26
Rasulullah mengajarkan kita untuk makan sedikit, yang tentu saja tujuannya
adalah mencegah kegemukan.
Kemudian sebagaimana firman Allah SWT, berikut:
Artinya :
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raaf (7):31)
Dan Allah SWT berfirman:
27
Dalam hal ini Allah memerintahkan kepada manusia supaya ia mampu membagi
waktunya dengan baik dan melaksanakan amalan kebaikan supaya hidupnya
menjadi teratur dan terarah dalam mencapai tujuan hidup.
Ayat diatas mengandung kata Ath-Thayyibat yang memiliki makna bahwa makan-
makanan yang baik menurut tabiatnya adalah baik, sehat dan fitrah, sehingga
seseorang mau memakannya dengan lahap. Makan-makanan yang demikian akan
dirasa nikmat bagi seseorang yang mengkonsumsinya, mudah dicerna dan
merupakan makan-makanan yang baik (Al-Maraghi, 1987). Pola menjaga makan
makanan yang baik serta halal Allah menjanjikan akan menjadikannya tubuh
orang yang mengkonsumsi menjadi baik dan sehat.
Selain makanan harus baik dan sehat, makanan juga harus halal. Makanan halal
28
adalah yang tidak disebutkan keharamannya, baik di dalam Al-Quran maupun di
dalam Hadis dan yang jelas-jelas tidak mendatangkan mudharat. Makanan dan
minuman yang baik menurut Mudhafier (2004) dalamnya buku Makanan Halal
menyatakan bahwa makanan baik atau thayyib berarti ’lezat ’ baik, sehat,
menentramkan, ’paling utama’.
Untuk dapat menilai suatu makanan itu thayyib atau tidak, harus terlebih dahulu
diketahui komposisinya. Bahan makanan yang thayyib bagi umat Islam harus
terlebih dahulu memenuhi syarat halal, karena bahan makanan yang menurut ilmu
pengetahuan tergolong baik, belum tentu termasuk makanan yang halal. Untuk
memenuhi kebutuhan manusia dalam berbagai keperluan termasuk kebutuhan
terhadap makanan dan minuman, Allah telah menciptakan alam semesta ini
dengan berbagai jenis ciptaan-Nya yang diperuntukan untuk manusia.
Sebagaimana Firman Allah:
Artinya:
”Dia ( Allah ) menciptakan untuk kamu apa yang ada di bumi seluruhnya”. (QS.
Al-Baqarah (2):29)
Shihab (1999) dalam bukunya menjelaskan, bahwa bertitik tolak dari kedua ayat
tersebut diatas dan beberapa ayat lain, para ulama berkesimpulan bahwa pada
dasarnya sesuatu di alam raya ini adalah halal untuk digunakan. Sehingga
makanan yang terdapat didalamnya juga adalah halal. Kecuali ada nash yang
menentukan larangannya yang bersumber dari Allah baik melalui Al-Quran
maupun dari Hadis Rasulullah saw. Keharaman tersebut lahir dan disebabkan
dari keadaan manusia. Karena adanya makanan yang dapat memberi dampak
negatif terhadap jiwa raga manusia tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka turun perintah-Nya antara lain dalam
Firman Allah :
29
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi.” (QS. Al-Baqarah (2):168)
30
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur”
(QS. Al-Qashahs (2):255)
31
Artinya:
“Dan kami jadikan tidur kamu untuk istirahat (subaatan). Dan Kami jadikan
malam sebagai pakaian. Dan kami jadikan siang untuk mencari
penghidupan.”(QS. An Naba’ (78):9-11)
Tidur dan bangun yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW adalah tidur yang
terbaik, bermanfaat bagi tubuh serta menambah kekuatan badan. Beliau memulai
tidur di awal malam (setelah isya) dan bangun pada awal seperdua malam yang
terakhir. Setelah bangun beliau langsung bangun untuk bersugi (sikat gigi),
berwudlu’ dan shalat malam(Tahajjud).
Beliau tidak pernah tidur melebihi waktu yang diperlukan dan tidak pernah
menahan rasa kantuknya untuk segera tidur. Rasulullah SAW tidak pernah tidur
dalam keadaan perut penuh oleh makanan dan minuman.
Ada waktu tidur menurut agama Islam dicontohkan Rasulullah SAW dan ada
pula waktu tidur yang dilarang bahkan dibenci oleh Beliau. Waktu tidur itu
diantara lain (Almanhaj,2010):
1. Malam Hari, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat berikut ini:
32
3. Pagi hari, tidur pada waktu ini dilarang. Tidur pada waktu subuh berarti
menolak rezeki, karena pada waktu itulah semua makhluk hidup mencari
rezeki dan waktu itu adaah waktu dibagi-baginya rezeki. Maka tidur pada
waktu subuh sangat dicela, kecuali karena ada maksud tertentu atau karena
sakit. Seperti terdapat dalam hadits shahih yang lainnya:
Artinya:
“Ya Allah berikanlah berkah kepada umatku dipagi harinya” (HR. Abu
Dawud no. 2606, tirmidzi no 1212, Ibnu /majah no 2236, shahih At-Targhiib
wa Tarhiib no 1693).
33
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah
berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat”
(HR.Al-Bukhari No.247 dan Muslim 2710)
6. Apabila gelisah
34
Apabila merasa gelisah,risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa
kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut:
ضبِ ِه َو ِعقَابِ ِه َوش ِ َّر ِعبَا ِد ِهَ غَ منْ ت ِ ت هللاِ التَّا َّما ُ َأ
ِ ع ْوذُ بِ َك ِل َما
ُ اطي ِْن َوأ َ ْن َي ْح
ض ُر ْو ِن ِ ش َيَّ ت الِ و ِم ْن َه َمزَ ا. َ
Artinya:
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari
murkaNya,siksaNya dari kejahatan hamba-hamba_Nya, dari godaan para syaitan
dan dari kedatangan mereka kepadaku.” (HR Abu Dawud No 3893, At-Tirmidzi
No 3528 dan lainnya)
ب َحدَّثَ ِني َي ْح َيى ِ ان ب ُْن ُم َح َّم ٍد َحدَّثَنَا زَ ْيدُ ب ُْن ْال ُح َبا ُ عثْ َم ُ أَ ْخ َب َرنَا
ع ْن َ ي ُّ َّاس ْال ِح ْميَ ِر ٍ عب َ َّاش ب ُْن ُ عي َ ي أَ ْخ َب َرنِي ُّ ُّوب ْال َحض َْر ِم َ ب ُْن أَي
َس ِم ْعتُ أَبَا َر ْي َحانَة َ ام ٍر قَا َل ِ عَ ع ْن أ َ ِبي َ ِيّ صي ِْن ْال َح ْج ِر َ أَ ِبي ْال ُح
َّ سو ُل
َِّللا ُ سلَّ َم يَقُو ُل َكانَ َر َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللاَّ صلَّى َ َِّللاَّ سو ِل ُ ب َر َ اح ِ ص
َ
الر ُج ِل َّ صا ٍل ُم َكا َم َع ِة َ ع ْش ِر ِخ َ ع ْن َ سلَّ َم َي ْن َهى
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ
ش ْي ٌء َو ُم َكا َم َع ِة ْال َم ْرأَ ِة َ ْس بَ ْينَ ُه َما َ اح ٍد لَي
ِ الر ُج َل فِي ِش َعا ٍر َو َّ
ف َو ْال َو ْش ِمِ ْش ْي ٌء َوالنَّت َ ْس بَ ْينَ ُه َما َ اح ٍد لَي ِ ار َو ٍ ْال َم ْرأَة َ فِي ِش َع
علَى ْالعَاتِقَي ِْن َ ور َوا ِت ّخَا ِذ الدِّيبَاجِ هَا ُهنَا ِ ب النُّ ُم ِ َوالنُّ ْهبَ ِة َو ُر ُكو
ُش ْي ٌخ لَ ُه ْم َو ْال ُم َكا َم َعة َ ام ٍر ِ عَ َّللاِ أَبُوَّ عبْد َ ب قَا َل ِ َو ِفي أ َ ْسفَ ِل ال ِث ّ َيا
ُضا َجعَة َ ْال ُم
Artinya:
“Melarang sepuluh perkara; Tidur berdua antara seorang laki-laki dgn laki-laki
lain dalam satu tempat tidur tanpa ada penghalang antara keduanya, tidur
berdua antara seorang wanita dgn wanita lain dalam satu tempat tidur tanpa ada
penghalang antara keduanya, mencabut (bulu alis), tato, harta rampasan
(berkhianat terhadap kaum muslimin dalam harta rampasan perang),
menggunakan kulit harimau, memakai sutra kasar, mengenakan sutra di sini
yakni di atas kedua bahu & di bagian bawah baju. Abdullah berkata; Abu Amir
adl guru mereka & mukama'ah adl tidur”. (HR. Darimi No.2534).
35
Nabi muhammmad SAW, melarang laki-laki dengan laki-laki atau wanita dengan
wanita tidur dalam satu selimut.
11. Menutup pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur
Sebelum tidur hendaklah memeriksa keadaan rumah, dimulai dari pintu rumah
sampai mematikan lampu kompor hal ini untuk menghindari segala marabahaya
yang mungkin dapat terjadi akibat kelalian sebelum tidur.
َ س ُح النَّ ْو َم
ع ْن َ َسلَّ َم فَ َجل
َ س يَ ْم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ِس ْو ُل هللا
ُ ظ َر َ َفَا ْستَ ْيق
َو ْج ِه ِه بِيَ ِد ِه
Artinya:
“Maka bangunlah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dari tidurnya kemudian
duduk sambal mengusap wajah dengan tangannya” (HR. Muslim No763 (182))
36
13. Jika bermimpi buruk
37
5.3 Siswa Menurut Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mempunyai
pengetahuan yang luas. Menutut ilmu itu tidak ada batasan waktu,umur,tempat
dan fasilitas. Di dalam pandangan Islam menuntut ilmu merupakan melakukan
suatu kegiatan yang positif yang mana akan mendapatkan pahala dan orang yang
berilmu akan ditinggikan derajatnya beberapa derajat sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
Artinya:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah (58):11)
Maka dari itu kita sebagai manusia harus bersekolah menjadi siswa untuk
mendapatkan ilmu. Dalam istilah tasawuf peserta didik adalah siswa atau murid
atau thalib. Secara bahasa adalah orang yang mencari, sedangkan menurut istilah
Tasawuf adalah penempuh jalan spritual, dimana ia berusaha keras menempuh
dirinya untuk mencapai derajat sufi. Jadi siswa menurut pandanganf Islam adalah
individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Rasulullah SAW bersabda:
Menuntut ilmu kapan saja dan dimana saja sekalipun sampai ke negeri Cina.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
ين
ِ صّ ِ طلُبُ ْوا ال ِع ْل َم َولَ ْو في ال
ْ ُا
Artinya:
”Carilah ilmu meskipun hingga ke negeri Cina” (HR. Ibnu Abd Al-Baar)
38
Begitu juga menuntut ilmu bersifat terus menerus dan tidak pernah berhenti
selama masih hidup, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Rasio atau akal merupakan suatu pemberian yang maha dahsyat yang telah
diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya. Tujuannya adalah agar umat manusia
dapat mengetahui dan mengungkapkan tanda-tanda kekuasaan Allah secara
rasional. Dalam ayat Allah berfirman :
Di dalam Al-Qur’an banyak diperoleh ayat yang mendorong umat Islam untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan akal, sebagaimana firman:
39
Artinya:
”Katakanlah: (hai Muhammad) : Perhatikanlah dengan apa yang ada dilangit
dan di bumi” (QS. Yunus, (10) : 101)
40
Kontiunitas pembacaan haruslah tetap dalam kerangka bismi Rabbik (Demikian
pesan dari pernyataan Iqra’ wa Rabbuka al-Akram), sebagaimana firman Allah
SWT dalam ayat berikut ini:
Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari makna ini lahir
beragam makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tulis maupun tidak tertulis. Ayat
ini tidak menjelaskan objek yang harus dibaca. Ini berarti al-Qur’an menghendaki
umat yang beriman kepadanya supaya membaca seluruh fenomena alam ini,
selama pembacaan tersebut dilakukan “bismi Rabbik”, dalam arti bermanfaat
untuk kemanusiaan. Objek pembacaan bisa berupa alam semesta, tanda-tanda
zaman, sejarah maupun diri sendiri. Dalam konteks proses pembacaan dengan
landasan “bismi Rabbik ini”, maka landasan iman hendaknya dijadikan sebagai
tumpuan utama. Dengan begitu maka motivasi belajar akan selalu diniatkan
karena mejalankan perintah Allah (ikhlas) dan ilmu yang diperopleh senantiasa
diorientasikan kepada kemaslahatan mansia. Ilmu dan teknologi memberi banyak
manfaat dan menawarkan kenyamanan hidup, sedangkan iman memberikan arah
dan makna hidup. Perapaduan keduanya akan mengantar manusia menempati
predikat unggul, sebab hidupnya mendapat ridla Allah dan senantiasa memberi
manfaat pada orang lain. Adapun kewajiban siswa dalam pendidikan Islam,
menurut Muhammad Athiyah Al-abrasi kwajiban peserta didik meliputi:
1. Wajib mensucikan hati dan sifat kehinaan
2. Wajib menghiasi jiwa dengan kemuliaan dan dekat dengan Allah
3. Belajar terus-menerus
41
4. Konsentrasi diri pada seorang guru yang mantap
5. Menghormati dan memuliakan diri karena Allah
6. Menyenangkan bagi guru
7. Jangan mencari kesalahan guru
8. Belajar dengan sungguh-sungguh
9. Memulai salam ketika bertemu dengan guru
10. Menciptakan suasana kencintaan dan kesenangan diantara murid
11. Mengulangi pelajaran pada malam hari
12. Tidak meremehkan ilmu pengetahuan apapun mavamnya
Sedangkan menurut Imam Al-Ghozali kewajiban peserta didik ada sepuluh, yaitu:
1. Mendahulukan kesucian jiwa akhlak tercela
2. Menyedikitkan hu Bungan dengan kesibukan dunia
3. Tidak sombong karena ilmu dan tidak menentang guru
4. Memelihara pendapat yang berbeda-beda
5. Tidak meninggalkan satu bagian dari ilmu-ilmu yang terpuji, dan lebih
mengutamakan ilmu yang lebih penting
6. Belajar secara tertib dan teratur
7. Tidak berpindah sebelum menguasai ilmu tersebut
8. Mengetahui sebab-sebab yang dapat mengetahui semulia-mulia ilmu,baik
dalam dalil maupun dalam buahnya ilmu
9. Bertujuan untuk menghiasi dan mengindahkan batin dengan keagamaan
10. Mengetahui kaitan ilmu dengan umumnya
Selain kewajiban, hak peserta didik menurut sistem pendidikan Islam tercermin
dalam hubungan proses pendidikan, yang didalamnya ada peserta didik, pendidik,
le,baga pendidikan, kurikulum, dan lain-lain, yang tidak hanya tertuju pada satu
aspek, tetapi meliputi seluruh aspek hubungan, sehingga hak dan kewajiban
peserta didik dapat tercapai. Hak peserta didik meliputi :
1. Peserta didik berhak untuk memperoleh kemudahan dalam fasilitas pendidikan
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih mudah setiap saat, dan
berhak untuk memperoleh kesempatan belajar, tanpa harus dibedakan antara
mereka yang kaya dengan yang miskin, sehingga peserta didik mendapatkan
pelayanan secara wajar.
42
2. Peserta didik berhak terpenuhi segala kebutuhan jasmani dan rohani.
Terpenuhinya kebutuhan materil dan moril. Dalam sistem pendidikan islam
kebutuhan materil meliputi: kebutuhan dhoruri, tahsini, dan takmili.
Sedangkan kebutuhan moril meliputi: kebutuhan akan kasih sayang, rasa
aman, harga diri, rasa bebas, dan bimbingan.
43
sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-
Nya”
Siswa secara bahasa adalah orang yang mencari, sedangkan menurut istilah
Tasawuf adalah penempuh jalan spritual, dimana ia berusaha keras menempuh
dirinya untuk mencapai derajat sufi. Jadi siswa menurut pandangan Islam adalah
individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Dalam Islam
siswa mempunya hak dan kewajban. Salah satu kewajiban siswa yaitu menuntut
ilmu karena ilmu merupakan melakukan suatu kegiatan yang positif yang mana
akan mendapatkan pahala dan orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya
beberapa derajat. Salah satu cara untuk menuntut ilmu yaitu dengan membaca
atau Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari makna ini lahir
beragam makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tulis maupun tidak tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan obesitas dengan durasi tidur pada siswa
SMAN 51 Jakarta Timur ditinjau dari kedokteran dan Islam hasilnya adalah
terdapat siswa yang durasi tidur ≤ 7 jam lebih banyak yaitu 86,8% dibandingkan
dengan yang durasi tidurnya ≥ 8 jam 13,2%. Hal tersebut berarti siswa obesitas
memiliki durasi tidur dibawah normal. Tetapi setelah dilakukan analisis data,
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan durasi tidur.
Tinjauan Islam terhadap Hubungan Obesitas dengan Durasi Tidur, bahwa tidur
merupakan kebutuhan setiap manusia, Allah telah menciptakan siang dan malam
silih berganti, siang untuk beraktifitas dan malam untuk istirahat dan tidur.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. beliau membiasakan diri
untuk tidur pada malam hari setelah waktu Isya dan terbangun sepertiga malam
untuk melakukan shalat malam, dengan tidur secukupnya dan tidak berlebihan
dari tidur yang normal. Durasi tidur yang kurang dapat berdampak buruk bagi
kesehatan. Tidur yang kurang dan makan berlebihan dapat menyebabkan obesitas.
Oleh sebab itu perlu mengatur pola istirahat tidur dan pola makan yang Islami
yaitu makan dan minum yang halal, baik dan tidak berlebihan sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-A’raaf (7):31: “Makan dan minumlah, dan janganlah
44
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.”
45