DRAFT PENULAP (Rev 1)
DRAFT PENULAP (Rev 1)
Disusun Oleh :
Husein Bahsin (14 2015 081)
Indira Anti Tirani (14 2015 083)
Pembimbing
Dyah Setyo Pertiwi S.T.,M.T.,Ph.D
Yuono S.T.,M.T.
Disusun Oleh :
Husein Bahsin (14 2015 081)
Indira Anti Tirani (14 2015 083)
i
SURAT PERNYATAAN
TKA-310 PENULISAN USULAN PENELITIAN
Semester Ganjil 2018/2019
adalah hasil tulisan kami, di mana seluruh pendapat dan materi dari sumber lain telah dikutip
melalui penulisan referensi yang sesuai.
Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan jika di kemudian hari diketemukan
kekeliruan, kami bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
ii
ABSTRAK
Dr. Dyah Setyo Pertiwi, S.T., dan M.T dan Yuono, S.T., M.T
Indonesia mempunyai potensi biomassa yang melimpah yang berasal dari berbagai jenis sumber
biomassa, salah satunya adalah kelapa. Salah satu pemanfaatan limbah kelapa yang menjanjikan
adalah dengan konversi limbah tersebut menjadi gas bakar melalui teknik gasifikasi biomasa. Pada
penelitian gasifikasi ini biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar adalah arang
batok kelapa. Arang Batok kelapa merupakan salah satu biomassa yang memiliki
potensi cukup besar sebagai sumber alternatif melalui penerapan teknologi gasifikasi.
Selain tidak memiliki nilai moisture arang batok kelapa memiliki persen carbon yg lebih
besar dibandingkan dengan batok kelapa tanpa dilakukan pengarangan. Oleh karena itu
arang tempurung kelapa dipekirakan memiliki potensi syngass lebih baik dibanding dengan
batok kelapa tanpa pengarang. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh AFR
(Air to Fuel Ratio) terhadap komposisi producer gases. Proses gasifikasi arang batok
kelapa diumpankan secara intermitent sesuai dengan variasinya. Proses gasifikasi
dilakukan hingga mencapai keadaan tunak dan mendapatkan sampel dari producer
gases. Gasifikasi dilakukan dengan variasi AFR (Air to Fuel Ratio) yaitu: 15% ; 20% ; 25% ;
30%; dan 110% dari AFR teoritis. Data yang diambil adalah suhu tiap zona dalam
gasifier. Sampel producer gases dianalisis menggunakan Gas Chromatography di ITB.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal usulan penelitian dengan judul
“Pengaruh AFR pada Gasifikasi Arang Batok Kelapa dengan Gasifier tipe “Updraft”.
Proposal usulan penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat guna menempuh Tugas
Akhir di Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Bandung. Dalam
penyusunan proposal usulan penelitian ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas do’a, bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. Ucapan
terimaksih akan penulis sampaikan kepada:
Sekilas tentang proposal ini berisi tentang usulan penelitian gasifikasi terhadap biomassa
untuk menghasilkan producer gases. Kami menyadari bahwa proposal usulan penelitian
ini masih jauh dari kesempurnaan dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang
terdapat di dalamnya. Semoga proposal usulan penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membacanya
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Biomassa................................................................................................................ 7
2.1.1 Produk dari biomassa ............................................................................ 8
2.1.2 Biomassa Sebagai Umpan Gasifikasi ................................................... 8
2.1.3 Arang Batok Kelapa .............................................................................. 9
2.2 Analisa Kandungan Biomassa ............................................................................... 10
2.2.1 Analisis Ultimat .................................................................................... 10
2.2.2 Analisis Proksimat ................................................................................ 10
2.3 Konversi Termokimia ............................................................................................ 11
2.3.1 Pembakaran ........................................................................................... 11
2.3.2 Pirolisis ................................................................................................. 11
2.3.3 Liquifikasi ............................................................................................. 12
2.3.4 Torefaksi ............................................................................................... 12
2.3.5 Gasifikasi .............................................................................................. 13
2.4 Hasil Gasifikasi ..................................................................................................... 14
2.4.1 Producer gases ...................................................................................... 14
2.4.2 Syngas ................................................................................................... 15
2.4.3 Tar ......................................................................................................... 15
2.5 Konversi Energi dan Tahap – Tahap dalam Gasifikasi ......................................... 16
2.5.1 Tahap Pengeringan .......................................................................... 16
v
2.5.2 Tahap Pirolisis ................................................................................. 17
2.5.3 Tahap Oksidasi...................................................................................... 17
2.5.4 Tahap Reduksi ...................................................................................... 18
2.5.5 Tahap Gasifikasi ................................................................................... 19
2.6 Reaktor Gasifikasi ................................................................................................. 20
2.6.1 Berdasarkan Mode fluidisasi ........................................................... 20
2.6.2 Berdasarkan gasifying agent yang diperlukan ................................. 20
2.6.3 Berdasarkan Arah Aliran ................................................................. 20
2.7 Air to Fuel Ratio .................................................................................................... 26
2.8 Equivalence Ratio .................................................................................................. 27
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini kebutuhan bahan bakar untuk energi di Indonesia tiap tahunnya tercatat semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan industri. Di sisi lain,
cadangan minyak nasional semakin lama semakin menurun. Untuk mengatasi krisis energi
yang terjadi diperlukan suatu usaha untuk mencari sumber-sumber energi alternatif baru
yang lebih murah, berlimpah dan dapat diperbaharui. Energi alternatif yang saat ini banyak
dikembangkan adalah biomassa.
Potensi biomassa di Indonesia sangatlah besar. salah satu yang palaing menonjol adalah
tempurung kelapa. Berdasarkan data departemen pertanian, indonesia menempati posisi
pertama pada penghasil kelapa di dunia dengan 31,2% dari total luas area kelapa dunia. Dari
total tersebut juga ikut menghasilkan limbah batok kelapa sebesar 1,1 juta ton. Salah satu
pemanfaatan batok kelapa adalah dijadikan sebagai bahan bakar arang
Dilansir dari Journal of Tropical forest science tahun 2013, pemanfaatan arang batok kelapa
memiliki beberapa keuntungan diantaranya arang batok kelapa mengandung 15,25 % karbon
yang lebih besar dibanding sebelum pengarangan serta tidak memiliki nilai moisture pada
kandungan proksimatnya. Dengan mengetahui komposisi dan kandungan kimia yang terdapat
di dalam arang batok kelapa, bahan tersebut dapat dijadikan sumber energi alternatif melalui
proses gasifikasi.
Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar padat atau cair menjadi bahan bakar gas
dengan metode termokimia. Tidak seperti pada pembakaran, dimana oksidasi terjadi secara
sempurna dalam satu tahap, gasifikasi mengkonversi energi kimia dari karbon dalam
biomassa menjadi gas yang mudah terbakar dalam dua tahap yaitu pirolisis dan reduksi. Gas
yang dihasilkan tersebut dapat lebih mudah dimanfaatkan dibanding dengan biomassa aslinya
1
(McKendry, 2002). Proses gasifikasi menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan energi
konvensional yang semakin lama semakin menipis.
2
gases dan sampel producer gases. Sampel producer gases dianalisis menggunakan
metode Gas Chromatography di Laboratorium Teknik Kimia ITB, Bandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa
Biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik secara langsung
maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi. Biomassa merupakan
sumber daya alam terbaharui dan energi yang diperoleh dari biomassa disebut energi
terbarukan. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan mendorong
penggunaannya menuju ke skala yang lebih besar lagi sehingga manusia tidak hanya
bergantung pada energi fosil.
3
Setiap tahun, biomassa dalam jumlah yang sangat besar tumbuh melalui proses
fotosintesis dengan menyerap CO2 dari atmosfer. Ketika biomassa terbakar, energi
akan terlepas, umumnya dalam bentuk panas, karbon pada biomassa bereaksi dengan
oksigen di udara sehingga membentuk karbondioksida. Apabila dibakar sempurna,
jumlah karbondioksida yang dihasilkan akan sama dengan jumlah yang diserap dari
udara ketika tanaman tersebut tumbuh. Pada alam bebas, biomassa yang dibiarkan
begitu saja akan terurai dengan waktu yang lama. Dengan dibakarnya biomassa, maka
biomassa akan terurai dengan cepat sehingga energi yang tersimpan dapat
dimanfaatkan. Maka dari itu biomassa sering disebut bahan bakar “Carbonneutral”
karena sifatnya tersebut.
Dari sekian banyak jumlah biomassa, hanya sebesar 5% (13,5 miliar metrik ton)
biomassa yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi. Jumlah ini masih
cukup besar untuk menyediakan sebesar 26% untuk konsumsi energi di dunia atau
setara dengan 6 miliar ton minyak (Basu,2010).
Biomassa memiliki cakupan yang cukup luas, mulai dari rumput kecil hingga
pohon yang sangat besar dari serangga yang kecil hingga kotoran hewan dan
biomassa tersebut dapat menghasilkan produk yang diinginkan. Keberadaan
biomassa di Indonesia sangatlah berlimpah, salah satu bahan biomassa yang sering
dimanfaatkan ialah batok kelapa, sekam padi, tongkol jagung
2.1.1 .Produk dari Biomassa
Ada tiga tipe bahan bakar yang dihasilkan oleh biomassa dan dipergunakan
untuk berbagai macam kebutuhan, antara lain :
1. Cairan berupa : etanol, biodiesel dan metanol
2. Gas berupa : biogas (CH4,CO2), producer gases (CO, H2, CH4,CO2),
syngas (CO, H2)
3. Padat berupa : arang
Dari berbagai macam bahan bakar yang bisa didapatkan, pemanfaatan utama
dari produk konversi biomassa menjadi bahan bakar dimanfaatkan untuk
keperluan pada berbagai macam industri, diantaranya :
a. Industri kimia, untuk produksi metanol, pupuk dan serat sintetis.
4
b. Industri energi, untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, serta
sumber panas.
c. Bahan bakar transportasi, untuk produksi bensin dan diesel
Dengan unsur utama karbon, hidrogen dan oksigen. hampir semua jenis
biomassa dapat dipakai sebagai umpan gasifikasi. Tetapi agar prosesnya
berjalan lancar, ada persyaratan teknis yang perlu diperhatikan:
a. Kadar air biomassa tidak lebih dari 30%.
b. Bentuk partikel mendekati bulat atau kubus, bukan panjang atau pipih.
c. Ukuran partikel antara 0,5 - 5,0 cm.
d. Tidak banyak mengandung zat-zat anorganik.
e. Rapat massanya di atas 400 kg/m2.
Saat ini proses pemanfaatan buah kelapa di Indonesia ini baru sebatas
5
daging buahnya saja untuk dijadikan kopra, minyak dan santan untuk
keperluan rumah tangga. Sedangkan hasil samping lainnya seperti batok
kelapa belum begitu banyak dimanfaatkan. Pemanfaatan batok kelapa
sekarang ini baru sebatas dibakar untuk menghasilkan arang aktif. Batok
kelapa merupakan salah satu biomassa yang berpotensi untuk
menghasilkan energi.
Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik didapatkan data pada
tahun 2015 hingga tahun 2017 batok kelapa yang ada di Indonesia sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Biomassa pada tahun 2015, 2016 dan 2017
Tahun Jumlah (ton)
2015 2.920.665
2016 2.890.735
2017 2.871.280
(Sumber: BPS 2018)
Dari data pada Tabel 2.1 dapat dilihat banyaknya produksi kelapa di
Indonesia, yang artinya akan menghasilkan juga batok kelapa yang cukup
melimpah. Hal ini menunjukkan potensi dari batok kelapa untuk
dimanfaatkan untuk dikonversi menjadi energi.
Arang Batok Kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran tidak
sempurna terhadap batok Kelapa. Perubahan atau konvesi tempurng kelapa
menjadi arang menghasilkan karbon sisa yang banyak dan peningkatan
kandungan abu namun tetap tidak sebanyak peningkatan kandungan
karbonnya. Perubahan lain yang mencolok adalah penghilangan kandungan
bahan campuran (moisture) dan bahan mudah uap (volatile). Dibandingkan
dengan komposisi akhir pada bahan alami lain seperti batang biji jagung kulit
padi dan cangkang cocoa yang berkisar antara (12% - 20% C), arang batok
kelapa memiliki kandungan karbon yang lebih banyak sehingga berpotensi
baik untuk dijadikan bahan bakar. Perubahan batok kelapa menjadi arang
meningkatkan kandungan energi termal bahan itu sendiri akibat peningkatan
kandungan karbon. Arang batok kelapa berkualitas memiliki kadar air yang
6
rendah, zat terbang dan daya ikat karbon yang tinggi sehingga bisa
menghasilkan pembakaran yang sempurna.
Analisis ultimat adalah penentuan kadar karbon (C), hydrogen (H), oksigen
(O), nitrogen (N), dan sulfur (S) yang terdapat dalam biomassa. Dalam analisis
ultimat, komposisi bahan bakar hidrokarbon dinyatakan dalam komponen
dasar kecuali kelembaban M (Moisture), dan konstituen anorganik. Analisis
ultimat dasar dapat dinyatakan sebagai :
Dalam konversi termokimia, biomassa seluruhnya akan diubah kedalam bentuk gas
yang kemudian disintesis kedalam bahan kimia yang diinginkan atau dapat juga
digunakan secara langsung. Beberapa contoh dari proses konversi termokimia
adalah:
2.3.1 Pembakaran
2.3.2 Pirolisis
2.3.3 Liquifikasi
2.3.4 Torefaksi
2.3.5 Gasifikasi
Gasifikasi merubah bahan bakar fosil atau bukan fosil menjadi gas-gas atau
bahan kimia yang dapat digunakan. Hal ini membutuhkan medium untuk
reaksi dapat berupa gas atau air superkritis. Medium berupa gas termasuk
udara, oksigen uap subkritis atau campuran darinya.
Gasifikasi yang berasal dari bahan bakar fosil lebih umum dibandingkan yang
berasal dari bahan bakar nonfosil seperti biomassa untuk menghasilkan syngas.
Gasifikasi pada dasarnya mengonversi bahan bakar dari bentuk satu ke bentuk
lainnya. Ada 3 alasan yang menjadi alasan untuk menggunakan metode
gasifikasi ini, diantaranya:
10
a. Untuk meningkatkan nilai panas dari bahan bakar dengan cara
menghilangkan molekul yang tidak mudah terbakar seperti nitrogen
dan air.
b. Untuk menghilangkan sulfur dan nitrogen setelah pembakaran, gas-gas
bahan bakar hasil gasifikasi tidak dilepaskan ke atmosfer.
c. Untuk mengurangi perbandingan karbon dan hidrogen (C/H) dalam
bahan bakar.
Pada umumnya, semakin tinggi hidrogen pada bahan bakar, maka semakin
rendah temperatur penguapan dan semakin tinggi kemungkinan bahan bakar
menjadi fasa gas. Gasifikasi atau pirolisis meningkatkan kandungan hidrogen
relatif (H/C rasio) dalam produk melalui cara berikut:
a. Langsung : Paparan langsung hidrogen pada tekanan tinggi
b. Tidak langsung : Paparan uap pada suhu tinggi dan tekanan, di mana
hidrogen, merupakan produk intermediet yang ditambahkan ke produk. Dalam
proses ini juga terdapat proses steam reforming.
Gasifikasi dapat menghasilkan gas hasil juga tar. Gas hasil gasifikasi terutama
terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu CO, H2, N2, CH4 dan gas-gas tidak
mempan bakar CO2. Komposisi gas ini sangat tergantung pada komposisi unsur
dalam biomassa, bentuk dan partikel biomassa, serta kondisi-kondisi proses
gasifikasi. (Susanto, 2015). Selain itu terdapat juga produk – produk samping yang
terbentuk dari gasifikasi berupa senyawa yang biasa disebut tar. Tar merupakan
11
produk samping yang tidak diinginkan dalam proses gasifikasi karena dapat
merusak alat akibat penyumbatan yang dapat mengganggu jalannya proses
gasifikasi. Namun terbentuknya tar merupakan hal yang tidak dapat dihindari
karena merupakan produk samping dari proses gasifikasi.
Hasil utama yang diinginkan dari proses gasifikasi adalah syngas yang
terdiri dari gas CO dan H2. Secara keseluruhan, hasil gasifikasi adalah
berupa gas yang biasa disebut producer gases yang mengandung syngas
dan CH4 sebagai senyawa mampu bakar, serta CO2 dan N2 sebagai gas
tak mampu bakar.
Tabel 2.4 Tabel Komposisi Gas Hasil Pada Berbagai Gasifikasi Biomassa
Persen Volume (%) Nilai
Jenis Biomassa Tipe Gasifikasi kalor
CO H2 CH4 CO2 N2
(MJ/m3)
Arang Downdraft 28-31 5-10 1-2 1-2 55-60 4.6-5.65
Kayu Downdraft 17-22 16-20 2-3 10-15 55-60 5-5.86
Batok Kelapa Downdraft 19-24 10-15 - 11-15 - 7.20
Sekam Padi Downdraft 16.1 9.6 0.95 - - 3.25
Bonggol Downdraft 18.6 16.5 6.4 - - 6.29
Jagung
Arang Updraft 30 19.7 - 3.6 46 5.98
(Sumber: Wahyudin,2012)
Dari Tabel 2.4 tersaji data komposisi dari producer gases beberapa
gasifikasi biomassa. Data tersebut diambil dari penelitian dengan
beberapa variabel yang berbeda di mana terdapat perbedaan dari hasil
komposisi producer gases nya. Tabel 2.4 dapat menunjukkan perkiraan
komposisi producer gases, dengan digunakan jenis biomassa yang
berbeda dengan variabel percobaan yang berbeda.
2.4.2 Syngas
Produk utama yang diinginkan dari proses gasifikasi adalah syngas. Syngas
merupakan campuran dari senyawa hidrogen (H2) dan karbon monoksida
12
(CO). Untuk mendapatkan syngas dari hasil producer gases perlu adanya
proses lanjutan agar hanya didapatkan H2 dan CO.
Terdapat dua cara untuk memproduksi syngas dengan metode gasifikasi, yaitu
gasifikasi dengan suhu rendah (T<1000oC) serta gasifikasi dengan suhu tinggi
(T>1200oC). Gasifikasi dengan suhu rendah biasanya memproduksi sejumlah
hidrokarbon rantai panjang sebagai produk samping selain dari karbon
monoksida dan hidrogen. Hidrokarbon rantai panjang yang dihasilkan
kemudian diproses agar dapat digunakan untuk berbagai proses lainnya. Pada
gasifikasi dengan suhu tinggi, sebagian besar biomassa akan terkonversi
menjadi hidrogen dan karbon monoksida, dimana pada umumnya akan
dilanjutkan dengan shift reaction untuk menyesuaikan rasio antara H2 dan CO
agar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan (Basu,2010).
2.4.3 Tar
Tar merupakan salah satu kandungan yang paling merugikan dan harus
dihindari karena sifatnya yang korosif. Secara visual tar dapat kita lihat
berwarna hitam pekat dan kental Selain itu, tar memiliki bau yang tajam dan
dapat mengganggu pernapasan. Pada reaktor gasifikasi terbentuknya tar,
terjadi pada temperatur pirolisis yang kemudian terkondensasi dalam bentuk
asap, namun pada beberapa kejadian tar dapat berupa zat cair pada temperatur
yang lebih rendah (Agustini,2016). Proses pembentukan tar bergantung pada
dua faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor temperatur,dan tinggi reaktor.
Semakin tinggi temperatur, produksi tar akan semakin menurun. Hal ini
dikarenakan pada temperature tinggi, tar akan mengalami proses cracking.
Proses cracking adalah proses dimana tar berubah menjadi gas seperti O2, CO,
CO2, dan H2O. Desain gasifier yang baik setidaknya menghasilkan tar tidak
lebih dari 1 g/m³ (Basu,2010). Berikut ini adalah tabel perbedaan kadar tar
pada gasifikasi biomassa.
13
Rata-rata konsentrasi tar Presentase Tar pada Bahan Bakar
Jenis Gasifikasi
pada producer gases (mg/L) Biomassa
Downdraft <1 <2
Fluidized Bed 10 1-5
Updraft 50 10-20
Sumber: Gumanti,2012
Gasifikasi adalah proses konversi energi dari bahan bakar yang mengandung
karbon (padat ataupun cair) menjadi gas yang disebut syngas (synthesis gas) atau
gas sintetis di mana gas tersebut memiliki nilai bakar dengan cara oksidasi parsial
pada temperatur tinggi. Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat
menjadi gas mampu bakar (CO, CH4, dan H2) melalui proses pembakaran dengan
suplai udara terbatas (20% - 40% udara stoikiometri) (Guswendar, 2012). Proses
gasifikasi merupakan suatu proses kimia untuk mengubah material berkarbon
menjadi gas mampu bakar. Secara sederhana proses gasifikasi dapat dikatakan
sebagai reaksi kimia pada temperatur tinggi antara biomassa dengan udara.
Proses-proses yang terjadi dalam proses gasifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.1
14
Gambar 2.1 Tahap Gasifikasi
(sumber: Susanto, 2014)
1. Tahap Pengeringan
Akibat pengaruh panas, biomassa mengalami pengeringan pada temperatur
sekitar 100°C. Proses drying dilakukan untuk mengurangi kadar air (moisture)
yang terkandung di dalam biomassa bahkan sebisa mungkin kandungan air
tersebut hilang. Temperatur pada zona ini berkisar antara 100ºC - 300ºC. Kadar
air pada biomassa dihilangkan melalui proses konveksi karena pada reaktor
terjadi pemanasan. Semakin tinggi suhu pemanasan akan mampu mempercepat
proses difusi dari kadar air yang terkandung di dalam biomassa sehingga proses
drying akan berlangsung lebih cepat.
2. Tahap Pirolisis
Bila temperatur sudah mencapai 250°C, biomassa mulai mengalami proses
pirolisis yaitu perekahan molekul besar menjadi molekul-molekul kecil akibat
pengaruh temperatur tinggi. Proses ini berlangsung sampai temperatur 500°C.
Hasil proses pirolisis ini adalah arang, uap air, uap tar, dan syngas.
Proses pirolisis merupakan proses pembakaran tanpa melibatkan oksigen.
Produk yang dihasilkan oleh proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
temperatur, tekanan dan waktu. Pada zona ini biomassa mulai bereaksi dan
membentuk tar dan senyawa gas yang flammable.
3. Tahap Oksidasi
Sebagian kecil biomassa atau hasil pirolisis dibakar dengan udara untuk
menghasilkan panas yang diperlukan oleh ketiga tahap tersebut di atas. Proses
oksidasi (pembakaran) ini dapat mencapai temperatur 1200°C, yang berguna
untuk proses perekahan tar lebih lanjut.
Proses ini dipengaruhi oleh distribusi oksigen pada area terjadinya oksidasi,
karena adanya oksigen inilah dapat terjadi reaksi eksoterm yang akan
menghasilkan panas yang dibutuhkan dalam keseluruhan proses gasifikasi ini.
Distribusi oksigen yang merata akan menyempurnakan proses oksidasi
sehingga dihasilkan temperatur maksimal.
Pada zona ini, sekitar 20% arang bersama zat volatile akan mengalami oksidasi
menjadi CO2 dan H2O dengan memanfaatkan oksigen terbatas yang
disuplaikan ke dalam reaktor (hanya 20% dari keseluruhan udara yang
digunakan dalam pembakaran dalam reaktor). Sisa 80% dari arang turun ke
bawah membentuk lapisan reductiondi mana di bagian ini hampir seluruh karbon
akan digunakan dan abu yang terbentuk akan menuju tempat penampungan abu.
16
Pada temperatur di atas 600°C arang bereaksi dengan uap air dan karbon
dioksida. Untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida sebagai
komponen utama gas hasil.
4. Tahap Reduksi
Pada temperatur di atas 600°C arang bereaksi dengan uap air dan karbon
dioksida. Untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida sebagai
komponen utama gas hasil. Proses reduksi adalah reaksi penyerapan panas
(endoterm), yang mana temperatur keluar dari gas yang dihasilkan harus
diperhatikan. Pada proses ini terjadi beberapa reaksi kimia. Di antaranya adalah
Bourdouar reaction, steam-carbon reaction, water-gas shift reaction, dan CO
methanation yang merupakanproses penting terbentuknya senyawa – senyawa
yang berguna untuk menghasilkan flammable gas, seperti hidrogen dan karbon
monoksida. Proses ini terjadi pada kisaran temperatur 400 - 900º C. Berikut
adalah reaksi kimia yang terjadi pada zona tersebut :
a. Bourdouar reaction merupakan reaksi antara karbondioksida yang
terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk menghasilkan CO. Reaksi
yang terjadi pada boudouard reaction adalah:
C + CO2 = 2 CO ∆HR = – 172 (MJ/kmol) (2.7)
b. Steam-carbon reaction merupakan reaksi yang melibatkan karbon
dengan uap air. Reaksi yang terjadi adalah:
C + H2O = CO + H2 ∆HR= – 131 (MJ/kmol) (2.8)
c. Water-gas shift reaction merupakan reaksi oksidasi parsial karbon oleh
kukus yang dapat berasal dari bahan bakar padat itu sendiri (hasil
pirolisis) maupun dari sumber yang berbeda, seperti uap air yang
dicampur dengan udara dan uap yang diproduksi dari penguapan air.
Reaksi yang terjadi pada water-gas shift reaction adalah:
CO + H2O = CO2 + H2 ∆HR= + 41 (MJ/kmol) (2.9)
d. Metanasi CO merupakan reaksi pembentukan gas metan. Reaksi yang
terjadi pada methanation adalah:
CO + 3 H2 = CH4 + H2O ∆HR = – 206 (MJ/kmol) (2.10)
Dapat dikatakan bahwa pada proses reduksi ini gas yang dapat terbakar seperti
17
senyawa CO, H2 dan CH4 mulai terbentuk. Sehingga pada bagian ini disebut
sebagai producer gases.Tahap-tahap proses diatas dilaksanakan dalam satu alat
yang disebut gasifier atau reaktor gasifikasi (Findi, 2016).
Komposisi dari gas hasil gasifikasi (producer gases) dapat diperkirakan dengan
simulasi atau pemodelan atas dasar neraca massa, neraca energi dan
termodinamika dari reaksi kesetimbangan. Contoh model tersebut antara lain:
a. Model Schlapfer, di mana reaksi kesetimbangan yang digunakan adalah
reaksi water- gas shift reaction
b. Model Gumz, di mana reaksi kesetimbangan yang digunakan adalah
berdasarkan reaksi Boudouard, steam carbon reaction, dan metanasi
c. Model lain yang melibatkan dua atau tiga reaksi kesetimbangan
kesetimbangan berdasarkan keperluan atau asumsi penyusun model.
(Sumber :Susanto,.2015)
18
Berdasarkan arah aliran, gasifier dapat dibedakan menjadi gasifikasi aliran
searah (downdraft gasification), gasifikasi aliran berlawanan (updraft
gasification) dan gasifikasi aliran menyilang (crossdraft gasification)
(Findi,2016).
Produksi gas dikeluarkan melalui bagian atas dari reaktor sedangkan abu
pembakaran jatuh ke bagian bawah gasifier karena pengaruh gaya gravitasi
dan berat jenis abu. Di dalam reaktor, terjadi zonafikasi area pembakaran
berdasarkan pada distribusi temperatur reaktor gasifikasi. Zona pembakaran
terjadi di dekat grate yang dilanjutkan dengan zona reduksi yang akan
menghasilkan gas dengan temperatur yang tinggi. Gas hasil reaksi tersebut
akan bergerak menuju bagian atas dari reaktor yang memiliki temperatur
lebih rendah dan gas tersebut akan kontak dengan bahan bakar yang
bergerak turun sehingga terjadi proses pirolisis dan pertukaran panas antara
gas dengan temperatur tinggi terhadap bahan bakar yang memiliki
temperatur lebih rendah. Panas sensibel yang diberikan gas digunakan
bahan bakar untuk pemanasan awal dan pengeringan bahan bakar. Kedua
proses tersebut yaitu proses pirolisis dan proses pengeringan terjadi pada
bagian teratas pada reaktor gasifikasi.
Dalam updraft gasifier, bahan bakar diumpankan dari atas dan gas produk
meninggalkan dari atas juga. Bahan gasifikasi (air, oksigen, steam, atau
campuran ketiganya) sedikit dipanaskan dan memasuki gasifier melalui
grate di bagian bawah. Gas kemudian naik melalui hamparan bahan bakar
atau ash di ruang gasifier (Basu, 2010).
19
Gambar 2.2 Tahap gasifikasi dalam updraft gasifier
(sumber: Basu, 2010)
20
2.6.3.2 Gasifikasi Downdraft
Sistem gasifikasi downdraft memiliki sistem yang hampir sama dengan
sistem gasifikasi updraft yaitu dengan memanfaatkan sistem oksidasi
tertutup untuk memperoleh temperatur tinggi. Bahan bakar dalam reaktor
gasifikasi downdraft dimasukkan dari atas reaktor dan udara dari blower
dihembuskan dari samping menuju ke zona oksidasi sedangkan producer
gases hasil pembakaran keluar melalui burner yang terletak di bawah
ruangan bahan bakar sehingga saat awal gas akan mengalir ke atas dan saat
volume gas makin meningkat maka producer gases mencari jalan keluar
melalui daerah dengan tekanan yang lebih rendah. Sistem tersebut memiliki
maksud agar producer gases yang terbentuk akan tersaring kembali oleh
bahan bakar dan melalui zona pirolisis sehingga tingkat kandungan tar
dalam gas dapat dikurangi. Untuk menghindari penyumbatan gas di dalam
reaktor, maka digunakan blower hisap untuk menarik producer gases dan
mengalirkannya ke arah burner.
Pada tipe ini sumber panas terletak di bawah bahan bakar seperti dalam
Gambar 2.8. Dalam gambar terlihat aliran udara bergerak ke zona gasifikasi
di bagian bawah yang menyebabkan asap pirolisis yang dihasilkan melewati
zona gasifikasi yang panas. Hal ini membuat tar yang terkandung dalam
asap terbakar, sehingga producer gases yang dihasilkan oleh reaktor ini
21
lebih bersih. Keuntungan reaktor tipe ini adalah reaktor ini dapat digunakan
untuk operasi gasifikasi yang berkesinambungan dengan menambah bahan
bakar melalui bagian atas reaktor. Namun untuk operasi yang
berkesinambungan dibutuhkan sistem pengeluaran abu yang baik agar
bahan bakar bisa terus ditambahkan ke dalam reaktor.
22
Gambar 2.4 Tahap gasifikasi dalam crossdraft gasifier
(sumber: Susanto, dkk., 2015)
Tabel 2.6 Kandungan Tar dan Partikulat Pada Beberapa Tipe Gasifier
Tipe Gasifier Tar (mg/Nm3) Partikulat (mg/Nm3)
Updraft 10.000-100.000 100-1.000
Downdraft 50-500 100-8.000
Fluidized Bed 2.000-10.000 100-8.000
Entrained Bed 8.000-30.000 30.000-100.000
(Suharto,2013)
23
Parameter Fixed/Moving Bed Fluidized Bed Entrained Bed
Kebutuhan kukus Tinggi Menengah Rendah
Temperatur reaksi 1090oC 800-1000oC >1990oC
Temperatur gas
450-600oC 800-1000oC >1260oC
keluaran
Produksi abu Kering Kering Terak
Efisiensi gas dingin 80% 89,2% 80%
Kapasitas
Kecil Menengah Besar
penggunaan
Permasalahan Produksi tar Konversi karbon Pendinginan gas produk
(Habib,2008)
Air to fuel ratio (AFR) merupakan perbandingan antara laju massa udara dengan laju
massa bahan bakar yang digunakan. AFR mempengaruhi proses dari suatu konversi
termal suatu biomassa. Dimana semakin besar nilai AFR maka hasil konversi termal
suatu biomassa semakin kecil.
Dalam proses pembakaran bahan bakar hidrokarbon, karbon© akan terbakar menjadi
karbon dioksida (CO2) dan H akan menjadi air (H2O). Maka perbandingan dari berat
minimum udara terhadap berat bahan bakar disebut dengan air to fuel teoritis atau AFR
teoritis dimana dengan berat udara tersebut akan terjadi pembakaran sempurna dan gas
yang dihasilkan tidak mampu bakar.
Dalam proses pirolisis AFR tidak digunakan sebab pada proses pirolisis minim adanya
udara yang masuk. Oleh karena minimnya udara yang masuk maka tidak ada laju massa
udara yang diperhitungkan sehingga nilai AFR pada proses pirolisis sama dengan nol.
Sementara pada proses gasifikasi bahan bakar hidrokarbon, karbon (C) akan terbakar
menjadi karbon monoksida (CO) dan H akan menjadi hydrogen (H2) dimana hasil yang
diinginkan adalah gas yang mampu bakar. Hal tersebut adalah proses pembakaran tidak
sempurna dimana berat udara yang digunakan terbatas. Jika pada proses pembakaran
sempurna dibutuhkan minimal berat udara pada AFR teoritis maka pada proses
gasifikasi berat udara dibutuhkan harus lebih kecil dari AFR teoritis. Apabila
penggunaan oksigen berlebih maka proses yang terjadi adalah pembakaran bukan
24
gasifikasi. Nilai AFR pada proses gasifikasi dibatasi sampai dengan 25% dari AFR
teoritis (Basu,2010).
Pada proses gasifikasi ,nilai AFR mempengaruhi hasil dari konversi termal suatu
biomassa. Dimana semakin besar nilai AFR maka semakin besar temperature di zona
gasifier dan laju producer gases. Besarnya temperature di zona gasifier dan tingginya
laju producer gases ini yang akan mempengaruhi hasil dari konversi termal suatu
biomassa tersebut.
A 2,66𝐶+7,94𝐻2 + 0,998𝑆−𝑂2
( F )th,m,d = (2.12)
0,232
(Culp,1996)
Equivalence Ratio (ER) merupakan salah satu parameter penting untuk mendesign
sebuah gasifier. ER menyatakan perbandingan antara AFR aktual dengan AFR secara
stoikiometri. Nilai ER berpengaruh terhadap hasil proses gasifikasi. Pada proses
gasifikasi dengan gasifier downdraft memiliki %yield terbaik pada ER sebesar 0,25.
Nilai ER 0,25 ini menyatakan bahwa 25% carbon pada biomassa bereaksi pada proses
gasifikasi dan 75% carbon pada biomassa diharapkan masih ada atau tidak bereaksi
sehingga dihasilkan producer gases yang kaya akan carbon sehingga producer gases
tersebut flammable (Basu,2010).
𝐴𝐹𝑅 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐸𝑅 (< 1,0) = 𝐴𝐹𝑅 𝑠𝑡𝑜𝑖𝑘𝑖𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖 (2.13)
(Basu,2010)
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Institut Teknologi Nasional, Bandung gasifier yang digunakan
adalah gasifier tipe updraft dengan medium gasifikasi berupa udara. Pada penelitian ini
biomassa yang digunakan adalah arang batok kelapa. Dimulai dengan melakukan
pengujian terhadap arang batok kelapa dengan analisis proksimat dan ultimat di
laboratorium PUSLITBANG tekMIRA untuk mengetahui komposisi dari arang batok
kelapa yang digunakan. Penelitian diawali dengan kalibrasi laju alir udara blower.
Kemudian dilanjutkan dengan proses gasifikasi arang batok kelapa dengan variasi
percobaan yaitu AFR 15%, 20%, 25%, 30% dan 110%.
Proses gasifikasi dilakukan hingga gas hasil gasifikasi sudah tunak. Data yang diambil
pada penelitian ini adalah suhu pada tiap zona gasifier dan sampel dari gas hasil gasifikasi
yang sudah dalam keadaan tunak. Gas hasil gasifikasi akan dianalisis menggunakan
metode GC (gas chromatography) di Laboratorium Metodika Perancangan dan
Pengendalian Proses, Institut Teknologi Bandung (ITB).
26
3.2 Skema Alat Gasifikasi
Susunan alat percobaan gasifikasi batok kelapa sawit disajikan dalam Gambar 3.1
Keterangan Alat :
a. Hopper
b. Pengaduk
c. Kondensor
d. Gasifier
e. Termoreader
f. Blower
g. Manometer
h. Bak penampung
i. Pompa
j. Sampling
k. Burner
27
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan pada penenilitian ini di lampirkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2
Proses gasifikasi yang akan dilakukan pada penelitian ini memiliki 4 tahap diantaraya
tahap persiapan, tahap penelitian, tahap pengambilan data dan tahap akhir penelitian.
Berikut ini detail setiap tahapan prosedur percobaan dari proses gasifikasi arang
batok kelapa menggunakan updraft gasifier dengan udara sebagai medium gasifikasi.
1. Kalibrasi laju alir udara blower, kemudian menentukan laju alir udara yang
dimasukkan kedalam reaktor dengan melihat nilai Δh pada manometer.
2. Alat gasifikasi dirangkai, meliputi pendingin (kondensor), blower,
manometer dan termokopel.
i
3. Arang batok Kelapa ditimbang 4.898,46; 4.173,85; 3.739,08; 3.449,23; dan
2.395,24 gram untuk AFR 15%, 20%, 25%, 30% dan 110% .
4. Arang tersebut dibakar hingga menjadi bara, kemudian dimasukkan ke dalam
gasifier hingga suhu reaktor mencapai ±800°C
1. Gasifikasi
b. Laju alir udara diatur dengan mengatur ball valve pada aliran udara masuk
sampai
∆h pada manometer pipa U sebesar 0,5 cm atau setara dengan debit udara 1,57
L/s.
dan dicatat.
ii
h. Reaktor dibersihkan untuk mengeluarkan sisa-sisa biomassa dan kotoran yang
masih menempel di dalam reaktor terutama pada dinding reaktor dan saluran
keluaran reaktor menuju kondensor.
2. Pengambilan Sampel (Sampling)
a. Vacutainer ukuran 6 mL dihubungkan dengan dua jarum dan dua selang. Satu
jarum dan selang dihubungkan kedalam reaktor melalui karet silikon yang
terdapat pada aliran gas keluar reaktor. Sedangkan, jarum dan selang yang
lain dihubungkan dengan alat suntik yang digunakan untuk mengambil
sampel gas dari keluaran reaktor.
b. Pengambilan sampel dilakukan ketika nyala api steady sekitar 1-2 menit dari
terbentuknya nyala api steady.
c. Proses pengambilan sampel dihentikan ketika nyala api sudah tidak steady.
2. Bara yang masih menyala didalam reaktor dimatikan dengan cara disiram
dengan sedikit air.
3. Dilakukan pengambilan tar yang ada di penampung.
4. Alat gasifikasi dan alat pengambil sampel yang telah digunakan dibersihkan
dan dirapikan kembali.
iii
3.5 Variasi Percobaan
Proses gasifikasi dilakukan dengan melakukan variasi AFR (air to fuel ratio) dengan
rentang nilai yang telah disajikan pada Tabel 3.3. Variabel berubah yang digunakan
adalah AFR dengan variabel tetap yang digunakan adalah laju alir udara yang masuk
ke dalam reaktor. Variasi AFR dipilih untuk mempermudah identifikasi pengaruh
AFR terhadap komposisi producer gases. Hal ini disebabkan oleh, pemasukan
biomassa lebih mudah dikendalikan untuk meminimalisir kesalahan dibandingkan
dengan suplai udara yang masih memiliki kemungkinan untuk mengalami perubahan
nilai yang tidak terdeteksi. Untuk pemilihan rentang nilai AFR didasarkan pada
jumlah biomassa yang diumpankan ke dalam reaktor sehingga AFR dibatasi sampai
30% untuk memaksimalkan gas hasil gasifikasi yang diperoleh sedangkan, untuk
AFR 110% hanya hanya digunakan sebagai variasi pembanding.
iv
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN UMPAN
3. Perhitungan Massa O2 untuk membakar unsur dapat terbakar dalam 1 Kg bahan bakar
(A)
Massa O2 untuk membakar C dalam 1 kg bahan bakar =
Komposisi C (begitu terbakar) x konstanta C = 0,6409 x 2,66
= 1,7048 kg = B
Massa O2 untuk membakar H2 dalam 1 kg bahan bakar =
Komposisi H2 (begitu terbakar) x konstanta H2 = 0,046 x 7,94
= 0,3656 kg = C
Massa O2 untuk membakar S dalam 1 kg bahan bakar =
Komposisi S (begitu terbakar) x konstanta S = 0,0009 x 0,998
= 0,0008874 kg = D
A=B+C+D
= 2,0713 Kg
v
4. Perhitungan Massa Oksigen yang terdapat dalam 1 Kg Bahan Bakar (E)
E = Komposisi O2 (begitu terbakar) x konstanta O2 = 0,2919 x (-1)
= - 0,2919 kg
5. Perhitungan Massa Oksigen yang dibutuhkan dari udara per 1 Kg bahan bakar (F)
F=A+E
= 2,0713 Kg + (-0,2919 kg)
= 1,7794 Kg
vi
11. AFR aktual
Untuk variasi AFR = 15%
AFR aktual = AFR teoritis x variasi AFR
= 7,67 kg oksigen/kg bahan bakar x 15%
= 1,1505 kg oksigen/kg bahan bakar
Perhitungan:
Massa biomassa selama run ke-1 = laju biomassa x lamanya run
= 1,6103 g/detik x 1800 detik
= 2898,461 gram
vii
Tabel Jumlah Biomassa selama Run
Run Variasi AFR Massa biomassa selama run (g) Jumlah Biomassa selama run (g)
1 15% 2898,46
2 20% 2137,85
3 25% 1739,07 8655,8593
4 30% 1449,23
5 110% 395,25
viii
.
BAB I
PENDAHULUAN
10
Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar padat atau cair menjadi bahan bakar
gas dengan metode termokimia. Tidak seperti pada pembakaran, dimana oksidasi terjadi
secara sempurna dalam satu tahap, gasifikasi mengkonversi energi kimia dari karbon
dalam biomassa menjadi gas yang mudah terbakar dalam dua tahap yaitu pirolisis dan
reduksi. Gas yang dihasilkan tersebut dapat lebih mudah dimanfaatkan dibanding dengan
biomassa aslinya (McKendry, 2002). Proses gasifikasi menjadi salah satu alternatif untuk
menggantikan energi konvensional yang semakin lama semakin menipis.
Dengan digunakannya biomassa arang batok kelapa untuk metode gasifikasi, maka selain
dapat mengurangi limbah dari pertanian, perkebunan, maupun perhutanan, juga dapat
mengurangi konsumsi dari bahan bakar konvensional, sehingga dapat menjadi salah satu
solusi untuk permasalahan menipisnya sumber energi. Maka dari itu, penelitian ini
dilakukan untuk memahami prinsip kerja gasifikasi, serta mengetahui seberapa baik kah
bahan bakar yang dihasilkan dari proses gasifikasi biomassa, dan mengetahui apa saja
yang dapat mempengaruhi hasil dari gasifikasi
11
1.8 Ruang Lingkup Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Biomassa
Biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik secara langsung
maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi. Biomassa merupakan
sumber daya alam terbaharui dan energi yang diperoleh dari biomassa disebut energi
terbarukan. Sifat biomassa yang merupakan energi dengan kategori sumber energi
12
terbarukan mendorong penggunaannya menuju ke skala yang lebih besar lagi
sehingga manusia tidak hanya bergantung pada energi fosil.
Setiap tahun, biomassa dalam jumlah yang sangat besar tumbuh melalui proses
fotosintesis dengan menyerap CO2 dari atmosfer. Ketika biomassa terbakar, energi
akan terlepas, umumnya dalam bentuk panas, karbon pada biomassa bereaksi dengan
oksigen di udara sehingga membentuk karbondioksida. Apabila dibakar sempurna,
jumlah karbondioksida yang dihasilkan akan sama dengan jumlah yang diserap dari
udara ketika tanaman tersebut tumbuh. Pada alam bebas, biomassa yang dibiarkan
begitu saja akan terurai dengan waktu yang lama. Dengan dibakarnya biomassa, maka
biomassa akan terurai dengan cepat sehingga energi yang tersimpan dapat
dimanfaatkan. Maka dari itu biomassa sering disebut bahan bakar “Carbonneutral”
karena sifatnya tersebut.
Dari sekian banyak jumlah biomassa, hanya sebesar 5% (13,5 miliar metrik ton)
biomassa yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi. Jumlah ini masih
cukup besar untuk menyediakan sebesar 26% untuk konsumsi energi di dunia atau
setara dengan 6 miliar ton minyak (Basu,2010).
Biomassa memiliki cakupan yang cukup luas, mulai dari rumput kecil hingga
pohon yang sangat besar dari serangga yang kecil hingga kotoran hewan dan
biomassa tersebut dapat menghasilkan produk yang diinginkan. Keberadaan
biomassa di Indonesia sangatlah berlimpah, salah satu bahan biomassa yang sering
dimanfaatkan ialah batok kelapa, sekam padi, tongkol jagung
Ada tiga tipe bahan bakar yang dihasilkan oleh biomassa dan dipergunakan
untuk berbagai macam kebutuhan, antara lain :
1. Cairan berupa : ethanol, biodiesel dan methanol
13
2. Gas berupa : biogas (CH4,CO2), producer gases (CO, H2, CH4,CO2),
syngas (CO, H2)
3. Padat berupa : arang
Dengan unsur utama karbon, hidrogen dan oksigen. hampir semua jenis
biomassa dapat dipakai sebagai umpan gasifikasi. Tetapi agar prosesnya
berjalan lancar, ada persyaratan teknis yang perlu diperhatikan:
a. Kadar air biomassa tidak lebih dari 30%.
b. Bentuk partikel mendekati bulat atau kubus, bukan panjang atau pipih.
c. Ukuran partikel antara 0,5 - 5,0 cm.
d. Tidak banyak mengandung zat-zat anorganik.
e. Rapat massanya di atas 400 kg/m2.
14
Untuk memenuhi persyaratan tersebut di atas, kadang-kadang diperlukan
pengolahan awal seperti: pengeringan. pemotongan atau pemampatan. Di
samping itu biomassa harus tersedia dalam jumlah yang cukup secara
kontinyu, nilai ekonomisnya rendah atau tidak ada manfaat lainnva (Susanto,
2015).
Saat ini proses pemanfaatan buah kelapa di Indonesia ini baru sebatas
daging buahnya saja untuk dijadikan kopra, minyak dan santan untuk
keperluan rumah tangga. Sedangkan hasil samping lainnya seperti batok
kelapa belum begitu banyak dimanfaatkan. Pemanfaatan batok kelapa
sekarang ini baru sebatas dibakar untuk menghasilkan arang aktif. Batok
kelapa merupakan salah satu biomassa yang berpotensi untuk
menghasilkan energi.
Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik didapatkan data pada
tahun 2015 hingga tahun 2017 batok kelapa yang ada di Indonesia sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Biomassa pada tahun 2015, 2016 dan 2017
Tahun Jumlah (ton)
2015 2.920.665
2016 2.890.735
2017 2.871.280
(Sumber: BPS 2018)
Dari data pada Tabel 2.1 dapat dilihat banyaknya produksi kelapa di
Indonesia, yang artinya akan menghasilkan juga batok kelapa yang cukup
melimpah. Hal ini menunjukkan potensi dari batok kelapa untuk
dimanfaatkan untuk dikonversi menjadi energi.
15
Arang Batok Kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran tidak
sempurna terhadap batok Kelapa. Perubahan atau konvesi tempurng kelapa
menjadi arang menghasilkan karbon sisa yang banyak dan peningkatan
kandungan abu namun tetap tidak sebanyak peningkatan kandungan
karbonnya. Perubahan lain yang mencolok adalah penghilangan kandungan
bahan campuran (moisture) dan bahan mudah uap (volatile). Dibandingkan
dengan komposisi akhir pada bahan alami lain seperti batang (cob) biji
jagung kulit padi dan cangkang kako (cocoa) yang berkisar antara (12-20%
C), arang batok kelapa memiliki kandungan karbon yang lebih banyak
sehingga berpotensi baik untuk dijadikan bahan bakar. Perubahan batok
kelapa menjadi arang meningkatkan sifat termal bahan itu sendiri akibat
peningkatan kandungan karbon. Arang batok kelapa berkualitas memiliki
kadar air yang rendah, zat terbang dan daya ikat karbon yang tinggi sehingga
bisa menghasilkan pembakaran yang sempurna.
Analisis ultimat adalah penentuan kadar karbon (C), hydrogen (H), oksigen
(O), nitrogen (N), dan sulfur (S) yang terdapat dalam biomassa. Dalam analisis
ultimat, komposisi bahan bakar hidrokarbon dinyatakan dalam komponen
dasar kecuali kelembaban M (Moisture), dan konstituen anorganik. Analisis
ultimat dasar dapat dinyatakan sebagai :
16
didalam analisis ultimat tidak termasuk hidrogen dan oksigen di dalam
Moisture (M), tetapi hanya hidrogen dan oksigen yang ada pada komponen
organik dari bahan bakar (Basu, 2010).
17
Dalam konversi termokimia, biomassa seluruhnya akan diubah kedalam bentuk gas
yang kemudian disintesis kedalam bahan kimia yang diinginkan atau dapat juga
digunakan secara langsung. Beberapa contoh dari proses konversi termokimia
adalah:
2.7.1 Pembakaran
2.7.2 Pirolisis
d. Pirolisis lambat
e. Pirolisis cepat
18
menjadi 2, yaitu pirolisis cepat dan pirolisis lambat. Pirolisis cepat
menghasilkan bahan bakar cair utama, yang dikenal dengan bio-oil,
pirolisis lambat menghasilkan gas dan arang padat. Pirolisis
menghasilkan produk yang bermanfaat berupa bahan bakar dalam wujud
cairan. Tidak seperti pembakaran, pirolisis tidak bersifat eksoterm
melainkan endoterm. Torefaksi juga merupakan bagian dari pirolisis.
Dalam proses ini, biomassa dipanaskan dari 230 hingga 300°C tanpa
kontak dengan oksigen. Struktur kimia dari kayu diubah menghasilkan
karbondioksida, karbonmonoksida, air, asam asetat dan metanol.
2.7.3 Liquifikasi
2.7.4 Torefaksi
19
faktor yaitu temperature dan lamanya waktu proses torefaksi, serta tipe
biomassa yang digunakan.
2.7.5 Gasifikasi
Gasifikasi merubah bahan bakar fosil atau bukan fosil menjadi gas-gas atau
bahan kimia yang dapat digunakan. Hal ini membutuhkan medium untuk
reaksi dapat berupa gas atau air superkritis. Medium berupa gas termasuk
udara, oksigen uap subkritis atau campuran darinya.
Gasifikasi yang berasal dari bahan bakar fosil lebih umum dibandingkan yang
berasal dari bahan bakar nonfosil seperti biomassa untuk mengahsilkan syngas.
Gasifikasi pada dasarnya mengonversi bahan bakar dari bentuk satu ke bentuk
lainnya. Ada 3 alasan yang menjadi alasan untuk menggunakan metode
gasifikasi ini, diantaranya:
d. Untuk meningkatkan nilai panas dari bahan bakar dengan cara
menghilangkan molekul yang tidak mudah terbakar seperti nitrogen
dan air.
e. Untuk menghilangkan sulfur dan nitrogen setelah pembakaran, gas-gas
bahan bakar hasil gasifikasi tidak dilepaskan ke atmosfer.
f. Untuk mengurangi perbandingan karbon dan hidrogen (C/H) dalam
bahan bakar.
Pada umumnya, semakin tinggi hidrogen pada bahan bakar, maka semakin
rendah temperatur penguapan dan semakin tinggi kemungkinan bahan bakar
menjadi fasa gas. Gasifikasi atau pirolisis meningkatkan kandungan hidrogen
relatif (H / C rasio) dalam produk melalui cara berikut:
c. Langsung : Paparan langsung hidrogen pada tekanan tinggi
d. Tidak langsung : Paparan uap pada suhu tinggi dan tekanan, di mana
hidrogen, merupakan produk intermediet yang ditambahkan ke produk. Dalam
proses ini juga terdapat sproses steam reforming.
Gasifikasi dapat menghasilkan gas hasil juga tar. Gas hasil gasifikasi terutama
terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu CO, H2, dan CH4 dan gas-gas tidak
mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi gas ini sangat tergantung pada
komposisi unsur dalam biomassa, bentuk dan partikel biomassa, serta kondisi-
kondisi proses gasifikasi. (Susanto, 2015). Selain itu terdapat juga produk –
produk samping yang terbentuk dari gasifikasi berupa senyawa yang biasa disebut
tar. Tar merupakan produk samping yang tidak diinginkan dalam proses gasifikasi
karena dapat merusak alat akibat penyumbatan yang dapat mengganggu jalannya
proses gasifikasi. Namun terbentuknya tar merupakan hal yang tidak dapat
dihindari karena merupakan produk samping dari proses gasifikasi.
Hasil utama yang diinginkan dari proses gasifikasi adalah syngas yang
terdiri dari gas CO dan H2. Secara keseluruhan, hasil gasifikasi adalah
berupa gas yang biasa disebut producer gases yang mengandung syngas
dan CH4 sebagai senyawa mampu bakar, serta CO2 dan N2 sebagai gas
tak mampu bakar.
Tabel 2.3 Tabel Komposisi Gas Hasil Pada Berbagai Gasifikasi Biomassa
Persen Volume Nilai
Jenis Biomassa Tipe Gasifikasi CO H2 (%)
CH4 CO2 N2 kalor (MJ/m3)
21
Arang Downdraft 28- 5-10 1-2 1-2 55-60 4.6-5.65
Kayu (Moisture 31
17-
Content:12-20%) Downdraft 16-20 2-3 10-15 55-60 5-5.86
22
Batok Kelapa Downdraft 19- 10-15 - 11-15 - 7.20
Sekam Padi Downdraft 24
16.1 9.6 0.95 - - 3.25
Bonggol Jagung Downdraft 18.6 16.5 6.4 - - 6.29
Arang Updraft 30 19.7 - 3.6 46 5.98
(Sumber: Wahyudin,2012)
Dari Tabel 2.3 tersaji data komposisi dari producer gases beberapa
gasifikasi biomassa. Data tersebut diambil dari penelitian dengan
beberapa variabel yang berbeda di mana terdapat perbedaan dari hasil
komposisi producer gases nya. Tabel 2.3 dapat menunjukkan perkiraan
komposisi producer gases, dengan digunakan jenis biomassa yang
berbeda dengan variabel percobaan yang berbeda.
2.8.2 Syngas
Produk utama yang diinginkan dari proses gasifikasi adalah syngas. Syngas
merupakan campuran dari senyawa hidrogen (H2) dan karbon monoksida
(CO). Untuk mendapatkan syngas dari hasil producer gases perlu adanya
proses lanjutan agar hanya didapatkan H2 dan CO.
Terdapat dua cara untuk memproduksi syngas dengan metode gasifikasi, yaitu
gasifikasi dengan suhu rendah (T<1000oC) serta gasifikasi dengan suhu tinggi
(T>1200oC). Gasifikasi dengan suhu rendah biasanya memproduksi sejumlah
hidrokarbon rantai panjang sebagai produk samping selain dari karbon
monoksida dan hidrogen. Hidrokarbon rantai panjang yang dihasilkan
kemudian diproses agar dapat digunakan untuk berbagai proses lainnya. Pada
gasifikasi dengan suhu tinggi, sebagian besar biomassa akan terkonversi
menjadi hidrogen dan karbon monoksida, dimana pada umumnya akan
dilanjutkan dengan shift reaction untuk menyesuaikan rasio antara H2 dan CO
agar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan (Basu,2010).
2.8.3 Tar
22
Tar merupakan salah satu kandungan yang paling merugikan dan harus
dihindari karena sifatnya yang korosif. Secara visual tar dapat kita lihat
berwarna hitam pekat dan kental Selain itu, tar memiliki bau yang tajam dan
dapat mengganggu pernapasan. Pada reaktor gasifikasi terbentuknya tar,
terjadi pada temperatur pirolisis yang kemudian terkondensasi dalam bentuk
asap, namun pada beberapa kejadian tar dapat berupa zat cair pada temperatur
yang lebih rendah (Agustini,2016). Proses pembentukan tar bergantung pada
dua faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor temperatur,dan tinggi reaktor.
Semakin tinggi temperatur, produksi tar akan semakin menurun. Hal ini
dikarenakan pada temperature tinggi, tar akan mengalami proses cracking.
Proses cracking adalah proses dimana tar berubah menjadi gas seperti O2, CO,
CO2, dan H2O. Desain gasifier yang baik setidaknya menghasilkan tar tidak
lebih dari 1 g/m³ (Basu,2010). Berikut ini adalah tabel perbedaan kadar tar
pada gasifikasi biomassa.
Gasifikasi adalah proses konversi energi dari bahan bakar yang mengandung
karbon (padat ataupun cair) menjadi gas yang disebut syngas (synthesis gas) atau
gas sintetis di mana gas tersebut memiliki nilai bakar dengan cara oksidasi parsial
pada temperatur tinggi. Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat
menjadi gas mampu bakar (CO, CH4, dan H2) melalui proses pembakaran dengan
suplai udara terbatas (20%-40% udara stoikiometri) (Guswendar, 2012). Proses
gasifikasi merupakan suatu proses kimia untuk mengubah material berkarbon
menjadi gas mampu bakar. Secara sederhana proses gasifikasi dapat dikatakan
sebagai reaksi kimia pada temperatur tinggi antara biomassa dengan udara.
23
Tahapan dari gasifikasi adalah sebagai berikut:
5. Tahap Pengeringan
Akibat pengaruh panas, biomassa mengalami pengeringan pada temperatur
sekitar 100°C. Proses drying dilakukan untuk mengurangi kadar air (moisture)
yang terkandung di dalam biomassa bahkan sebisa mungkin kandungan air
tersebut hilang. Temperatur pada zona ini berkisar antara 100ºC-300ºC. Kadar
air pada biomassa dihilangkan melalui proses konveksi karena pada reaktor
terjadi pemanasan. Semakin tinggi suhu pemanasan akan mampu mempercepat
proses difusi dari kadar air yang terkandung di dalam biomassa sehingga proses
drying akan berlangsung lebih cepat.
6. Tahap Pirolisis
Bila temperatur sudah mencapai 250°C, biomassa mulai mengalami proses
pirolisis yaitu perekahan molekul besar menjadi molekul-molekul kecil akibat
pengaruh temperatur tinggi. Proses ini berlangsung sampai temperatur 500°C.
Hasil proses pirolisis ini adalah arang, uap air, uap tar, dan syngas.
7. Tahap Oksidasi
Sebagian kecil biomassa atau hasil pirolisis dibakar dengan udara untuk
24
menghasilkan panas yang diperlukan oleh ketiga tahap tersebut di atas. Proses
oksidasi (pembakaran) ini dapat mencapai temperatur 1200°C, yang berguna
untuk proses perekahan tar lebih lanjut.
Proses oksidasi adalah proses yang menghasilkan panas (eksoterm) yang
memanaskan lapisan karbon. Proses ini terjadi pada temperatur yang relatif
tinggi, umumnya lebih dari 900ºC. Pada temperatur ini gasifierakan memecah
substansi tar sehingga kandungan tar yang dihasilkan lebih rendah. Adapun
reaksi kimia yang terjadi pada proses oksidasi ini adalah sebagai berikut :
C + O2 = CO2 ∆HR= + 406 (MJ/kmol)
H2 + ½ O2 = H2O ∆HR = +242 (MJ/kmol)
Proses ini dipengaruhi oleh distribusi oksigen pada area terjadinya oksidasi,
karena adanya oksigen inilah dapat terjadi reaksi eksoterm yang akan
menghasilkan panas yang dibutuhkan dalam keseluruhan proses gasifikasi ini.
Distribusi oksigen yang merata akan menyempurnakan proses oksidasi
sehingga dihasilkan temperatur maksimal.
Pada zona ini, sekitar 20% arang bersama zat volatile akan mengalami oksidasi
menjadi CO2 dan H2O dengan memanfaatkan oksigen terbatas yang
disuplaikan ke dalam reaktor (hanya 20% dari keseluruhan udara yang
digunakan dalam pembakaran dalam reaktor). Sisa 80% dari arang turun ke
bawah membentuk lapisan reductiondi mana di bagian ini hampir seluruh karbon
akan digunakan dan abu yang terbentuk akan menuju tempat penampungan abu.
Pada temperatur di atas 600°C arang bereaksi dengan uap air dan karbon
dioksida. Untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida sebagai
komponen utama gas hasil.
8. Tahap Reduksi
Pada temperatur di atas 600°C arang bereaksi dengan uap air dan karbon
dioksida. Untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida sebagai
komponen utama gas hasil. Proses reduksi adalah reaksi penyerapan panas
(endoterm), yang mana temperatur keluar dari gas yang dihasilkan harus
diperhatikan. Pada proses ini terjadi beberapa reaksi kimia. Di antaranya adalah
Bourdouar reaction, steam-carbon reaction, water-gas shift reaction, dan CO
25
methanation yang merupakanproses penting terbentuknya senyawa – senyawa
yang berguna untuk menghasilkan flammable gas, seperti hidrogen dan karbon
monoksida. Proses ini terjadi pada kisaran temperatur 400-900º C. Berikut
adalah reaksi kimia yang terjadi pada zona tersebut :
e. Bourdouar reaction merupakan reaksi antara karbondioksida yang
terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk menghasilkan CO. Reaksi
yang terjadi pada boudouard reaction adalah:
C + CO2 = 2 CO ∆HR = – 172 (MJ/kmol)
f. Steam-carbon reaction merupakan reaksi yang melibatkan karbon
dengan uap air. Reaksi yang terjadi adalah:
C + H2O = CO + H2 ∆HR= – 131 (MJ/kmol)
g. Water-gas shift reaction merupakan reaksi oksidasi parsial karbon oleh
kukus yang dapat berasal dari bahan bakar padat itu sendiri (hasil
pirolisis) maupun dari sumber yang berbeda, seperti uap air yang
dicampur dengan udara dan uap yang diproduksi dari penguapan air.
Reaksi yang terjadi pada water-gas shift reaction adalah:
CO + H2O = CO2 + H2 ∆HR= + 41 (MJ/kmol)
h. Metanasi CO merupakan reaksi pembentukan gas metan. Reaksi yang
terjadi pada methanation adalah:
CO + 3 H2 = CH4 + H2O ∆HR = – 206 (MJ/kmol)
Dapat dikatakan bahwa pada proses reduksi ini gas yang dapat terbakar seperti
senyawa CO, H2 dan CH4 mulai terbentuk. Sehingga pada bagian ini disebut
sebagai producer gases.Tahap-tahap proses diatas dilaksanakan dalam satu alat
yang disebut gasifier atau reaktor gasifikasi (Findi, 2016).
Komposisi dari gas hasil gasifikasi (producer gases) dapat diperkirakan dengan
simulasi atau pemodelan atas dasar neraca massa, neraca energi dan
termodinamika dari reaksi kesetimbangan. Contoh model tersebut antara lain:
d. Model Schlapfer, di mana reaksi kesetimbangan yang digunakan adalah
reaksi water- gas shift reaction
e. Model Gumz, di mana reaksi kesetimbangan yang digunakan adalah
berdasarkan reaksi Boudouard, steam carbon reaction, dan metanasi
26
f. Model lain yang melibatkan dua atau tiga reaksi kesetimbangan
kesetimbangan berdasarkan keperluan atau asumsi penyusun model.
(Sumber :Susanto,.2015)
Proses-proses yang terjadi dalam proses gasifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.1
3 Mode fluidisasi
5 Arah Aliran
6 Gasifikasi Updraft
Gasifikasi updraft merupakan gasifikasi yang umum digunakan secara luas.
Ciri khas dari reaktor gasifikasi ini adalah aliran udara dari blower masuk
melalui bagian bawah grate reaktor sedangkan aliran bahan bakar masuk
melalui dari bagian atas reaktor sehingga arah aliran udara dan bahan bakar
memiliki prinsip yang berlawanan (counter current).
Produksi gas dikeluarkan melalui bagian atas dari reaktor sedangkan abu
pembakaran jatuh ke bagian bawah gasifier karena pengaruh gaya gravitasi
dan berat jenis abu. Di dalam reaktor, terjadi zonafikasi area pembakaran
berdasarkan pada distribusi temperatur reaktor gasifikasi. Zona pembakaran
terjadi di dekat grate yang dilanjutkan dengan zona reduksi yang akan
menghasilkan gas dengan temperatur yang tinggi. Gas hasil reaksi tersebut
akan bergerak menuju bagian atas dari reaktor yang memiliki temperatur
lebih rendah dan gas tersebut akan kontak dengan bahan bakar yang
bergerak turun sehingga terjadi proses pirolisis dan pertukaran panas antara
gas dengan temperatur tinggi terhadap bahan bakar yang memiliki
temperatur lebih rendah. Panas sensibel yang diberikan gas digunakan
bahan bakar untuk pemanasan awal dan pengeringan bahan bakar. Kedua
proses tersebut yaitu proses pirolisis dan proses pengeringan terjadi pada
bagian teratas pada reaktor gasifikasi.
28
Dalam updraft gasifier, bahan bakar diumpankan dari atas dan gas produk
meninggalkan dari atas juga. Bahan gasifikasi (air, oksigen, steam, atau
campuran ketiganya) sedikit dipanaskan dan memasuki gasifier melalui
grate di bagian bawah. Gas kemudian naik melalui hamparan bahan bakar
atau ash di ruang gasifier (Basu, 2010).
29
Terdapat banyak kelebihan dari reaktor gasifikasi updraft yaitu mekanisme
kerja yang dimiliki oleh reaktor tipe ini jauh lebih sederhana dibandingkan
dengan tipe yang lain. Dengan mekanisme kerja yang lebih sederhana
tersebut, menyebabkan tingkat toleransi reaktor terhadap tingkat kekerasan
bahan bakar lebih baik. Selain itu jenis reaktor ini memiliki kemampuan
untuk mengolah bahan bakar kualitas rendah dengan temperatur gas
keluaran yang relatif rendah dan memiliki efisiensi yang tinggi akibat dari
panas gas yang keluar reaktor memiliki temperatur yang relatif rendah.
7 Gasifikasi Downdraft
Sistem gasifikasi downdraft memiliki sistem yang hampir sama dengan
sistem gasifikasi updraft yaitu dengan memanfaatkan sistem oksidasi
tertutup untuk memperoleh temperatur tinggi. Bahan bakar dalam reaktor
gasifikasi downdraft dimasukkan dari atas reaktor dan udara dari blower
dihembuskan dari samping menuju ke zona oksidasi sedangkan producer
gases hasil pembakaran keluar melalui burner yang terletak di bawah
ruangan bahan bakar sehingga saat awal gas akan mengalir ke atas dan saat
volume gas makin meningkat maka producer gases mencari jalan keluar
melalui daerah dengan tekanan yang lebih rendah. Sistem tersebut memiliki
maksud agar producer gases yang terbentuk akan tersaring kembali oleh
bahan bakar dan melalui zona pirolisis sehingga tingkat kandungan tar
dalam gas dapat dikurangi. Untuk menghindari penyumbatan gas di dalam
reaktor, maka digunakan blower hisap untuk menarik producer gases dan
mengalirkannya ke arah burner.
30
Gambar 2.4 Tahap gasifikasi dalam downdraft gasifier
(sumber: Basu, 2010)
Pada tipe ini sumber panas terletak di bawah bahan bakar seperti dalam
Gambar 2.8. Dalam gambar terlihat aliran udara bergerak ke zona gasifikasi
di bagian bawah yang menyebabkan asap pirolisis yang dihasilkan melewati
zona gasifikasi yang panas. Hal ini membuat tar yang terkandung dalam
asap terbakar, sehingga producer gases yang dihasilkan oleh reaktor ini
lebih bersih. Keuntungan reaktor tipe ini adalah reaktor ini dapat digunakan
untuk operasi gasifikasi yang berkesinambungan dengan menambah bahan
bakar melalui bagian atas reaktor. Namun untuk operasi yang
berkesinambungan dibutuhkan sistem pengeluaran abu yang baik agar
bahan bakar bisa terus ditambahkan ke dalam reaktor.
8 Gasifikasi Crossdraft
Pada crossdraft gasifier, udara dihembuskan ke dalam ruang bakar dari
lubang arah samping yang saling berhadapan dengan lubang pengambilan
gas sehingga pembakaran dapat terkonsentrasi pada satu bagian saja dan
berlangsung dengan lebih banyak dalam suatu satuan waktu tertentu. Pada
gasifikasi crossdraft arah aliran gas dijaga mengalir mendatar dengan aliran
padatan ke bawah.
Tabel 2.5 Kandungan Tar dan Partikulat Pada Beberapa Tipe Gasifier
Tipe Gasifier Tar (mg/Nm3) Partikulat (mg/Nm3)
Updraft 10.000-100.000 100-1.000
Downdraft 50-500 100-8.000
Fluidized Bed 2.000-10.000 100-8.000
32
Entrained Bed 8.000-30.000 30.000-100.000
(Suharto,2013)
Air to fuel ratio atau disebut dengan AFR merupakan perbandingan antara laju massa
udara dengan laju massa bahan bakar yang digunakan. AFR mempengaruhi proses dari
suatu konversi termal suatu biomassa. Dimana semakin besar nilai AFR maka hasil
konversi termal suatu biomassa semakin kecil.
Dalam proses pembakaran bahan bakar hidrokarbon, karbon© akan terbakar menjadi
karbon dioksida (CO2) dan H akan menjadi air (H2O). Maka perbandingan dari berat
minimum udara terhadap berat bahan bakar disebut dengan air to fuel teoritis atau AFR
33
teoritis dimana dengan berat udara tersebut akan terjadi pembakaran sempurna dan gas
yang dihasilkan tidak mampu bakar.
Dalam proses pirolisis AFR tidak digunakan sebab pada proses pirolisis minim adanya
udara yang masuk. Oleh karena minimnya udara yang masuk maka tidak ada laju massa
udara yang diperhitungkan sehingga nilai AFR pada proses pirolisis sama dengan nol.
Sementara pada proses gasifikasi bahan bakar hidrokarbon, karbon (C) akan terbakar
menjadi karbon monoksida (CO) dan H akan menjadi hydrogen (H2) dimana hasil yang
diinginkan adalah gas yang mampu bakar. Hal tersebut adalah proses pembakaran tidak
sempurna dimana berat udara yang digunakan terbatas. Jika pada proses pembakaran
sempurna dibutuhkan minimal berat udara pada AFR teoritis maka pada proses
gasifikasi berat udara dibutuhkan harus lebih kecil dari AFR teoritis. Apabila
penggunaan oksigen berlebih maka proses yang terjadi adalah pembakaran bukan
gasifikasi. Nilai AFR pada proses gasifikasi dibatasi sampai dengan 25% dari AFR
teoritis (Basu,2010).
Pada proses gasifikasi ,nilai AFR mempengaruhi hasil dari konversi termal suatu
biomassa. Dimana semakin besar nilai AFR maka semakin besar temperature di zona
gasifier dan laju producer gases. Besarnya temperature di zona gasifier dan tingginya
laju producer gases ini yang akan mempengaruhi hasil dari konversi termal suatu
biomassa tersebut.
A 2,66𝐶+7,94𝐻2 + 0,998𝑆−𝑂2
( F )th,m,d = (2.7)
0,232
(Culp,1996)
34
Equivalence Ratio atau disebut juga dengan ER merupakan salah satu parameter penting
untuk mendesign sebuah gasifier. ER menyatakan perbandingan antara AFR aktual
dengan AFR secara stoikiometri. Nilai ER berpengaruh terhadap hasil proses gasifikasi.
Pada proses gasifikasi dengan gasifier downdraft memiliki %yield terbaik pada ER
sebesar 0,25. Nilai ER 0,25 ini menyatakan bahwa 25% carbon pada biomassa bereaksi
pada proses gasifikasi dan 75% carbon pada biomassa diharapkan masih ada atau tidak
bereaksi sehingga dihasilkan producer gases yang kaya akan carbon sehingga producer
gases tersebut flammable (Basu,2010).
𝐴𝐹𝑅 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐸𝑅 (< 1,0) = 𝐴𝐹𝑅 𝑠𝑡𝑜𝑖𝑘𝑖𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖 (2.8)
(Basu,2010)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Institut Teknologi Nasional, Bandung gasifier yang digunakan
adalah gasifier tipe updraft dengan medium gasifikasi berupa udara. Pada penelitian ini
35
biomassa yang digunakan adalah arang batok kelapa. Dimulai dengan melakukan
pengujian terhadap arang batok kelapa dengan analisis proksimat dan ultimat di
laboratorium PUSLITBANG tekMIRA untuk mengetahui komposisi dari arang batok
kelapa yang digunakan. Penelitian diawali dengan kalibrasi laju alir udara blower.
Kemudian dilanjutkan dengan proses gasifikasi arang batok kelapa dengan variasi
percobaan yaitu AFR 15%, 20%, 25%, 30% dan 110%.
Running dilakukan hingga gas hasil gasifikasi sudah steady. Data yang diambil pada
penelitian ini adalah suhu pada tiap zona gasifier dan sampel dari gas hasil gasifikasi yang
sudah dalam keadaan steady. Gas hasil gasifikasi akan dianalisis menggunakan metode GC
(gas chromatography) di Laboratorium Metodika Perancangan dan Pengendalian Proses,
Institut Teknologi Bandung (ITB).
36
3.2 Skema Alat Gasifikasi
Susunan alat percobaan gasifikasi batok kelapa sawit disajikan dalam Gambar 3.1
37
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan pada penenilitian ini di lampirkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2
Proses gasifikasi yang akan dilakukan pada penelitian ini memiliki 4 tahap diantaraya
tahap persiapan, tahap penelitian, tahap pengambilan data dan tahap akhir penelitian.
Berikut ini detail setiap tahapan prosedur percobaan dari proses gasifikasi arang batok
kelapa menggunakan updraft gasifier dengan udara sebagai medium gasifikasi.
5. Kalibrasi laju alir udara blower, kemudian menentukan laju alir udara yang
dimasukkan kedalam reaktor dengan melihat nilai Δh pada manometer.
6. Alat gasifikasi dirangkai, meliputi pendingin (kondensor), blower, manometer
38
dan termokopel.
7. Arang batok Kelapa ditimbang 4898,46; 4173,85; 3739,08; 3449,23; dan 2395,24
gram untuk AFR 15%, 20%, 25%, 30% dan 110% .
8. Arang tersebut dibakar hingga menjadi bara, kemudian dimasukkan ke dalam
gasifier hingga suhu reaktor mencapai ±800°C
3. Gasifikasi
b. Laju alir udara diatur dengan mengatur ball valve pada aliran udara masuk
sampai
∆h pada manometer pipa U sebesar 0,5 cm atau setara dengan debit udara 1,57
L/s.
dan dicatat.
a. Vacutainer ukuran 6 mL dihubungkan dengan dua jarum dan dua selang. Satu
jarum dan selang dihubungkan kedalam reaktor melalui karet silikon yang
terdapat pada aliran gas keluar reaktor. Sedangkan, jarum dan selang yang lain
dihubungkan dengan alat suntik yang digunakan untuk mengambil sampel gas
dari keluaran reaktor.
b. Pengambilan sampel dilakukan ketika nyala api steady sekitar 1-2 menit dari
terbentuknya nyala api steady.
c. Proses pengambilan sampel dihentikan ketika nyala api sudah tidak steady.
6. Bara yang masih menyala didalam reaktor dimatikan dengan cara disiram dengan
sedikit air.
7. Dilakukan pengambilan tar yang ada di penampung.
8. Alat gasifikasi dan alat pengambil sampel yang telah digunakan dibersihkan dan
dirapikan kembali.
40
3.6 Variasi Percobaan
Proses gasifikasi dilakukan dengan melakukan variasi AFR (air to fuel ratio) dengan
rentang nilai yang telah disajikan pada Tabel 3.3. Variabel berubah yang digunakan
adalah AFR dengan variabel tetap yang digunakan adalah laju alir udara yang masuk ke
dalam reaktor. Variasi AFR dipilih untuk mempermudah identifikasi pengaruh AFR
terhadap komposisi producer gases. Hal ini disebabkan oleh, pemasukan biomassa lebih
mudah dikendalikan untuk meminimalisir kesalahan dibandingkan dengan suplai udara
yang masih memiliki kemungkinan untuk mengalami perubahan nilai yang tidak
terdeteksi. Untuk pemilihan rentang nilai AFR didasarkan pada jumlah biomassa yang
diumpankan ke dalam reaktor sehingga AFR dibatasi sampai 30% untuk
memaksimalkan gas hasil gasifikasi yang diperoleh sedangkan, untuk AFR 110% hanya
hanya digunakan sebagai variasi pembanding.
41
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN UMPAN
17. Perhitungan Massa O2 untuk membakar unsur dapat terbakar dalam 1 Kg bahan bakar (A)
42
Massa O2 untuk membakar C dalam 1 kg bahan bakar =
Komposisi C (begitu terbakar) x konstanta C = 0,6409 x 2,66
= 1,7048 kg = B
Massa O2 untuk membakar H2 dalam 1 kg bahan bakar =
Komposisi H2 (begitu terbakar) x konstanta H2 = 0,046 x 7,94
= 0,3656 kg = C
Massa O2 untuk membakar S dalam 1 kg bahan bakar =
Komposisi S (begitu terbakar) x konstanta S = 0,0009 x 0,998
= 0,0008874 kg = D
A=B+C+D
= 2,0713 Kg
18. Perhitungan Massa Oksigen yang terdapat dalam 1 Kg Bahan Bakar (E)
E = Komposisi O2 (begitu terbakar) x konstanta O2 = 0,2919 x (-1)
= - 0,2919 kg
19. Perhitungan Massa Oksigen yang dibutuhkan dari udara per 1 Kg bahan bakar (F)
F=A+E
= 2,0713 Kg + (-0,2919 kg)
= 1,7794 Kg
L = (π x (0,05m)2 ) / 4
= 0,0019625 m2
43
22. Laju Volumetrik Udara (Q)
Q = vA x L
= 0,8 m/detik x 0,0019625 m2
1000 𝐿
= 0,00157 m3/detik x = 1,57 L/detik
1 𝑚3
44
28. Biomassa yang dibutuhkan selama penelitian selesai
Asumsi:
- Lamanya run = 30 menit (dari keadaan steady)
- Faktor kegagalan = 0,6
- Biomassa yang dibutuhkan untuk start-up sampai keadaan steady
= 2 kg/run x 5 run
= 10 kg
Perhitungan:
Massa biomassa selama run ke-1 = laju biomassa x lamanya run
= 1,6103 g/detik x 1800 detik
= 2898,461 gram
45
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertania, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. “Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Kelapa” Edisi Kedua, 2007.
46