Anda di halaman 1dari 20

BAB 5

TINJAUAN ISLAM TERHADAP HUBUNGAN OBESITAS DENGAN


DURASI TIDUR PADA SISWA
SMAN 51 JAKARTA TIMUR

5.1 Obesitas Menurut Islam


Obesitas adalah peningkatan berat badan yang berlebih sehingga melampaui batas
kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan
(Dorland, 2012). Penyebab obesitas salah satunya adalah karena pola hidup yang
tidak sehat, seperti pola makan yang salah, kurang berolahraga, genetik,
neurogenik, hormonal, dan bahkan menurut beberapa penelitian akhir-akhir ini
obesitas dapat dipicu karena kebiasaan tidur yang kurang. Penelitian-penelitian
ilmiah telah menegaskan bahwa obesitas memiliki dampak berbahaya pada tubuh
manusia seperti penyakit jantung iskemik, diabetes mellitus hingga meningkatkan
risiko kanker. (Qomariyah,2011; Sugondo,2006).
Dilihat dari sudut pandang Islam, Obesitas disebabkan oleh pola hidup yang
tidak sehat, pemasukan energi lebih besar daripada pengeluaran energi. Hal ini
tentu saja salah satunya terkait dengan pola makan yang berlebihan yang
mengakibatkan menumpuknya cadangan energidalam tubuh( Muhfachrizal,2013).
Dalam agama Islam diatur mengenai pola konsumsi makanan, seperti yang
disebutkan dalam sebuah hadis sebagaimana sabda Allah :

ٌ َ‫ابن آدَ َم أ ُ ُكال‬


َ‫ت يُ ِق ْمن‬ ِ ‫ب‬ ِ ‫ بِ َح ْس‬، ‫ط ٍن‬ْ َ‫عاء ش َّرا ً ِم ْن ب‬ ٌّ ‫َما َمأل َ آدَ ِم‬
َ ‫ي ِو‬
ٌ ُ‫ َوثُل‬، ‫ث ِلشَرا ِب ِه‬
‫ث‬ ٌ ُ‫ َوثُل‬، ‫ام ِه‬
ِ ‫ط َع‬ ٌ ُ‫فإن كانَ ال َمحالةَ فثُل‬
َ ‫ث ِل‬ ْ ، ُ‫ص ْل َبه‬ ُ
‫ِلنَفَسه‬
Artinya :
“ Tidaklah Anak Adam mengisi beberapa bejana yang lebih buruk selain dari
perut, Cukuplah Anak Adam beberapa suapan yang bisa menegakkan tulang
subinya. Jika tidak mungkin, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk
minumannya, dan sepertigaa lagi untuk napasnya” (Diriwayatkan AT-Tirmidzy,
Ibnu Majah, Ahmad, dan Al-Baghawy).
Dalam hadis tersebut maksudnya adalah Islam melarang manusia untuk makan
dan minum secara berlebihan karena hal tersebut adalah perbuatan yang buruk

26
Rasulullah mengajarkan kita untuk makan sedikit, yang tentu saja tujuannya
adalah mencegah kegemukan.
Kemudian sebagaimana firman Allah SWT, berikut:
  
    

Artinya :
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raaf (7):31)
Dan Allah SWT berfirman:

َ ‫ َو ْال َكافِ ُر َيأ ْ ُك ُل فِ ْي‬،ٍ‫احد‬


ٍ‫س ْب َع ِة أَ ْم َعاء‬ ِ ‫اَ ْل ُمؤْ ِم ُن َيأ ُك ُل فِي ِم ًع َو‬
Artinya:
“Seorang mukmin makan dengan satu lambung dan orang kafir makan dengan
tujuh lambung.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadits diatas, dari sisi teologis, porsi makan juga menggambarkan
kualitas keimanan ‘Orang kafir makan dengan tujuh lambung’ menunjukkan rakus
dan borosnya orang-orang kafir sekaligus menggambarkan perhatian mereka
tertumpu pada isi perut. Dianjurkan pula agar makan tidak teralu kenyang atau
terlalu dekat jaraknya. Menurut pakar kesehatan, makan terlalu banyak yang
melebihi kebutuhan tubuh akan membahayakan, bahkan dapat menyebabkan
munculnya berbagai penyakit. Tubuh akan merubah makanan yang berlebihan
menjadi lemak. Badan yang berat akan membebani jantung sehinggan
menghalangi peredaran darah, akibatnya terganggunya fungsi alat-alat tubuh
sehingga dapat menimbulkan penyakit ginjal, darah tinggi, perdarahan di otak,
diabetes mellitus, dan lain-lain.

Firman Allah SWT berikutnya:


  
  
   
  
  
Artinya:
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (Al-Huud (11) : 114)

27
Dalam hal ini Allah memerintahkan kepada manusia supaya ia mampu membagi
waktunya dengan baik dan melaksanakan amalan kebaikan supaya hidupnya
menjadi teratur dan terarah dalam mencapai tujuan hidup.

Allah juga memperintahkan makan-makanan yang halal dan bergizi sebagaimana


terdapat dalam firman Allah SWT:
  
  
  
   
   

 
  
  
 
   
   
  
   
  
Artinya:
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-
orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi
mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara
wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah
membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud
berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir
sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah
amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi”. (QS. al-Maidah
(5): 5)

Ayat diatas mengandung kata Ath-Thayyibat yang memiliki makna bahwa makan-
makanan yang baik menurut tabiatnya adalah baik, sehat dan fitrah, sehingga
seseorang mau memakannya dengan lahap. Makan-makanan yang demikian akan
dirasa nikmat bagi seseorang yang mengkonsumsinya, mudah dicerna dan
merupakan makan-makanan yang baik (Al-Maraghi, 1987). Pola menjaga makan
makanan yang baik serta halal Allah menjanjikan akan menjadikannya tubuh
orang yang mengkonsumsi menjadi baik dan sehat.

Selain makanan harus baik dan sehat, makanan juga harus halal. Makanan halal

28
adalah yang tidak disebutkan keharamannya, baik di dalam Al-Quran maupun di
dalam Hadis dan yang jelas-jelas tidak mendatangkan mudharat. Makanan dan
minuman yang baik menurut Mudhafier (2004) dalamnya buku Makanan Halal
menyatakan bahwa makanan baik atau thayyib berarti ’lezat ’ baik, sehat,
menentramkan, ’paling utama’.

Untuk dapat menilai suatu makanan itu thayyib atau tidak, harus terlebih dahulu
diketahui komposisinya. Bahan makanan yang thayyib bagi umat Islam harus
terlebih dahulu memenuhi syarat halal, karena bahan makanan yang menurut ilmu
pengetahuan tergolong baik, belum tentu termasuk makanan yang halal. Untuk
memenuhi kebutuhan manusia dalam berbagai keperluan termasuk kebutuhan
terhadap makanan dan minuman, Allah telah menciptakan alam semesta ini
dengan berbagai jenis ciptaan-Nya yang diperuntukan untuk manusia.
Sebagaimana Firman Allah:
     
  
Artinya:
”Dia ( Allah ) menciptakan untuk kamu apa yang ada di bumi seluruhnya”. (QS.
Al-Baqarah (2):29)

Pada ayat yang lain Allah berfirman:


   
  
  
Artinya:
Dan Dia ( Allah ) yang telah menundukkan untuk kamu segala yang ada di langit
dan di bumi semua bersumber dari-Nya.(QS.Al-Jatsiyah(45): 13)

Shihab (1999) dalam bukunya menjelaskan, bahwa bertitik tolak dari kedua ayat
tersebut diatas dan beberapa ayat lain, para ulama berkesimpulan bahwa pada
dasarnya sesuatu di alam raya ini adalah halal untuk digunakan. Sehingga
makanan yang terdapat didalamnya juga adalah halal. Kecuali ada nash yang
menentukan larangannya yang bersumber dari Allah baik melalui Al-Quran
maupun dari Hadis Rasulullah saw. Keharaman tersebut lahir dan disebabkan
dari keadaan manusia. Karena adanya makanan yang dapat memberi dampak
negatif terhadap jiwa raga manusia tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka turun perintah-Nya antara lain dalam
Firman Allah :

29
  
   
 
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi.” (QS. Al-Baqarah (2):168)

Pada ayat yang lain Allah berfirman:


  
   
  
  
Artinya:
“Makanlah yang halal dan yang baik dari rizki yang telah diberikan Allah kepada
kamu. Dan patuhlah kepada Allah yang kepada-Nya kamu telah beriman”. (QS.
Al-Maidah (5): 88)
  
  
 
   

Artinya:
”Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu Hanya kepada-Nya saja
menyembah.” (QS. An-Nahl(16):114)

5.2 Durasi Tidur Menurut Islam


Durasi Tidur adalah waktu lamanya sesorang tidur. Tidur adalah suatu proses
aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseleruhan
tidak berkurang selama tidur. Selama tahap-tahap tertentu tidur, penyerapan
oksigen oleh otak meningkat melebihi tingkat normal sewaktu terjaga (Sherwood,
2007). Durasi tidur yang normal adalah 7-8 jam. (Adamkova et al, 2009)
Dalam pandangan islam tidur adalah sebuah kebutuhan fitrah manusia. Tidak
ada manusia yang tidak membutuhkan tidur, semua manusia tidak mungkin tidak
tidur karena Yang memiliki sifat tidak tidur hanya Allah, sebagaimana firman
Allah SWT:
    
  
Artinya:

30
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur”
(QS. Al-Qashahs (2):255)

Kemudian Allah SWT berfiman:


   
 
 
  
 
Artinya:
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-
Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya” (QS. Al-Qashahs
(28):73)

Maka berdasarkan konsekwensi dan kesempurnaan himah-nya, Allah


menjadikan seluruh aktivitas makhluk berhenti pada suatu waktu (yakni pada
malam hari) agar mereka beristirahat pada waktu tersebut, dan kemudian mereka
berpencar pada waktu lain (yakni pada siang hari) untuk berusaha mendapatkan
kemashlatan dunia dan akhirat. Hal yang demikian itu tidak akan sempurna
berlangsung kecuali dengan adanya pergantian siang dan malam. Dan dzat Yang
Maha Kuasa mengatur semua itu tanpa bantuan siapapun, Dialah yang berhak
disembah (Almanhaj,2010)
Mengenai tidur dan fungsinya, Al Qur’an menjelaskan, sebagaimana firman
Allah SWT:

   


  
    
  

Artinya:
“Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah
menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang
menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman” (QS. An Naml (27):86)

Firman Allah SWT berikutnya:

  


  

31
  
  
Artinya:
“Dan kami jadikan tidur kamu untuk istirahat (subaatan). Dan Kami jadikan
malam sebagai pakaian. Dan kami jadikan siang untuk mencari
penghidupan.”(QS. An Naba’ (78):9-11)

Tidur dan bangun yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW adalah tidur yang
terbaik, bermanfaat bagi tubuh serta menambah kekuatan badan. Beliau memulai
tidur di awal malam (setelah isya) dan bangun pada awal seperdua malam yang
terakhir. Setelah bangun beliau langsung bangun untuk bersugi (sikat gigi),
berwudlu’ dan shalat malam(Tahajjud).
Beliau tidak pernah tidur melebihi waktu yang diperlukan dan tidak pernah
menahan rasa kantuknya untuk segera tidur. Rasulullah SAW tidak pernah tidur
dalam keadaan perut penuh oleh makanan dan minuman.
Ada waktu tidur menurut agama Islam dicontohkan Rasulullah SAW dan ada
pula waktu tidur yang dilarang bahkan dibenci oleh Beliau. Waktu tidur itu
diantara lain (Almanhaj,2010):

1. Malam Hari, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat berikut ini:

  


 
 
    
  
Artinya:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tidurmu diwaktu malam
dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.”(QS. Ar-
Rum (30):23)

2. Siang Hari (Qoilulah). Banyak hadis yang mengahjurkan pentingnya


melakukan qoilulah secara istiqomah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫قيلوا فإن الشيطان ال يقيل‬


Artinya:
“Qoilulah-lah kalian, sesungguhnya syetan itu tidak melakukan qoilulah ”
(HR Tharbani, Dihasankan oleh syekh Albani dalam Silsilah Hadits
Shahihnya dan juga dalam Shahih Jami’).

32
3. Pagi hari, tidur pada waktu ini dilarang. Tidur pada waktu subuh berarti
menolak rezeki, karena pada waktu itulah semua makhluk hidup mencari
rezeki dan waktu itu adaah waktu dibagi-baginya rezeki. Maka tidur pada
waktu subuh sangat dicela, kecuali karena ada maksud tertentu atau karena
sakit. Seperti terdapat dalam hadits shahih yang lainnya:

ِ ‫ار ْك أل ُ َّمتِى فِى بُ ُك‬


‫ورهَا‬ ِ َ‫اللَّ ُه َّم ب‬

Artinya:
“Ya Allah berikanlah berkah kepada umatku dipagi harinya” (HR. Abu
Dawud no. 2606, tirmidzi no 1212, Ibnu /majah no 2236, shahih At-Targhiib
wa Tarhiib no 1693).

4. Sore hari. Berdasarkan hadis berikut ini, menunjukan bahwa Rasulullah


SAW. melarang tidur pada waktu pergantian antara malam dengan terbitnya
matahari maupun sebaliknya.
Selain itu Rasulullah SAW, selalu mengajarkan adab-adab tidur yang
sepantasnya diterapkan oleh umat muslim. Bila mengikuti adabnya, makan insya
Allah tidur kita dinilai ibadah. Adab-adab yang diajarkan Rasulullah SAW, itu
antara lain adalah (Muhfachrizal,2013):
1. Dianjurkan berintrospeksi diri sebelum tidur
Sangat dianjurkan sekali bagi muslim untuk bermuhasabah (intropeksi diri) sesaat
sebelum tidur, mengevaluasi segala perbuatan yang telah dilakukan pada siang
hari. Lalu jika didapatkan perbuatan baik maka hendaknya memuji kepada Allah
SWT, dan jika sebaliknya maka hendaknya segera memohon ampunanNya,
kembal dan bertobat kepadaNya.

2. Berwudhu Sebelum tidur


Sebaiknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagimana sabda Rasulullah
SAW:

‫صالَ ِة‬ ُ ‫ض َج َع َك فَتَ َوضَّأ ْ ُو‬


َّ ‫ض ْو َء َك ِلل‬ َ ‫ ِإذَا أَتَي‬.
ْ ‫ْت َم‬
Artinya:

33
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah
berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat”
(HR.Al-Bukhari No.247 dan Muslim 2710)

3. Mengibaskan tempat tidur sebelum tidur


Sebelum tdur,hendaknya mengibaskan tempat tidur untuk membersihkan tempat
tidur dari kotoran dan bahkan membuat tidur terasa lebih nyaman.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:

ُ‫اخلَ ِة ِإزَ ِار ِه فَإِنَّه‬


ِ َ‫شهُ بِد‬ ْ ُ‫ِإذَا أَ َوى أَ َحدُ ُك ْم إِلَى فِ َرا ِش ِه فَ ْليَ ْنف‬
َ ‫ض فِ َرا‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫َال َي ْد ِري َما َخلَفَه‬
Artinya :
“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan
kain dan mengibaskan tempat tidurnyadengan kain tersebut sambilmengucapkan
‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalannya tadi. “ (HR.
Al Bukhari No.6320, Muslim No 2714, At Tirmidzi No.3401 dan Abu dawud No
5050)

4. Posisi tidur yang baik adalah miring kesebelah kanan


Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫ش ِقّ َك اْأل َ ْي َم ِن‬


َ ‫علَى‬ َ ‫ض‬
َ ‫ط ِج ْع‬ ْ ِ‫ا‬.
Artinya:
“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR Al-Bukhari no 247 dan
Muslim no 2710)

5. Membaca doa sebelum tidur (dan saat bangun tidur)


Dijelaskan dalam suatu hadits, dari Hudzaifah, ia berkata:

َ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – ِإذَا أَ َرادَ أ َ ْن يَن‬


‫َام قَا َل‬ ُّ ‫َكانَ النَّ ِب‬
‫َام ِه قَا َل‬
ِ ‫ظ ِم ْن َمن‬ َ َ‫ َوإِذَا ا ْست َ ْيق‬.‫بِا ْس ِم َك اللَّ ُه َّم أ َ ُموتُ َوأَ ْحيَا‬
‫ور‬
ُ ‫ش‬ ُ ُّ‫ َوإِلَ ْي ِه الن‬، ‫ْال َح ْمدُ ِ َّّلِلِ الَّذِى أَ ْح َيانَا َب ْعدَ َما أَ َماتَنَا‬
Artinya:
“Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucakan:
‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (dengan nama-Mu, ya Allah aku mati dan
aku hidup). Danapabila bangu tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzi
ahyaana ba’da maa amatana wailahi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah
menghidupkan kami setelah mematikan kami,dan kepada-Nya lah tempat
kembali).” (HR bukhari no 6324)

6. Apabila gelisah

34
Apabila merasa gelisah,risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa
kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut:

‫ضبِ ِه َو ِعقَابِ ِه َوش ِ َّر ِعبَا ِد ِه‬َ ‫غ‬َ ‫من‬ْ ‫ت‬ ِ ‫ت هللاِ التَّا َّما‬ ُ َ‫أ‬
ِ ‫ع ْوذُ بِ َك ِل َما‬
ُ ‫اطي ِْن َوأ َ ْن َي ْح‬
‫ض ُر ْو ِن‬ ِ ‫ش َي‬َّ ‫ت ال‬ِ ‫و ِم ْن َه َمزَ ا‬. َ
Artinya:
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari
murkaNya,siksaNya dari kejahatan hamba-hamba_Nya, dari godaan para syaitan
dan dari kedatangan mereka kepadaku.” (HR Abu Dawud No 3893, At-Tirmidzi
No 3528 dan lainnya)

7. Tidak boleh telanjang


Jika akan tidur,sebaiknya seseorang tidur dalam keadaan berpakaian dan tidak
telanjang tidak telanjang sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫ب َحدَّثَ ِني َي ْح َيى‬ ِ ‫ان ب ُْن ُم َح َّم ٍد َحدَّثَنَا زَ ْيدُ ب ُْن ْال ُح َبا‬ ُ ‫عثْ َم‬ ُ ‫أَ ْخ َب َرنَا‬
‫ع ْن‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫َّاس ْال ِح ْميَ ِر‬ ٍ ‫عب‬ َ ‫َّاش ب ُْن‬ ُ ‫عي‬ َ ‫ي أَ ْخ َب َرنِي‬ ُّ ‫ُّوب ْال َحض َْر ِم‬ َ ‫ب ُْن أَي‬
َ‫س ِم ْعتُ أَبَا َر ْي َحانَة‬ َ ‫ام ٍر قَا َل‬ ِ ‫ع‬َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬ َ ِ‫ي‬ّ ‫صي ِْن ْال َح ْج ِر‬ َ ‫أَ ِبي ْال ُح‬
َّ ‫سو ُل‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫سلَّ َم يَقُو ُل َكانَ َر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ب َر‬ َ ‫اح‬ ِ ‫ص‬
َ
‫الر ُج ِل‬ َّ ‫صا ٍل ُم َكا َم َع ِة‬ َ ‫ع ْش ِر ِخ‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫سلَّ َم َي ْن َهى‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
‫ش ْي ٌء َو ُم َكا َم َع ِة ْال َم ْرأَ ِة‬ َ ‫ْس بَ ْينَ ُه َما‬ َ ‫اح ٍد لَي‬
ِ ‫الر ُج َل فِي ِش َعا ٍر َو‬ َّ
‫ف َو ْال َو ْش ِم‬ِ ْ‫ش ْي ٌء َوالنَّت‬ َ ‫ْس بَ ْينَ ُه َما‬ َ ‫اح ٍد لَي‬ ِ ‫ار َو‬ ٍ ‫ْال َم ْرأَة َ فِي ِش َع‬
‫علَى ْالعَاتِقَي ِْن‬ َ ‫ور َوا ِت ّخَا ِذ الدِّيبَاجِ هَا ُهنَا‬ ِ ‫ب النُّ ُم‬ ِ ‫َوالنُّ ْهبَ ِة َو ُر ُكو‬
ُ‫ش ْي ٌخ لَ ُه ْم َو ْال ُم َكا َم َعة‬ َ ‫ام ٍر‬ ِ ‫ع‬َ ‫َّللاِ أَبُو‬َّ ‫عبْد‬ َ ‫ب قَا َل‬ ِ ‫َو ِفي أ َ ْسفَ ِل ال ِث ّ َيا‬
ُ‫ضا َجعَة‬ َ ‫ْال ُم‬
Artinya:
“Melarang sepuluh perkara; Tidur berdua antara seorang laki-laki dgn laki-laki
lain dalam satu tempat tidur tanpa ada penghalang antara keduanya, tidur
berdua antara seorang wanita dgn wanita lain dalam satu tempat tidur tanpa ada
penghalang antara keduanya, mencabut (bulu alis), tato, harta rampasan
(berkhianat terhadap kaum muslimin dalam harta rampasan perang),
menggunakan kulit harimau, memakai sutra kasar, mengenakan sutra di sini
yakni di atas kedua bahu & di bagian bawah baju. Abdullah berkata; Abu Amir
adl guru mereka & mukama'ah adl tidur”. (HR. Darimi No.2534).

8. Dilarang tidur satu selimut

35
Nabi muhammmad SAW, melarang laki-laki dengan laki-laki atau wanita dengan
wanita tidur dalam satu selimut.

9. Makruh Tidur tengkurap


Nabi Muhammad SAW melarang tidur tengkurap karena posisi tengkurap selain
dampaknya buruk bagi kesehatan,posisi tengkurap cara berbaringnya penghuni
neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Abu Dzar Ra menuturkan: Nabi SAW pernah lewat melintasi aku,dikala itu aku
sedang berbaring tengkurap. Maka Nabi membangunkanku dengan kaki dan
berkata:
‫ض ْجعَةُ أ َ ْه ِل‬
ِ ‫ِب ِإنَّ َما َه ِذ ِه‬
ُ ‫ض ِنى ِب ِر ْج ِل ِه َوقَا َل « يَا ُجنَ ْيد‬
َ ‫فَ َر َك‬
ِ َّ‫الن‬
‫ار‬
Artinya:
“Wahai Junaidab (panggialan Abu Dzar), sesungguhnya berbaring seperti ini
(tengkurap) adalah berbaringnya penghuni neraka”. (HR Ibnu Majah dan dinilai
shahih oleh Al-Albani).

10. Makruh tidur diatas dak terbuka


Nabi muhammmad SAW, melarang tidur pada rumah yang tidak ada atap
penutupnya.

11. Menutup pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur
Sebelum tidur hendaklah memeriksa keadaan rumah, dimulai dari pintu rumah
sampai mematikan lampu kompor hal ini untuk menghindari segala marabahaya
yang mungkin dapat terjadi akibat kelalian sebelum tidur.

12. Disunnahkan mengusap wajah dengan tangan setelah bangun


Nabi Muhammad SAW,senantiasa mengusap wajah dengan tangan tidur,
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

َ ‫س ُح النَّ ْو َم‬
‫ع ْن‬ َ َ‫سلَّ َم فَ َجل‬
َ ‫س يَ ْم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫ظ َر‬ َ َ‫فَا ْستَ ْيق‬
‫َو ْج ِه ِه بِيَ ِد ِه‬
Artinya:
“Maka bangunlah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dari tidurnya kemudian
duduk sambal mengusap wajah dengan tangannya” (HR. Muslim No763 (182))

36
13. Jika bermimpi buruk

‫ار ِه ثَ َالثًا‬ ِ ‫س‬ َ ‫ص ْق‬


َ َ‫ع ْن ي‬ ُ ‫الرؤْ يَا يَ ْك َر ُه َها فَ ْليَ ْب‬
ُّ ‫ِإذَا َرأَى أَ َحدُ ُك ْم‬
َ‫ع ْن َج ْن ِب ِه الَّذِي َكان‬َ ‫ان ثَ َالثًا َو ْل َيتَ َح َّو ْل‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬ َّ ‫َو ْل َي ْستَ ِع ْذ ِب‬
َّ ‫اّلِلِ ِم ْن ال‬
‫علَ ْي ِه‬
َ
Artinya:
Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun,
kemudian meludah ke kiri tiga kali (diriwaytkan Muslim IV/1772) dan memohon
perlindungan kepada Alllah dari godaan syaitan yang terkutuk dan dari
keburukan mimpi yang dilihat.

14. Bersiwak setelah bangun


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

َ ‫س ْو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َكانَ ِإذَا َق‬


‫ام‬ ُ ‫عن حذيفة أ َ َّن َر‬
‫اك‬ ّ ‫ص فَاهُ ِبال‬
ِ ‫س َِو‬ ُ ‫ش ْو‬ ُ َ‫ِمنَ اللَّ ْي ِل ي‬
Artinya:
“Apabila Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bangun malam membersihkan
mulutnya dengan bersiwak” (HR . Al-Bukhori no 245 dan muslim No 225)

15. Ber-Istinsyaq dan ber-istinsaar


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

‫ فَإِ َّن‬،‫ضأ َ فَ ْليَ ْست َ ْنثِ ْر ثَالَثًا‬ ِ ‫ظ أ ُ َراهُ أَ َحدُ ُك ْم ِم ْن َمن‬


َّ ‫َام ِه فَتَ َو‬ َ َ‫ِإذَا ا ْست َ ْيق‬
‫وم ِه‬
ِ ‫ش‬ُ ‫علَى َخ ْي‬ َ ُ‫طانَ يَبِيت‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬
Artinya:
“Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tidurnya, maka
beristinsaarlah tiga kali karena sesungguhnya syaitan bermalam di rongga
hidung nya” (HR Bukhari No.3295 dan Muslim no.238)

16. Mencuci tangan tiga kali


Nabi Muhammad SAW, senantiasa mencuci kedua tangan setelah bangun tidur,
sebelum beliau menyentuh makanan maupun minuman. Beliau mencuci kedua
tangan tiga kali.

37
5.3 Siswa Menurut Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mempunyai
pengetahuan yang luas. Menutut ilmu itu tidak ada batasan waktu,umur,tempat
dan fasilitas. Di dalam pandangan Islam menuntut ilmu merupakan melakukan
suatu kegiatan yang positif yang mana akan mendapatkan pahala dan orang yang
berilmu akan ditinggikan derajatnya beberapa derajat sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
   
  
  
   

Artinya:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah (58):11)

Maka dari itu kita sebagai manusia harus bersekolah menjadi siswa untuk
mendapatkan ilmu. Dalam istilah tasawuf peserta didik adalah siswa atau murid
atau thalib. Secara bahasa adalah orang yang mencari, sedangkan menurut istilah
Tasawuf adalah penempuh jalan spritual, dimana ia berusaha keras menempuh
dirinya untuk mencapai derajat sufi. Jadi siswa menurut pandanganf Islam adalah
individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Rasulullah SAW bersabda:

‫علَى ُك ُّل ُم ْس ِل ٍم‬ َ ‫ب ال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬


َ ٌ‫ضة‬ ُ َ‫طل‬
َ
Artinya:
”Menuntut ilmu itu adalah kewajiban atas setiap orang Islam laki-laki maupun
perempuan.” (HR Ibnu Majah)

Menuntut ilmu kapan saja dan dimana saja sekalipun sampai ke negeri Cina.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

‫ين‬
ِ ‫ص‬ّ ِ ‫طلُبُ ْوا ال ِع ْل َم َولَ ْو في ال‬
ْ ُ‫ا‬
Artinya:
”Carilah ilmu meskipun hingga ke negeri Cina” (HR. Ibnu Abd Al-Baar)

38
Begitu juga menuntut ilmu bersifat terus menerus dan tidak pernah berhenti
selama masih hidup, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

‫اطلُبُوا ال ِع ْل َم ِمنَ ال َم ْه ِد ِإلَى اللَّ ْح ِد‬


ْ
Artinya:
”Tuntutlah ilmu pengetahuan itu sejak dari ketika dalam ayunan sampai pada
liang lahat” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Al-Qur’an banyak sekali ditemukan ayat-ayat yang menggunakan kata-


kata akal. Allah selalu mendorong hamba-Nya untuk selalu menggunakan akal
dan pikiran dalam melihat kejadian-kejadian di alam semesta raya ini,
sebagamana firman-Nya :

  


  
   
 
Artinya:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS. Az Zumar, (39):9)

Rasio atau akal merupakan suatu pemberian yang maha dahsyat yang telah
diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya. Tujuannya adalah agar umat manusia
dapat mengetahui dan mengungkapkan tanda-tanda kekuasaan Allah secara
rasional. Dalam ayat Allah berfirman :

   


 
 
  
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Al Imran,
(3) : 190)

Di dalam Al-Qur’an banyak diperoleh ayat yang mendorong umat Islam untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan akal, sebagaimana firman:

   


  

39
  
   

Artinya:
”Katakanlah: (hai Muhammad) : Perhatikanlah dengan apa yang ada dilangit
dan di bumi” (QS. Yunus, (10) : 101)

Sedangkan dalam ayat lain, Allah berfirman :


   
   
  
  
   
   
Artinya:
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan.
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al Ghaasyiyah,
(88):17-20 )

Selanjutnya Allah SAW berfirman:


   
 
  
    
  
   
 
  
    
  
 
Artinya:
”Dia menumbuhkan bagimu dengan air hujan itu, tanaman zaitun, korma,
anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu
merupakan ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang berpikir. Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah (atau tanda-tanda
kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mempergunakan akal” (QS. An Nahl,
(16) : 11 - 12)
Ada suatu isyarat bahwa untuk mendapatkan kecakapan membaca dan wawasan
yang baru, maka proses pembacaan harus dilakukan secara berulang-ulang.

40
Kontiunitas pembacaan haruslah tetap dalam kerangka bismi Rabbik (Demikian
pesan dari pernyataan Iqra’ wa Rabbuka al-Akram), sebagaimana firman Allah
SWT dalam ayat berikut ini:

  


   
   
  
  
  
    
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq (96):1-5)

Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari makna ini lahir
beragam makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tulis maupun tidak tertulis. Ayat
ini tidak menjelaskan objek yang harus dibaca. Ini berarti al-Qur’an menghendaki
umat yang beriman kepadanya supaya membaca seluruh fenomena alam ini,
selama pembacaan tersebut dilakukan “bismi Rabbik”, dalam arti bermanfaat
untuk kemanusiaan. Objek pembacaan bisa berupa alam semesta, tanda-tanda
zaman, sejarah maupun diri sendiri. Dalam konteks proses pembacaan dengan
landasan “bismi Rabbik ini”, maka landasan iman hendaknya dijadikan sebagai
tumpuan utama. Dengan begitu maka motivasi belajar akan selalu diniatkan
karena mejalankan perintah Allah (ikhlas) dan ilmu yang diperopleh senantiasa
diorientasikan kepada kemaslahatan mansia. Ilmu dan teknologi memberi banyak
manfaat dan menawarkan kenyamanan hidup, sedangkan iman memberikan arah
dan makna hidup. Perapaduan keduanya akan mengantar manusia menempati
predikat unggul, sebab hidupnya mendapat ridla Allah dan senantiasa memberi
manfaat pada orang lain. Adapun kewajiban siswa dalam pendidikan Islam,
menurut Muhammad Athiyah Al-abrasi kwajiban peserta didik meliputi:
1. Wajib mensucikan hati dan sifat kehinaan
2. Wajib menghiasi jiwa dengan kemuliaan dan dekat dengan Allah
3. Belajar terus-menerus

41
4. Konsentrasi diri pada seorang guru yang mantap
5. Menghormati dan memuliakan diri karena Allah
6. Menyenangkan bagi guru
7. Jangan mencari kesalahan guru
8. Belajar dengan sungguh-sungguh
9. Memulai salam ketika bertemu dengan guru
10. Menciptakan suasana kencintaan dan kesenangan diantara murid
11. Mengulangi pelajaran pada malam hari
12. Tidak meremehkan ilmu pengetahuan apapun mavamnya
Sedangkan menurut Imam Al-Ghozali kewajiban peserta didik ada sepuluh, yaitu:
1. Mendahulukan kesucian jiwa akhlak tercela
2. Menyedikitkan hu Bungan dengan kesibukan dunia
3. Tidak sombong karena ilmu dan tidak menentang guru
4. Memelihara pendapat yang berbeda-beda
5. Tidak meninggalkan satu bagian dari ilmu-ilmu yang terpuji, dan lebih
mengutamakan ilmu yang lebih penting
6. Belajar secara tertib dan teratur
7. Tidak berpindah sebelum menguasai ilmu tersebut
8. Mengetahui sebab-sebab yang dapat mengetahui semulia-mulia ilmu,baik
dalam dalil maupun dalam buahnya ilmu
9. Bertujuan untuk menghiasi dan mengindahkan batin dengan keagamaan
10. Mengetahui kaitan ilmu dengan umumnya
Selain kewajiban, hak peserta didik menurut sistem pendidikan Islam tercermin
dalam hubungan proses pendidikan, yang didalamnya ada peserta didik, pendidik,
le,baga pendidikan, kurikulum, dan lain-lain, yang tidak hanya tertuju pada satu
aspek, tetapi meliputi seluruh aspek hubungan, sehingga hak dan kewajiban
peserta didik dapat tercapai. Hak peserta didik meliputi :
1. Peserta didik berhak untuk memperoleh kemudahan dalam fasilitas pendidikan
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih mudah setiap saat, dan
berhak untuk memperoleh kesempatan belajar, tanpa harus dibedakan antara
mereka yang kaya dengan yang miskin, sehingga peserta didik mendapatkan
pelayanan secara wajar.

42
2. Peserta didik berhak terpenuhi segala kebutuhan jasmani dan rohani.
Terpenuhinya kebutuhan materil dan moril. Dalam sistem pendidikan islam
kebutuhan materil meliputi: kebutuhan dhoruri, tahsini, dan takmili.
Sedangkan kebutuhan moril meliputi: kebutuhan akan kasih sayang, rasa
aman, harga diri, rasa bebas, dan bimbingan.

5.4 Tinjauan Islam Terhadap Hubungan Obesitas dengan Durasi Tidur


Obesitas adalah peningkatan berat badan yang berlebih sehingga melampaui batas
kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Obesitas disebabkan salah satunya adalah pola makan berlebihan, pemasukan
energi lebih besar daripada pengeluaran, yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit di antaranya diabetes, penyakit jantung, hipertensi dan penyakit lainnya.
Dalam ajaran Islam sebagai ketentuan makan dan minum hendaklah halal baik
dan tidak berlebihan. Makan dan minum berlebihan adalah perbuatan yang
buruk. Rasulullah mengajarkan untuk makan sedikit, yang tujuannya adalah
mencegah kegemukan. Dianjurkan pula agar makan tidak terlalu kenyang atau
terlalu dekat jaraknya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A’raaf (7):31
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Durasi tidur adalah lamanya orang tidur pada malam hari. Tidur merupakan
kebutuhan manusia, Allah menciptakan siang dan malam, siang untuk aktifitas
dan malam untuk beristirahat termasuk salah satunya adab tidur yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW. yaitu senantiasa membiasakan diri untuk tidur pada
malam hari setelah waktu Isya dan terbangun pada dini hari, di sepertiga malam
untuk melakukan shalat malam, dengan tidur secukupnya dan tidak berlebihan
dari tidur yang normal. Durasi tidur yang kurang dapat berdampak buruk bagi
kesehatan. Terdapat banyak hadis Rasulullah SAW. yang mengajarkan adab-adab
tidur bagi muslim. Bila mengikuti adabnya, maka tidur dapat dinilai ibadah. Oleh
sebab itu manusia hendaklah memanfaatkan waktu istirahat dan tidur pada waktu
malam, dan siang hari untuk beraktifitas sebagaiman firman Allah dalam surat
Al-Qashahs 28:73 “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari

43
sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-
Nya”
Siswa secara bahasa adalah orang yang mencari, sedangkan menurut istilah
Tasawuf adalah penempuh jalan spritual, dimana ia berusaha keras menempuh
dirinya untuk mencapai derajat sufi. Jadi siswa menurut pandangan Islam adalah
individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Dalam Islam
siswa mempunya hak dan kewajban. Salah satu kewajiban siswa yaitu menuntut
ilmu karena ilmu merupakan melakukan suatu kegiatan yang positif yang mana
akan mendapatkan pahala dan orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya
beberapa derajat. Salah satu cara untuk menuntut ilmu yaitu dengan membaca
atau Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari makna ini lahir
beragam makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tulis maupun tidak tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan obesitas dengan durasi tidur pada siswa
SMAN 51 Jakarta Timur ditinjau dari kedokteran dan Islam hasilnya adalah
terdapat siswa yang durasi tidur ≤ 7 jam lebih banyak yaitu 86,8% dibandingkan
dengan yang durasi tidurnya ≥ 8 jam 13,2%. Hal tersebut berarti siswa obesitas
memiliki durasi tidur dibawah normal. Tetapi setelah dilakukan analisis data,
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan durasi tidur.
Tinjauan Islam terhadap Hubungan Obesitas dengan Durasi Tidur, bahwa tidur
merupakan kebutuhan setiap manusia, Allah telah menciptakan siang dan malam
silih berganti, siang untuk beraktifitas dan malam untuk istirahat dan tidur.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. beliau membiasakan diri
untuk tidur pada malam hari setelah waktu Isya dan terbangun sepertiga malam
untuk melakukan shalat malam, dengan tidur secukupnya dan tidak berlebihan
dari tidur yang normal. Durasi tidur yang kurang dapat berdampak buruk bagi
kesehatan. Tidur yang kurang dan makan berlebihan dapat menyebabkan obesitas.
Oleh sebab itu perlu mengatur pola istirahat tidur dan pola makan yang Islami
yaitu makan dan minum yang halal, baik dan tidak berlebihan sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-A’raaf (7):31: “Makan dan minumlah, dan janganlah

44
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.”

45

Anda mungkin juga menyukai