Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Seorang peneliti harus terlebih dahulu memutuskan bidang masalah umum. Langkah ini sering
sulit bagi peneliti pemula. Hal ini terjaid bukan karena sedikitnya masalah yang ada. Faktanya peneliti yang masih
pemula harus memilih masalah terlebih dahulu walaupun pemahaman mereka tentang melakukan penelitian
terbatas. Peneliti masih belum mengetahui secara pasti mengenai sifat dari masalah penelitian dan solusi untuk
memecahkan masalah tersebut. Keterampilan dalam melakukan penelitian adalah untuk membuat keputusan yang
bijak mengenai apa yang harus diselidiki. Keterampilan ini membutuhkan waktu dan upaya berulang untuk
berkembang.

Untuk mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh penelitian, peneliti harus memiliki pengetahuan
atau pengalaman di lapangan. Selanjutnya, pertanyaan yang dipilih untuk penelitian yang dimaksud harus
memiliki kepentingan yang mendalam atau menjadi salah satu yang membuat peneliti merasa sangat ingin tahu
tentang solusinya. Masalah yang di pilih harus menjadi sangat khusus atau peneliti mungkin menemukan kesulitan
dalam mengumpulkan motivasi untuk melakukan penelitian sampai selesai. Beberapa contoh masalah yaitu:
1. Seorang guru sekolah dasar mungkin tertarik untuk menemukan cara yang lebih efektif untuk
mengajarkan teknik membaca.
2. Seorang guru biologi tingkat sekolah menengah mungkin ingin tahu apakah dengan menggunakan
simulasi komputer akan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa.
3. Seorang kepala sekolah dasar mungkin ingin mengetahui apakah program mentoring akan meningkatkan
efektifitas guru pemula.
Setelah memilih masalah secara umum, peneliti kemudian mengkhususkan ke pernyataan spesifik dari pertanyaan
penelitian mengenai apa yang ingin diketahui atau apa yang ingin diprediksi. Jika peneliti
telah memilih masalah penelitian tersebut dan dapat menyambungkan pertanyaan atau pernyataan secara jelas,
maka peneliti telah mencapai salah satu fase yang paling sulit dari proses penelitian.

A. Sumber masalah
Meskipun tidak ada aturan yang ditetapkan untuk mencari masalah penelitian, adanya saran-saran
tertentu yang dapat membantu menemukan masalah tersebut. Terdapat tiga sumber penting untuk
menemukan masalah penelitian yaitu pengalaman, deduksi dari teori, dan literatur yang terkait. Ada juga
sumber non-pendidikan yang juga dapat dijadikan referensi dalam menemukan masalah penelitian.
Faktanya, tiga sumber pertama dapat digunakan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
1) Pengalaman/Observasi
Di antara sumber yang paling bermanfaat bagi para peneliti pemula adalah pengalaman mereka
sendiri sebagai praktisi pendidikan. Guru memiliki intuisi atau firasat tentang pengalaman di sekolah
yang berbeda atau mengapa hal-hal tertentu di sekolah terjadi. Guru sering mempertanyakan
efektivitas praktik kelas tertentu yang telah menjadi rutin tetapi mungkin lebih didasarkan pada
tradisi atau otoritas daripada penelitian sains. Mereka bertanya-tanya apakah prosedur alternatif akan
lebih efektif. Seorang guru sekolah menengah mungkin memiliki pertanyaan tentang strategi baru
untuk meningkatkan pencapaian pada kemampuan siswa yang sulit berkompetensi dengan siswa
yang lebih mampu, atau seorang guru SD mungkin memiliki pertanyaan tentang sebuah metode baru
untuk mengajarkan teknik membaca. Di era dimana pendidikan dipertanggungjawabkan seperti
sekarang, guru ingin tahu apakah program dan praktik yang mereka gunakan adalah yang paling
efektif. Melakukan penelitian dapat memberikan jawaban atas pertanyaan seperti itu.

Sebagian besar mahasiswa pascasarjana di bidang pendidikan telah berada di ruang kelas atau saat
ini bekerja penuh atau paruh waktu di sekolah. Siswa yang belum memiliki pengalaman mengajar
bisa mendapatkan ide dari diskusi dan bacaan mereka di kelas. Akan lebih baik jika peneliti membuat
daftar ide atau mencatat hal-hal yang peneliti pertanyakan. Dengan mempelajari catatan tersebut,
peneliti akan segera mengidentifikasi masalah penelitian dengan baik.
2) Deduksi dari teori
Teori adalah sumber yang baik dalam mencari masalah penelitian. Sebuah teori dapat didefinisikan
sebagai pernyataan, prinsip, dan proposisi yang saling terkait dimana semua itu menentukan
hubungan antar variabel. Penerapan prinsip-prinsip umum yang diwujudkan dalam teori untuk
masalah pendidikan tertentu hanya hipotesis meskipun sampai penelitian memastikan secara
empirik. Misalnya, asumsikan bahwa seorang peneliti tertarik pada bagaimana remaja membentuk
konsep diri di bidang akademik mereka. Teori perbandingan sosial menunjukkan bahwa siswa
membentuk konsep diri di bidang akademik dengan membandingkan prestasi akademik yang
mereka sadari sendiri dengan beberapa standar atau referensi. Kerangka acuan bagi sebagian besar
siswa akan menjadi kemampuan akademik yang dirasakan teman sekelas mereka. Satu pertanyaan
yang mungkin muncul adalah “Akan siswa berbakat yang ditempatkan di kelas homogen secara
selektif memiliki konsep diri di bidang akademik lebih rendah dari waktu ke waktu daripada siswa
yang juga berbakat di dalam kelas heterogen atau campuran? ”Pertanyaan ini dapat diselidiki dengan
mempelajari perubahan sepanjang waktu dalam konsep diri di bidang akademik bagi siswa berbakat
di kelas homogen yang dibandingkan dengan siswa berbakat yang ditempatkan di kelas reguler atau
heterogen.
Teori menarik lain yang memiliki implikasi untuk pendidikan adalah teori klasik mengenai
pengembangan kepribadian dari Erik Erikson (1967). Erikson menggambarkan tentang
pengembangan psikososial dalam tahapan sepanjang rentang hidup seseorang, yang masing-masing
melibatkan sebuah masalah kritis atau konflik yang harus diselesaikan oleh orang itu. Masa remaja
yang merupakan salah satu dari tahap-tahap ini, memiliki tugas utamanya adalah pengembangan
konsep-diri yang positif atau untuk menggunakan istilah Erikson yang memiliki rasa identitas yang
kuat. Membentuk identitas pribadi yang kuat sulit karena peran dan nilai yang bersaing menghadapi
orang muda. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang telah mencapai rasa identitas lebih
mandiri, lebih berkompeten secara sosial, lebih mampu mengatasi stres, dan memiliki harga diri
yang tinggi. Namun, jika remaja tidak menyelesaikan krisis identitas, akan terjadi rasa rendah diri
dan merasa terasingkan. Sangat menarik bahwa siswa yang telah melakukan kekerasan sering
melaporkan perasaan keterasingan. Teori Erikson bisa menjadi landasan untuk penelitian tentang
kekerasan di sekolah. Seorang peneliti yang tertarik belajar mengenai kekerasan sekolah mungkin
bertanya, “Apakah ada praktik sekolah yang dapat berkontribusi pada perasaan isolasi di beberapa
siswa? “Apa saja program positif yang mungkin bisa membantu meningkatkan citra diri siswa? ”
“Bagaimana sekolah menangani insiden yang dilaporkan mengenai bullying fisik atau cyber-
bullying? "dan" Apakah prosedur lain lebih efektif? "Peneliti kualitatif dapat melakukan studi kasus
pada seorang remaja yang terlibat dalam melakukan tindakan kekerasan di sekolah atau seseorang
yang menjadi korban bullying.

Pemilihan teori:
Tidak semua teori dapat digunakan bagi seorang peneliti pemula. Karakteristik teori yang baik untuk
penelitian:
a) Karakteristik penting dari teori yang baik adalah bahwa teori dapat diuji. Teori yang dipilih
harus menjadi satu dimana peneliti dapat membuat prediksi ringkas (hipotesis) tentang apa yang
akan terjadi dalam situasi baru dan dapat memverifikasi prediksi ini melalui pengamatan
empiris. Karena hipotesis didukung dalam studi penelitian, hipotesis tersebut menjadi bagian
dari teori yang menambahkan kajian pustaka. Namun, jika teori tidak dapat diuji maka tidak
akan mendapatkan tujuan yang dimaksud.
b) Sebuah teori yang baik tidak hanya dapat diuji tetapi juga dapat dikonfirmasi. Konfirmasi yang
dimaksud adalah teori tersebut dapat diuji kebenarannya. Dalam pengumpulan bukti memiliki
kemungkinan untuk bertentangan dengan teori. Sebuah teori yang menjelaskan mengapa sebuah
tornado mendarat di daerah tertentu di sebuah kota dengan menyatakan bahwa orang-orang di
sana dihukum karena dosa-dosa mereka bukanlah teori yang dapat dibuktikan salah. Jadi, ini
bukan teori yang berguna.
Siswa terkadang menemukan konsep pengujian kebenaran yang sulit untuk dipahami. Konsep
ini berasal dari filsuf Sir Karl Popper dalam bukunya Logic of Scientific Discovery (1965)
berpendapat yang menyatakan pengetahuan “tidak akan pernah bisa terbukti atau sepenuhnya
dibenarkan, mereka hanya bisa disanggah ”(hal. 40). Sebuah teori tidak bisa pernah terbukti
benar karena teori adalah generalisasi yang berlaku untuk semua kemungkinan fenomena yang
teori coba jelaskan, dan memang benar tidak mungkin untuk mengujinya terhadap semua
kemungkinan. Kami hanya mengatakan bahwa teori telah didukung; semakin banyak dukungan
yang didapat dalam berbagai studi penelitian, semakin terpecaya teori tersebut dalam
kebermanfaatannya. Namun, itu mungkin untuk menyanggah teori dengan mengumpulkan
bukti negatif yang bertentangan dengan teori. Menurut Popper, ini adalah bagaimana kemajuan
yang paling ilmiah dicapai. Neuman dan Kreuger (2003) memberikan contoh yang bermanfaat:
“Jika saya ingin menguji bahwa semua angsa berwarna putih, dan saya menemukan 1000 angsa
putih, saya belum sepenuhnya mengkonfirmasi hukum atau pola kausal. Yang dibutuhkan
adalah menemukan satu angsa hitam untuk sanggahan pernyataan saya — satu bagian dari bukti
negatif ”(hlm. 40). Bukti negatif menunjukkan bahwa teori perlu untuk ditolak atau setidaknya
direvisi. Kesimpulannya, teori yang baik adalah satu dari bukti yang bisa dikumpulkan yang
mendukung atau menyanggah teori. Kedua hasil harus dimungkinkan.
c) Sebuah teori yang baik berkaitan dengan beberapa fenomena atau perilaku yang signifikan.
Keduanya membutuhkan penjelasan, seperti pembelajaran atau motivasi.
d) Teori yang baik memberikan penjelasan yang paling sederhana, jelas, dan dipahami oleh akal
untuk fenomena itu. Teori yang baik mengikuti prinsip parsimony yang menyatakan bahwa teori
harus menjelaskan sejumlah fakta terbanyak dengan jumlah prinsip sedikit.
e) Teori yang baik memiliki konsistensi internal; proposisinya tidak bertentangan satu lain.
Sebagai contoh, teori "akal sehat" tentang pemisahan manusia dapat menyatakan
“Ketidakhadiran membuat hati semakin dekat” tetapi juga “Semakin tidak terlihat, semakin pula
tidak terpikirkan”. Satu dapat menemukan bukti untuk mendukung kedua proposisi ini. Dengan
demikian, teori itu akan tidak berguna untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi ketika
orang dipisahkan.
Berbicara mengenai teori pendidikan, psikologis, atau sosiologis seperti anda khususnya merupakan
hal yang menarik. Bacalah ringkasan teori dalam jurnal, buku teks, atau sumber utama, dan
kemudian ajukan pertanyaan. Masalah penelitian berbasis teori sangat diperlukan karena hasilnya
dapat dikaitkan dengan pengetahuan kompleks yang ada. Penelitian dapat memverifikasi atau gagal
dalam memverifikasi teori, dan kemungkinan besar akan ada saran mengenai masalah lain untuk
penelitian. Anda mungkin berbicara dengan profesor Anda untuk menemukan
tahu apa yang mereka kerjakan atau untuk mendapatkan saran mereka.
3) Memilih literatur yang terkait (kepustakaan)
Sumber masalah lain yang bisa digunakan dalam penelitian adalah literatur yang diterbitkan di
daerah Anda. Dalam penelitian yang dipublikasikan, Anda akan menemukan contoh masalah
penelitian dan metode yang digunakan untuk menyelesaikannya. Tinjauan literatur terkait dapat
membantu dalam cara-cara berikut:
a) Anda mungkin menemukan sebuah penelitian yang perlu direplikasi. Anda bisa menggunakan
penelitian sebelumnya. Penelitian bersifat tidak sama namun dengan beberapa tambahan variasi.
Perbedaan yang bisa terjadi misalnya berbeda kelompok usia, latar pendidikan/waktu yang
berbeda, atau metodologi yang berbeda. Bahkan sebuah penelitian mungkin menjadi satu lintas
budaya untuk menentukan apakah kesimpulan dari penelitian dalam satu budaya berlaku dalam
budaya lain. Anda tidak perlu khawatir bahwa Anda hanyalah mereplikasi penelitian daripada
melakukan beberapa terobosan baru dalam penelitian. Replikasi adalah kegiatan yang
bermanfaat karena menyediakan lebih banyak bukti validitas temuan asli. Sebagai studi yang
diulang dengan waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda pula, lalu terdapat temuan yang
didukung di masing-masing penelitian, kita dapat meningkatan kepercayaan dalam keabsahan
saintifik dari temuan-temuan tersebut.
Sebagai contoh, para peneliti telah melakukan banyak replikasi
Studi terkenal Piaget (1999) tentang perkembangan penilaian moral pada anak-anak.
Studi-studi ini telah menggunakan pendekatan dasar Piaget tetapi telah diselidiki
perkembangan penilaian moral pada anak-anak dari berbagai sosioekonomi
kelas, pada anak-anak dengan usia kronologis yang sama tetapi berbeda dalam kecerdasan
tingkat, pada anak-anak berbeda dalam tingkat partisipasi mereka di usia mereka sendiri
kelompok, pada anak-anak yang berbeda dalam sifat disiplin orangtua yang berpengalaman
di rumah, dan di kedua anak laki-laki dan perempuan. Baru-baru ini, ada simpatisan lain
teknik yang digunakan yang berbeda dari Piaget dalam upaya mereka untuk memastikannya
temuan dan kesimpulan. Secara umum, badan penelitian besar berasal
dari investigasi Piaget telah mendukung kesimpulan aslinya. Jadi, a
studi penelitian tunggal, jika berhubungan dengan masalah yang signifikan dan jika temuannya
menarik, dapat menginspirasi banyak penelitian lain.
b)
4)
B.
Seorang peneliti harus terlebih dahulu memutuskan masalah umum. Langkah ini sering menjadi sulit bagi peneliti
pemula. Kesulitan tersebut bukan disebabkan oleh kurangnya sumber permasalahan. Faktanya pemula harus
memilih masalah terlebih dahulu ketika pengetahuan para peneliti muda tentang cara-cara meneliti itu terbatas.
Mereka tidak pasti
tentang sifat masalah penelitian dan bagaimana cara mengatasinya.
Keterampilan dalam melakukan penelitian adalah untuk sebagian besar soal membuat pilihan yang bijaksana
tentang
apa untuk menyelidiki. Keterampilan ini membutuhkan waktu dan usaha diulang untuk mengembangkan, tetapi
pemula bersedia bisa melakukannya.
Dalam rangka untuk mengajukan pertanyaan bahwa penelitian dapat menjawab, seseorang harus memiliki
pengetahuan
atau pengalaman di daerah. Kita sering mendengar siswa dalam kursus kultus diffi mengatakan, “Saya tidak
cukup tahu untuk mengajukan pertanyaan.”Demikian pula, kecuali seorang peneliti memiliki pengetahuan
atau pengalaman di suatu daerah, dia tidak tahu apa pengetahuan tambahan
dibutuhkan atau bagaimana untuk mendapatkan melalui investigasi empiris.
Selanjutnya, pertanyaan yang dipilih untuk investigasi harus menahan minat dalam atau
menjadi salah satu tentang yang peneliti benar-benar penasaran. Pilihannya tentu harus
sangat pribadi atau peneliti mungkin akan menemukan hal ini sulit untuk mengumpulkan motivasi
untuk membawa penelitian sampai akhir. Cari pertanyaan yang intrik Anda dan
Anda akan menikmati pencarian solusi. Sebagai contoh, seorang guru sekolah dasar
mungkin tertarik dalam fi nding cara yang lebih efektif untuk mengajarkan membaca. Sebuah sekolah tinggi
guru biologi mungkin ingin tahu apakah menggunakan simulasi komputer akan meningkatkan
siswa pemecahan masalah keterampilan. Seorang kepala sekolah dasar mungkin ingin tahu
jika program mentoring akan meningkatkan efektivitas guru pemula.
Setelah memilih area umum penyelidikan, peneliti kemudian menyempit
itu ke sebuah pernyataan c spesifik dari pertanyaan penelitian. Apa yang spesifik Cally yang Anda inginkan
tahu atau apa yang Anda inginkan untuk memprediksi? Mungkin karena tampaknya, setelah peneliti
telah memilih area masalah dan jelas diartikulasikan pertanyaan atau pernyataan, ia
telah dicapai salah satu tahapan kultus paling diffi dari proses penelitian.

Anda mungkin juga menyukai