluk hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer. Populasi adalah kumpulan individu sejenis
yang memiliki kemampuan berbiak silang di suatu tempat pada waktu tertentu.
Komunitas adalah kumpulan populasi yang saling berinteraksi di suatu daerah.
Ekosistem adalah sistem hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan
komponen abiotik yang mempengaruhinya. Biosfer adalah bagian bumi yang
ditempati oleh makhluk hidup.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru
muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup
dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar
makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau
lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik (Odum,1998).
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel
(ahli biologi Jerman). Ekologi berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah
dan Logos=ilmu), sehingga secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme
hidup dalam rumahnya. Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian
yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup
dengan lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi, dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (biotik dan abiotik) dalam suatu
ekosistem (Anonim, 2012).
Spesies adalah salah satu unit dasar klasifikasi biologi, dan paling sering
mengacu pada sekelompok organisme yang sama secara fisik yang dapat bertukar
informasi genetik dan menghasilkan keturunan yang subur. Untuk secara efisien
menempatkan organisme dalam kelompok-kelompok yang berbeda, para ilmuwan

Ekologi Halaman 4
mengembangkan sistem klasifikasi organisme ini. Sistem ini mengambil semua
organisme di Bumi dan menempatkan mereka dalam kelompok berdasarkan
bentuk tubuh, kesamaan genetik, zat kimia dalam tubuh, perkembangan, dan
perilaku. Studi organisme dengan cara ini disebut sistematika. Sistematika dimulai
dengan kelompok yang sangat besar, berdasarkan kriteria yang sangat luas, yang
disebut Domain. Hanya ada tiga domain, dan semua kehidupan seperti yang kita
tahu itu cocok dengan salah satu dari tiga kelompok. Kelompok-kelompok
semakin kecil dan lebih spesifik, dan organisme di masing-masing kelompok
mendapatkan lebih banyak dan lebih mirip sampai kita mencapai kelompok
terkecil, spesies. Para ilmuwan memperkirakan ada 30 juta spesies makhluk hidup
di Bumi (Sri, 2014).
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai
persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin
dengan sesamanya (interhibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil
(subur) untuk melanjutkan generasinya. Kumpulan makhluk hidup satu spesies
atau satu jenis inilah yang disebut dengan populasi (BMC, 2012).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak
contoh yang digunakan.
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis
vegetasi dengan metode kuadrat. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi
erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut.

Ekologi Halaman 5
Menurut Badriah (2011), Luas petak contoh minimum yang mewakili
vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat.
1. Luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur
2. Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau
panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak
kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan
kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak
tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas
minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain &
Castro, 1959). Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas
1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi
luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan
pengerjaannya dilapangan.
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah
contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis
vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi
seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk
oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan
individu dalam populasi (Badriah, 2011).
H.A. Gleason mengutarakan hipotesis individualistik (individualistric
hypothesis), yang menggambarkan komunitas sebagai suatu persekutuan yang
terjadi secara kebetulan pada spesies-spesies yang ditemukan di daerah yang
sama, yang semata-mata karena spesies-spesies itu kebetulan mempunyai
kebutuhan abiotik yang sama, misalnya suhu, curah hujan, dan jenis tanah
(Kimball, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu

Ekologi Halaman 6
dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,1994).
Cara mengenal dan mendeskripsi tumbuhan dapat dilakukan dengan
mudah tetapi dapat pula sangat sulit. Deskripsi morfologis biasanya merupakan
langkah awal untuk mengetahui karakter struktur tumbuhan. Variasi struktur
tumbuhan yang sangat banyak menuntut metode mengenali tumbuhan dengan
tepat dan cepat pada langkah awal suatu pengkajian, penelitian, eksplorasi, dalam
berbagai cabang kajian biologi. Ukuran dan kenampakan umum sebuah tumbuhan
menjadi ciri pengenal awal tumbuhan untuk pengkajian aspek ekologi, morfologi,
anatomi, fisiologi, taksonomi-sistematik dan lain-lainnya (Rana et al., 2002).
Kenampakan umum tumbuhan atau habitus tumbuhan sering didasarkan
pada ukuran relatif tumbuhan. Variasi habitus tumbuhan pada umumnya dikenal
sebagai tumbuhan pohon, perdu, semak, dan herba. Pembagian tumbuhan secara
sederhana menjadi terna (herba dan semak-semak), perdu dan pohon tidak cukup
memadai sehingga pembagian yang lebih rinci menjadi bentuk hidup (life form)
sering digunakan. Bentuk hidup (life form) penting untuk mendiskripsikan
tumbuhan karena adanya “main „biological‟ deviation from a straight
physical/physiological characterisation of the vegetation” (Loveless, A.R. 1989).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition atau sering dikenal dengan istilah monospesies), dan
dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition atau
heterospesies). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan
menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi
antar jenis yang berbeda. Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat
memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar,
udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya
sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya.
Pembelajaran persaingan antar tanaman sejenis sangat penting untuk
memahami keseimbangan populasi dalam komunitas tanaman. Kompetisi dapat

Ekologi Halaman 7
berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau bahakn
berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu salah dan diperlukan
dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan dengan mengurangi
ledakan populasi (Wirakusumah 2003: 67).
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut termometer namun dapat pula
menggunakan higrometer seperti pada praktikum kali ini. Pada proses
pengukuran, umumnya terjadi perpindahan panas dari tempat yang akan diukur
yang terbaca pada alat pengukur suhu adalah suhu setelah terjadi kesetaraan
(Ardhana, 2012).
Suhu tanah berpengaruh terhadap proses-proses metabolisme dalam tanah,
seperti mineralisasi, respirasi mikroorganisme dan akar serta penyerapan air dan
hara oleh tanaman. Fluktuasi suhu tanah bergantung pada kedalaman
tanah. Karena pola tingkah laku perambatan panas tersebut, maka fluktuasi suhu
tanah akan tinggi pada permukaan dan akan semakin kecil dengan bertambahnya
kedalaman.
Suhu tanah maksimum pada permukaan tanah akan tercapai pada saat
intensitas radiasi matahari mencapai maksimum, tetapi untuk lapisan yang lebih
dalam, suhu maksimum tercapai beberapa waktu kemudian. Semakin lama untuk
lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu
untuk perpindahan panas dari permukaan ke lapisan-lapisan tanah tersebut. Suhu
tanah umumnya rata-rata lebih besar daripada suhu daripada suhu di atmosfer
sekelilingnya. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan panas di tanah lebih lama
daripada di udara. Pengukuran suhu tanah umumnya dilakukan 5, 10, 20, 50,
tergantung dari ukuran yang ditentukan. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada
tanah yang tertutup rumput atau ternaungi maupun di tanah terbuka
(Ratriningsih, 2003).
Faktor yang mempengaruhi suhu tanah yaitu factor luar dan factor dalam.
Yang dimaksud denga factor luar adalah radiasi matahari, awan, curah hujan,
angin, dan kelembaban udara. Sedangkan faktir dalam yaitu meliputi factor tanah,
struktur tanah, kadar air tanah, kandungan bahan organic, dan warna tanah. Makin
tinggi suhu maka semakin cepat pematangan pada tanaman (Ardhana, 2012).

Ekologi Halaman 8
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur
dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH
antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. pH tanah atau
tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur
hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman
membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan
terhadap penyakit (Budi, 2009).
Tanah berkembang dari bahan induk yang berupa batuan dan bahan
organik. Selanjutnya batuan di kelompokkan menjadi batuan beku, sedimen dan
metamorfose. Batuan basa umumnya mempunyai pH tinggi dibandingkan dengan
tanah yang berkembang dari batuan masam. Tanah yang berada di bawah kondisi
vegetasi hutan akan cenderung lebih masam di bandingkan dengan yang
berkembang di bawah padang rumput. Hutan tanaman dengan daun kecil (konifer)
dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan dengan hutan tanaman berdaun
lebar (Ardhana, 2012).

Ekologi Halaman 9
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat


3.1.1. Waktu
13.00 WIB

3.1.2. Tempat
Hutan di belakang Asrama PGSD UNIB

3.2. Alat dan Bahan


 Tali rafia
 Alkohol 70%
 Formalin 4%
 Ether dan Kloroform
 Termometer
 Hygrometer
 Kertas Buram
 pH Meter
 Soil tester

3.3. Langkah Percobaan


1. Dibuat daerah (Plot) 1 dengan ukuran 4x4 m2 menggunakan tali rafia
sebagai tanda batas,
2. Dibuat batasan Plot 1 bentuknya segi empat dan tinggi sejajar sama.
Kemudian,
3. Dibuat Plot 2 dengan batasan 1x1 m2 didalam Plot 1,
4. Diamati biotiknya yaitu spesies hidup apa saja yang diplot 1,
spesiesnya mencakup spesies hewan dan tumbuhan
5. Dicatat spesies hewan dan tumbuhan. Jika spesiesnya tidak diketahui.
Maka ditulis (Sp1, Sp2, Sp3, dst....). Lalu,
6. Diulangi langkah 4-5 pada plot 2.

Ekologi Halaman 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Plot 1 (4x4 m2)
Spesies
No. Tumbuhan Hewan
Nama Jumlah Nama Jumlah
1. Pinang 1 Laba-laba 2
2. Paku 4 Nyamuk Tak terhingga
3. Sukun 3 Semut Tak terhingga
4. Sp 1 2 Belalang 1
5. Sp 2 1 Lalat 2
6. Sp 3 1
7. Sp 4 1
8. Sp 5 1
9. Sp 6 3
10. Sp 7 5
11. Sp 8 Tak Terhingga
12. Sp 9 3
13. Sp 10 5
14. Sp 11 1
15. Sp 12 1

4.1.2. Plot 2 (1x1 m2)


Spesies
No. Tumbuhan Hewan
Nama Jumlah Nama Jumlah
1. Sp 1 7 Semut Tak terhingga
2. Sp 2 3
3. Sp 3 1

Ekologi Halaman 11
4.1.3. Hasil Pengukuran Pada Lingkungan
No. Faktor Abiotik Alat Hasil Pengukuran
1 Suhu Tanah Soil Termometer 29
2 Suhu Udara Termometer 30
3 pH Tanah Soil Tester 4,9
4. Kelembaban udara Hygrometer 32

4.2. Pembahasan
Pada pengamatan Ekologi ditempat kejadian. Hal yang diamati
adalah biotiknya berupa spesies hewan dan tumbuhan. Sedangkan
abiotiknya tidak diamati tetapi abiotiknya diukur dengan alat yang
disiapkan.
Yang pertama dilakukan sebelum melakukan pengamatan, yaitu
memberi tanda batas daerah pertama dengan sebutan plot 1. Pemberian
tanda batasnya dengan ukuran 4x4 m2 menggunakan tali rafia. Pemberian
tanda batas tersebut harus dibentuk persegi dan ketinggian harus diatur
sama atau sejajar antara depan, kiri, kanan, belakang tali rafia yang
digunakan.
Kemudian, didalam plot 1 dibuat daerah ke-2 yang bertanda plot 2
dengan ukuran 1x1 m2 dan ditempatkan pada pojok atau sudut dari tanda
batas plot 1. Ketinggian dan kesejarannya disamakan dengan plot 1
Setelah selesai membuat plot 1 dan plot 2. Hal yang semesti
dilakukan adalah mengamati spesies tumbuhan atau hewan yang ada pada
plot 1. Kemudian dicatat dan dipoto. Pada tumbuhan ada beberapa
spesimen yang diketahui dan ada juga yang tidak. Spesimen yang
diketahui, dicatat namanya dan dipoto tanpa ada keterangannya. Dan utuk
spesimen tumbuhan yang tidak diketahui. Dibuat keterangan Sp. 1, Sp. 2,
Sp. 3,......,dst.

Ekologi Halaman 12
Pada plot 1, terdapat spesimen tumbuhan yang diketahui yaitu:
1. Pinang (Areca catechu L.)
Klasifikasinya:
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnopliophyta
 Sub Divisi : Spermatophyta
 Kelas : Liliopsida
 Sub Kelas : Arecidae
 Ordo : Arecales
 Famili : Arecaceae
 Genus : Areca
 Spesies : Areca catechu L.

2. Paku (Pteris vittata)


Klasifikasinya:
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Pteridophyta
 Kelas : Filicopsida
 Sub Kelas : Cyatheatae
 Ordo : Polipodiales
 Famili : Pteridaceae
 Genus : Pteris
 Spesies : Pteris vittata

3. Sukun (Artocarpus communis)


Klasifikasinya:
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 Sub Divisi : Angiospermae
 Kelas : Magnoliopsida
 Sub Kelas : Dilleniidae
 Ordo : Urticales
 Famili : Moraceae

Ekologi Halaman 13
 Genus : Artocarpus
 Spesies : Artocarpus communis

4. Sp. 1 Jamur

5. Sp. 8 Rumput teki (Cyperus rotundus L.)


Klasifikasinya:
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 Sub Divisi : Spermatophyta
 Kelas : Liliopsida
 Sub Kelas : Commelinidae
 Ordo : Cyperalus
 Famili : Cyperaceae
 Genus : Cyperus
 Spesies : Cyperus rotundus L.

Dan spesimen tumbuhan yang tidak diketahui namanya yaitu, Sp. 2,


Sp. 3, Sp. 4, Sp. 5, Sp. 6, Sp. 7, Sp. 9, Sp. 10. Sp. 11, dan Sp.
Kemudian spesimen hewan diketahui semua, yaitu:
1. Laba-laba (Araneus diadematus)
Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthopoda
Kelas : Aracnida
Ordo : Araneae
 Famili : Aranedae
 Genus : Araneus
 Spesies : Araneus diadematus

2. Nyamuk (Aedes sp)


Klasifikasinya:
 Kingdom : Animalia

Ekologi Halaman 14
 Divisi : Arthopoda
 Kelas : Insecta
 Ordo : Diptera
 Famili : Culicidae
 Genus : Aedes
 Spesies : Aedes sp

3. Semut (Polyhachis boltoni)


Klasifikasinya:
 Kingdom : Animalia
 Divisi : Arthopoda
 Kelas : Insekta
 Ordo : Hymenoptera
 Famili : Formicidae
 Genus : Polyhachis
 Spesies : Polyhachis boltoni

4. Belalang (Dissosteira carolina)


Klasifikasinya:
 Kingdom : Animalia
 Divisi : Arthopoda
 Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Dissosteira
Spesies : Dissosteira carolina

5. Lalat (Stomorhina lunata)


Klasifikasinya:
 Kingdom : Animalia
 Divisi : Arthopoda
 Kelas : Insecta

Ekologi Halaman 15
 Ordo : Diptera
 Famili : Calliphoridae
 Genus : Stomorhina
 Spesies : Stomorhina lunata

Untuk Plot 2, spesimen tumbuhan tidak dapat diketahui namanya.


Spesimen tumbuhan berupa Sp. 1, Sp. 2, dan Sp. 3. Pada spesimen hewan
di plot hanya ada 1 spesies saja, yaitu :
1. Semut (Polyhachis boltoni)
Klasifikasinya:
 Kingdom : Animalia
 Divisi : Arthopoda
 Kelas : Insekta
 Ordo : Hymenoptera
 Famili : Formicidae
 Genus : Polyhachis
 Spesies : Polyhachis boltoni

Jadi total semua spesimen dari plot 1 dan 2 yaitu ada 24 spesies.
Sesudah melakukan pengamatan ini. Batas semua plot 1 maupun plot
2, tali rafia nya dilepas. Kemudian hal yang dilakukan adalah mengukur
angka dari abiotik yaitu lingkungannya berupa udara dan tanah dari suhu
udara, kelembaban udara, suhu tanah, dan pH tanah.
Suhu udara menggunakan termometer. Termometer hanya diletakkan
pada tempat yang bisa digantung pada daerah pratikum. Ditunggu 15
menit. Hasil pengamatannya yaitu 30 .
Kelembaban udara menggunakan hygrometer. Hygrometer diberi air
sedikit. Lalu diputar dengan keadaan yang stabil 10 menit. Hasil
pengamatannya yaitu 32.
Suhu tanah menggunakan soil termometer. Soil termometer
dimasukkan sedikit ujungnya pada tanah yang lunak. Ditunggu beberapa
menit. Hasil pengamatannya yaitu 29 .

Ekologi Halaman 16
pH tanah menggunakan soil testes. Soil tester ditekan pada tanah
yang lunak. Sampai ujung kuning tembaganya sebagai tanda batas
benaman pada tanah. Hasil pengamatannya yaitu 4,9.
Pada percobaan ini terjadilah hubungan timbal balik antara biotik
yaitu spesies hewan dan tumbuhan dengan abiotiknya berupa tanah dan
udara disekitar daerah tersebut.
Keimpulannya bahwa, ekosistem, adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Sedangkan, komunitas, merupkan kumpulan
berbagai populasi yang hidup di suatu waktu dan daerah tertentu yang
saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.

Ekologi Halaman 17
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
 Komponen biotik berupa spesimen hewan dan tumbuhan yang
diketahui maupun tidak pada plot 1 dan plot 2
 Komponen abiotik berupa lingkungan seperti udara, dan tanah pada
tempat diderah hutan belakang Asrama PGSD UNIB
 Adanya hubungan timbal balik antara biotik berupa hewan yang
menempati biotik berupa tumbuhan. Dan biotik berupa hewan atau
tumbuhan menempati abiotik sekitar lingkungan seperti udara, dan
tanah.
Ekosistem, adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan

 timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan

 lingkungannya.
Komunitas, merupkan kumpulan berbagai populasi yang hidup di suatu

 waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan memengaruhi

 satu sama lain.
Suhu udara 30 .
Kelembaban udara 32.
Suhu tanah 29 .
 pH tanah 4,9.
 Terdapat 5 spesies tumbuhan yang diketahui, dan 10 spesies tumbuhan
yang tidak diketahui pada plot 1.
 Terdapat 5 spesies hewan diketahui pada plot 1
 Terdapat 3 spesies tumbuhan tidak diketahui pada plot 2
 Terdapat 1 spesies hewan yang diketahui pada plot 2
 Plot 1 ukurannya 4x4 m2
 Plot 2 ukurannya 1x1 m2

Ekologi Halaman 18
5.2. Saran
 Pakailah atribut untuk melakukan pratikum.
 Bacalah materi sebelum dilakukan freetest.
 Telitilah dalam mengamati sebuah spesies.
 Jangan ada perselisihan kita mengamati sebuah percobaan.
 Aktiflah dalam bertanya untuk menambah wawasan pengetahuan.

Ekologi Halaman 19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Ekologi Tumbuhan dan Ekosistem. http://rantanie.blogspot.com/ .


(Diakses pada tanggal 8 Oktober 2012)
Ardhana, I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Bali: Udayana University Press
Badriah, Nurul. 2011. Analisis Vegetasi (Kurva Spesies Area). Banda Aceh: Universitas
Syiah Kuala
BMC, 2012. Keanekaragaman Hayati
Biodiversitas. http://biologimediacentre.com/keanekaragaman-hayati-
biodiversitas/. (Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014)
Budi, Rahardjo. 2009. Suhu dan pH Tanah Pertanian.
http://budi.blogspot.com/2012/04/pengukuran ph-.html. (Diakses 13 Desember
2014)
Kimball, John W. 1990. Biologi jilid 1. Jakarta: Erlangga
Loveless, A.R. (1994). Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis. Jilid 1
dan 2. Terj. Jakarta: Gramedia
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press
Odum . 1998 . Ekologi Tumbuhan . Jogjakarta: Jogjakarta
Rana, T.S., Datt,B., Rao,R.R. (2002). Life form and biologicalspectrum of the flora of
Tons Valley, Garwal Himalaya (Uttaranchal). India: Taiwania
Ratriningsih, Rahayu. 2003. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Surabaya: JP
Books
Sri, 2014. Pengertian Spesies. http://www.sridianti.com/apakah-pengertian-spesies.html.
Makassar. (Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014)
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi :Menopang Pengetahuan Ilmu-Ilmu
Lingkungan. Jakarta: UI Press

Ekologi Halaman 20
LAMPIRAN

6.1. Jawaban Pertanyaan


1. Apa yang dimaksud : ekosistem, komunitas, populasi, dan habitat?
Jawaban: a. Ekosistem, suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
b. Komunitas, merupkan kumpulan berbagai populasi yang hidup
di suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan
memengaruhi satu sama lain.
c. Populasi, merupakan kumpulan individu yang sejenis dan hidup
di suatu daerah dengan waktu tertentu.
d. Habitat, merupakan tempat suatu makhluk hidup tinggal dan
berkembang biak
2. Sebutkan komponen biotik dan abiotik?
Jawaban: a. Komponen Biotik
Organisme hidup berupa manusia sebagai konsumen, hewan
sebagai konsumen atau produsen, tumbuhan produsen atau
konsumen, dan makhluk kecil hidup lainya, dan juga
dekomposer.
b. Komponen Abiotik yaitu,
 bahan organik,
 senyawa anorganik, dan
 faktor yang memengaruhi distribusi organisme, contohnya;
suhu, air, garam, cahaya matahari, iklim, tanah, dan batu.
3. Sebutkan Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban tanah, suhu
tanah, dan pH tanah?
Jawaban: a. Kelembaban tanah: Soil tester
b. Suhu tanah: Soil termometer
c. pH tanah: Soil tester

Ekologi Halaman 21
6.2. Laporan Sementara

Ekologi Halaman 22
Ekologi Halaman 23
6.3. Poto Pengamatan
6.3.1. Plot 1 (4x4 m2)
6.3.1.1. Hewan

Belalang

6.3.1.2. Tumbuhan

Pinang Paku

Ekologi Halaman 24
Sukun Sp. 1

Sp. 2 Sp. 3

Sp. 5 Sp. 7

Sp. 9 Sp. 11

Ekologi Halaman 25
Sp. 12

6.3.2. Plot 2 (1x1 m2)


6.3.2.1. Hewan

6.3.2.2. Tumbuhan

Sp. 1 Sp. 2

Ekologi Halaman 26
Sp. 3

6.3.3. Alat Ukur

Hygrometer
Soil Tester

Soil Termometer Termometer Udara

Ekologi Halaman 27

Anda mungkin juga menyukai