“ COMBUSTIO GRADE II “
Disusun Oleh :
RANDY MUSRIANTO
PO7220116146
MENGETAHUI
CI INSTITUSI CI LAHAN
____________________ ____________________
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan dengan lancar.
Dalam pembuatan pengkajian Asuhan Keperawatan ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan
Asuhan Keperawatan ini pada khususnya Kepala Ruangan,CI lahan, yang telah
memberikan kesempatan dan memberI fasilitas sehingga pengakajian Asuhan
Keparawatan ini dapat selesai dengan lancer dan cepat. Semuapihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu yang membantu pembuatan Asuhan Keperawatan ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka
bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relative tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk
penanganannya pun tinggi.
Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap
tahunnya. Dari angka tersebut 112.000 penderita luka bakar membutuhkan
tindakan emergency, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di
Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta indsutri, angka penderita luka bakar
tersebut makin meningkat.
Luka bakar menyebabkan kehilangan integritas kulit dan juga menimbulkan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat
yang ditentuka oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada
dalam, luas, dan letak. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya merupakan factor yang sangat mempengaruhi
prognosis (R. Sjamsuhidajat, 2010).
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan masalah gangguan sistem integumen (combustio)
b. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan konsep dasar medis pada pasien dengan luka bakar mulai
dari definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manifestasi, pemeriksaan
diagostik, dan penatalaksanaan medik
2) Menganalisa data serta merumuskan diagnosa pada klien dengan luka
bakar dan membuat patways luka bakar
3) Membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
luka bakar
III. MANFAAT
1. Pengertian
Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang
disebabkan oleh panas, kimia/radioaktif. (Long, 1996). Combustio atau Luka
bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi/radiasi elektromagnetik.
(Effendi. C, 1999)
Kecelakaan arus listrik dapat terjadi apabila arus listrik dapat terjadi
apabila arus/ledakan dengan tegangan tinggi. Energi panas yang timbul
menyebabkan luka bakar pada jaringan tubuh. Pada luka jenis ini yang khas
adalah adanya luka tempat masuk yang menimbulkan hiperemesis dan
ditengahnya ada daerah nekrosis yang dikelilingi daerah pucat
(Junaidi. P,1997).
Metacarpal adalah jari-jari tangan. Tulang metacarpal dapat bergerak
fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi (Junaidi. P, 1997)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa combustio metacarpal
adalah kerusakan jaringan yang mengenai jari-jari tangan akibat dari aliran
listrik yang bertegangan tinggi. Luka pada daerah masuknya arus listrik
biasanya gosong dan tampak mencukung serta ditengahnya ada daerah
nekrosis yang dikelilingi derah pucat.
2. Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama
waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang
disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka
bakarnya.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta
dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
3. Tanda dan gejala berdasarkan derajat luka bakar
Luka bakar derajat 2 dangkal (superficial partial thickness burn), jika luka
bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda dan gejalanya
berupa kemerahan (eritema), tampak ada lepuhan (blister), yaitu gelembung
yang berisi cairan, dan disertai rasa nyeri.
Luka bakar derajat 2 dalam (deep partial thickness burn), jika luka bakar
mengenai hingga lapisan dermis bagian bawah.
Tanda dan gejala lainnya yang dapat timbul jika saluran pernapasan juga
terpapar api atau korban menghirup asap, antara lain: rambut hidung tampak
hangus, lendir hidung berwarna hitam, perubahan suara, batuk, mengi, hingga
kesulitan bernapas.
4. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor
penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya
integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.
Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh
akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran
kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan
protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada
syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1997).
5. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling.
5. Syok sirkulasi
6. Gagal ginjal akut.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling,
cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri).
Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru
selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan.
a. Clothing
Singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai
pada fase cleaning.
b. Cooling
Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah
normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif smapai dengan 3
jam setelah kejadian luka bakar yaitu :
- Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk
luka yang terlokalisasi
- Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat
luka dan risiko hipotermia
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata,
siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.
c. Cleaning
Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan
akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
d. Chemoprophylaxis
Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi,
dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan
pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu
menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
e. Covering
Penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat
luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau
bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan)
bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya
lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau
larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
f. Comforting
Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa :
- Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
- Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
- Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Follow up
- Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan
tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya
dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar
hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum
juga menyembuh.
Fase Rehabilitasi
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada pada
tahap akhir, tetapi proses rehabilitasi harus segera dimulai segera setelah
terjadinya luka bakar sama seperti periode darurat. Fase ini difokuskan pada
perubahan citra diri dan gaya hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka,
dukungan psikososial dan pemulihan aktifitas fungsional tetap menjadi prioritas.
Fokus perhatian terus berlanjut pada pemeliharaan keseimbangan cairan dan
elekrolit serta perbaikan status nutrisi. Pembedahan rekonstruksi pada bagian
anggota tubuh dan fungsinya yang terganggu mungkin diperlukan. Untuk
perawatan lanjutan dapat bekerjasama dengan fisioterapi agar dapat melatih
rentang gerak. (Smeltzer and Bare, 2009)
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengkajian
1. Pengkajian Emergency & Kritis
a. Primery Survey
1) Airway
Adanya keluhan terkurung dalam ruang tertutup dan terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Adanya tanda suara serak; batuk mengi;
sianosis, indikasi cedera inhalasi, adanya sekret jalan nafas dalam
(ronki).
2) Breathing
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada, jalan nafas atas stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, edema laryngeal), bunyi nafas: gemericik
(edema paru), stridor (edema laryngeal)
3) Circulation
Hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cedera, vasokonstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit
putih dan dingin (syok listrik), takikardia (syok/ansietas/nyeri), disritmia
(syok listrik), pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
4) Disability
Adanya keluhan area batas dan kesemutan. Adanya perubahan
orientasi; afek, perilaku, penurunan reflex tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi korneal,
kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur
membran timpanik (syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
5) Exposure
Destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses thrombus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
- Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
- Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar.
Bulu hidung gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh
pada faring posterior, edema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
- Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
- Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak
halus, lepuh, ulkus, nekrosisi, atau jaringan parut tebal. Cedera
secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
- Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit
dibawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
b. Secondary Survey
Anamnesa terhadap :
A (Alergy) : Alergi terhadap obat-obatan
M (Medicine) : Mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau alkohol
P (Past illness) : Penyakit penyerta atau riwayat penyakit lainnya
L (last Meal) : Makan terakhir yang dikonsumsi
E (Event) : Mekanisme atau proses kejadiannya
c. Tertiery Survey
Pemeriksaan penunjang meliputi :
a. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan.
b. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan
SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada
kehilangan air
c. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan
interstitiil/ganguan pompa natrium.
d. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein.
e. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
f. Skan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
g. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka
bakar listrik.
h. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
i. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
j. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
k. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema
cairan.
l. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya. (Doenges, 2002)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d kebutuhan oksigen meningkat
2. Nyeri akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar
3. Kekurangan volume cairan b/d output yang berlebihan Perfusi jaringan tidak
efektif b/d penurunan atau interupsi aliran darah arteri / vena
3. Rencana Tindakan
1. Pola nafas tidak efektif b/d kebutuhan oksigen meningkat
Tujuan : pola napas pasien efektif
- Menunjukkan frekuensi pernafasan dengan rentang normal (16-20/
menit)
- Pasien tampak tidak sesak, tidak ada retraksi dada
- Pasien tidak mengeluh sesak napas
Intervensi :
a. Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang
cedera.
b. Tinggikan kepala tempat tidur dan hindari penggunaan bantal dibawah
kepala sesuai indikasi.
c. Berikan pelembab oksigen melalui cara yang tepat, seperti masker
wajah.
d. Kaji ulang seri ronsen
e. Siapkan/bantu intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi