Rongga pleura merupakan ruangan potensial yang dibatasi oleh meseothelium dari pleura
visceral dan parietal. Rongga pleura normalnya mengandung sejumlah kecil cairan yang
memfasilitasi gerakan dari kedua membran antara satu dan lainnya, cairan ini merupakan plasma
filtrat dari kapiler pleura parieta yang diproduksi secara terus menerus, tergantung pada tekanan
hidrostatik kapiler, plasma, tekanan onkotik, dan permeabilitas kapiler, cairan pleura di
Akumulasi dari cairan disebut dengan efusi, yang merupakan hasil dari ketidak
seimbangan prosuksi cairan dan reabsorpsi cairan, akumulasi cairan di pleura, pericardial dan
Evaluasi dari cairan tubuh serosa (pleura, pericardial, peritoneal) pertama tama dilakukan
dengan membedakan transudat dan eksudat, transudat pada umumnya tidak membutuhkan
penmeriksaan lebih lanjut, bagaimanapun cairan sebaiknya dipertahnkan 7-10 hari jika suatu
saat diperlukan tes lebih lanjut, untuk membedakan dua atau lebih parameter kimia, meskipun
Hepatic cirrhosis
Infections
Bacterial pneumonia
Neoplasms
Bronchogenic carcinoma
Metastatic carcinoma
Lymphoma
Thoracosintesis diindikasikan untuk berbagai macam efusi pleura yang tidak terdiagnosis
, untuk membantu pemberian terapi terapeutik pada pasien dengan efusi masif, bagaimanapun
cairan serosa seringnya dikumpulkan atau dites dengan cara yang benar, dengan cara
pengumpulan yang tidak benar, laboratorium biasanya mendapatkan syringe yang besar atau
botol vacum, timbulnya bekuan danpat timbul karena tidak sesuainya cara pencampuran
Cairan pleura sebaiknya disimpan pada tabung dengan heparin untuk mencegah
timbulnya bekuan, tetapi jika untuk penghitungan hitung jenis, sebaiknya disimpan di tabung
EDTA. Aliquot adalah tabung terbaik untuk pemeriksaan kultur bakteri aerob dan anaerob jika
keganasan, infeksi jamur ato infeksi mycobacterial dicurigai, sisa dari cairan (100ml atau lebih)
sebaiknya disimpan untuk kultur, spesimen untuk sitologi dapat disimpan sampai 48 jam di
kulkas dunyuk hasil yang mkasimal, untuk pengukuran PH cairan sebaiknya dikumpulkan secara
anaerob di syringe dengan heparin dan dikirmkan ke laboratorium menggunakan es, spesimen
Transudat pada umumnya jernih, kuning pucat sampai, tidak berbau, dan tidak ada
bekuan, kira kira 15% transudat mengandung sedikit darah, efusi pleura dengan hematrokrit >1%
menunjukan trauma, kaganasan, atau infeksi paru, jika hematokrit lebih dari 50% menunjukan
adanya hematothorac
Eksudat menunjukan gambaran berawan, dan sering membeku bla tidak diberi heparin,
berbau, biasanya terdeteksi apada infeksi anaerob spesimen yang ,kental seperti susu atau
terdapat darah, seharusnya di sentrifugasi, dan supernatan diperiksa, jika supernatan tampak
jernih, kekeruhan kemungkinan disebabkan sel debris, jika kekeruhan tetap ada sentrifugasi,
Efusi chylous disebabkan karena kebocoran ductus thoracicus karena obstruksi seperti
limfoma, karsinoma atau trauma, lapisan kilomikron mungkin terbentuk, chylothorax adalah
Pseudochylous atau chyliform efusi terlihat keruh, kehijauan atau gambaran seperti emas,
terbentuk secara perlahan karena lemak di sel dan efusi yang lama seperti pada rheumatoid
Tampilan makroskopik Putih susu atau kuning hingga Milky or greenish, metallic sheen
merah darah
mikroskopik kolesterol
Jenis Chylous Pseudochylous
Trigliserid ≥ 110 mg/dL (≥ 1.24 mmol/L) < 50 mg/dL (< 0.56 mol/L)
electrophoresis
Modified from Kjeldsberg CR, Knight JA. Body Fluids: Laboratory Examination of Amniotic,
Cerebrospinal, Seminal, Serous and Synovial Fluids, 3rd ed. Copyright © American Society for
Routine tests
Gross examination
Cytology
Albumin gradient
pH
Lactate
Interferon-gamma
C-reactive protein
Lipid analysis
Tumor markers
Immunologic studies
Tuberculostearic acid
Pleural biopsy
Modified from Kjeldsberg CR, Knight JA: Body Fluids: Laboratory Examination of Amniotic,
Cerebrospinal, Seminal, Serous and Synovial Fluids, 3rd ed. Copyright © American Society for
Hitung Leukosit tidak bisa membedakan eksudat dan transudat meskipun hitung eritrosit
diatas 100.000 μL menunjukan kemungkinan dari keganasan, trauma, atau infeksi paru paru,
dengan pewarnaan Romanowski, pemeriksaan dengan tes hematologi dapat efektif untuk
mendeteksi keganasan sel, terutama keganasan hematologi, metode Papanicolou juga dapat
Analisis sitologi dapat menegakan diagnosis kasinoma dengan metastase pada 70% lebih
kasus, bagaimanapun sensitivitasnya kurang efisien jika pasien memiliki mesothelioma (10%),
squamous cell carcinoma (20%), lymphoma (25-50%) atau sarcoma (25%) persiapan dariblock
Sel mesothelial biasanya didapatkan pada cairan pleura dengan proses inflamasi,
biasanya juga didapatkan di pasien dengan pleuritis Tuberkulosis, emphyema dan rheumatoid
pleuritis, dan pada pasien yang dilakukan pleurodesis, deposit fibriin dan fibrosis terdapat pada
sekonfirmasi.
Pulmonary infarction
Pancreatitis
Subphrenic abscess
Early tuberculosis
Viral infection
Malignancy
True chylothorax
Rheumatoid pleuritis
Uremic effusions
Trauma
Pulmonary infarction
Congestive heart failure
Hypersensitivity syndromes
Drug reaction
Rheumatologic diseases
Hodgkin's disease
Idiopathic
1.4.1 Protein
Pengukuran total protein atau albumin cairan pleura meiliki pengaruh yang kecil di klinis kecuali
ketika digabungkan dengan parameter lain untuk membedakan eksudat dan transudat,
elektrophoresis protein menunjukan pola yang serupa denga serum kecuali tingginya albumin,
1.4.2 Glukosa
Kadar glukoasa pada cairan pleura normal, trasudat dan eksudat sama pada kadar
serum,penurunan glukoasa pada cairan pleura, yaitu dibawah 60 mg/dl (3,33 mmol/L) atau
cairan pleura/seum glucosa rasio kurang dari 0,5. ini tampak pada rheumatoid pleuritis dan
parapneumonic purulent exudat, rendahnya kadar glukoasa juga tampak pada keganasan,
tuberkuloasis, infeksi bakteri non purulen, lupus pleuritism dan ruptur esofagus.
1.4.3 Laktat
Kadar Laktat pada cairan pleura dapat digunakan untuk diagnosis cepat pada infesi pleuritis,
kadarnya lebih tinggi secara signifikan pada bakteri dan pleura tuberculosis dibandingkan pada
efusi pleura yang lain, peningkatan secara moderat biasanya didaptkan pada efusi dengan
malignancy. Kadar diatas 90 mg/dl (10mmol/L) menunjukan nilai kemungkinan positif 94%
1.4.4 Enzym.
Peningkatan kadar amilase diatas kadar serum biasanya 1,5-2 kali lebih besar menunjukan
Pada cairan pleura laktat dehidrogenase meningkat, menurut derajat inflamasi, pada
tambahannya digunakan untuk memnedakan eksudat dan transudat, penurunan kadar LD selama
efusi, menunjukan inflamasi sedang dalam proses penyembuhan, sebaliknya peningkatan kadar
menunjukan perburukan kondisi yang membutuhkan terapi atau rencana lebih agresif. Analisis
isoenzym dapat membantu mendiagnosis masalah eksudat, tapi tidak rutin di rekomendasikan
signifikan di pleuritis tuberculosis, pada kadar 50U/L sensitivitas 91%, spesifitas 81%,nilai
prediksi positif 84% nilai prediksi negatif 89%, dan efisiensi 86%, ketika limfosit/ netrofil ratio
0,75 atau lebih, nilai presentasi adalah 88%, 95%, 95%, 88%, and 92%, kadar ADA 40 u/L
tampak pada 99,6% pasien dengan pleuritis tuberculosis, sedangkan pada pasien dengan cairan
pleura yang kaya akan limfosit dari nontuberculosis, ADA level kurang dari 40 U/L terdapat
Pada cairan pleura kadar INF-gamma meningkat secara signifikan pada cairan pleura dan cairan
pleura pada pasien pleuritis tuberculosis . tingkat sensitivitas kadarnya 3.7 IU/Latau lebih dari
99% dan spesifitasnya 98% ). sensittifitas tidak berbeda pada pasien dengan HIV-positif HIV-
negatif nly hanya sekitar 20% pasien dengan efusi karena keganasan hematologi memiliki kadar
1.4.7 PH
Pengukuran PH pada cairan pleura memiliki nilai diagnosis yang tinggi tingakt akurasinyam
untuk memperkirakan prognoisis dari parapenumonic efusi, eksudat dari parapneumonic dengan
PH lebih dari 7,3 biasanya dapat disembuhkan dengan hanya terapi medikamentosa saja, PH
kurang dari 7,2 men indikasikan komplikasi dari parapneumoni, yang membutuhkan terapi bedah
Pasien dengan kadar borderline PH 7.20-7.30 sebaiknya diawasi ketat dengan pengulangan
pengukuran, Rheumatoid pleuritis dan efusi keganasan dengan respon yang buruk memilihki pH
dibawah 7.20 dan kadar glukosa yang rendah.ph dibawqah 6 menunjukan karakteristik dari
ruptur esofagus meskipun PH pada empiema berat juga dibawah 6 atau kurang,
1.4.8 Lemak
Pengukuran lemak juga membantu mengetahui efusi chylous, lebih lanjut, cairan efusi trigleserid
chylothorax. Nonchylous dan pseudochylous efusi memiliki kadar trigloserid dibawah 50 mg/dL
(0.56 mmol/L) dan tidak ditemukan kilomikron pad elektroforesis ( Table 28-20 ).
Pengukuran kolesterol mungkin berguna dalam membedakan transudat dan esudat terutama
ketika ada pertanyaan mengenai light kriteria, kadar nilai total kolesterol 54mg/dL atau lebih
dan kadar cairan pleura dan serum rasio 0,32 atau lebih tinggi,, masing2 memiliki sensitivitas
dam spesifitas sesuai dengan kriteria light, tampaknya kristal kolesterol mungkin dapat dilihat
Kadar CRP pada cairan pleura > 30 mg/L dilaporkan memiliki sensitivitas 93.7% spesivitas ,
76.5%, dan nilai positif 98.4% pada infeksi parapneumonic. Nilai rata rata CRP sekitar 90 mg/L
pada infeksi parapneumonic,dibandingkan dengan 26 mg/L pada tuberculosis dan 23 mg/L pada
2. Cairan Perikardial
Sebanyak 10-50 ml cairan pericardial terdapat di ruang pericardial, diproduksi oleh
transudat dengan mekanisme seperti cairan pleura, efusi pericardial biasanya disebabkan oleh
virus , enterovirus adalah penyebab tersering, infeksi bakteri, tuberculosis atau jamur, masalah
autoimun, angguan ginjal, miokard infark, cedera mediastinal, oleh karena penggunaan obat, dan
factor idiopatik lainnya, banyak dari tes laboratorium menggambarkan cairan pleura juga
Infection Hemorrhage
Bacteria Trauma
Phenytoin
Pericardial eksudat berkembang pada 80% kasus terseringnya adalah serosanguin daripada
hemorhagik dan biasanya memiliki pH lebih dari 7,4 dan kadar glukosa yang normal
Tes rutin efusi perikardial sebaiknya dibatasi dengan hitung sel, protein total, LD, kultur bakteri
dan sitologi
Hematokrit dan hitung sel eritrosit dapat menunjukan efusi hemorrhagi, tapi terbatas dengan
nillai untuk diagnosis banding, Leukosit total dengan nilai 10 000/μL menunjukan bakteri ,
Pemeriksaan sitologi biasanya tidak terlalu sulit, metastase carsinoma dari paru dan mammae
biasa terlighat pada periode keganasan di efusi pericardial. Sitologi memiliki sensitifitas 95%
2.3 Kimia
Pemeriksaan kimia untuk diagnostik efusi perikardial sama seperti cairan tubuh lainnya
2.3.1 Protein.
Kadar lebih dari 3.0 g/dL memiliki sensitivitas 97% untuk efusi eksudats,tapi spesifitas hanya
22% dimana total protein tidak memiliki pengaruh yang besar di diagnosis efusi pericardial
2.3.2 Glukosa
Kadar kurang dari60 mg/dLmemiliki tingkat akurasi 36% dalam mengindentifikasi efusi
perikardial , nilai kurang dari 40 mg/dL (< 2.22 mmol/L) biasanya terdapat pada bakteri,
2.3.3 pH.
PH cairan perikardial ditandai menurun (< 7.10) pada rheumatic atau pericarditis purulen.
Malignansi, uremia, tuberculosis, dan kelainan idiopathic dapat menurun secara sedang pada
kisaran 7.20-7.30
2.3.4 Lemak
Perisahan dari chylous dan pseudochylous dapt difasilitasi dengan kadar trigliserid dan
pengukuran kolesterol
2.3.5 Enzim
lactate dehydrogenase (LD) pada cairan pericarditis lebih tinggi daripada 200 U/Lsebagai batas
Adenosine deaminase (ADA) tes yang digunakan untuk pericarditis tuberkulosis Nilai median
kadar ADA pada tuberkulosis pericarditis secara signifikan lebih tinggi dibanding efusi karena
sebab patologis lainnya , dengan cutoff of 30 U/L, the sensitivititas adalah 94%, spesifitas
68%, dan nilai positif perdiktif 80%. dengan cuto off 40 U/L, the sensitivititas dan spesifitas
Peningkatan kadar INF-gamma dilaporkan pada efusi serous tuberculous, termasuk tuberculous
pericarditis, kadar INF-gamma lebih dari 1000 pg/L, yang mana secara signifikan lebih tinggi
daripada efusi pada keadaan patologis lainnya nilai cutoff value of 200 pg/L menghasilkan
PCR merupakan teknik yang sensitif dan lebih spesifik dibandingkan adenosine deaminase pada
diagnosis in tuberculous pericarditis ( Lee, 2002 ). bagaimanapun test negatif tidak bsa
tuberculosis.
Sensitivitas pemeriksaan gram dan kultur bakteri untuk perikarditis sama dengan cairan tubuh
yang lain, bakteri anaerob yang terpenting adalah S. aureus, S. pneumoniae, S. pyogenes, beta-
hemolytic group A streptococcus, and Gram-negative bacilli .bakteri anaerob yang tersering
adalah Bacteroides fragilis group, anaerobic streptococci, Clostridium species, Fusobacterium
Efusi pericardial dengan etiologi yang tidak dketahui atau efusi masif dengan tanda dari cardiac
pericardiotomy, diikuti thoracotomy atau pericardiosintesis ( dengan aspirasi jarum yang steril)
Normal pericardial efiusinberwarna kuning pucat dan jernih, efusi masif (>350 mL) disebabkan
terutama oleh keganasa, uremia, atau idiopatik, pada pasien HIV yang berhubungan dengan
cardiac tamponade 45% dnya idiopatik, sedangkan 20% kasus disebabkan oleh infeksi atau
keganasan, pada efusi karena uremia biasanya terlihat cairan yang jernih dan berwarna kuning
pucat.
Cairan seperti darah yang didapatkan pada percardiosintesis boasanya menunjukan adanya efusi
hemorhagi atau tercampur darah dari jantung, darah yang didapatkan dari rongga di jantung akan
memiliki hematocrit yang bias dibandingkan dengan darah perifer, analisis gas darah,
menunjukan hasil yang serupa dengan vena atau darah arteri, PH dan PO2 lebih rendah,
sedangkan PCO2 lebih tinggi dibandingkan di vena atau arteri darah, darah yang didapatkan dari
punksi cardia didapatkan bekuan, sedangkan dari efusi hemorhagi biasanya tidak. Gambaran
3. Cairan Ascites
Ascites adalah akumulasi patologis dari kelebihan cairan di ruang peritoeal, lebih dr 50 ml cairan
normalnya terdapat di garis mesothelial. Dengan pleura dan cairan pericardial diproduksi
ultrafiltrat plasma yang tergantung permeabilitas vaskular, tekanan hidrostatik dan onkotik
sirosis hepatis
infeksi
Tuberculosis
keganasan
Hepatoma
Lymphoma
Mesothelioma
Metastatic carcinoma
Ovarian carcinoma
Prostate cancer
Trauma
Pancreatitis
ruptur empedu
Efusi Chylous
Kerusakan atau obstruksi ductus thoracicus (contoh trauma, lymphoma, carcinoma, tuberculosis,
Paracentesis merupakan prosedur yang relatif sederhana yang dapat dilakukan di tempat tidur
pasien, dengan cara memasukkan jarum suntik ke dalam cavum abdomen, kemudian dikeluarkan
sejumlah kecil cairan ascites untuk tujuan diagnostik atau dalam jumlah besar untuk tujuan terapi
Dianostik parasintesis dilakukan pada kebanyakan pasien dengan ascites yang baru, atau jika ada
perubahan pada gambaran klinis pasien dengan ascites, seperti akumulasi cairan yang cepat atau
setidaknya 100 ml perlu disiapkan untuk pemeriksaan sitologi. Sampel untuk hitung sel
sebaiknya disimpan di tabung dengan EDTA, spesiemen untuk kultur disimpan di botol kultur
Prosedur ini tidak lagi direkomendasikan sebagai teknik yang rutin dilakukan pada evaluasi
trauma abdomen
Normal warna cairan peritoneal yaitu putih jernih sampai kuning pucat. Cairan ascites yang
seperti susu (chylous ascites) ditandai dengan adanya kilomikron, merupakan partikel lipoprotein
terdapat banyak dalam trigliserida. Penyebab chylous ascites yaitu sirosis, infeksi (parasite dan
kardiopati. Keganasan abdomen merupakan penyebab utama chylous ascites pada orang dewasa,
sedangkan congenital lymphatic abnormalities merupakan penyebab utama chylous ascites pada
anak. Pseudochylous ascites atau cloudy/turbid ascites berhubungan dengan infeksi bakteri,
peritonitis, pankreatitis, atau perforasi usus. Adanya kadar kilomikron dan trigliserida yang
tinggi dalam cairan ascites dapat digunakan untuk membedakan chylous ascites dengan
pseudochylous ascites. Hal ini sangat penting oleh karena sekitar 80% kasus keganasan abdomen
membedakan ascites yang terjadi oleh karena hipertensi portal dengan ascites yang terjadi oleh
SAAG perrtama kali dikenalkan oleh Hoefs et al. tahun 1981 dengan dikalkulasi dengan
cara: kadar albumin serum dikurangi dengan kadar albumin cairan ascites. SAAG secara umum
rendah (< 1,1 g/dL) pada ascites yang bukan oleh karena hipertensi portal seperti misalnya pada
infeksi atau keganasan. SAAG tinggi (≥ 1,1 g/dL) pada ascites yang berhubungan dengan
hipertensi portal seperti misalnya pada kasus sirosis hati dan gagal jantung kongestif (Huang et
al., 2014).
Studi sebelumnya mengungkapkan bahwa terdapat kadar LDH cairan ascites yang tinggi pada
efusi malignant dan kadar yang rendah pada efusi non-malignant. Light dkk mencoba
mengkombinasikan pemeriksan LDH dengan pemeriksan protein total untuk cairan ascites. Nilai
cut-off untuk tiga parameter pemeriksaan cairan ascites untuk membedakan antara ascites
hepatic dan non hepatic, yaitu: LDH=400 IU, rasio LDH cairan ascites/serum=0,6, rasio total
protein cairan ascites/serum=0,5. Apabila nilai dua dari tiga parameter pemeriksaan tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai cut-off mengindikasikan bahwa ascites disebabkan oleh
non-hepatic, sedangkan nilai yang lebih rendah dari nilai cut-off untuk ketiga parameter
Pada kondisi normal, kadar glukosa pada cairan cavum peritoneum hampir sama dengan
kadar glukosa dalam serum. Kadar glukosa cairan ascites akan menurun pada peritonitis
tuberkulosa, spontaneous bacterial peritonitis (SBP), dan keganasan karena glukosa dikonsumsi
oleh bakteri, sel leukosit, atau sel kanker. Kadar glukosa cairan ascites selalu lebih rendah
3. Amylase
Cairan ascites yang banyak mengandung amylase biasanya terjadi pada kerusakan duktus
pankreatikus atau obstruksi yang terjadi pada pankreatitis, atau trauma pankreas. Peningkatan
kadar amylase cairan ascites di atas kadar normal amylase serum dijumpai pada 90% pasien
dengan pankreatitis akut dan pancreatic pseudocyst. Pada kasus pankreatitis akut yang sangat
berat, kadar amylase cairan ascites dapat meningkat 100x lipat dibandingkan kadar dalam serum.
Aktivitas adenosine deaminase (ADA) dilaporkan lebih sensitif dan spesifik dalam diagnosis
awal ascites tuberkulosa dibandingkan dengan tipe lain dari ascites. Menggunakan nilai cut-off
ADA 36-40 IU/L dalam mendiagnosis ascites tuberkulosa, memiliki sensitivitas 100% dan
spesifisitas sebesar 97%. Pasien dengan peritonitis tuberkulosa memiliki kadar ADA lebih tinggi
Pemeriksaan ini mempunyai peran penting dalam mendiagnosis penyebab ascites, khususnya
ascites oleh karena infeksi. SBP didefinisikan dengan adanya sel neutrophil ≥ 250 cell/µL atau
kultur bakteri cairan ascites dengan hasil positif. Hitung sel dengan alat otomatis seperti flow
cytometer dan kultur cairan ascites harus dikerjakan secara simultan. Sedangkan pada pasien
sirosis dengan ascites memiliki jumlah sel leukosit lebih rendah daripada pada pasien SBP atau
peritonitis tuberkulosa. Selain itu ascites oleh karena sirosis memiliki proporsi sel mononuklear
(limfosit dan monosit) lebih banyak, konsentrasi protein lebih tinggi dan kadar ADA lebih tinggi.
Pendekatan baru dalam mendiagnosis cepat penyebab ascites infeksi termasuk tuberkulosis yaitu
pemeriksaan PCR (dapat diperiksa dengan volume cairan ascites 50 ml). Pada diagnosis efusi
tuberkulosis menggunakan PCR, merupakan alat diagnosis yang ideal dengan sensitivitas 94%
6. Petanda Tumor
Petanda tumor dapat digunakan dalam menentukan risiko kanker, skrining untuk kanker stadium
progresifitas kanker. Beberapa petanda tumor yang sering diperiksa yaitu: alfa fetoprotein (AFP),
carcinoembryonic antigen (CEA), cancer antigen (CA)19-9 dan CA125 (Huang et al., 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Pincus MR, Tiemo PM, Fenelus M, Bowne WB, Bluth MH, 2011, Evaluation of liver function,
In: McPherson, Pincus (Eds), Henry’s Clinical Diagnosis and Mangement by Laboratory
I Nyoman Wande. Analisis Cairan Ascites . 2016. Buku panduan Patologi Klinik Universitas
Udayana