Anda di halaman 1dari 8

Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator

Yani AF Bastian, Suryani, Etika Emaliyawati


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email: ynsuryani@yahoo.com

Abstrak

Jumlah pasien kritis yang terpasang ventilator menempati dua per tiga dari seluruh pasien ICU di Indonesia.
Kondisi kritis dengan terpasang ventilator akan menimbulkan masalah fisik, psikososial dan spiritual. Tenaga
kesehatan terutama perawat perlu memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien ICU yang terpasang
ventilator secara menyeluruh. Penelitian kualitatif terhadap pasien yang terpasang ventilator sangat diperlukan
sebagai upaya untuk menggali secara mendalam pengalaman hidup pasien selama terpasang ventilator
dan menemukan new insight (pemahaman baru) tentang pengalaman mereka. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data didapatkan dengan wawancara mendalam terhadap
6 partisipan yang terdiri dari 2 laki-laki dan 4 perempuan, usia antara 27–54 tahun, yang terpasang ventilator
antara 4 sampai 27 hari dan mendapatkan sedasi yang minimal. Analisis data menggunakan metode Colaizzi.
Ada 8 tema yang didapatkan dari pengalaman hidup pasien selama terpasang ventilator yaitu (1) hilangnya
harapan dalam menjalani hidup, (2) merasa telah diambang kematian, (3) prosedur suction yang dilematis –
antara nyaman dan tidaknyaman, (4) kehadiran orang terkasih sebagai spirit dalam melanjutkan hidup, (5)
memandang penyakit sebagai rencana dari Tuhan, (6) memandang rendah citra diri, (7) pentingnya fasilitator
dalam menjalani ritual keagamaan dan (8) keinginan untuk dirawat oleh tenaga kesehatan yang terampil. Individu
yang hidup selama terpasang ventilator mengalami dilemma dengan prosedur suction, memiliki citra diri yang
rendah, membutuhkan fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan spiritual serta keinginan untuk dirawat oleh
tenaga kesehatan yang terampil. Berkaitan dengan hal tersebut, pasien yang terpasang ventilator membutuhkan
dukungan, pendampingan dan kemampuan yang terampil dari petugas kesehatan terutama dari perawat.

Kata kunci: Pasien kritis, pengalaman hidup, ventilator.

The Experience of Patients after using Ventilator

Abstract

The number of critically ill patients with mechanical ventilation occupies almost two-thirds of all ICU patients
in Indonesia. The critical condition with mechanical ventilation will be followed by many human responses
such as physical, psychosocial and spiritual problems. Health care providers, especially nurses are demanded
to provide holistic care to the patients with mechanical ventilation. Qualitative study can be used to explore the
life experience of the patients with mechanical ventilation to gain new insights of their experience. This study
is a qualitative study using phenomenological approach. The data was obtained by in-depth interviews to six
participants consisting of two men and four women with age range from 27 to 54 years. The length of time with
mechanical ventilation was between 4 to 27 days and they received a minimal sedation. The data was analyzed
by Colaizzi method of analysis. There were eight themes found from this study: hopelessness in life, feel closer
to dying, the suction procedure dilemma between comfortable and uncomfortable, the presence of loved ones as
a spirit for continuing live, the assumption of disease as God planning, perceived low self-image, the importance
of the facilitator in religious rituals as well as the desire to be treated by skilled health care personnel. Patients
with mechanical ventilation who experienced suction procedure dilemma have low self-image. They need a
facilitator for meeting their spiritual needs, and caring from skilled health care provider especially from nurses.

Keywords: Life experience, mechanical ventilation, the critical Ill patient.

98 Volume 4 Nomor 1 April 2016


Yani AF Bastian: Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator

Pendahuluan pasien dengan kondisi kritis yang terpasang


ventilator.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
pengalaman peneliti pada saat merawat
pasien yang terpasang ventilator ketika Metode Penelitian
peneliti menjalani praktek lapangan
Keperawatan Kritis di ruang General Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
Intensive Care Unit (GICU) salah satu rumah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
sakit di Bandung. Berdasarkan wawancara fenomenologi. Fenomenologi merupakan
dengan beberapa pasien kritis yang terpasang metode penelitian yang bertujuan untuk
ventilator, mereka memiliki masalah fisik, mengungkap live experiences tentang suatu
psikososial dan spiritual. Hal ini didukung fenomena (Suryani, Welch & Cox 2013).
oleh Samuelsson, 2006; Karlsson, Bergbom Penelitian dilakukan terhadap 6 partisipan
& Forsberg 2012; bahwa pasien akan merasa yang menggunakan teknik purposive.
nyeri, dan ketidaknyamanan yang disebabkan Kriteria inklusi untuk partisipan adalah
oleh tube endotrachea dan beberapa alat yang Individu yang pernah terpasang ventilasi
terpasang dalam tubuh pasien dan merasakan mekanik minimal 72 jam perawatan dan
tidak berdaya. pernah dirawat di ruang GICU, mampu
Karena kompleknya masalah yang berkomunikasi dengan baik dan kooperatif,
dialami oleh pasien yang terpasang ventilator dan jarak ketika partisipan dilakukan
seperti diuraikan di atas, tenaga kesehatan pemasangan ventilator dengan waktu
terutama perawat perlu memberikan wawancara maksimal 6 bulan. Pengumpulan
asuhan keperawatan secara komprehensif. data dilakukan melalui wawancara mendalam
Pemahaman tentang kondisi dan kebutuhan (in-depth interview), dengan alat perekam
pasien secara menyeluruh sangatlah penting suara menggunakan voice recorder, serta
dalam hal ini. . Di Indonesia sendiri, analisis data menggunakan metode Colaizzi
khususnya di Rumah Sakit yang berada di 1978 (Wojar & Swanson, 2007). Pada
wilayah Jawa Barat, belum ada penelitian penelitian ini juga memperhatikan keandalan
yang mengungkap pengalaman pasien data dengan mempertimbangkan prinsip rigor
selama terpasang ventilator. Di luar negri dan trusworthiness dalam penelitian kualitatif
telah banyak dilakukan penelitian serupa serta prinsip - prinsip etika penelitian.
yang dilakukan oleh Samuelsson (2006 ),
Karlsson, Bergbom & Forsberg (2012), dan
Varga, Dioszeghy & Frituz (2007). Atas Hasil Penelitian
pertimbangan bahwa adanya perbedaan latar
belakang budaya, status sosial, perbedaan Penelitian ini, ditemukan delapan tema yang
paham agama dalam hal melakukan ibadah berdasarkan pada pengalaman partisipan
dan proses perawatan yang dilakukan. peneliti yang pernah terpasang ventilator, yakni
tertarik untuk menggali pengalaman hidup sebagai berikut :
pasien selama terpasang ventilator yang 1. Hilangnya Harapan dalam Menjalani
kemungkinan besar akan muncul pengalaman Hidup
hidup yang berbeda dengan pasien di Rasa putus asa pada partisipan selama
negara lain. Dengan ditemukannya hal baru terpasang ventilator ditandai dengan
(new insight) maka dapat meningkatkan ungkapan bahwa partisipan sudah ingin
pemahaman dan pengetahuan tentang menyerah dan merasa tidak ada lagi harapan.
masalah-masalah yang dialami oleh pasien Berikut yang diungkapkan partisipan:
yang terpasang ventilator, proses adaptasi “… bapa pernah merasa tidak punya harapan
yang dilakukan, dan kebutuhan apa saja yang lagi, sepertinya tidak akan sembuh lagi, kalau
diperlukan untuk memberikan perawatan. melihat kondisnya seperti ini…”(P.2)
Dengan demikian, maka perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan secara “….ada waktu-waktu nya aku pengen nyerah
holistik dan meningkatkan sikap caring pada gituh “ ya allah udahlah aku udah cape, dah

Volume 4 Nomor 1 April 2016 99


Yani AF Bastian: Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator

sok ambil gituh…”(P.5) semangat lagi…”(P.5)


“….Kalau yang lagi sakit kayak gini ya
2. Merasa telah Diambang Kematian butuhnya diobrolin, harus banyak-banyak
Penelitian ini partisipan mengungkapkan ngobrol sama pasien. Jadi diajak ngobrol
seperti akan segera meninggal, kondisi ditungguin gitu ya, kayaknya dari demam
ini terjadi ketika partisipan mengalami juga jadi adem. siapa aja suster juga ga apa-
penurunan kesadaran. Berikut ungkapan apa, jadi harus ada yang ngobrolin.. gini
partisipan : gini gini gitu, enak kalo ada yang ngobrolin
“…udah nyampe mimpi didatengin almarhum mah….”(P.3)
bapa, ga tau kayaknya udah kepikiran mau
dijemput..... udah gitu kayak dikasih satu 5. Memandang Penyakit sebagai Rencana
buah gedung bukan gedung sih dikasih Dari Tuhan
rumah tapi bagus banget rumah semuanya Partisipan menganggap bahwa kondisi
nya putih tapi ada gold nya rumah nya bagus- yang dialami selama terpasang ventilator
bagus banget rumahnya gitu, tapi entah siapa merupakan cobaan dan musibah dari Tuhan
gitu ada yg bilangin. Tapi Kamu belum boleh yang harus mereka terima. Berikut ungkapan
disini sekarang…..” (P.5) dari partisipan tersebut:
“..mungkin ini merupakan cobaan dari Allah,
3. Prosedur Suction yang Dilematis - Antara ya bagaiamana lagi harus diterima, mau
Nyaman dan Tidak Nyaman bagaimana lagi ini sudah cobaan dari Nya…”
Hampir seluruh partisipan pada penelitian (P.1)
ini mengeluhkan rasa ketidaknyamanan
berupa nyeri dan sesak yang diakibatkan oleh 6. Memandang Rendah Citra Diri
prosedur suction, akan tetapi partisipan tidak Penelitian ini, ditemukan adanya rasa malu
memungkiri bahwa meskipun menimbulkan pada salah satu partisipan dikarenakan dahak
nyeri dan sesak prosedur suction ini dapat yang terus keluar dan prosedur suction yang
membantu pemulihan kondisi partisipan. sering dilakukan, yang berdampak pada
Berikut ungkapan partisipan: harga diri yang rendah. Berikut ungkapan
“….yang namanya di suction di sedot kan, partisipan tersebut:
pertama pasti kerasanya cape, karena kan ”… perasaan saya diruangan itu banyak yang
diambil oksigen ya disedot oksigennya…. sakit, tapi saya merasa paling menjijikkan
Trus yang kedua pedih, sakit, iritasi….tapi karena dipasang yang seperti itu dan
kalo ga disuction kan ga enak penuh disini menimbulkan suara yang nyaring ketika
(tenggorokan) nya tuh…saya sendiri yang mengeluarkan dahak sementara yang lain
menderita.....”(P.5) tidak…..”(P.2)
Ket : yang seperti itu ; trakeostomi
“… saya baru bisa tidur setelah di sedot…”
(P.2) 7. Pentingnya Fasilitator dalam Menjalani
Ritual Keagamaan,
4. Kehadiran Orang Terkasih sebagai Spirit Adanya perasaan sedih partisipan untuk
dalam Melanjutkan Hidup dapat tetap melakukan ibadah sholat. Respon
Penelitian ini, semua partisipan mendapatkan sedih sehubungan dengan ketidakmampuan
dukungan dari berbagai pihak, dukungan melakukan ibadah sholat dan kebutuhan akan
tersebut berupa dukungan moral, material dan adanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan
sosial yang sangat bermanfaat bagi partisipan spiritualnya diungkapkan oleh partisipan.
selama terpasang ventilator. Secara lebih Berikut yang diungkapan oleh partisipan:
spesifik dukungan yang didapatkan berupa “…saya merasa sedih tidak bisa ingat
kehadiran anggota keluarga baik itu dalam antara siang dan malam, tidak ada yang
proses perawatan maupun ketika menjalani memberitahu jadi kalau mau sholat juga
tindakan medis. Berikut ungkapan partisipan: bingung, bagaimana ini neng? Sebenarnya
“….pas mamah dateng nengokin saya ingin ada yang memberitahu baik itu
disemangatin lagi... Liat foto anak oh iya dari perawat atau dari siapa saja, kalau mau

100 Volume 4 Nomor 1 April 2016


Yani AF Bastian: Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator

sholat ingin dibantu, kalau di rumah sakit “… kalau sulit bicara suka difasilitasi alat
saya tidak bisa sholat jadi saya berdoa saja, tulis sama perawat, diminta untuk menulis
tidak bisa sholat sama sekali berdoa saja…” tapi bagaimana tulisan nya tidak sesuai…
(P.1). ”(P.1).
“..melihat yang berbondong-bondong ke “…kalau mau komunikasi paling menulis,
mushola itu ingin sekali ikut. Sayangnya ga kalau ada perlu, ya menulis difasilitasi sama
bisa, keinginan nya besar tapi bagaimana perawatnya.. ya Alhamdulillah meskipun
saya tidak bisa, paling saya menangis, sedih. kesulitan dipaksakan mau bagaimana
Padahal jarak ke mushola itu dekat…”(P.2). daripada saya kesulitan kalau ada perlu, atau
kalau mau minum, manggil memakai isyarat
8. Keinginan untuk Dirawat oleh Tenaga seperti memukul bed..”(P.2).
Kesehatan yang Terampil
Tema ini diangkat sesuai dengan pernyataan
partisipan yang dengan jelas mengungkapkan Pembahasan
bahwa kompetensi dan skill sangat penting
dimiliki oleh tenaga medis. Berikut ungkapan 1. Hilangnya Harapan dalam Menjalani
partisipan tersebut : Hidup
“….biasanya yang pegang saya itu yang Terdapat ekspresi emosional yang ditunjukkan
senior - senior jadi yang udah pada lama oleh beberapa partisipan dalam penelitian
di ICU udah jadi tenaga ahli di ICU. Dan ini, yaitu merasa kehilangan harapan untuk
biasanya lama-lama mereka ngerti kemauan sembuh dan dapat menjalani hidup dengan
saya sendiri gitu. Kalo yang baru-baru kan normal sebelum menjalani sakit. Kehilangan
saya nya udah ga bisa ngomong, pake ETT harapan atau putus asa yang dirasakan
lagi, nanti dia-nya tindakannya salah lagi ga partisipan dikarenakan waktu perawatan
sesuai dengan pengennya saya akhirnya saya yang lama dan merasa tidak mengalami
sebel sendiri kan…”(P.5). perkembangan kesehatan, hal ini didukung
oleh bahwa kondisi putus asa atau hilangnya
Sebagai tenaga medis merupakan salah harapan seseorang dapat disebabkan oleh
satu tugas perawat untuk menciptakan rasa kondisi yang statis dan kurangnya alternatif
nyaman baik itu karena prosedur tindakan, solusi (Kylma, 2005). Rasa tidak berdaya
ataupun melalui lingkungan perawatan. yang dirasakan oleh partisipan bisa menjadi
Pada penelitian terdapat partisipan yang salah satu pemicu hilangnya harapan untuk
menyatakan merasa asing dan takut bangkit. Kehilangan harapan didukung oleh
akan lingkungan perawatan sehingga perasaan tidak berdaya yang merupakan
membutuhkan infromasi dari tenaga salah satu indikasi dari pengalaman buruk
kesehatan. Berikut ungkapan partisipan : selama pemasangan ventilator (Kim, Garvin,
“….iya awalnya pengen ngelepas karena kita & Moser, 2006). Dalam kondisi krisis seperti
ga tau kita lagi dimana, ga tau lagi di ICU. ini perawat harus mampu menguatkan
rada kagok juga karena ngerasa ini teh mau harapan yang realistis kepada pasien
diapain kok ini teh diginiin, kan dipincan yah terhadap kesembuhan nya akan tetapi tetap
aku teh…”(P.3). menginformasikan kemungkinan terburuk
(Dworkind, 2010).
“…perasaan teh takut aja saya teh perasaan
teh diruangan terus banyak orang ah ga tau 2. Merasa Telah Diambang Kematian
lah.. teu pararuguh… pokoknya takut we, Pada keadaan kritis kondisi tubuh akan
takut dijahatin apa kumaha gituh….”(P.4). mengalami penurunan akibat gangguan fungsi
Selain itu seorang perawat yang terampil organ vital seperti gangguan pernapasan,
juga dituntut untuk memiliki kemampuan gangguan jantung serta organ vital lainnya
dalam memfasilitasi komunikasi pasien (Price and Wilson, 2012) . Pada penelitian ini
selain menggunakan media tulisan, yang partisipan mengungkapkan pengalamannya
dalam hal ini mengalami kesulitan. seperti ketika berada dalam kondisi koma, dimana
yang diungkapkan oleh partisipan : partisipan mengatakan pernah bermimpi

Volume 4 Nomor 1 April 2016 101


Yani AF Bastian: Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator

bertemu dengan anggota keluarga yang sudah 4. Memaknai Penyakit sebagai Rencana dari
meninggal dan seakan-akan telah mendekati Tuhan
kematian. Pernyataan ini didukung oleh Kondisi kritis dirawat di ICU dengan terpasang
Moorjani (2013) bahwa dalam kondisi kritis ventilator merupakan kondisi berat yang
seseorang dapat merasakan tubuhnya terlepas dapat mneyebabkan kematian. Hal ini akan
dari jiwanya dan berada pada dimensi waktu menimbulkan stres pada penderitanya, akan
yang berbeda. Dan pada umumnya mereka tetapi hal ini dapat menjadi sarana untuk lebih
akan kembali ketika mendengarkan suara- memaknai kehidupan, dan memaknai kondisi
suara atau semangat dari orang terdekat. yang dialami (Chao, Chen & Yen. 2002).
Selain itu menurut Agustin (2012) pada Dalam mencapai hal tersebut menurut Walton
pasien kritis yang terpasang ventilator, dapat (2002) seseorang harus melewati fase yang
merasakan hal-hal yang aneh diluar rasional panjang berubah-ubah dari waktu ke waktu,
seperti merasa dekat dengan kematian. melalui pemaknaan spiritual tergantung dari
tantangan yang dihadapi sampai pada tahap
3. Prosedur Suction yang dilematis - Antara penerimaan. Selain itu jika dilihat dari sisi
Nyaman dan Tidak Nyaman agama, dimana seluruh partisipan beragama
Tindakan suction di area kritis pada dasarnya islam, dan dalam pandangan islam bahwa
merupakan tindakan yang umum dilakukan sakit merupakan salah satu bentuk kasih
terutama pada pasien yang terpasang sayang Allah agar menjadi lebih bersyukur,
ventilator, dengan melakukan intervensi keyakinan tersebut termasuk salah satu faktor
tersebut diharapkan dapat memperbaiki jalan yang dapat mempercepat proses penerimaan
napas (Parekh, et al., 2011). Pada prinsipnya terhadap kondisi yang dialami.
prosedur suction sangat bermanfaat untuk
pasien. Hal ini seperti yang diungkapkan 5. Kehadiran Orang Terkasih sebagai Spirit
oleh pastisipan bahwa partisipan merasakan dalam Melanjutkan Hidup
nyaman. Rasa nyaman yang dirasakan oleh Selama terpasang ventilator merupakan suatu
partisipan didukung oleh penelitian Parekh kondisi kritis yang dialami oleh partisipan,
et al. (2011) bahwa dengan dilakukan yang tentunya dapat memengaruhi aspek
suction akan memperbaiki jalan napas fisik, psikologis dan spiritual. Kondisi
pasien sehingga akan menimbulkan rasa ini membuat partisipan membutuhkan
nyaman. Selain merasakan keuntungan dukungan yang nyata dari berbagai sumber
dan rasa nyaman dari prosedur suction selama proses perawatan dan pemulihan.
beberapa partisipan juga mengungkapkan Keberhasilan pelayanan keperawatan bagi
adanya nyeri. Pengisapan dilakukan hanya partisipan tidak terlepas dari peran keluarga.
bila diindikasikan dan frekuensinya tidak Hampir seluruh partisipan dalam penelitian
ditentukan (Berman 2009). Selain itu ini mengungkapkan besarnya dukungan yang
prosedur suction dapat menimbulkan panik didapatkan dari keluarga, hal ini yang membuat
terutama jika itu pengalaman pertama, untuk partisipan menjadi lebih bersemangat untuk
mengurangi rasa panik sebaiknya perawat menjalani proses perawatan. Hal ini sesuai
terlebih dahulu memberikan penjelasan dengan yang dijelaskan Hudak & Galo
prosedur setiap kali dilakukan (Karlsson, (2013) bahwa pada pasien yang tidak mampu
et al., 2011). Karena pada dasarnya berbicara atau tidak mungkin berkomunikasi
perasaan panik saat prosedur suction dapat verbal karena intubasi sangat memerlukan
menimbulkan spasme pada saluran napas kehadiran keluarga untuk membantunya
sehingga mengakibatkan sesak napas (Hudak berkomunikasi. Hal ini didukung oleh
& Galo 2013). Keluhan ketidaknyamanan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
ini didukung oleh (Samuelsson, 2006, Lutter (2013) terkait pengalaman pasien kritis
Karlsson et al., 2012, Varga, Dioszeghy & bahwa kehadiran keluarga sangat dibutuhkan
Frituz, 2007) bahwa pasien yang terpasang oleh pasien, karena anggota keluarga dapat
ventilator merasakan ketidaknyamanan yang membangkitkan semangat pasien untuk
disebabkan suction dan beberapa alat yang sembuh, dan kehadiran keluarga merupakan
terpasang dalam tubuh pasien. dukungan yang nyata untuk pasien. Selain itu

102 Volume 4 Nomor 1 April 2016


Yani AF Bastian: Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator

kehadiran keluarga di samping tempat tidur memberikan bimbingan agar pasien tetap
partisipan dapat menurunkan kecemasan, dapat melakukan ibadah. Hal ini didukung
meningkatkan dukungan sosial dan spiritual oleh penelitian Romdoni (2012) bahwa
(Morton 2011). Disamping beberapa dampak- pasien ICU sangat membutuhkan adanya
dampak positif yang dipaparkan sebelumnya pendampingan dalam kebutuhan ibadah
terkait pendampingan keluarga bagi pasien sholat salah satunya. Selain itu, menurut
dalam hal ini kehadiran keluarga atau Wall, Engelberg, Gries, Glavan, & Curtis
pengunjung pasien dapat menimbulkan efek (2007) tentang spiritual care pada pasien ICU
negatrif terhadap pasien diantaranya dapat bahwa 73% keluarga menyatakan perawatan
meningkatkan konsumsi oksigen pasien. spiritual dapat meningkatkan ketenangan dan
Maka dari itu penting untuk dipertimbangkan kepuasan bagi pasien dan keluarga.
mengenai kebijakan akan jadwal kunjungan
pasien di ruang intensif terutama pada pasien 8. Keinginan untuk Dirawat oleh Tenaga
yang terpasang ventilator dengan membatasi Kesehatan yang Terampil
jumlah pengunjung akan tetapi tidak Seorang perawat yang bertugas di ruang
membatasi waktu kunjungan. intensif memiliki tiga tugas utama yaitu;
life support, memonitor keadaan pasien dan
6. Memandang Rendah Citra Diri perubahan akibat pengobatan dan mencegah
Pada aspek psikologis muncul perubahan komplikasi yang mungkin terjadi. Partisipan
pada citra tubuh yang dialami oleh salah satu secara tidak langsung mengungkapkan
partisipan dalam penelitian ini, yakni adanya keinginan dan kebutuhan akan perawat yang
rasa malu dan merasa “jijik” terhadap kondisi terampil dan memiliki keahlian yang baik,
yang dialaminya yang terus megeluarkan partisipan mengungkapkan rasa tenang ketika
dahak dan menimbulkan bunyi yang nyaring dirawat oleh perawat yang menurut mereka
dibandingkan dengan pasien yang lainnya. memiliki kompetensi dan mampu memenuhi
Dahak yang terus keluar disebabkan karena kebutuhan nya. Pernyataan partisipan sesuai
pemasangan trakeostomi yang memicu batuk dengan hasil penelitian Emaliyawati (2011)
dan produksi lendir yang berlebihan, hal bahwa pasien kondisi kitis menginginkan
ini yang dikeluhkan oleh partisipan. Rasa perawat yang tanggap dan sigap menangani
malu yang dirasakan partisipan diperkuat keluhan. Tugas dan peran perawat tidak
oleh penelitian Arabi dan Tavakol (2009) hanya berhenti dalam pemenuhan kebutuhan
bahwa salah satu pengalaman yang dialami dasar, akan tetapi juga pemenuhan rasa
oleh pasien adanya perubahan pada citra aman, nyaman, dan pemberian informasi.
diri. Dalam kondisi ini perawat memiliki Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa
tugas untuk menginformasikan kepada partisipan mengungkapkan perasaan tidak
pasien bahwa kondisi yang dialami tidak nyaman akan lingkungan dan intervensi yang
akan berlangsung lama, seiring dengan berhubungan dengan tidak diinformasikannya
membaiknya kesehatan pasien. terlebih dahulu bagaimana kondisi lingkungan
di ICU. Hal ini didukung dengan penelitian
7. Pentingnya Fasilitator dalam Menjalani yang dilakukan oleh Thomas (2003) tentang
Ritual Keagamaan, manajemen klinik menghadapi stres pada
Pasien dengan kondisi kritis mengalami pasien yang terpasang ventilator. Bahwa
keterbatasan dalam menjalankan ritual stresor pasien yang terpasang ventilator
keagamaan atau beribadah. Hal ini dialami berupa fisik dan psikologis yaitu faktor
oleh partisipan selama terpasang ventilator lingkungan, komunikasi, kondisi kesehatan
ketika menjalani perawatan di ruang ICU, dan keefektifan intervensi. Hasil penelitian
terutama untuk melakukan ibadah sholat. ini stresor yang pada umumnya muncul
Keterbatasan dalam menjalankan ibadah berupa sesak, cemas, takut dan nyeri. Maka
disebabkan adanya perasaan tidak berdaya dari itu untuk mengurangi rasa takut nya
karena kondisinya, dan ketidaktahuan akan perawat bisa dengan memberikan informasi
waktu sholat. Maka penting bagi perawat tentang kondisi partisipan dan orientasi
untuk memberikan pendampingan dan lingkungan ketika partisipan berangsur

Volume 4 Nomor 1 April 2016 103


Yani AF Bastian: Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator

sadar untuk membiasakan klien dengan Sadikin Bandung. Tesis Magister. Fakultas
rutinitas ruangan yang serba cepat, atau bisa Keperawatan Universitas Padjadjaran.
dilakukan ketika partisipan berada dalam
kondisi tidak sadar. Pasien yang terpasang Arabi. A., Tavakol. K. (2009). Patient's
ventilator sangat membutuhkan informasi dan experiences of mechanical ventilation.
informasi tersebut didapat dari komunikasi International Journal Nursing Midwefery;
yang efektif dengan perawat (Suryani, 2015). 14(2): 83-88.
Seluruh partisipan mengungkapkan sulit
komunikasi baik itu dengan tulisan sekalipun. Berman, A. (2009). Buku Ajar Praktik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Keperawatan Klinis, Kozier & Erbs (edisi 5).
Guru, Suryani, dan Raharjo (2013) tentang Jakarta : EGC.
analisis komunikasi pasien ICU, bahwa
media gambar merupakan alat komunikasi Chao, C.S., Chen, C.H & Yen, M. (2002). The
yang efektif untuk digunakan pada pasien essence of spirituality of terminal ill patients.
ICU yang terpasang ventilator Journal of nursing research. 10(4): 237–245.

Dworkind, A, M (2010). Creating Hope in


Simpulan a Hopeless Situation : A communication
manual for physicians offering quality at end-
Pada penelitian ini ditemukan new insight of life care. Supportive care services: 1–19.
yang tidak ditemukan dari hasil penelitian
sebelumnya, Pertama adanya partisipan yang Emaliyawati, E. (2011). Kebutuhan Asuhan
merasakan dilemma dengan prosedur suction Keperawatan Klien Kondisi Terminal Infark
yang dirasakan antara nyaman dan tidak Miokard Akut dan Keluarga Di Unit Rawat
nyaman. Selain itu munculnya pengalaman Inap Intensif RSHS Bandung. (Tesis). Fakultas
partisipan yang memimiliki citra diri rendah Keperawatan Universitas Padjadjaran.
dikarenakan kondisinya, diamana merekan
merasa “jijik” dengan dahak yang terus Guru, Y, Suryani & Raharjo. (2013). Analisis
keluar. Selanjutnya bahwa selama terpasang Kebutuhan Komunikasi pada Pasien
ventilator individu mengalami distres spiritual Dengan Ventilasi Mekanik Selama Di Ruang
dan keinginannya untuk difasilitasi dalam GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
melakukan ibadah, serta adanya keinginan (Tesis). Fakultas Keperawatan Universitas
partisipan untuk dirawat oleh tenaga Padjadjaran.
kesehatan yang terampil. Berkaitan dengan
hal tersebut, pasien yang terpasang ventilator Hudak, C.M., & Gallo, B.M. (2013).
membutuhkan dukungan, pendampingan dari Keperawatan kritis : Pendekatan Holistik
petugas kesehatan terutama dari perawat. (Critical Care Nursing : A holistic Approach).
Hasil penelitian dapat dijadikan acuan (edisi 5 volume 1).Alih bahasa Allenidekania,
bagi perawat dalam melakukan pengkajian B., Susanto, Nerera, & Yasmin. Jakarta :
kebutuhan asuhan keperawatan pada pasien EGC.
yang terpasang ventilator, sehingga dapat
dilakukan tindakan keperawatan yang cepat Karlsson, V., Bergbom, I., & Forsberg, A.
dan tepat terhadap pasien. Dengan demikian (2012). The lived experience of adult intensive
diharapkan dapat mendukung proses care patients who were concoiuos during
pemulihan yang cepat. mechanical ventilation: A phenomenological.
Harmeuneutic study. Intensive and critical
care nursing, 28: 6–15.
Daftar Pustaka
Kim H, Garvin BJ, Moser DK. Stres during
Agustin, W.R. (2012). Pengalaman pasien mechanical ventilation: benefit of having
GBS (Guillain Bare Syndrome) pada saat concrete objective information before cardiac
kondisi kritis di Ruang GICU RSUP Dr. Hasan surgery. American Journal of Critical Care

104 Volume 4 Nomor 1 April 2016


Yani AF Bastian: Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator

8(2): 118–26. mechanical ventilation in intensive care:


Sedation practices and patients‘ memories,
Kylma, J (2005). Dynamics of Hope in Adult stresful experiences and psychological
Living with HIV/AIDS : a substantive theory. distres. (Doctoral dissertation). Department
Journal of Advanced Nursing. 52 : 620-630. of Medical and Health Sciences, Lund
Lutler, L. R., Hayt, M., & Ryan, T. (2013). University, Swedenn
A critical review and synthesis of qualitative
research on patients experience of critical Suryani. (2015). Komunikasi teurapeutik:
illness. Intensive and Critical Care Nursing, Teori dan praktik. Jakarta : EGC.
29(3): 147–157.
Suryani, S., Welch, A., & Cox. L (2013).
Moorjani, A. (2013). Dying To Be Me books. The phenomena of auditory hallucination
Retrieved from http://astore.amazon.com/ as described by Indonesian people living
newheavenneweart/detail/1401937519. with schizophrenia. Archives of psychiatric
nursing 27(6): 312–318.
Morton, P.G., Fontaine, D., Hudak, C. M.,
& Gallo, B. M. (2011). Keperawatan kritis: Thomas, Loris A. (2003). Clinical
Pendekatan asuhan holistik (edisi 8); Alih Management of Stresors Perceived by
bahasa: Nike Esti Wahyuningsih. Jakarta: Patients on Mechanical Ventilation. Advance
EGC. Practice in Acute Critical Care Nursing, 14
(1): 73–81.
Parekh, D., Dancer, R. C., & Thicket, D. R.
(2011). Acute Lung Injury. Critical Care Walton, J. (2002). Finding A Balance: A
Medicine. 11(6); 615–618. Grounded theory Study of spirituality in
hemodialysis patients . Nephrology Nursing
Price, S. A., & Wilson, L.,M. (2012). Journal, 29(5): 447–457.
Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, (edisi 6). alih bahasa Nike Esti Wall, J. R., Engelberg, R, A., Gries, J. C.,
Wahyuningsih. Jakarta: EGC. Glavan B., Curtis, R.J. (2007). Spritual care
of families in the intensive care unit. Critical
Romdoni, S. (2012). Pemenuhan Kebutuhan care medicine. 35(4) : 1084–1090.
Spiritual oleh Perawat di Ruang GICU RSUP
Hasan Sadikin Bandung. Tesis Magister Wojnar, D.M., & Swanson, K (2007).
Keperawatan Universitas Padjadjaran. Phenomenology: An Exploration. Journal
Holistic Nursing, 25:172..
Samuelsson, K. (2006). Sedation during

Volume 4 Nomor 1 April 2016 105

Anda mungkin juga menyukai