Oleh:
BAB I. PENDAHULUAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan c seperti yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) yang dilakukan oleh rakyat
minerba nomor 4 tahun 2009 sebagai pengganti uu no. 11 diatas, tidak disebutkan
yang sepertinya tidak ada bedanya dengan pertambangan yang dilakukan oleh
wilayah dan investasi yang berbeda. Oleh karena itu, dapat ditafsirkan bahwa
1
2
hingga penjualan dengan berpedoman kepada konsep penambangan yang baik dan
Belanda, tepatnya di Bukit Tui. Bukit Tui secara administratif termasuk kedalam
wilayah pemerintah Kota Padang Panjang, yaitu di bagian Selatan Kota Padang
panjang. Saat ini masih banyak pelaku usaha pertambangan batu kapur di Bukit
Tui yang belum memahami kaidah menambang yang baik dan benar. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya kondisi lereng yang “kritis”, asap yang dihasilkan
permasalahan lainnya.
mengenai teknis dan ekonomi penambangan batu kapur di Bukit Tui. Para
mengenai penambangan yang baik dan benar. Contohnya penggalian yang dimulai
dari dasar lereng sehingga mengakibatkan longsoran yang tentu akan berdampak
sudah dibakar tadi digiling dengan mesin modifikasi yang menimbulkan banyak
debu yang akan berdampak buruk pada sistem pernapasan pekerja dan masyarakat
sekitar.
terlihat ketika operasi penambangan batu kapur rakyat di Bukit Tui sempat
dibekukan oleh pemerintah beberapa tahun yang lalu. Hal ini dilakukan
kembali operasi penambangan dan pengolahan batu kapur di Bukit Tui. Ini
pemasaran, para pelaku usaha industri batu kapur di Bukit Tui tidak memiliki
target pemasaran yang pasti. Mereka hanya bergantung kepada konsumen yang
memesan tanpa ada kontrak atau ikatan apapun, yang mana mungkin saja suatu
saat konsumen tidak lagi mengambil batu kapur dari Bukit Tui. Tanpa adanya
manajemen ekonomi yang baik, tentu keuntungan yang didapat tidak maksimal.
manajemen dan teknis penambangan yang mengacu pada konsep good mining
practice juga fungsi kontrol dan kebijakan ekonomi dari pemerintah setempat
penambangan yang baik mengenai teknis dan ekonomi penambangan batu kapur
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut:
dan lainnya
penggilingan quicklime
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
longsor?
Bukit Tui?
6
E. Tujuan Penelititan
Bukit Tui
yang dihasilkan
Tui.
F. Manfaat Penelitian
peraturan perundang-undangan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Lokasi penelitian
memiliki sumberdaya alam yang terbatas. Salah satu kawasan sumberdaya alam
Luas wilayah Kota Padangpanjang adalah 2.300 Ha atau sekitar 0.05% dari
1000 20 ‘ dan 1000 27‘ Bujur Timur serta 00 27‘ dan 00 30‘ Lintang Selatan.
Kota Padang Panjang memiliki luas ±23,00 km2 setara dengan ±2.300 Ha
(Data BPS) dan ± 2.973,54 Ha (Data Peta RTRW), yang mencakup 2 kecamatan
sampai 850 meter di atas permukaan laut, berada pada kawasan pegunungan yang
berhawa sejuk dengan suhu udara maksimum 26.1 °C dan minimum 21.8 °C,
dengan curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata 3.295 mm/tahun. Di
8
9
bagian utara dan agak ke barat berjejer tiga gunung: Gunung Marapi, Gunung
Suhu udara rata-rata adalah 22,700 C dengan kelembaban udara 87,80. Adapun
untuk penyinaran matahari rata-rata adalah 45,70% dengan kecepatan angin rata-
merupakan kawasan miring, curam dan perbukitan, serta sering terjadi longsor
akibat struktur tanah yang labil dan curah hujan yang cukup tinggi. Namun pada
kawasan yang landai di kota ini merupakan tanah jenis andosol yang subur dan
Hasil Kajian Penilaian Resiko Bencana Gempa Bumi dan Bahaya Gunung
Berapi di Kota Padang Panjang tahun 2006 (Pusat Survei Geologi dan Bappeda
Kota Padang Panjang), maka secara umum formasi Geologi Kota Padang Panjang
terdiri dari batuan malihan (± 1.362,77 Ha), batuan tufaan aliran piroklastik (±
911,87 Ha), batuan tufaan (± 455,99 Ha), dan lahar II (± 69,48 Ha). Kemudian
dari struktur geologinya terdapat satu sesar aktif yang melewati Kota Padang
Panjang yaitu sesar Bukit Jarat dan satu lagi berdekatan dengan Kota Padang
1. Kesampaian Daerah
Kota Padang Panjang Sumatera Barat dapat diakses melalui jalur darat
Sumber: google.com
Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah
2. Keadaan Topografi
kawasan miring, curam dan perbukitan, serta sering terjadi longsor akibat
struktur tanah yang labil dan curah hujan yang cukup tinggi. Namun pada
kawasan yang landai di kota ini merupakan tanah jenis andosol yang subur
3. Keadaan Geologi
Hasil Kajian Penilaian Resiko Bencana Gempa Bumi dan Bahaya Gunung
Berapi di Kota Padang Panjang tahun 2006 (Pusat Survei Geologi dan
Bappeda Kota Padang Panjang), maka secara umum formasi Geologi Kota
Padang Panjang terdiri dari batuan malihan (± 1.362,77 Ha), batuan tufaan
aliran piroklastik (± 911,87 Ha), batuan tufaan (± 455,99 Ha), dan lahar II (±
69,48 Ha). Kemudian dari struktur geologinya terdapat satu sesar aktif yang
melewati Kota Padang Panjang yaitu sesar Bukit Jarat dan satu lagi
berdekatan dengan Kota Padang Panjang (pada bagian timur) yaitu Sesar
Sumatera.
sejuk dengan suhu udara maksimum 26.1 °C dan minimum 21.8 °C, dengan
curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata 3.295 mm/tahun. Di bagian
utara dan agak ke barat berjejer tiga gunung: Gunung Marapi, Gunung
29º C dan suhu udara minimum 19ºC. Tabel 1 memperlihatkan data iklim
Kota Padang Panjang dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.
59%. Evaporasi rata-rata harian berkisar antara 2,02 mm/ hari dimusim hujan
dan 4,20 mm/ hari dimusim kemarau. Sementara itu kecepatan angin bulanan
5. Kondisi Hidrogeologi
13
wilayah sungai (WS) yaitu WS Akuaman pada bagian barat dan WS Indragiri
pada bagian timur. Adapun secara lokal, terbagi atas 4 daerah aliran sungai
(DAS) meliputi :
selatan dengan arah aliran dominan dari utara ke selatan dengan luas
376,23 Ha.
dari utara-selatan dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan luas
935,83 Ha.
selatan dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan luas ± 942,98
Ha.
545,07 Ha.
B. Landasan Teori
1. Batu Kapur
sedimen. Batuan ini berwarna putih, kelabu, atau warna lain yang terdiri
dari kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur ini pada dasarnya berasal
tersebut, maka batuan kapur adalah batuan sedimen yang berbasis dari
laut. Karena hal itu, batuan kapur berdasarkan tenaga alam yang
khemis).
a. Genesa
yaitu:
1) Secara Organik
2) Secara Mekanik
3) Secara Kimia
Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batu
gamping. Jenis batu gamping ini terjadi karena peredaran air panas
yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat,
keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang pejal
ditemukan di gua dan sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai
akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara
Sumber: google
Gambar 2. Karakteristik Daerah Batu Kapur
b. Mineralogi
Tabel 3. (sambungan)
hanya calsite, dolomite, dan aragonite yang dari sisi volume, penting
c. Cara Penambangan
terbuka dalam bentuk kuari tipe sisi bukit (side hiil type). Untuk
kecil dilakukan dengan alat sederhana antara lain cangkul, ganco dan
sekop.
bagian paling atas. Pekerjaan awal ini memang relatif sulit karena
tidak kembali dengan cepat. Kalau hal ini tidak dilakukan akan
ditemui apa yang disebut high wall yang akan menyulitkan kegiatan
20
yang mencolok adalah kebisingan akibat deru mesin alat berat yang
(Hidayat:2012):
1) Bahan bangunan
disemprotkan.
dan sebagainya
5) Penjernihan air
warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan tahun ini akan
hilang dan hanya menjadi cerita anak cucu kita kelak, jika kita
M³ (Yuliarga :2011)
Sumber: google
Gambar 3. Potensi Batu Kapur Indonesia
Selama ini potensi yang condong pada bahan logam dan mineral
hasil olahan gamping atau batu kapur. Sebagai negara yang dunia
dunia industri dalam negeri. Dengan begitu besar cadangan yang ada,
2. Pertambangan Rakyat
Rakyat.
mereka sampai pada suatu wilayah, maka dengan cepat mereka dapat
(Pigai:2014).
menetapkan WPR:
sebagai berikut:
Untuk luas IPR, diatur dalam UU No. 4 Tahun 2009 yaitu untuk
diberikan untuk jangka waktu paling lama lima tahun dan dapat
diperpanjang.
perundang-undangan.
diterbitkan
optimal dan dampak buruk yang minimal. Hal ini meliputi perizinan,
keseluruhan.
konsep GMP ini. Konsep tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah.
30
Baru saja kita memahami apa itu makna dari GMP secara umum.
Setelah memahami makna GMP, perlu kita ketahui isi dari lingkaran
kesatu pada gambar 2.1, yaitu kegiatan pertambangan mulai dari hulu
1) Penyelidikan Umum
kegiatan eksplorasi.
2) Eksplorasi
industri pertambangan.
(dieksploitasi).
3) Studi Kelayakan
produksi.
4) Konstruksi
5) Operasi Penambangan
mining)
pencucian batu bara (coal washing) atau preparasi batu bara (coal
preparation).
7) Pengangkutan
penyerahan.
8) Pemasaran
pengeluaran.
9) Pasca Tambang
Setelah memahami isi dari lingkaran kesatu, perlu kita ketahui isi
dari lingkaran kedua dari gambar 2.1, yaitu kegiatan penunjang seperti
hukum.
35
1) Lingkungan Hidup
dan masalah ini harus dikelola dengan prioritas berikut: bahaya dan
biaya.
(Monks, 2003).
5) Standardisasi
2003).
satu ciri penting negara yang demokratis, maka dari itu perlu ada
37
7) Kepatuhan Hukum
pertambangan.
ketiga
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
orang yang sesuai pada tempat yang sesuai dan pada saat yang
3) Pelaksanaan
daya yang dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam satu
4) Pengontrolan
5) Evaluasi
Batu Kapur dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada
industri semen, fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu
Kata kalsinasi berasal dari bahasa Latin yaitu calcinare yang artinya
kalsium oksida (kapur bakar, CaO) dan gas karbon dioksida atau CO2.
Produk dari kalsinasi biasanya disebut sebagai “kalsin“ yaitu mineral yang
disebut dengan kiln atau calciners dengan berragam desain, seperti tungku
poros, rotary kiln, tungku perapian ganda, dan reaktor fluidized bed.
a. Proses Pembakaran
Gambar 2 dibawah.
40
Sumber: (Muhsin&Tomo:2011)
Gambar 5. Proses Pembakaran
1) Tahap Unloading
tungku pembakaran.
2) Tahap Tapping
3) Tahap Charging
4) Tahap Combustion
5) Tahap Discharging
6) Tahap Loading
hidroksida (Ca(OH)2).
sebagai berikut:
E=
Dimana:
1) Hc
batu kapur kalsiterit dan 3,020 MJ/ton untuk batu kapur dolomit.
dolomit:
batuan:
37.32 x = 11.35%
34.15 x = 60.95%
2) Ls
dari Rapid Sugar Test. Tes ini dilakukan segera setelah quicklime
diasumsikan 0.60
45
3) Cf
4) Mf
Commercial Butane 58
Diesel fuel 44
Heavy fuel oil 42
Charcoal (2% moisture) 29
Anthracite coal 33
General purpose coal (non-
23
coking)
Wood (15% moisture) 15
46
E=
E=
E = 0.4015
c. Neraca Massa
Sumber: (Muhsin&Tomo:2011)
Gambar 6. Neraca Massa Proses Produksi
47
5. Kelayakan Ekonomi
pasar dan pemanfaatan bahan galian, dan Benefit Cost Ratio (BCR).
potensi pasar dan pemanfaatan bahan galian, dan Benefit Cost Ratio
(BCR).
PCPBG =
Umur Tambang =
bahwa total manfaat tambang lebih besar dari total biaya yang
memiliki arti bahwa total biaya lebih besar dari total manfaat
BCR =
ekonomi dari total skor. Adapun hasil kriteria tersebut dapat di lihat
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pendekatan kuatitatif. Penelitian ini lebih terarah ke penelitian terapan, yaitu salah
satu jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan solusi atas permasalahan
atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotetis yang telah ditetapkan. Dalam
langsung ke lapangan juga data sekunder yang didapat dari instansi-instansi terkait.
1. Data Primer
seperti:
50
51
a. Kemampuan Produksi
c. Hasil Pembakaran
d. Hasil penggilingan
2. Data Sekunder
a. Peta Lokasi
b. Peta Geologi
c. Informasi Keekonomian
d. Peraturan perundang-undangan
e. Informasi sumberdaya
sebagai berikut :
1. Studi Literatur
52
a. Instansi terkait
dengan penelitian
2. Pengamatan Lapangan
kondisi aktual dari daerah penelitian. Dari tahap ini akan terlihat masalah
yang ada didaerah itu sehingga teori yang telah dipelajari dalam studi literatur
a. Kemampuan Produksi
c. Hasil pembakaran
datanya adalah:
dalam tungku
d. Hasil penggilingan
e. Dimensi Tungku
instansi terkait.
yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan para penambang yang ada di
Bukit Tui.
dari proses pembakaran batu kapur menjadi quicklime. Hasil analisis ini juga
bahwa total manfaat tambang lebih besar dari total biaya yang diperlukan
sedangkan jika nilai BCR < 1, memiliki arti bahwa total biaya lebih besar dari
Mulai
StudiLiteratur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Selesai
Penelitian dilakukan dari tanggal Mei 2018 sampai dengan 31 Mei 2018 di
Kelurahan Koto Katik, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang,
Provinsi Sumatera Barat. Secara garis besar digambarkan pada tabel berikut:
1 Studi Literatur
2 Orientasi Lapangan
3 Pengambilan Data
4 Pengolahan Data
5 Penyusunan Laporan