Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA TN.

B DENGAN DIAGNOSA
MEDIS CLOSE FRACTURE FEMUR SINISTRA DENGAN TINDAKAN ORIF
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Peminatan Kamar Bedah

Disusun Oleh :
KHOERUR ROSID AL ISLAM
A11501038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan sehari-hari
dimana semua orang dapat beraktivitas tanpa ada gangguan atau hambatan. Menurut
Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa kesehatan merupakan
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu
pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan ketentraman hidup maka
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Apabila tujuan tersebut tidak dapat
tercapai maka akan menjadi sebuah masalah keseahatan.
Masalah kesehatan yang paling sering dijumpai oleh setiap orang adalah penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular dapat berupa HIV/AIDS, TB
Paru, Hepatitis dan penyikit menular seks lainnya. Sedangkan penyakit tidak menular
dapat berupa hipertensi, diabetes melitus, asam urat, dan lain-lain. Selain itu, kecelakaan
yang dialami seseorang bisa mengakibatkan seseorang mengalami sakit bahkan
kematian.
Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja, merupakan suatu keadaaan yang
tidak diinginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak. Badan kesehatan
dunia (WHO,) mencatat di tahun 2011 lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan
insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu
insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur
ekstremitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Fraktur merupakan
suatu keadaan dimana terjadi disintegritas pada tulang. Penyebab terbanyaknya adalah
insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti proses degenerative dan osteoporosis juga
dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI, 2011).
Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan tulang
yang disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Badan kesehatan
dunia (WHO) mencatat jumlah kejadian fraktur pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3 juta
orang yang menderita fraktur. Menurut DEPKES RI tahun 2011 di Indonesia sendiri juga
banyak yang mengalami fraktur, fraktur di Indonesia terdapat 45.987 orang yang
mengalami fraktur, prevalensi kejadian fraktur yang paling tinggi adalah fraktur femur
yaitu terdapat 19.729 orang yang mengalami fraktur, sedangkan ada 14.037 orang yang
mengalami fraktur cluris dan terdapat 3.776 orang mengalami fraktur tibia. Salah satu
cara untuk mengembalikan fraktur seperti semula yaitu salah satu cara adalah rekognisi
atau dilakukan tindakan pembedahan (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).
Pembedahan adalah segala upaya tindakan pengobatan yang secara invasif
dengan cara membuka bagian organ tubuh yang akan ditangani. Setelah tindakan
pembedahan akan dilakukan tindakan untuk menangani rasa nyeri yaitu dengan
menggunakan obat penghilang rasa nyeri (Sjamsuhidajat, R. & Jong, 2005). Menurut
The International Association for the Study of Pain, nyeri adalah suatu pengalaman
sensorik yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan ataupun
yang berpotensi merusak jaringan. Nyeri itu merupakan suatu hak yang kompleks
meliputi aspek fisik dan psikis. Aspek fisik meliputi perubahan keadaan umum, denyut
nadi, suhu tubuh, pernapasan, sedangkan aspek psikis akibat nyeri dapat terjadinya stress
yang bisa mengurangi sistem imun dalam proses inflamasi. Nyeri merupakan hak yang
bersifat subjektif dan personal, sehingga masing-masing individu akan memberikan
respon yang berbeda terhadap rasa nyeri berdasarkan pengalaman sebelumnya (Judha,
Sudarti & Fauziah,2012). Penatalaksanaan manajemen nyeri ada 2 teknik yaitu dengan
cara farmakologi dan non-farmakologi. Penatalaksanaan manajemen nyeri farmakologi
adalah penatalaksanaan manajemen nyeri dengan menggunakan obat yang berkolaborasi
antara perawat dengan dokter dalam pemberian obat antinyeri, sedangkan teknik non-
farmakologi adalah penatalaksanaan manajemen nyeri tanpa obat-obatan,
penatalaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi meliputi Guided imagery, distraksi,
hypnoanalgesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan suatu masalah yaitu “Bagaimana Melakukan Asuhan Keperawatan
Perioperatif Pada Tn.B Dengan Kasus Close Fracture Femur Sinistra Di Ruang IBS RS
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”?
C. RUANG LINGKUP
Dalam penulisan laporan askep ini hanya akan membahas asuhan keperawatan
perioperatif pada Tn.B dengan kasus Close Fracture Femur Sinistra
D. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu melaksankan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan Close
Fracture Femur Sinistra
b. Tujuan khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajiaan pada asuhan keperawatan pasien dengan Close
Fracture Femur Sinistra
2. Mampu menyiapkan instrumen pada tindakan orif
3. Mampu menyiapkan linen dan disposible material pada tindakan orif
4. Mampu menjelaskan untuk menjadi instrumentator pada tindakan orif
5. Mampu memberikan asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi dengan kasus
Close Fracture Femur Sinistra
E. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi Individu
Dapat mengetahui teori dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan
praktek dirumah sakit di ruang IBS terkait Close Fracture Femur Sinistra
b. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang keperawatan
perioperatif Close Fracture Femur Sinistra
c. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada
umumnya dan ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI

1. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi
mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum
dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat
tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut
korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak.
Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang
disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal
Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit
antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap
sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang
tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke
tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk
tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang
merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae
(batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut
Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah
merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang
memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning
yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan
Fat Embolism Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru.
Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel
penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua.
Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks
ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar
(gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah
metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya
terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang
keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses
vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,2015 dan Ignatavicius, Donna. D,2015).
B. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya
fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya. (Smeltzer, 2015)
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang femur
(mansjoer, 2017). Sedangkan menurut sjamsuhidajat & jong (2018) fraktur femur adalah
fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun
tidak langsung. Fraktur femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang
paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai
adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan
fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha.
Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan bahwa
fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan kontinuitas tulang
femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung
disertai dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
C. TANDA GEJALA
✓ Nyeri
Terjadi karena adanya spasme otot tekanan dari patahan tulang atau kerusakan
jaringan sekitarnya.Bengkak Bengkak muncul dikarenakan cairan serosa yang
terlokalisir pada daerah fraktur danvekstravasi daerah jaringan sekitarnya.
✓ Memar
Terjadi karena adanya ekstravasi jaringan sekitar fraktur.Spasme otot Merupakan
kontraksi involunter yang terjadi disekitar fraktur.
✓ Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralisis
dapat terjadi karena kerusakan saraf.
✓ Mobilisasi abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian yang pada kondisi normalnya tidak
terjadi pergerakan.
✓ Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi saat tulang digerakkan.
✓ Deformitas
Abnormal posisi tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan
otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, dan menyebabkan tulang
kehilangan bentuk normalnya.
D. PATOFISIOLOGI
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka
bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di
kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih
dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut
aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf
yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan
darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan
berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini di namakan sindrom compartment. (Brunner & Suddarth, 2015)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
➢ Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
➢ Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
➢ Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
➢ Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau
organ jauh pada trauma multipel.
➢ Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
➢ Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel,
atau cidera hati. Golongan darah, dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika ada
kehilangan darah yang bermakna akibat cedera atau tindakan pembedahan.
F. THERAPI
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta usia.
Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada penderita fraktur :
a. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena
benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien
mengalami fraktur.
b. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptik dan bersihkan
perdarahan dengan cara dibebat atau diperban.
c. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini tidak boleh
dilakukan secara paksa dan sebaiknya dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi
oleh ahli bedah untuk mengembalikan tulang pada posisi semula.
d. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari kedua
posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tetap stabil.
e. Berikan analgetik untuk mengaurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan. Beri
perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke
posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan
patah tulang (imobilisasi). (Sjamsuhidajat & Jong, 2010)
❖ Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum
terlalu jauh meresap dilakukan : pembersihan luka, exici, hecting situasi, antibiotik.
Ada bebearapa prinsipnya yaitu :
a. Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang membahayakan jiwa
airway, breathing, circulation.
b. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan
penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan dengan
perban tekan, menghentikan perdarahan besar dengan klem.
c. Pemberian antibiotika.
d. Debridement dan irigasi sempurna.
e. Stabilisasi.
f. Penutup luka.
g. Rehabilitasi.
h. Life saving
Semua penderita patah tulang terbuka harus di ingat sebagai penderita dengan
kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yang serius. Hal ini perlu
ditekankan mengingat bahwa untuk terjadinya patah tulang diperlukan suatu gaya
yang cukup kuat yang sering kali tidak hanya berakibat total, tetapi berakibat multi
organ. Untuk life saving prinsip dasar yaitu : airway, breath and circulation.
i. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat.
j. Dengan terbukanya barier jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam
untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang
tebuka luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminsi (golden periode) dan
setelah waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu
penanganan patuah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode
terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka, tercapai walaupun
ditinjau dari segi prioritas penanganannya. Tulang secara primer menempati urutan
prioritas ke 6. Sasaran akhir di maksud adalah mencegah sepsis, penyembuhan
tulang, pulihnya fungsi.
k. Pemberian antibiotika
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi tergantung
dimana patah tulang ini terjadi. Pemberian antibiotika yang tepat sukar untuk
ditentukan hany saja sebagai pemikiran dasar. Sebaliklnya antibiotika dengan
spektrum luas untuk kuman gram positif maupun negatif.
l. Debridemen dan irigasi
Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada darah patah terbuka baik
berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati. Irigasi untuk mengurangi
kepadatan kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam
jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan.
m. Stabilisasi.
Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi fragmen tulang,
cara stabilisasi tulang tergantung pada derajat patah tulang terbukanya dan fasilitas
yang ada. Pada derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan pemasangan fiksasi dalam
secara primer. Untuk derajat 3 dianjurkan pemasangan fiksasi luar. Stabilisasi ini
harus sempurna agar dapat segera dilakukan langkah awal dari rahabilitasi
penderita.
❖ Seluruh Fraktur
✓ Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
✓ Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara
optimun. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasfanatomis.
✓ OREF
Penanganan intraoperatif pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan cara reduksi
terbuka diikuti fiksasi eksternal (open reduction and external fixation=OREF)
sehingga diperoleh stabilisasi fraktur yang baik. Keuntungan fiksasi eksternal
adalah memungkinkan stabilisasi fraktur sekaligus menilai jaringan lunak sekitar
dalam masa penyembuhan fraktur. Penanganan pascaoperatif yaitu perawatan luka
dan pemberian antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi, pemeriksaan radiologik
serial, darah lengkap, serta rehabilitasi berupa latihan-latihan secara teratur dan
bertahap sehingga ketiga tujuan utama penanganan fraktur bisa tercapai, yakni
union (penyambungan tulang secara sempurna), sembuh secara anatomis
(penampakan fisik organ anggota gerak; baik, proporsional), dan sembuh secara
fungsional (tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan gerakan).
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada
tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi
fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal
fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang
panjang dengan tipe fraktur tranvers.
✓ Retensi/Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimun. Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen
tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,
pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk
fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
✓ Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus
dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran
darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu
segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
G. FOKUS PENGKAJIAN
❖ Primery survey
a. Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau obstruksi,
b. Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur, tidak ada
dyspnea, tidak ada napas cuping hidung,dan suara napas vesikuler,
c. Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah dibawah
normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis, kaji jumlah
perdarahan dan lokasi, capillary refill >2 detik apabila ada perdarahan.
d. Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor apabila
adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla spinalis.
e. Exposure/Environment: fraktur tertutup di femur sinistra, luka laserasi pada wajah
dan tangan, clavicula.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan,
pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien kesadaran comosmentis. Klien mengeluh nyeri pada bagian paha dan Sifat
keluhan nyeri dirasakan terus-menerus dan menetap. Nyeri berkurang saat di
berikan posisi yang nyaman dan di beri obat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti batuk dll, apakah
klien pernah masuk rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan, apakah
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya kelainan tulang dari generasi terdahulu.
✓ Pengkajian Pre Operasi

a. Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan


kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian tentang diit, Hal
lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang close
fracture femur sinistra dll.
b. Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji
apakah klien mengalami hipotensi apa tidak.
c. Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien.
d. Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan yg di alami
pasien
e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan
pola tidur karena close fracture femur sinistra
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap nyeri. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah
✓ Pengkajian Post Operasi

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian


mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai
pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan
pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan
klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas
klien, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
d. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang
dialami klien akibat close fracture femur sinistra
e. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan
klien saat close fracture femur sinistra
f. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami
klien setelah operasi orif femur sinistra
2. Diagnosa Keperawatan
1) Pre operasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2) Intra Operasi
Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan
3) Post operasi
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
❖ PRE OP
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
• Tujuan : Nyeri berkurang
• Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang, klien tampak rileks
dan mampu istirahat dengan tepat
• Tindakan :
✓ Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan
indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya
✓ Ajarkan teknik nafas dalam
Rasional : napas dalam dapat menghirup O2 secara adequate sehingga otot-
otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
✓ Berikan posisi nyaman pada pasien
Rasional : Dengan posisi nyaman dapat menghilangkan tegangan abdomen
yang bertambah dengan posisi telentang
✓ Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
Rasional : sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri.
❖ INTRA OP
1.Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan
• Kriteria hasil: Tidak terjadi pendarahan, vital sign normal
• Rencana tindakan:
✓ Monitor perdarahan pada daerah yang di lakukan insisi
Rasional: Mengetahui jumlah perdarahan
✓ Monitor vital sign
Rasional: Vital sign untuk mengetahui perkembangan status pasien
✓ Kolaborasi pemberian obat antifibrinolitik (Asam Traneksamat)
Rasional: kolaborasi obat dapat digunakan untuk membantu mengatasi
perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan
✓ Pasang transfusi bila perlu
Rasional: Transfusi merupakan terapi pengganti kehilangan darah
❖ POST OPERASI
1. Kontrol Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
• kriteria hasil : control resiko : proses infeksi
• Rencana tindakan:
✓ Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
Rasional: untuk meminimalkan penularan
✓ Batasi jumlah pengunjung
Rasional: untuk meminimalkan microba bakteri masuk
✓ Ajarka pasien mengenai cuci tangan
Rasional: untuk meminimalkan perkembangan bakteri
✓ Pakai sarung tangan steril ketika akan melakukan perawatan luka
Rasional: untuk meminimalkan penularan bakteri
✓ Lakukan perawatan luka
Rasional: untuk menjaga kesterilan area insisi
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Hari : Minggu
Tanggal : 09 Desember 2018
Tempat : IBS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Jam :13.00 WIB
Metode : Wawancara dan observasi
Sumber : pasien
Oleh : Khoerur Rosid Al Islam
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Alamat : Kodya Yogyakarta
Pekerjaan : Guru
Status : Kawin
Diagnosa : close fracture femur sinistra
No.RM : 71-82-xx
Tgl.Masuk : 09 Desember 2018
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 49 Tahun
Alamat : Kodya Yogyakarta
Hubungan dengan pasien : Istri pasien
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
pasien mengatakan nyeri di paha bagian kiri
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan close fracture femur
sinistra dan di pindahkan ke IBS di lakukan orif femur sinistra pada tanggal 09
Desember 2018 jam 13.30 wib.
3. Riwayat dahulu:
Pasien mengatakan hanya mengalami penyakit flu dan batuk seperti biasa dan tidak
ada masalah penyakit lainnya.
4. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di alami
pasien
D. Pola Fungsi Virginia Henderson
a) Keb. Bernafas dengan normal
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa bantuan
alat.
Saat dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal. RR : 20 x/mnt.
b) Keb. Nutrisi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan makan 2-3 x/hr, dengan lauk pauk seadanya,
porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air putih.
Saat dikaji : pasien mengatakan makan sesuai dengan diit yang diberikan rumah
sakit, pasien dipuasakan sejak pukul 07.00 WIB pada tanggal 09 Desember 2018.
c) Keb. Eliminasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan BAK 5/6 x/hr, dengan warna kekuningan,
berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi lembek, warna kekuningan, berbau
khas.
Saat dikaji : pasien mengatakan BAB 1x/hr, BAK 500 cc kali perhari di tempat
penampungan/urinebag dengan warna kuning, berbau khas Pasien terpasang Down
Cateter ukuran 18.
d) Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mampu beraktivitas tanpa bantuan orang lain,
pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya bisa berbaring di tempat tidur karena kondisi
kaki kirinya yang patah motorik kaki kiri = 1
e) Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan
orang lain,
Saat dikaji : pasien mengatakan tidur berkurang karena rasa nyeri sangat
mengganggu. Nyeri skala 8
f) Keb. Berpakaian
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat mengenakan pakaiannya sendiri tanpa
bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan dibantu perawat dan keluarga ketika mengenakan
pakaian
g) Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperatur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan jaket ketika panas
mengenakan kaos.
Saat dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan selimut, ketika panas
tidak memakai menggunakan kaos pendek. Suhu : 36º C.
h) Keb. Personal hygiene
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 1 kali sehari,
menggosok gigi 1 kali sehari tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka oleh perawat dan keluarga
i) Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum dikaji : pasien mengatakan merasakan nyaman ketika berada dilingkungan
rumahnya dan mengajar di sekolah
saat dikaji : pasien mengatakan hanya terdiam di tempat tidur karena sakit yang di
derita
j) Keb. Komunikasi dengan orang lain
Sebelum dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi
kepada orang lain.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi kepada
orang lain dan merasa senang ketika di ajak ngobrol.
k) Keb. Spiritual
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah sholat 5 waktu.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya sholat dengan berbaring di tempat tidur
l) Keb. Bekerja
Sebelum dikaji : pasien mengatakan bekerja sebagai guru
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa bekerja karena penyakit yang di alami
sekarang
m) Keb. Rekreasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan lebih sering kegiatan di luar rumah sebagai tim
relawan bencana alam
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa berpergian dan melakukan kegiatan
bersama teman temannya karena sakit yang di derita
n) Keb. Belajar
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi dari televisi dan teman
temannya saat bertugas di lapangan
Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi kesehatan terkait penyakitnya
dari dokter dan perawat.
E. Keadaan Umum
Suhu : 36.4º C
Nadi : 76 x/menit
TD : 150/90 mmHg
RR : 20x/menit
BB : 80 kg
TB : 170 cm
F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : Composmentis, GCS: E : 4, V: 5, M : 6
Cepalo- Caudal:
1) Kepala
Bentuk :Mesosephal
Ekspresi :Ekspresif
Simetris wajah :Simetris
Nyeri tekan sinus :Tidak terdapat nyeri tekan sinus
Rambut :Hitam,distribusi merata
2) Mata
Bentuk :Normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra :Normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema,
perdarahan, blefaritis, maupun xanthelasma
Gerakan :Normal
Konjungtiva :Ananemis
Sklera :Anikterik
Pupil :Bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya
miosis pada mata kanan dan kiri 2mm.
3) Telinga

Bentuk :Normotia
Liang telinga :Lapang
Serumen :Tidak ditemukan penumpukan serumen pada telinga
kanan maupun kiri
Nyeri auricular :Tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun
kanan Nyeri tekan tragus :Tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan
maupun kiri
4) Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung : Tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : Tidak ada perdarahan
5) Mulut dan tenggorok
Bibir : Normal, pucat, tidak sianosis
Gigi : Hygiene baik
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis
Lidah : Normoglosia, tidak tremor, kotor
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
6) Leher
Bendungan vena : Tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan
Trakea : Di tengah, fungsi menelan baik.
7) Thorax

PARU-PARU
Inspeksi :Simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat
statis dan dinamis
Palpasi :Gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua
hemithorax
Perkusi :Sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada
sela iga VI pada linea midklavikularis dextra, dengan
peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung pada
sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
Auskultasi :Suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun
wheezing
JANTUNG
Inspkesi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi :Terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea
midklavikularis sinistra
Perkusi :

- Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra

- Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra

- Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra


Auskultasi :Bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur
maupun gallop
8) Abdomen
Inspeksi :Abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae
dan kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi :Hepar dan lien teraba, ada nyeri tekan, maupun nyeri lepas,
Perkusi :Timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri
ketok CVA, ballotment (-)
Auskultasi : bising usus positif 13x/menit
9) Genetalia
Terpasang selang DC Ukuran 18
10) Ekstremitas
Atas : Simetris, tangan masih lengkap, tidak cacat,capillary refill
time (CRT) 3 detik kanan, kiri 3 detik. tidak ada oedema,
pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm dan tidak ada
lesi. Balutan infus terlihat bersih.
Bawah : kaki kanan normal kaki kiri terdapat edema, kemerahan,lesi,
dan terdapat krapitasi,CRT 3 detik kaki kanan, CRT kiri 3
detik

5 5

5 1

G. Pemeriksaan penunjang

No Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

1 Lekosit 9.8 mm3 4-10

2 Basofil 2 % 0-1

3 Eosinofil 2 % 1-3

4 Neutrofil 51 % 50-70

5 Limfosit% 38 % 20-40

6 Monosit% 7 % 2-8

7 Entrosit 5,42 Juta/mm3 4.4-5.9

8 Hemoglobin 18.7 g/dl 12.0-17.0

9 Hematrokit 47 % 39-52

10 MCV 86.2 fL 82-98

11 MCH 29.5 pg 27-34

12 MCHC 34.2 g/dl 32-36

13 RDW 11.2 % 11-16

14 Trombosit 226 ribu/mm3 150-450

15 MPV 5.4 fL 7-11


16 Golongan darah =A= -

17 PPT 13.2 detik 11.0-15.0

18 Kontrol PPT 13.8 detik

19 APTT 30.6 detik 25.0-35.0

20 Control APTT 25.5 detik

21 GDS stick 1 97 mg/dl 70-140

H.THERAPY

NO JENIS OBAT DOSIS ATURAN INDIKASI


PAKAI
1 Infus RL 500ml 20tpm Penambah cairan
2 Ketorolac 30g 2x1 Nyeri
3 Ondansetron 4mg 1x1 Anti mual
4 Ceftiaxone 2gr 1x1 Antibiotic

II. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN OPERASI

a. ALAT
Set Basik Instrument

NO NAMA ALAT JUMLAH ALAT


1 Bengkok 2
2 Kom 2
3 Hendle mess 1
4 Klem bengkok besar 1
5 Klem bengkok kecil 3
6 Pinset Cirugis 2
7 Pinset anatomis 1
8 Needle holder 2
9 Gunting jaringan 2
10 Gunting benang 1
11 Aseptic klem 1
12 Langen back 1 ps 2
13 Koker lurus bergigi 1
14 Pointed kecil 2
15 Pointed besar 1
16 Rasptorium kecil 1
17 Pinset sedang 1
18 Scapel kuret 1
19 Haak kecil dobel gigi 1 ps 2
20 Wound haak dobel 1 ps 2
21 Haak single 1 ps 2
22 Istande haak 1
23 Selang suction 1
24 Honem kecil tumpul 1
25 Honem kecil tajam 1
26 Tatah kecil 1
27 Tatah sedang 1
28 Tatah setengah lingkaran 1
29 Pembersih mata bor 1
30 Penghantar drain 1
31 Mata bor drill 1
32 ukur 1
33 Mata bor tapper 1
34 Screw driver 1
35 bor 2

b. Bahan Habis pakai

NO NAMA JUMLAH
1 Masker 4
2 Povidon iodin 1
3 Alcohol 1
4 Sarung Tangan No 7,5 1
5 Sarung Tanganm No 7 3
6 Sarung Tangan Tidak steril 1
7 Kassa 20 Lembar
8 Bisturi No. 23 1
9 Softsilk 3.0 1
10 Safil 2.0 1
11 Filapev 2.0 1
12 Hypafik 30 cm
13 Aqua injeksi 25 ml 1
14 Spuit 10cc 1
15 NaCl 500 ml 1
16 Underpet 1
17 Sikat 4
18 Bone wax 1
19 sufratul 1
20 ETT 20 1
21 Lyostip 1
22 TT No 7 1
23 Daryantul 1
24 Softban 1
25 Hs gamex, AMS, Biogel 3
26 Kasa lipat 3
27 Infuse set 1

c. Linen

NO NAMA JUMLAH
1 Jas operasi 4
2 Duk besar 2
3 Duk sedang 2
4 Duk kecil 2

d. Instrumen Tambahan

NO NAMA JUMLAH
1 screw 5
2 plat 1
LAPORAN PERHITUNGAN INSTRUMEN

Nama pasien : Tn.B


Jenis Operasi : Orif femur sinistra
Anastesi : Regional Anastesi
Hari/TGL/Jam : Minggu 09 Desember 2018/13.15
Jenis Set Instrumen : Basic

A. INSTRUMENT

NO NAMA ALAT JUMLAH ALAT


SEBELUM SESUDAH
1 Bengkok 2 2
2 Kom 2 2
3 Hendle mess 1 1
4 Klem bengkok besar 1 1
5 Klem bengkok kecil 3 3
6 Pinset cirugis 2 2
7 Pinset anatomis 1 1
8 Needle holder 2 2
9 Gunting jaringan 2 2
10 Gunting benang 1 1
11 Aseptic klem 1 1
12 Langen back 1 ps 2 2
13 Koker lurus bergigi 1 1
14 Pointed kecil 2 2
15 Pointed besar 1 1
16 Rasptorium kecil 1 1
17 Pinset sedang 1 1
18 Scapel kuret 1 1
19 Haak kecil dobel gigi 1 ps 2 2
20 Wound haak dobel 1 ps 2 2
21 Haak single 1 ps 2 2
22 Istande haak 1 1
23 Selang suction 1 1
24 Honem kecil tumpul 1 1
25 Honem kecil tajam 1 1
26 Tatah kecil 1 1
27 Tatah sedang 1 1
28 Tatah setengah lingkaran 1 1
29 Pembersih mata bor 1 1
30 Penghantar drain 1 1
31 Mata bor drill 2 2
32 ukur 1 1
33 Mata bor tapper 1 1
34 Screw driver 1 1
35 bor 2 2

Yogyakarta, 09 Desember 2018

Perawat Sirkuler Perawat Scrub Pendidik klinik

(…………………….) (……………………) (……………………...)


B. PELAKSANAAN ASSISTENSI / INSTRUMEN

NO TINDAKAN ALAT
1 Persiapan Alat Duk kecil 2, handscoon 1
2 Desinfeksi Kom 2, betadin, alcohol, Klem
ovarium 1, kasa steril 4lbr
3 Drapping Duk besar 1, duk sedang 2, duk
kecil 2,
4 Pemasangan slang suction Canul suction, selang section
5 Pemasangan cauter Set cauter
6 Insisi area close femur sinistra siap bisturi 23, dan kasa
8 Adanya perdarahan Siap klem, kasa , cauter
9 Menghentikan perdarahan klemarteri, kassa steril, pinset,
cauter, suction
10 Melebarkan luka insisi Langen back 1 ps
12 Reposisi os femur sinistra Honem kecil tumpul, Honem
kecil tajam, Pointed kecil,
Pointed besar,
13 Bersihkan os femur Rasptorium kecil
14 Memasang plat Plat, Pointed kecil, Pointed
besar
15 Mengebor os femur Bor, Mata bor drill
16 Mengukur kedalaman pengeboran Ukur
17 Membuat ulir pada os femur Bor, Mata bor tapper
18 Memasang ke 5 screw Screw driver, screw ukuran
16,17,16,15,18
19 Irigasi area luka Canul saction, Nacl/aquabides
20 Membuat drain Set tranfusi, penghantar
drain,klem
21 Hackting luka insisi dan viksasi drain Needle holder, safil 2.0, softsilk
3.0, filapev 2.0
22 Membersihkan luka insisi Kasa basah dan kering, Nacl
23 Menutup luka insisi Sufratul ,kasa kering 6 lembar,
plaster 20 cm

Yogyakarta, 09 Desember 2018

Praktikan Pendidik Akademik Pendidik Klinik

(…….……………) (………………………..) (…………………….......)


LEMBAR SURGICAL CHECK LIST

SIGN IN
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Apakah pasien sudah di konfirmasi mengenai identitas, V
lokasi operasi, prosedur, dan pesetujuan tindakan
2 Apakalah lokasi operasi sudah ditandai V
3 Apakah mesin anastesi dan obat lengkap V
4 Apakah pulse oksimetri berfungsi V
5 Apakah pasien memiliki riwayat alergi V
6 kesulitan jalan nafas dan resiko aspirasi V
7 Resiko Kehilangan darah >500 ml (7ml/kg pada anak- V
Anak)
TIME OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi tim sudah memperkenalkan nama dan tugas V
2 Konfirmasi Nama pasien, prosedur dan lokasi diinsisi V
3 Apakah antibiotik profilaksis sduah diberikan dalam 60 V
menit sebelumnya
4 Ada langkah kritis dan tidak rutin yang akan diambil V
5 Berapa lama akan dikerjakan V
6 Apa antisipasi kehilangan darah V
7 Apa ada pertimbangan kusus pasien V
8 Apakah sterilitas sudah dikonfirmasi V
9 Apakah ada peralatan atau perhatian kusus V
10 Apakah foto perlu ditampilkan V
SIGH OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi perawat secara verbal:
Nama prosedur V
Hitung instrumen kasa dan jarum lengkap V
Berikan label pada spesismen V
Apakah ada permasalahan di pertalatan V
2 Apa perhatian untuk recovery room dan manajemen V
pasien
I. ASKEP PRE OPERASI
a. Data focus
Data Subjektif
• Pasien mengatakan tidak nyaman karena berada di RS dan pasien merasa
nyeri pada pada paha kaki kirinya

Data obyektif
• Tampak gelisah,menahan nyeri
• TTV: TD: 150/90 N: 76x/mnt RR: 20x/mnt
• Ekstermitas bawah kiri lemah, motorik = 1
b. Analisa Data Dan Pre Operasi

No Hari/Tgl/Jam Data Masalah Etiologi

1 Minggu 09 DS: Nyeri akut Agen cidera


Desember Pasien mengatakan fisik
2018 Nyeri pada paha bagian
Jam 13.00 wib kiri
DO:
Tampak gelisah,
menahan nyeri
TTV: TD: 150 /90 N:
76x/mnt RR: 20x/mnt
Ekstermitas bawah kiri
lemah, motorik = 1

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
d. Rencana Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
selama 1 x 15 menit diharapkan nyeri secara mengetah
masalah nyeri akut dapat teratasi komperhensi ui tingkat
dengan kriteria hasil : f (o,p,q,r,s,t) nyeri
Indikator Awal Tujuan 2. Ajarkan yang
Skala nyeri 3 5 teknik dialami
berkurang relaksasi oleh
Ekspresi 3 5 nafas dalam pasien
nyeri 3. Posisikan 2. Untuk
Peningkatan 3 5 tidur yang menguran
TD nyaman gi rasa
4. Beri nyeri saat
Keterangan : dorongan timbul
1. Berat pasien untuk 3. Untuk
2. Cukup berat mengungkap menguran
3. Sedang kan perasaan gi rasa
4. Ringan 5. Kolaboraasi tegang
5. Tidak ada pemberian pasien
analgesik 4. Untuk
menguran
gi rasa
ketakutan
pada
pasien.
5. Untuk
menguran
gi rasa
cemas
deperawa
t
Untuk
mengurangi
nyeri akut
yang di alami
dengan
analgesik
e. Pelaksanaan Dan Evaluasi Pre Op
No. Dx Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi
1 Minggu 09Desember 1. Memberikan S : pasien mengatakan
2018 posisi tidur yang memahami apa yang
Jam 13.15 wib nyaman dijelaskan oleh perawat.
2. Mengajarkan O : pasien tampak rileks,
teknik distraksi KU : baik, wajah sudah
relaksasi terlihat ceria dan rileks
S : pasien mengatakan
paham apa yang dijelaskan
oleh perawat terkait
prosedur tindakan yang akan
dilakukan.
O : pasien tampak rileks,
dan mempraktekan distraksi
relaksasi
KU : baik, TD : 140/87
mmHg.

II. ASKEP INTRA BEDAH


a. Data focus
Pasien dilakukan general anastesi, pasien dilakukan pembedahan di frontalis
dengan metode craniotomy TD : 149/97, N : 100x/mnt, SpO2 : 100 %, Anamnesa:
pasien tampak lemas, A: tidak ada sumbatan jalan nafas, B: suara nafas vesikuler
20x/menit, C: tidak ada sianosis,CRT 3 detik
b. Analisa Data Intra Operasi

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Minggu Ds : - Resiko Proses
09Desember Do : pasien dilakukan perdarahan pembedahan
2018 pembedahan orif femur
Jam 13.20 sinistra TD : 149/97, N :
wib 100x/mnt, SpO2 : 100 %,
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan Proses Pembedahan
d. Rencana intra operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor 1. Untuk
Perdarahan keperawatan selama 1 x 2 jam, perdarahan mengetahui
diharapkan masalah risiko yang di seberapa
perdarahan dapat teratasi lakukan banyak
dengan kriteria hasil : insisi perdarahan
Indikator Awal Tujuan 2. Ingatkan yang terjadi
Perdarahan 3 4 operator 2. Untuk
tidak terjadi dan asisten mengurangi
TTV 3 4 jika terjadi kejadian
Normal perdarahan emergensi

Keterangan : hebat saat insisi

1. Berat 3. Monitor 3. Untuk

2. Cukup berat TTV mengetahui

3. Sedang 4. Monitor status

4. Ringan cairan hemodinamik

5. Tidak ada 4. Untuk


memonitor
hypovolemik

e. Pelaksanaan Dan Evaluasi Inta Operasi

No. Dx Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi


1 Minggu 09 1. Memonitor banyaknya S : -
Desember perdarahan pada saat operasi O : perdarahan 250 cc
2018 2. Manajemen terjadinya S : -
Jam 13.50 perdarahan O : operator dan asisten
wib 3. Mengukur dan monitoring melakukan section pada
TTV area perdarahan dan
koagulasi dengan couter
S:-
O:TD:223/115mmHg
RR:20x/mnt,N:100 x/mnt

S : 37o C

III. PASCA OPERASI


a. Data focus
Pasien terdapat bekas luka pada femur sinistra, KU : Baik, TD : 140/115, N : 98,
RR : 20, S : 36ºC, SpO2 : 100%.
b. Analisa data Pasca Operasi

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi

1 Minggu 09 Ds : - Risiko Prosedur


Do :
Desember Infeksi invasif
Pasien terdapat bekas luka pada
2018
pada femur sinistra, KU : Baik, TD
Jam 14.00
: 140/115, N : 98, RR : 20, S :
wib
36ºC, SpO2 : 100%.

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Prosedur Invasif
d. Rencana pasca operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Resiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi 1. Untuk


Infeksi keperawatan selama 1 x 10 menit 1. Pertahankan mencegah
diharapkan masalah risiko infeksi teknik terjadinya
dapat teratasi dengan kriteria hasil : isolasi yang infeksi
Kontrol Risiko : Proses Infeksi sesuai dari
Indikator Awal Tujuan 2. Batasi penyakit
Identifikasi 3 5 jumlah menular
pengunjung dan tidak
faktor risiko 3. Ajarka menular.
infeksi pasien 2. Untuk
Mempertahankan 3 5 mengenai mengurang
lingkungan yang cuci tangan i infeksi
bersih 4. Gunakan yang
Monitor 3 5 sabun nantinya
perubahan status antimikroba berkemban
kesehatan untuk cuci g.
Mencuci tangan 3 5 tangan 3. Untuk
5. Pakai mencegah
Keterangan : sarung terjadinya
1. Berat tangan steril infeksi
2. Cukup berat ketika akan pada area
3. Sedang melakukan luka
4. Ringan perawatan 4. Untuk
5. Tidak ada luka mencegah
6. Lakukan terjadinya
perawatan infeksi.
luka 5. Untuk
7. Dorong mencegah
intake terjadinya
pasien infeksi
pada luka
post op.
6. Untuk
meminima
lkan
infeksi
yang
terjadi
pada luka
post op.
7. Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi dan
meningkat
kan nutrisi
pada
pasien

e. Pelaksanaan dan evaluai pasca operasi

No. Dx Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi

1 Minggu 1. Melakukan monitoring status S : pasien mengatakan


hanya mengeram.
09 kesehatan (TTV)
O : TD : 140/115, N : 98,
Desember 2. Melakukan teknik aseptik pada
RR : 20, S : 36ºC, SpO2 :
2018 lingkungan (Ruang Pemulihan)
100%.
Jam 14.15 3. Melakukan cuci tangan
S:-
wib O : menjauhkan pasien dari
banyaknya pengunjung,
S:-
O : perawat melakukan cuci
tangan ketika akan
bersentuhan dengan pasien.
BAB IV
PEMBAHASAN

Selama proses asuhan keperawatan perioperatif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan post operasi
sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien dengan Close Fracture
Femur Sinistra Proses asuhan tersebut dimulai dari pengkajian, analisa data, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam menggali informasi yang didapat dari pasien
untuk menetukan sebuah diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan. Apabila proses
pengkajian yang dilakukan tidak sesuai dengan SPO maka akan berakibat buruk bagi
pasien. Proses pengkajian di awali dengan identitas pasien sampai dengan hasil
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui area yang akan
dilakukan operasi. Pengkajian dilakukan dari pre operasi dan post operasi. Pengkajian
tersebut dilakukan secara sistematis sehingga fokus pada setiap sub yang akan
ditanyakan. Pada pengkajian pasien dengan dengan Close Fracture Femur Sinistra
didapatkan bahwa pasien dalam keadaan baik dan di lakukan tindakan orif femur
sinistra, perawat memberikan dukungan moral kepada pasien agar operasi berjalan
dengan lamcar. Sebelum dilakukan pembedahan pasien sudah di puasakan selama 6-8
jam dan sudah diberikan obat-obat pre medikasi salah satunya adalah antibiotic
profilaksis. Selama pre medikasi pasien dipantau tanda-tanda vital nya hal tersebut untuk
mengurangi terjadinya komplikasi pada proses pembedahan.
B. Analisa data
Berdasarkan pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul selama
proses asuhan keperawatan perioperatif yaitu ;
1) Pre operasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2) Intra Operasi
Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan
3) Post operasi
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
C. Intervensi
Intervensi yang diberikan kepada pasien, penulis menggunakan NOC NIC untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi beban yang
di alami oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien masuk ke ruang induksi
sampai keluar dari RR (Recovery Room). Rencana yang telah ditetapkan akan berjalan
dengan baik apabila ada komunikasi yang baik dari perawat, dokter, keluarga pasien dan
pasien. Pada saat pre op pasien didukung dengan anggota keluarganya untuk mengurangi
cemas. Selain itu,perawat membisikan kepada pasien agar tetap berdoa supaya operasi
berjalan dengan lancer, perawat juga melakukan Pendidikan mengenai prosedur tindakan
juga telah dijelaskan selama nanti proses intra operasi dilakukan kepada keluarga pasien.
Pada saat intra operasi operator, asisten, perawat instrumen dan perawat sirkuler
memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan. Selama proses operasi pasien
juga dipantau atau di monitor tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen. Selain itu cairan
yang diberikan juga perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya risiko perdarahan
yang berlebih. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi yang ditimbulkan.
Pada saat post operasi pasien dibawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien tetap
dipantau dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi oksigen. Hal tersebut
dipantau dengan menggunakan aldrete skor karena pasien dilakukan anastesi regional.
D. Implementasi dan evaluasi
Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi pada post operasi
dapat memindahkan pasien ke ruang perawatan selanjutnya yaitu ICU/bangsal..
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif perlu memperhatikan komunikasi,
persiapan alat dan persiapan mental yang baik sehingga proses pembedahan dapat
berjalan dengan baik. Proses asuhan tersebut didapatkan tiga diagnosa keperawatan
perioperatif yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, Resiko perdarahan
berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan, Risiko infeksi
berhubungan dengan prosedur invasive.
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif perawat perlu mempersiapkan pasien
dari pre op, intra op sampai post op dengan baik. Apabila hal ini dilakukan dengan baik
sesuai standar prosedur operasional maka akan mengurangi terjadinya komplikasi yang
mungkin terjadi, dan etika dalam keperawatan dapat di terapkan sesuai SPO.
DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Widya Medika:
Jakarta.
Hardjowidjoto, S. 2015. Anatomi Fisiologi Traktus Urogenital. Surabaya, Program
Studi Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD. dr.
Soetomo.
Herdman, T heather. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA.2012-2014.Jakarta : EGC
Long, B.C., 2015. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nanda International.2011. Nursing Diagnoses : definition dan classification Oswari, E.
2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI Penyakit Edisi 6 Vol I, Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta
Prince,sylfia A. 2006. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Vol. 2, Edisi
6. Jakarta: EGC
Rasjad C.2015. Pengantar Bedah Ortopedi. PT. Yarsef Watampone : Jakarta. Hal 380-
395
Saefudin. (2010). Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai