Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS MAKANAN, KOSMETIK

DAN PERBEKALAN FARMASI

TRANSFER KELAS I

FMIPA

FARMASI

UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunianya

sehingga Makalah Farmasi ini dapat disusun dengan baik dan lancar.

Terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah memberikan kami

arahan dan juga teman-teman Kelas I yang ikut membantu dalam proses

penyusunan Makalah Farmasi ini dalam rangka memenuhi tugas mata

kuliah Analisis Makanan dan Minuman, Kosmetik dan Perbekalan

Farmasi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam hal

menambah wawasan mengenai sejarah, tugas dan fungsi serta

perbekalan farmasi.

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Makalah

D. Manfaat Makalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Farmasi

B. Tokoh-Tokoh Besar Farmasi

C. Tugas dan Fungsi Tenaga Farmasi

D. Perbekalan Farmasi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat,

mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi,

mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan

pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan

penggunaannya secara aman. Farmasi dalam bahasa Yunani

(Greek) disebut farmakon yang berarti medika atau obat.

Sebelum mengalami perkembangan, farmasi dikenal dengan

sebutan “ilmu resep”. Setelah mengalami perkembangan, ilmu

farmasi menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya dan sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu farmasi mengalami

perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus

yang berkaitan dengan ilmu lainnya. Perkembangan farmasi di

Indonesia sudah dimulai sejak zaman Belanda sehingga buku-buku

pedoman maupun undang-undang berkiblat ke Belanda. Setelah

kemerdekaan, buku-buku pedoman maupun undang-undang yang

dirasa masih cocok tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak

sesuai dihilangkan.

Pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh Apoteker maupun

tenaga teknis kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsi masing-


masing. Perbekalan farmasi disesuaikan dengan buku-buku

pedoman maupun undang-undang yang berlaku.

B. Rumusan Masalah

1. Sejarah farmasi

2. Tugas dan fungsi dari tenaga farmasi

3. Bagaimana Pengolahan perbekalan farmasi?

C. Tujuan Makalah

1. Memaparkan kembali tentang sejarah farmasi

2. Menuliskan tugas dan fungsi tenaga farmasi

3. Menuliskan penjelasan tentangpengolahan perbekalan farmasi

D. Manfaat Makalah

1. Mengingatkan kembali sejarah farmasi

2. Memahami tugas dan fungsi dari tenaga farmasi

3. Memahami perbekalan farmasi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Farmasi

Ilmu resep sebenarnya telah dikenal sejak timbulnya penyakit.

Dengan adanya manusia di dunia ini mulai muncul peradaban dan

mulai terjadi penyebaran penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan

usaha masyarakat untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit.

Ilmuwan-ilmuwan yang berjasa dalam perkembangan kefarmasian dan

kedokteran adalah :

Tokoh-Tokoh Besar Farmasi

1. Hippocrates (460-370 SM), adalah dokter Yunani yang

memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah.

2. Dioscorides (abad 1 setelah Masehi), adalah seorang ahli Botani

Yunani yang merupakan orang pertama yang menggunakan

tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan.

3. Galen (130-200 M) adalah seorang dokter dan ahli farmasi dari

Yunani.

4. Philippus Aureolus Theophrastus Bombastus Von Hohenheim

(1493-1541 M), seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss yang

menyebut dirinya Paracelsus


Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia

Belanda maupun masa pendudukan jepang, kefarmasian di indonesia

pertumbuhan sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas

oleh masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan republik indonesia,

para tenaga farmasi indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten

apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit(Elmitra, 2017).

Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari

denmark, Austria, Jerman, dan Belanda. Namun, semasa perang

kemerdekaan, kefarmasian di indonesia mencatat sejarah yang sangat

berarti, yakni dengan didirikannya perguruan tinggi farmasi di Klaten

pada tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947.

Demikian pula peranan profesi farmasi pelayanan kesehatan juga

semakin berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan

lainnya selintas.

Sejarah kefarmasian indonesia

1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaan

Tonggak sejarah kefarmasian di indonesia pada umumnya

diawali dengan pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan

Hindia Belanda.

2. Periode setelah setelah perang kemerdekaan sampai dengan tahun

1958

Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga

asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar.


Pada tahun 1950 di jakarta dibuka sekolah asisten apoteker negri

(Republik) yang pertama, dengan jangka waktu pendidikan selama

dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini

tercatat sekitar 30 orang. Sementara itu jumlah apoteker juga

mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar

negeri maupun lulusan dari dalam negeri.

3. Periode tahun 1959 sampai 1967

Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah

banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasi

menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain

kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku

obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang

memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi

dengan luar negeri.

Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang

sesungguhnya pada abad XVII di Perancis. Pada tahun1797 telah

berdiri sekolah farmasi pertama di Perancis dan buku tentang

farmasi mulai diterbitkan dalam beberapa bentuk, antara lain, buku

pelajaran, majalah, farmakope, dan komentar. Kemajuan di

Perancis ini diikuti oleh negara Eropa yang lain misalnya Italia,

Inggris, Jerman, dan lain-lain. Di Amerika, sekolah farmasi pertama

berdiri pada tahun 1821 di Philadelphia.


Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu

farmasi mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu

yang lebih khusus tetapi saling berkaitan, antara farmakologi,

farmakognosi, galenika, dan kimia farmasi.

Dalam melakukan kegiatan di apotek, mulai dari penyiapan

bahan sampai penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku

resmi farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI,

antara lain buku Farmakope (berasal dari kata pharmacon yang

berarti obat atau racun, dan pole yang berarti membuat).

Buku ini merupakan buku persyaratan kemurnian, sifat kimia

dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang

berhubungan dengan obat-obatan.

Tugas dan Fungsi Tenaga Farmasi

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker

dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Tenaga teknis

kefarmasian adalah Tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani

pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya

farmasi, analisis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten

apoteker.

Asisten apoteker menurut pasal 1 Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 679/MENKES/SK/V/2003, tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten

Apoteker menyebutkan bahwa “Asisten Apoteker adalah Tenaga

Kesehatan yang berijasah Sekolah Menengah Farmasi, Akademi


Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis

Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan Politeknik

Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Fungsi tenaga kefarmasian

Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, Pekerjaan kefarmasian

adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional.

Dalam pekerjaannya, seorang apoteker juga memiliki

wewenang, antara lain dapat menyerahkan Obat Keras, Narkotika

dan Psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Wewenang

apoteker lainnya adalah bila mendirikan apotek dengan modal

bersama pemodal, maka pekerjaan kefarmasian harus tetap

dilakukan sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan

Didalam pekerjaan kefarmasian, dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu, yakni

Tenaga Kefarmasian. Ada dua macam Tenaga Kefarmasian yaitu

Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian, seperti Sarjana


Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, SMK Farmasi atau

AA.

Seorang Tenaga Kefarmasian harus memiliki aspek legal yang

dibutuhkan sebagai syarat, yakni:

1. IjasahApoteker

2. SertifikatKompetensiProfesiApoteker

3. SuratTandaRegistrasiApoteker (STRA)

4. SuratIjin (PraktikApoteker/ KerjaApoteker)

Sedangkan kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai

berikut:

a. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan

standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan

masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli

tanpa resep dokter

b. Memberi Informasi:

Yang berkaitan dengan penggunaan/ pemakaian obat yang

diserahkan kepada pasien Penggunaan obat secara tepat,

aman dan rasional atas permintaan masyarakat Informasi yang

diberikan harus benar, jelas dan mudah dimengerti serta cara

penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan, selektif,

etika, bijaksana dan hati-hati. Menghormati hak pasien dan


menjaga kerahasian identitas serta data kesehatan pribadi

pasien

c. Melakukan pengelolaan apotek meliputi:

1) Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat dan

bahan obat

2) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan

sediaan farmasi lainnya

3) Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi

B. Perbekalan Farmasi

Menurut keputusan mentri kesehatan republik indonesia nomor

1332/Menkes/SK/X/2002 Bab I pasal 1, perbekalan farmasi adalah

obat, bahan obat, obat asli indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika.

Dari seluruh perbekalan farmasi tersebiut yang mendapat penekanan

lebih lanjut adalah obat, karena sebagian besar barang yang terdapat di

apotek adalah berupa obat.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah seluruh proses pemilihan dan

penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di

masa yang akan dating dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi

a. Pemilihan

b. Kompilasi penggunaan

c. Penghitungan kebutuhan

2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.Proses

pengadaan ada 3 elemen penting yang harus diperhatikan:

a. Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya

tinggi”

b. Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja sangat penting

untuk menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutu

c. Order pemesanan agar barang dapat sesuai maca, waktu dan

tempat.

Pengadaan perbekalan farmasi dapat dilakukan melalui beberapa

cara yaitu :

a. Pembelian

b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi

3. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan

farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasiaan,

melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan..


Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:

1. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)

untuk bahan berbahaya

2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of

origin

3. Sertifikat Analisa Produk

4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan

memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi

yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian

serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas

terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan

menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO

(First In First Out). Penyusunan obat-obatan hendaklah

berdasarkan susunan alphabet.

Penyusunan stok perbekalan farmasi:

Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan

alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok maka

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO

(First In First Out).


2. Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar diatas

pallet secara rapi dan teratur.

3. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika.

4. Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh

temperatur, udara, cahaya, sesuai.

5. Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor

kode, pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan

perbekalan farmasi untuk penggunaan luar.

6. Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada

rak dengan rapi.

7. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka

biarkan perbekalan farmasi tetap dalam boks masing-

masing.

8. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu

penggunaan perlu dilakukan rotasi stok agar perbekalan

farmasi tersebut tidak selalu berada di belakang sehingga

dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluarsa habis.

9. Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu l

lokasi walaupun dari sumber anggaran yang berbeda.

5. Distribusi

Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan

farmasi di rumahsakit, untuk pelayanan individu dalam proses


terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk

pelayanan medis.

Ada beberapa metoda yang digunakan oleh IFRS dalam

mendistribusikan perbekalan farmasi di lingkungannya, seperti:

a. IDD ( Induvidual Dose Dispensing)/ individual

prescription

b. Sistem floor stock lengkap

6. Pengendalian

Salah satu pelayanan penunjang medik yang terpenting

dalam proses pelayanan pasien adalah pelayanan farmasi,

yang merupakan salah satu komponen biaya operasional yang

besar dari seluruh biaya operasional rumahsakit, sehingga

harus dikelola dengan efisien agar rumah sakit tidak mengalami

kerugian. Salah satu caranya adalah dengan melakukan

pengawasan dan pengendalian. Kegiatan pengendalian yang

dilakukan adalah:

a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata rata periode

tertentu.

b. Menentukan stok pengaman di gudang

c. Menentukan waktu pemesanan sampai obat diterima

7. Penghapusan
Merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu

tidak memenuhi standar.

8. Pelaporan

1. Pencatatan

c. Pencatatan bertujuan memonitor transaksi perbekalan

farmasi yang masuk dan keluar

d. Pencatatan secara manual (buku & kartu Stok) dan

komputerisasi

2. Pelaporan

Kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi

perbekalan farmasi Tujuannya adalah:

a. Tersedianya data yang akurat untuk bahan evaluasi

b. Tersedianya informasi yang akurat

c. Tersedianya data yang lengkap untuk membuat

perencanaan

9. Evaluasi

Merupakan salah satu upaya untuk terus

mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan farmasi dan

sebagai masukan dalam penyusunan perencanaan dan

pengambilan keputusan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebelum mengalami perkembangan, farmasi dikenal dengan

sebutan “ilmu resep”. Setelah mengalami perkembangan, ilmu

farmasi menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya dan sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu farmasi mengalami

perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus

yang berkaitan dengan ilmu lainnya. Ilmuwan-ilmuwan yang berjasa

dalam perkembangan kefarmasian dan kedokteran

adalahHippocrates, Dioscorides, Galen,dan Philippus Aureolus

Theophrastus Bombastus Von Hohenheim.

Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan

dengan seni dan ilmudalam hal penyediaan dan pengolahan bahan

sumber alam serta bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan

untuk didistribusikan serta digunakan dalam pengobatan dan

pencegahan suatu penyakit.

perbekalan farmasi merupakan sebuah siklus kegiatan yang

dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait

antara satu dengan yang lain.


B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam

makalah ini oleh karena itu sangat diharapkan kritik maupun saran

dari pembaca, untuk penyempurnaan pada makalah-makalah

berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2016.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72


Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Syamsuni, A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta : EGC

Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta :


EGC

Departemen kesehatan RI ,2008. Pedoman Pengolahan Perbekalan


Farmasi di Rumah sakit. Direktorat jendral bina kefarmasiaan dan
Alat kesehatan, Cetakan kedua, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta.

Departemen Kesehatan RI,2006.Pedoman Supervisi dan evaluasi Obat


Publik dan Perbekalan kesehatan.Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.Departemen Kesehatan Republik
Indonesia ,jakarta

Anda mungkin juga menyukai