Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pantai menjadi daerah yang intensif dimanfaatkan untuk kegiatan

manusia seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan,

pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata dan sebagainya. Pemanfaatan kawasan

ini tentu membutuhkan pengelolaan yang baik dikarenakan kondisi lingkungan yang

dipengaruhi oleh kondisi alam itu sendiri seperti angin, arus air laut, pasang surut air

laut, muara sungai, erosi, abrasi, sedimentasi, dan lain sebagainya.

Pembentukan endapan pasir besi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain

batuan asal, proses perombakan, media transportasi, proses serta tempat

pengendapannya. Sumber mineral endapan pasir besi pantai sebagian besar berasal dari

batuan gunungapi bersifat andesitik dan basaltik. Proses perombakan terjadi karena

pelapukan batuan akibat adanya proses alam seperti panas dan hujan yang membuat

butiran mineral terlepas dari batuannya. Media transportasi endapan pasir besi antara

lain: aliran sungai, gelombang, dan arus laut. Proses transportasi membawa material

lapukan dari batuan asal, menyebabkan mineral-mineral terangkut hingga ke muara,

kemudian gelombang dan arus laut mencuci dan memisahkan mineral-mineral tersebut

berdasarkan perbedaan berat jenisnya.

Di daerah pantai, mineral diendapkan kembali oleh gelombang air laut yang

menghempas ke pantai. Akibat hempasan tersebut, sebagian besar mineral yang

mempunyai berat jenis yang besar akan terendapkan di pantai, sedangkan mineral berat

yang berat jenisnya lebih ringan akan kembali terbawa oleh arus balik kembali ke laut,

demikian terjadi secara terus menerus hingga terjadi endapan pasir besi di pantai (lihat

1
gambar di bawah). Tempat pengendapan pasir besi umumnya terjadi pada pantai yang

landai, sedangkan pada pantai yang curam sulit terjadi proses pengendapan.

penggalian informasi dan pengumpulan data-data yang dilakukan dengan tujuan

kepentingan penelitian, menemukan cebakan atau endapan. Data hasil eksplorasi yang

didapatkan kemudian diolah dengan beberapa analisa, salah satunya dengan teknik

pemodelan geostatistik. Geostatistik adalah metode statistik yang digunakan untuk

melihat hubungan antar variabel yang diukur pada titik tertentu dengan variabel yang

sama diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama (data spasial) dan

digunakan untuk mengestimasi parameter di tempat yang tidak diketahui datanya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sifat fisik pasir pantai?

2. Bagaimana distribusi berat dari pasir pantai?

3. Bagaimana model variogram dari kadar pasir pada daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang sifat fisik dari pasir pantai.

2. Mengetahui distribusi berat dari pasir pantai.

3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang perangkat lunak SGeMS serta

mengetahui model variogram dari kadar pasir pada daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah mahasiswa dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai sebaran endapan pasir besi pada daerah Tanjung Bayang, Kota

2
Makasaar, teknik eksplorasi pendahuluan, serta pemodelan geostatistik menggunakan

perangkat lunak SGeMS. Selain itu, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara

menganalisis data hasil eksplorasi menggunakan teknik pemodelan geostatistik

menggunakan perangkat lunak SGeMS.

1.5 Lokasi Penelitian

Fieldtrip Eksplorasi Sebaran Endapan Pasir pantai dengan Teknik Pemodelan

Geostatistik dilaksanakan di Daerah Tanjung Bayang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi

Selatan, tepatnya pada hari kamis, 7 Desember 2017. Kegiatan tersebut dimulai pada

pukul 16.00 WITA dan berakhir pada pukul 18.00 WITA. Waktu yang ditempuh untuk

menuju tempat penelitian sekitar kurang lebih 45 menit dari Kampus Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin, Gowa dengan jarak kurang lebih 20 km. Perjalanan dilakukan

dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Para praktikan memilih

tempat titik kumpul disekitar area Hotel Kolonial Makassar dimana jarak antar tempat

kumpul dengan lokasi penelitian sekitar kurang lebih 2 km.

Tanjung Bayang

Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi.

3
1.6 Tahapan Penelitian

Dalam pelaksanaan fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistik ini, terdapat

tahapan-tahapan yang dilalui, baik dari segi persiapan, pengambilan data, maupun

pengolahan dan analisis data. Adapun penjelasan secara detailnya sebagai berikut:

1.1.1 Persiapan

Tahapan persiapan merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam kegiatan

fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistik ini, tentunya dilakukan persiapan secara

matang terlebih dahulu. Hal-hal yang dipersiapkan yaitu sebagai berikut:

1. Studi pustaka terhadap daerah penelitian

Studi pustaka dilakukan dengan mencari literatur-literatur yang berkaitan dengan

daerah penelitian, baik berupa studi regional daerah penelitian maupun literatur-

literatur yang berkaitan dengan batuan dan massa batuan, di mana literatur

tersebut diperoleh dari internet, buku yang berkaitan, maupun dari modul yang

diberikan oleh dosen matakuliah Teknik Eksplorasi dan Geostatistik.

2. Pengecekan pendahuluan terhadap lokasi penelitian

Pengecekan ini dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap kondisi lokasi

praktikum lapangan. Pengecekan ini dilakukan oleh beberapa orang panitia, yang

dilakukan sebanyak 1 (satu) kali sebelum dilakukannya praktikum lapangan.

3. Persiapan administrasi

Tahap ini mencakup pengurusan persuratan pengantar fieldtrip ke lokasi

penelitian, yang berupa surat izin praktikum lapangan, yang dilakukan oleh

panitia sebelum berangkat ke lokasi praktikum.

4. Persiapan perlengkapan dan peralatan

Pada tahap ini dilakukan persiapan terhadap peralatan dan perlengkapan yang

dibutuhkan pada saat praktikum lapangan berlangsung.

4
1.1.2 Pengambilan Data

Pengambilan data yang dilakukan pada saat praktikum berlangsung yaitu dengan

mengambil sampel batuan dari 49 titik lokasi yang telah ditentukan dari material yang

terdapat di lapangan. Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan langkah-langkah

kegiatan sebagai berikut:

1. Mendengarkan arahan penjelasan dari Bapak Dosen mengenai langkah kegiatan

yang akan dilakukan.

2. Menentukan lokasi penelitian tiap stasiun dengan cara pengeplotan lokasi pada

peta.

3. Membuat sketsa dan pengambilan foto dari tiap stasiun.

4. Menentukan tempat yang akan diteliti sebesar 7x7 cm.

5. Menempatkan patok pada tiap titik/tempat yang telah ditentukan.

6. Mengambil sample dengan cara sampling terhadap jenis litologi yang ada di

setiap stasiun.

7. Memasukkan sampel ke dalam kantong sampel.

8. Membersihkan lahan yang telah diberi patok.

1.1.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan data-data

yang didapatkan di stasiun di lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan menentukan

sebaran endapan pasir pantai dengan Teknik pemodelan geostatistik. Teknik pemodelan

geostatistik yang digunakan menggunakan perangkat lunak SGeMS. Perangkat lunak

SGeMS ini dapat digunakan untuk menentukan sebaran bahan galian dengan

menggunakan variogram.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Endapan Pasir Pantai

Pasir merupakan material granular alami yang belum terkonsolidasi. Pasir terdiri

dari butiran-butiran yang berukuran dari 1/16 – 2 mm. Butiran pasir bisa berupa mineral

tunggal, fragmen batuan atau biogenik. Material granular yang lebih halus dari pasir

disebut sebagai lanau, dan yang lebih besar disebut sebagai kerikil. Pada umumnya pasir

terdiri dari mineral silikat atau fragmen batuan silikat. Sejauh ini mineral yang paling

umum ditemukan sebagai penyusun pasir adalah mineral kuarsa. Namun, pasir adalah

material campuran yang terjadi secara alami, yang berarti bahwa pasir tidak hanya

mengandung satu komponen tunggal. Pasir yang telah terkonsolidasi adalah jenis batuan

yang dikenal sebagai batupasir.

Pasir besi adalah sejenis pasir dengan konsentrasi besi yang signifikan. Hal ini

biasanya berwarna abu-abu gelap atau berwarna kehitaman. Pasir ini terdiri dari

magnetit, Fe3O4, dan juga mengandung sejumlah kecil titanium, silika, mangan, kalsium

dan vanadium. Pasir besi memiliki kecenderungan memanas di bawah sinar matahari

langsung, menyebabkan suhu yang cukup tinggi untuk menyebabkan luka bakar ringan.

Pasir besi adalah salah satu hasil dari Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia

dan merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri besi baja dimana

ketersediaannya dapat dijumpai di daerah pesisir seperti di pesisir pantai Jawa, Sumatra,

Sulawesi, dan Kabupaten Lombok Timur (NTB). Selain sebagai bahan baku industri baja,

pasir besi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri semen dalam

pembuatan beton. Pasir besi yang mempunyai kandungan Fe2O3, SiO2, MgO dan ukuran

80 sampai 100 mesh berpotensi untuk digunakan sebagai pengganti semen dalam pro-

6
duksi beton berkinerja tinggi. Pasir terbentuk karena adanya proses pelapukan fisik dan

kimia pada batuan. Proses pelapukan ini biasanya dipelajari secara terpisah, tetapi pada

kenyataannya kedua proses ini biasanya berjalan beriringan karena keduanya cenderung

saling mendukung dalam proses pelapukan. Pelapukan kimia merupakan faktor penting

dalam pembentukan pasir secara keseluruhan, karena proses ini terjadi secara efisien di

lingkungan yang lembab maupun panas. Sedangkan pelapukan fisik hanya mendominasi

di tempat-tempat yang dingin dan atau kering. Pelapukan batuan dasar yang

menghasilkan pasir biasanya terjadi di bawah tanah. Tanah yang menutupi batuan dasar

membuat lingkungan sekitar batuan menjadi lembab, yang kemudian mempercepat

proses disintegrasi batuan.

Pemakaian pasir besi sebesar 80 % dari berat pasir total memberikan kuat tekan

maksimum diantara kadar pasir besi yaitu 42,65 MPa dan dapat meningkatkan kuat

tekan sebesar 28,41 % dibandingkan beton normal.Pemakaian pasir besi sebesar 80 %

dari berat pasir total memberikan kuat tekan maksimum diantara kadar pasir besi yaitu

3,07 MPa dan meningkatkan kuat tarik belah sebesar 4,84 % dibandingkan beton

normal.Pada pasir besi ini meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik belah hingga 80 %,

hal ini dimungkinkan karena selain sifat filler juga sifat kimiawi pasir besi yang

mengandung SiO2 sehingga membantu kinerja semen sebagai bahan pengikat.

Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam pemanfaatannya masih

belum optimal. Di Indonesia pasir besi sampai saat ini masih terbatas hanya digunakan

sebagai bahan tambahan pada pabrik semen. Sedangkan pemanfaatan pasir besi di luar

negeri seperti di Negara Selandia Baru sudah digunakan sebagai bahan baku pembuatan

besi baja. Begitu juga dengan Negara Cina yang sudah sejak lama menggunakan pasir

besi sebagai bahan baku pembuatan besi baja. Pasir besi mengandung mineral besi

utama yaitu titanomagnetite dengan sedikit magnetite dan hematit yang disertai dengan

mineral pengotor yang memiliki unsur dominan Alumunium, silicon dan vanadium. Unsur

7
ini biasa ditulis di sertifikat dengan A1203, Si02 dan V205. Pengotor lainnya yang biasa

terdapat dalam pasir besi adalah fosfor dan sulfur.

Mineral besi utama dalam pasir besi memiliki sifat kemagnetan yang tinggi.

Sedangkan mineral pengotornya atau gangue memiliki sifat kemagnetan yang rendah.

Sehingga mineral besi dan mineral gangue memiliki selisih kemagnetan yang tinggi.

Perbedaan sifat kemagnetan ini menjadi alasan utama, mengapa peningkatan kadar Fe

atau mineral besi dalam pasir besi selalu menggunakan alat konsentrasi magnetic

separator. Beberapa alat konsentrator lain yang biasa digunakan dalam pengolahan pasir

besi adalah spiral konsentrator atau palong, sluice box. Alat ini memanfaatkan

perbedaan sifat fisik densitas. Prinsip pemisahannya berdasarkan pada perilaku partikel

dalam aliran fluida tipis. Konsentrasi dengan alat ini biasanya dilakukan diawal

pengolahan. Sifat kemagnetan mineral besi dalam pasir besi sangat kuat, sehingga

operasi konsentrasinya dapat menggunakan magnetic separator dengan intensitas

rendah, kurang dari 1200 gauss. Sebagian pasir besi terdapat di daerah pesisir atau

pantai, oleh karenanya pengolahan selalu dilakukan dengan metoda basah, ditambahkan

air dengan perbandingan tertentu.

Pasir besi umumnya terdapat di sepanjang pantai, yang terbentuk karena proses

penghancuran batuan asal oleh cuaca dan air permukaan, yang kemudian tertransportasi

dan diendapkan di sepanjang pantai. Gelombang laut dengan energi tertentu memilah

dan mengakumulasi endapan tersebut menjadi pasir besi yang memiliki nilai ekonomis.

Pasir besi di Indonesia banyak dijumpai sebagai endapan aluvial pantai. Pembentukan

endapan pasir besi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain batuan asal, proses

perombakan, media transportasi, proses serta tempat pengendapannya. Sumber mineral

endapan pasir besi pantai sebagian besar berasal dari batuan gunung api bersifat

andesitik dan basaltik. Proses perombakan terjadi karena pelapukan batuan akibat

8
adanya proses alam seperti panas dan hujan yang membuat butiran mineral terlepas

dari batuannya. Media transportasi endapan pasir besi antara lain aliran sungai,

gelombang, dan arus laut. Proses transportasi membawa material lapukan dari batuan

asal, menyebabkan mineral-mineral terangkut hingga ke muara, kemudian gelombang

dan arus laut mencuci dan memisahkan mineral-mineral tersebut berdasarkan

perbedaan berat jenisnya.

2.2 Teknik Eksplorasi Pendahuluan

Tahapan penyelidikan yang lazim dan umum dilakukan adalah dengan

berdasarkan pada peta dasar skala 1:250.000 dan 1:100.000 hingga tahap detil. Secara

umum tahapan penyelidikan tersebut adalah:

1. Studi Pendahuluan

Tahap ini merupakan aktifitas persiapan sebelum melakukan kegiatan di

lapangan yang meliputi studi literatur dari hasil penelitian terdahulu terhadap

daerah yang akan diselidiki, mempelajari konsep-konsep geologi, interpretasi foto

udara maupun citra landsat dan studi model mineralisasi yang diperkirakan

berdasarkan data geologi yang ada, penyiapan peta kerja, peralatan, membuat

rencana percontohan, dan melakukan proses perizinan dengan instansi terkait.

Studi pendahuluan ini akan sangat membantu kelancaran kerja selanjutnya di

lapangan.

2. Survai Tinjau (Reconnaissance)

Pada tahap ini dilakukan survai (peninjauan) secara sepintas pada daerah-daerah

yang diperkirakan menarik berdasarkan dari data geologi guna mengetahui

indikasi mineralisasi di lapangan. Peninjauan langsung di lapangan dengan

melakukan pengamatan terhadap endapan sungai aktif. Skala peta yang dipakai

9
adalah mulai dari 1:200.000 sampai dengan 1:100.000. Survei tinjau merupakan

kegiatan eksplorasi awal yang terdiri dari pemetaan geologi regional, pemotretan

udara, citra satelit dan metoda survey tidak langsung lainnya untuk

mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk

diselidiki lebih lanjut. Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengidentifikasi

daerah potensial (prospek) yang diperkirakan mengandung mineralisasi/cebakan

skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi regional dan analisis

penginderaan jarak jauh untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Pada tahapan

ini juga dilakukan pekerjaan pemboran. Lebih jelasnya, pekerjaan yang dilakukan

pada tahapan ini adalah:

a. Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 25.000 sampai skala 1 : 10.000.

Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek

geologi diantaranya: pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pada penyelidikan

geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan pengamatan dan

pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi di lapangan. Adapun

pengamatan yang dilakukan meliputi jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan

struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa batuan

terpilih.

b. Pembuatan sumur uji

c. Survei geofisika, hasilnya sumber daya emas hipotetik sampai tereka

3. Prospeksi Umum (General Prospection)

Tahapan prospeksi dilakukan untuk mempersempit daerah yg mengandung

cebakan mineral yang potensial. Kegiatan penyelidikan dilakukan dengan cara

pemetaan geologi dan pengambilan percontoh awal, misalnya paritan dan

pemboran yang terbatas, studi geokimia dan geofisika, yang tujuannya adalah

untuk mengidentifikasi suatu Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral

10
Resources) yang perkiraan kuantitas dan kualitasnya dihitung berdasarkan hasil

analisis kegiatan di atas. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahapan survai

tinjau. Cakupan daerah yang diselidiki sudah lebih kecil dengan skala peta antara

1:50.000 sampai dengan 1:25.000. Data yang didapat meliputi morfologi

(topografi) dan kondisi geologi (jenis batuan/stratigrafi, hubungan stratigrafi, dan

struktur geologi yang berkembang). Pengambilan conto pada daerah prospek

secara alterasi dan mineralisasi dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk

analisa laboratorium, sehingga dapat diketahui kadar/kualitas cebakan mineral

suatu daerah yang akan dieksplorasi.

4. Eksplorasi

Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan setelah survey tinjau dan prospeksi.

Tujuan tahap eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral

secara rinci, yaitu untuk mengetahui, menemukan, mengidentifikasi dan

menentukan gambaran geologi dan pemineralan berdasarkan ukuran, bentuk,

sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan mineral untuk kemudian dapat

dilakukan analisa/kajian kemungkinan dilakukannya pengembangan secara

ekonomis.

Tahapan eksplorasi dibagi dua, yaitu eksplorasi umum dan eksplorasi rinci.

Eksplorasi umum rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi,

setelah itu dilanjutkan dengan tahap eksplorasi rinci yaitu tahap eksplorasi untuk

mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah

diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu

metode langsung dan metode tak langsung. Metode langsung terbagi menjadi metode

langsung di permukaan, metode langsung di bawah permukaan, sementara metode

tidak langsung terbagi menjadi:

11
a. Metode tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed

rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.

b. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara

magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara

seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara

yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan

karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.

2.3 Geostatistik

Geostatistik adalah ilmu yang mempelajari aplikasi dan teori mengenai variabel

terregional (variabel berubah) pada berbagai fenomena gejala alam, terutama untuk

menentukan volume bahan galian. Landasan dari pembelajaran geostatistik adalah "The

Theory of Regionalised Variables”, dimana data dari titik-titik sampel mempunyai korelasi

satu sama lain sesuai dengan karakteristik penyebaran endapan mineral.

Analisis dari geostatistik merupakan teknik geostatistik yang terfokus pada

variabel spasial, yaitu hubungan antara variabel yang diukur pada titik tertentu dengan

variabel yang sama pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama.

Geostatistik adalah metode statistik yang digunakan untuk melihat hubungan

antar variabel yang diukur pada titik tertentu dengan variabel yang sama diukur pada

titik dengan jarak tertentu dari titik pertama (data spasial) dan digunakan untuk

mengestimasi parameter di tempat yang tidak diketahui datanya (Oliver and Carol,2005).

Istilah geostatistik dikemukakan pertama kali oleh Matheron (1963) dan

didefinisikan sebagai aplikasi hubungan atau turunan fungsi dalam penelaahan dan

perkiraan gejala alam. Gejala alam dapat diprediksi berdasarkan penyebaran objek

dalam suatu ruang, bidang maupun garis. Penyebaran variabel dalam suatu ruang,

bidang atau garis disebut variabel terregional atau dapat diartikan sebagai variabel yang

12
diukur tergantung pada nilai yang terdistribusi dalam ruang berdimensi dua atau tiga.

Variabel tersebut tidak lain adalah merupakan pengujian fungsi f(x) yang menempati

setiap titik (x) pada ruang. Variabel data spasial tersebut memiliki sifat khusus yakni

ketakbebasan dan keheterogenan. Ketakbebasan disebabkan oleh adanya perhitungan

alat pengamatan dan hasil yang diteliti dalam satu titik ditentukan oleh titik lainnya

dalam sistem dan keheterogenan disebabkan adanya perbedaan wilayah.

Proses yang dilakukan dalam analisis geostatistik adalah meregister seluruh data,

mengeksplorasi data, membuat model, melakukan dan membandingkan pemodelan.

Analisis mendalam dan terintegrasi dengan geostatistik sangat diperlukan untuk dapat

membuat model detail guna analisa fasies dan peta porositas yang bertujuan determinasi

dan input pada model simulasi reservoir. Geostatistik dapat digunakan pada bidang-

bidang industri pertambangan juga perminyakan, lingkungan, meteorologi, geofisika,

pertanian dan perikanan, kelautan, ilmu tanah, fisika media heterogen, teknik sipil,

akutansi, dan astrofisika.

2.4 Perangkat Lunak SGeMS

SGeMS adalah singkatan dari The Stanford Geostatistical Modelling Software.

SGeMS merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk

mengestimasi sebaran bahan galian berdasarkan data hasil pemboran.

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Persiapan Alat Penelitian

Alat penelitian merupakan alat yang digunakan selama penelitian dilakukan

dimana terdapat beberapa alat yang dilakukan selama penelitian mengenai eksplorasi

endapan pasir besi Tanjung Bayang, Kota Makassar. Alat penelitian tersebut yaitu

sebagai berikut:

1.1.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika yang

berlangsung di Tanjung Bayang, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota

Makassar ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kamera

Kamera digunakan untuk mengambil gambar di lapangan atau sebagai media

untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. Kamera Digital berfungsi untuk

mempublikasikan atau mengambil Foto semua kegiatan dilapangan dan setiap

lokasi pengamatan. Alat ini juga digunakan untuk mengabadikan hal-hal yang

unik yang ada di lapangan.

Gambar 3.1 Kamera.

14
2. Buku Lapangan

Buku Lapangan digunakan sebagai tempat mencatat semua hasil pengamatan

seperti hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lain-lain. Buku

lapangan berfungsi untuk menulis hal-hal yang penting di lapangan.

Gambar 3.2 Buku Lapangan.

3. Topi Lapangan

Topi lapangan digunakan untuk melindungi kepala dari hal-hal yang berbahaya

serta dari terik matahari. Topi ini juga berfungsi untuk melindungi wajah dan

kepala dari sinar matahari sehingga memudahkan untuk melakukan pengamatan

pada daerah penelitian.

Gambar 3.3 Topi Lapangan.

15
4. Kantong Sampel

Kantong sampel digunakan menyimpan sampel yang telah diambil dari lapangan.

Kantong sampel yang digunakan pada saat di lapangan yaitu tempat atau wadah

untuk menyimpan batuan dan juga dapat dijadikan tempat untuk menyimpan

barang-barang yang dianggap penting sehingga pada saat hujan, barang tersebut

tidak terkena hujan.

Gambar 3.4 Kantong Sampel.

5. Roll Meter

Roll Meter digunakan untuk mengukur jarak antar grid dari masing-masing

sampel dan mengukur jarak grid dari garis pantai.

Gambar 3.5 Roll Meter.

16
6. Alat Tulis

Alat Tulis digunakan untuk mencatat data-data yang didapat di lapangan. Alat

tulis yang digunakan pada saat di lapangan yaitu pulpen, pensil, dan juga spidol

permanen. Spidol permanen ini digunakan untuk mencatat atau menulis pada

kantong sampel sewaktu di lapangan.

Gambar 3.6 Alat Tulis.

7. Sekop Semen

Sekop semen merupakan salah satu alat yang digunakan pada penelitian kali ini.

Sekop semen digunakan untuk mengambil sampel pasir besi dari lubang bukaan

yang telah digali.

Gambar 3.7 Sekop Semen.

17
8. Jas Hujan

Jas hujan digunakan untuk melindungi tubuh dari hujan. Jas hujan ini berbentuk

jas hujan kelelawar sehinnga memudahkan untuk mengamati batuan yang

terdapat di daerah stasiun yang diteliti.

Gambar 3.8 jas Hujan.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika ini

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pasir

Pasir digunakan sebagai sampel pada penelitian kali ini. Pasir yang didapatkan

dilapangan nantinya akan dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui sebaran

endapan pasir pantai dengan metode geostatistika pada daerah yang diteliti.

Gambar 3.9 Pasir.

18
2. Tali Rafia

Tali rafia merupakan salah satu bahan yang digunakan pada penelitian kali ini.

Tali rafia digunakan sebagai bahan untuk membuat batas batas dari masing-

masing grid.

Gambar 3.10 Tali Rafia.

3. Patok

Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah

didapatkan di setiap singkapan.

Gambar 3.11 Patok Kayu.

19
4. Kertas

Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah

didapatkan di setiap singkapan.

Gambar 3.12 Kertas A4.

1.2 Pengambilan Data Lapangan

Pengambilan data lapangan merupakan salah satu tujuan diadakannya sebuah

penelitian yaitu untuk mengambil data lapangn yang kemudian akan dianalisa lebih

lanjut lagi. Pengambilan data lapangan dilakukan melalui beberapa tahapan. Langkah-

langkah atau tahapan pengambilan data lapangan yaitu sebagai berikut:

1. Membuat grid sebanyak 49 ukuran 50x50 cm dengan mendirikan patok.

2. Setelah patok tersebut dipasang, langkah selanjutnya yaitu mengikat tali rafia

pada setiap patok agar membentuk grid yang diinginkan.

3. Setelah semua grid terbentuk, langkah selanjutnya yaitu menggali lubang

sedalam 10 cm, lalu mengambil sampel sesuai yang dibutuhkan dan

memasukkannya ke dalam kantong sampel yang telah diberi label.

4. Selain mengambil sampel, kelompok kami juga melakukan sketsa dan

pengukuran grid dari garis/tepi pantai.

20
1.3 Preparasi Sampel

Preparasi sampel merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan pengambilan

data lapangan. Sampel yang didiapatkan kemudian di preparasi. Tiap sampel pada

penelitian distribusi kadar pasir ini dilakukan tahap preparasi sampel. Tiap sampel harus

dikeringkan untuk menghilangkan moisture atau kandungan air pada pasir. Proses

pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara dijemur atau pun disangrai. Kemudian tiap

sampel ditimbang berat totalnya. Setelah itu, tiap sampel diayak atau disaring

menggunakan saringan teh. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan material lempung

pada sampel. Setelah disaring, maka pasir yang tertinggal disaringan selanjutnya

ditimbang. Langkah terakhir yaitu melakukan perhitungan kadar pasir sebelum diolah

menggunakan perangkat lunak SGeMS.

1.4 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Grid Tiap Stasiun.


No.
Stasiun Bujur (Sb. X) Lintang (Sb.y)
1 1A 100 100
2 1B 200 100
3 1C 300 100
4 1D 400 100
5 1E 500 100
6 1F 600 100
7 1G 700 100
8 2A 100 200
9 2B 200 200
10 2C 300 200
11 2D 400 200
12 2E 500 200
13 2F 600 200
14 2G 700 200
15 3A 100 300
16 3B 200 300
17 3C 300 300

21
18 3D 400 300
19 3E 500 300
20 3F 600 300
21 3G 700 300
22 4A 100 400
23 4B 200 400
24 4C 300 400
25 4D 400 400
26 4E 500 400
27 4F 600 400
28 4G 700 400
29 5A 100 500
30 5B 200 500
31 5C 300 500
32 5D 400 500
33 5E 500 500
34 5F 600 500
35 5G 700 500
36 6A 100 600
37 6B 200 600
38 6C 300 600
39 6D 400 600
40 6E 500 600
41 6F 600 600
42 6G 700 600
43 7A 100 700
44 7B 200 700
45 7C 300 700
46 7D 400 700
47 7E 500 700
48 7F 600 700
49 7G 700 700

Kemudian didapatkan data berupa berat sampel di tiap stasiun beserta kadarnya. Kadar

tiap sampel didapatkan dengan menggunakan rumus:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛


Kadar Pasir = 𝑋 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Berikut ini adalah data kadar tiap sampel.

Tabel 3.2 Kadar Pasir Tiap Stasiun.

Kadar Pasir Pantai


No. Stasiun Berat Pasir Berat Total
(%)
1 1A 0.692840647 1.2 173.2
2 1B 0.535540409 1.1 205.4

22
3 1C 0.432432432 0.8 185
4 1D 0.734137389 1.4 190.7
5 1E 0.587002096 1.4 238.5
6 1F 4.486819966 8 178.3
7 1G 2.518891688 5 198.5
8 2A 0.336826347 0.9 267.2
9 2B 0.489715965 1 204.2
10 2C 0.453608247 1.1 242.5
11 2D 1.68444694 3 178.1
12 2E 2.411091019 4 165.9
13 2F 1.212611156 3 247.4
14 2G 4.378762999 8 182.7
15 3A 1.642036125 3 182.7
16 3B 0.560938297 1.1 196.1
17 3C 2.369668246 5 211
18 3D 0.605060506 1.1 181.8
19 3E 0.584795322 1 171
20 3F 5.847953216 13 222.3
21 3G 0.589970501 1 169.5
22 4A 0.697674419 1.2 172
23 4B 0.777777778 1.4 180
24 4C 1.712328767 3 175.2
25 4D 2.643171806 6 227
26 4E 0.463201235 0.9 194.3
27 4F 0.577200577 1.2 207.9
28 4G 0.625978091 1.2 191.7
29 5A 0.49382716 0.8 162
30 5B 0.545454545 0.9 165
31 5C 0.606060606 1 165
32 5D 0.643274854 1.1 171
33 5E 0.705882353 1.2 170
34 5F 0.695187166 1.3 187
35 5G 1.235584843 3 242.8
36 6A 0.635324015 1.5 236.1
37 6B 0.470588235 0.8 170
38 6C 0.476190476 0.8 168
39 6D 0.450676014 0.9 199.7
40 6E 0.5 1 200
41 6F 0.555555556 1.1 198
42 6G 0.613207547 1.3 212
43 7A 0.325968852 0.9 276.1

23
44 7B 0.497237569 0.9 181
45 7C 0.572916667 1.1 192
46 7D 0.547263682 1.1 201
47 7E 0.542986425 1.2 221
48 7F 1 1.6 160
49 7G 2.5 5 200

1.5 Permodelan Data dengan Perangkat Lunak SGeMS

Setelah data-data tersebut diolah, didapatan hasil berupa model distribusi kadar

pasir dan variogram yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.13 Variogram.

Gambar 3.14 Persebaran Kadar Pasir di Pantai Tanjung Bayang.

24
BAB IV

EKSPLORASI ENDAPAN PASIR PANTAI DENGAN

TEKNIK GEOSTATISTIK

4.1 Endapan Pasir Pantai Tanjung Bayang

Endapan pasir Pantai Pantai Tanjung Bayang termasuk dalam endapan pasir besi.

Pasir besi terbentuk karena proses penghancuran batuan asal oleh cuaca dan air

permukaan, yang kemudian tertransportasi dan diendapkan di sepanjang pantai.

Gelombang laut dengan energi tertentu memilah dan mengakumulasi endapan tersebut

menjadi pasir besi seperti yang terdapat pada pantai tanjung bayang. Pembentukan

endapan pasir besi di Pantai Pantai Tanjung Bayang ditentukan oleh beberapa faktor

antara lain batuan asal, proses perombakan, media transportasi, proses serta tempat

pengendapannya. Sumber mineral endapan pasir besi Pantai Pantai Tanjung Bayang

sebagian besar berasal dari batuan gunungapi bersifat andesitik dan basaltik. Proses

perombakan terjadi karena pelapukan batuan akibat adanya proses alam seperti panas

dan hujan yang membuat butiran mineral terlepas dari batuannya. Media transportasi

endapan pasir besi yang terdapat di Pantai Tanjung Bayang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain: aliran sungai, gelombang, dan arus laut. Proses transportasi

membawa material lapukan dari batuan asal, menyebabkan mineral-mineral terangkut

hingga ke muara, kemudian gelombang dan arus laut mencuci dan memisahkan mineral-

mineral tersebut berdasarkan perbedaan berat jenisnya.

Di daerah pantai tanjung bayang, mineral diendapkan kembali oleh gelombang

air laut yang menghempas ke arah pantai. Akibat hempasan tersebut, sebagian besar

25
mineral yang mempunyai berat jenis yang besar akan terendapkan di pantai, sedangkan

mineral berat yang berat jenisnya lebih ringan akan kembali terbawa oleh arus balik

kembali ke laut, demikian terjadi secara terus menerus hingga terjadi endapan pasir besi

di pantai.

4.2 Penelitian Sebaran Endapan Pasir Pantai Tanjung Bayang

Penelitian sebaran endapan pasir di Pantai Tanjung Bayang dilakukan dengan

mengambil sampel pada pinggir pantai. Sebelum mengambil sampel, terlebih dahulu

kami membuat grid sebayak 49 dengan ukuran grid tersebut yaitu 50x50 cm. Grid-grid

tersebut dibuat dengan menggunakan patok kayu, lalu mengikat tali rafia disetiap patok

yang telah dididirikan. Setelah semua grid terbentuk, maka selanjutnya yaitu menggali

lubang sedalam 10 cm. Kemudian mengambil sampel sesuai dengan yang dibutuhkan.

Sampel yang telah diambil di Pantai Tanjung Bayang, selanjutnya dikeringkan dengan

cara disangrai. Setelah disangrai, tiap sampel tersebut kemudian ditimbang untuk

mengetahui berat totalnya. Sampel pasir pantai yang telah ditimbang, kemudian disaring

untuk membebaskan material lempungnya. Lalu ditimbang kembali mengguankan

neraca digital untuk mengetahui berat pasir yang tertinggal. Setelah mengetahui berat

total dan berat pasir tertinggal maka kita menghitung kadar pasir. Dari hasil perhitungan

kadar pasir tiap sampel, diperoleh sebaran endapan pasir pantai yang tidak merata.

Dimana sebaran kadar pasir pantai dengan persentase paling besar yaitu pada grid 3F

sebesar 5.847953216%, lalu grid 1F sebesar 4.486819966%, grid 2G sebesar

4.378762999%. Setelah kadar pasir diketahui langkah selanjutnya yaitu, data yang

diperoleh diolah menggunakan software SGeMS untuk selanjutnya dianalisis sebaran

endapan pasir pantai pada daerah Pantai Tanjung baying.

26
4.3 Analisis Sebaran Endapan Pasir Pantai

Setelah dilakukan pengolahan data menggunakn aplikasi SgeMS didapatkan

model distribusi/sebaran kadar pasir pada daerah penelitian yang diperlihatkan pada

gambar 4.2. Tiap titik pada gambar di atas mewakili posisi diambilnya sampel pada

lokasi. Terdapat 49 titik yang mewakili jumlah keseluruhan sampel yang diambil.

Kemudian, warna tiap titik berbeda. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan data kadar

yang dimasukkan ke dalam aplikasi. Warna biru mewakili nilai kadar yang rendah

sedangkan warna merah sebaliknya. Jarak antar titik yaitu sebesar 50 cm. Dapat dilihat,

semakin ke kanan warna titik berubah yang artinya nilai kadar pun ikut berubah. Hal ini

dikarenakan pada bagian kiri tempat diambilnya sampel terdapat garis pantai sejauh 5,5

m. Sehingga, intensitas terjadinya pelapukan pada lokasi dekat garis pantai lebih besar.

Gambar 4.1 Sebaran Pasir Pantai

Berdasarkan data hasil variogram, endapan pasir Pantai Tanjung Bayang memiliki

sebaran yang yang kurang merata. Berikut ini merupakan data persentasi kadar pasir

besi yang terdapat pada Pantai Tanjung Bayang yang menunjukan sebaran endapan

pasir besi. Pada stasiun 1A terdapat endapan pasir besi dengan kadar 0.692840647%,

27
pada stasiun 1B terdapat endapan pasir besi dengan kadar 0.535540409%, pada stasiun

1C terdapat endapan pasir besi dengan kadar 0.432432432%, pada stasiun 1D terdapat

endapan pasir besi dengan kadar 0.734137389%, pada stasiun 1E terdapat endapan

pasir besi dengan kadar 0.587002096%, pada stasiun 1F terdapat endapan pasir besi

dengan kadar 4.486819966%, dan pada stasiun 1G terdapat endapan pasir besi dengan

kadar 2.518891688%. Berdasarkan tujuh data kadar pasir pantai yang dijadikan sampel

dalam penentuan sebaran endapan pasir dapat dikatakan bahwa pada titik-titik

berdekatan sebaran endapan pasir terlihat seragam, sedangkan pada titik-titik yang

berjauhan memiliki perbedaan keseragaman yang cukup tinggi. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebaran endapan pasir besi di pantai tanjung bayang terbilang

kurang merata.

4.4 Diskusi

Jumlah lag yang digunakan yaitu 60 dengan toleransi lag sebesar 17 dan jarak

separasi antar lag yaitu 50. Kemudian, azimuth yang dimasukkan yaitu 40 dengan dip

90, sudut toleransi sebesar 180 dan Bandwidthi sebesar 600. Model variogram yang

diapatkan yaitu model Spherical. Hal ini dikarenakan, data yang didapatkan mengalami

perubahan nilai yang signifikan titik-titik awal dan perubahan tersebut jarang terjadi di

titik-titik akhir. Model variogram yang didapatkan terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3 Variogram Sebaran Endapan Pasir Pantai

28
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan fieldtrip ini adalah sebagai berikut.

1. Sifat fisik pasir pada pantai Tanjung Bayang yaitu berwarna gelap, bersifat

Ferromagnetik, dan beruuran 0,0625-2 milimeter.

2. Semakin jauh jarak garis pantai, semakin meningkat kadar pasir.

3. Model variogram yang didapatkan yaitu model Spherical. Hal ini dikarenakan,

data yang didapatkan mengalami perubahan nilai yang signifikan titik-titik awal

dan perubahan tersebut jarang terjadi di titik-titik akhir.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sifat atau karakteristik dari

pasir pada daerah Tanjung Bayang. Hal ini dikarenakan masih minimnya infromasi

mengenai endapan pasir besi yang ada di pantai ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Dian. 2015. Proses Eksplorasi, Penambangan, dan Pengolahan Pasir Besi.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Khaidar, Dinar. 2014. Tahapan Eksplorasi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Warmada, I Wayan. 2015. Geostatistik dan Geologi Numerik. Yogyakarta: Lab.


Geokomputasi, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM>

30
LAMPIRAN

LAMPIRAN A
SKETSA LAPANGAN

31
LAMPIRAN B
FOTO-FOTO LAPANGAN

32
LAMPIRAN C
TABEL DATA LAPANGAN

33
LAMPIRAN D
TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA

LAMPIRAN E
PETA SEBARAN ENDAPAN PASIR PANTAI

34
LAMPIRAN F
TENTANG PENULIS

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.6 Persiapan Alat Penelitian

Alat penelitian merupakan alat yang digunakan selama penelitian dilakukan

dimana terdapat beberapa alat yang dilakukan selama penelitian mengenai eksplorasi

endapan pasir besi Tanjung Bayang, Kota Makassar. Alat penelitian tersebut yaitu

sebagai berikut:

1.6.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika yang

berlangsung di Tanjung Bayang, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota

Makassar ini diantaranya adalah sebagai berikut:

9. Kamera

Kamera digunakan untuk mengambil gambar di lapangan atau sebagai media

untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. Kamera Digital berfungsi untuk

mempublikasikan atau mengambil Foto semua kegiatan dilapangan dan setiap

lokasi pengamatan. Alat ini juga digunakan untuk mengabadikan hal-hal yang

unik yang ada di lapangan.

36
Gambar 3.1 Kamera.

10. Buku Lapangan

Buku Lapangan digunakan sebagai tempat mencatat semua hasil pengamatan

seperti hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lain-lain. Buku

lapangan berfungsi untuk menulis hal-hal yang penting di lapangan.

Gambar 3.2 Buku Lapangan.

11. Topi Lapangan

Topi lapangan digunakan untuk melindungi kepala dari hal-hal yang berbahaya

serta dari terik matahari. Topi ini juga berfungsi untuk melindungi wajah dan

kepala dari sinar matahari sehingga memudahkan untuk melakukan pengamatan

pada daerah penelitian.

37
Gambar 3.3 Topi Lapangan.

12. Kantong Sampel

Kantong sampel digunakan menyimpan sampel yang telah diambil dari lapangan.

Kantong sampel yang digunakan pada saat di lapangan yaitu tempat atau wadah

untuk menyimpan batuan dan juga dapat dijadikan tempat untuk menyimpan

barang-barang yang dianggap penting sehingga pada saat hujan, barang tersebut

tidak terkena hujan.

Gambar 3.4 Kantong Sampel.

13. Roll Meter

38
Roll Meter digunakan untuk mengukur jarak antar grid dari masing-masing

sampel dan mengukur jarak grid dari garis pantai.

Gambar 3.5 Roll Meter.

14. Alat Tulis

Alat Tulis digunakan untuk mencatat data-data yang didapat di lapangan. Alat

tulis yang digunakan pada saat di lapangan yaitu pulpen, pensil, dan juga spidol

permanen. Spidol permanen ini digunakan untuk mencatat atau menulis pada

kantong sampel sewaktu di lapangan.

Gambar 3.6 Alat Tulis.

15. Sekop Semen

39
Sekop semen merupakan salah satu alat yang digunakan pada penelitian kali ini.

Sekop semen digunakan untuk mengambil sampel pasir besi dari lubang bukaan

yang telah digali.

Gambar 3.7 Sekop Semen.

16. Jas Hujan

Jas hujan digunakan untuk melindungi tubuh dari hujan. Jas hujan ini berbentuk

jas hujan kelelawar sehinnga memudahkan untuk mengamati batuan yang

terdapat di daerah stasiun yang diteliti.

Gambar 3.8 jas Hujan.

3.2.2 Bahan Penelitian

40
Bahan yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika ini

diantaranya adalah sebagai berikut:

5. Pasir

Pasir digunakan sebagai sampel pada penelitian kali ini. Pasir yang didapatkan

dilapangan nantinya akan dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui sebaran

endapan pasir pantai dengan metode geostatistika pada daerah yang diteliti.

Gambar 3.9 Pasir.

6. Tali Rafia

Tali rafia merupakan salah satu bahan yang digunakan pada penelitian kali ini.

Tali rafia digunakan sebagai bahan untuk membuat batas batas dari masing-

masing grid.

41
Gambar 3.10 Tali Rafia.

7. Patok

Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah

didapatkan di setiap singkapan.

Gambar 3.11 Patok Kayu.


8. Kertas

Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah

didapatkan di setiap singkapan.

42
Gambar 3.12 Kertas A4.

1.7 Pengambilan Data Lapangan

Pengambilan data lapangan merupakan salah satu tujuan diadakannya sebuah

penelitian yaitu untuk mengambil data lapangn yang kemudian akan dianalisa lebih

lanjut lagi. Pengambilan data lapangan dilakukan melalui beberapa tahapan. Langkah-

langkah atau tahapan pengambilan data lapangan yaitu sebagai berikut:

5. Membuat grid sebanyak 49 ukuran 50x50 cm dengan mendirikan patok.

6. Setelah patok tersebut dipasang, langkah selanjutnya yaitu mengikat tali rafia

pada setiap patok agar membentuk grid yang diinginkan.

7. Setelah semua grid terbentuk, langkah selanjutnya yaitu menggali lubang

sedalam 10 cm, lalu mengambil sampel sesuai yang dibutuhkan dan

memasukkannya ke dalam kantong sampel yang telah diberi label.

8. Selain mengambil sampel, kelompok kami juga melakukan sketsa dan

pengukuran grid dari garis/tepi pantai.

1.8 Preparasi Sampel

Preparasi sampel merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan pengambilan

data lapangan. Sampel yang didiapatkan kemudian di preparasi. Tiap sampel pada

43
penelitian distribusi kadar pasir ini dilakukan tahap preparasi sampel. Tiap sampel harus

dikeringkan untuk menghilangkan moisture atau kandungan air pada pasir. Proses

pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara dijemur atau pun disangrai. Kemudian tiap

sampel ditimbang berat totalnya. Setelah itu, tiap sampel diayak atau disaring

menggunakan saringan teh. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan material lempung

pada sampel. Setelah disaring, maka pasir yang tertinggal disaringan selanjutnya

ditimbang. Langkah terakhir yaitu melakukan perhitungan kadar pasir sebelum diolah

menggunakan perangkat lunak SGeMS. Kadar pasir yang dihitung merupakan sampel

pasir besi yang tertahan pada saat proses penyaringan karena material yang lolos

saringan merupakan material lempung.

1.9 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Grid Tiap Stasiun.


No.
Stasiun Bujur (Sb. X) Lintang (Sb.y)
1 1A 100 100
2 1B 200 100
3 1C 300 100
4 1D 400 100
5 1E 500 100
6 1F 600 100
7 1G 700 100
8 2A 100 200
9 2B 200 200
10 2C 300 200
11 2D 400 200
12 2E 500 200
13 2F 600 200
14 2G 700 200
15 3A 100 300
16 3B 200 300
17 3C 300 300
18 3D 400 300
19 3E 500 300
20 3F 600 300
21 3G 700 300

44
22 4A 100 400
23 4B 200 400
24 4C 300 400
25 4D 400 400
26 4E 500 400
27 4F 600 400
28 4G 700 400
29 5A 100 500
30 5B 200 500
31 5C 300 500
32 5D 400 500
33 5E 500 500
34 5F 600 500
35 5G 700 500
36 6A 100 600
37 6B 200 600
38 6C 300 600
39 6D 400 600
40 6E 500 600
41 6F 600 600
42 6G 700 600
43 7A 100 700
44 7B 200 700
45 7C 300 700
46 7D 400 700
47 7E 500 700
48 7F 600 700
49 7G 700 700

Kemudian didapatkan data berupa berat sampel di tiap stasiun beserta kadarnya. Kadar

tiap sampel didapatkan dengan menggunakan rumus:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛


Kadar Pasir = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑋 100%

Berikut ini adalah data kadar tiap sampel.

Tabel 3.2 Kadar Pasir Tiap Stasiun.

Kadar Pasir Pantai


No. Stasiun Berat Pasir Berat Total
(%)
1 1A 0.692840647 1.2 173.2
2 1B 0.535540409 1.1 205.4
3 1C 0.432432432 0.8 185
4 1D 0.734137389 1.4 190.7
5 1E 0.587002096 1.4 238.5
6 1F 4.486819966 8 178.3

45
7 1G 2.518891688 5 198.5
8 2A 0.336826347 0.9 267.2
9 2B 0.489715965 1 204.2
10 2C 0.453608247 1.1 242.5
11 2D 1.68444694 3 178.1
12 2E 2.411091019 4 165.9
13 2F 1.212611156 3 247.4
14 2G 4.378762999 8 182.7
15 3A 1.642036125 3 182.7
16 3B 0.560938297 1.1 196.1
17 3C 2.369668246 5 211
18 3D 0.605060506 1.1 181.8
19 3E 0.584795322 1 171
20 3F 5.847953216 13 222.3
21 3G 0.589970501 1 169.5
22 4A 0.697674419 1.2 172
23 4B 0.777777778 1.4 180
24 4C 1.712328767 3 175.2
25 4D 2.643171806 6 227
26 4E 0.463201235 0.9 194.3
27 4F 0.577200577 1.2 207.9
28 4G 0.625978091 1.2 191.7
29 5A 0.49382716 0.8 162
30 5B 0.545454545 0.9 165
31 5C 0.606060606 1 165
32 5D 0.643274854 1.1 171
33 5E 0.705882353 1.2 170
34 5F 0.695187166 1.3 187
35 5G 1.235584843 3 242.8
36 6A 0.635324015 1.5 236.1
37 6B 0.470588235 0.8 170
38 6C 0.476190476 0.8 168
39 6D 0.450676014 0.9 199.7
40 6E 0.5 1 200
41 6F 0.555555556 1.1 198
42 6G 0.613207547 1.3 212
43 7A 0.325968852 0.9 276.1
44 7B 0.497237569 0.9 181
45 7C 0.572916667 1.1 192
46 7D 0.547263682 1.1 201
47 7E 0.542986425 1.2 221

46
48 7F 1 1.6 160
49 7G 2.5 5 200

1.10 Permodelan Data dengan Perangkat Lunak SGeMS

Setelah data-data tersebut diolah, didapatan hasil berupa model distribusi kadar

pasir dan variogram yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1 Variogram.

Gambar 3.2 Persebaran Kadar Pasir di Pantai Tanjung Bayang.

47
BAB IV

EKSPLORASI SEBARAN PASIR PANTAI DENGAN TEKNIK

GEOSTATISTIK

1.1 Endapan Pasir Pantai Tanjung Bayang

Eksplorasi untuk mengetahui sebaran pasir pantai daerah Tanjung Bayang, Kota

Makassar dilakukan pada tanggal 04 Desember 2017. Kegiatan tersebut dilakukan

dengan tujuan untuk mengambil sampel pasir besi, kemudian hasil data dari masing-

masing sampel dianalisa lebih lanjut dengan teknik geostatistik.

Daerah penelitian yang terletak di Tanjung Bayang, Kelurahan Barombong,

Kecamatan Tamalate, Kota Makassar merupakan salah satu tempat objek wisata di

48
daerah Makassar. Tanjung Bayang memiliki pesona yang indah bagi masyarakat sekitar

karena memiliki pemandangan yang indah apalagi saat sore hari. Sekitar daerah

penelitian ditemukan banyak rumah warga dan pondok dimana pondok tersebut dibuat

sebagai tempat istirahat bagi pengunjung yang akan ke Tanjung Bayang. Pada bagian

pesisir pantai tanjung bayang, ditemukan endapan pasir pantai berupa pasir besi.

Pasir merupakan contoh bahan material yang berbentuk butiran yang berukuran

antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida. Pasir

dihasilkan dari pengikisan endapan-endapan yang timbul akibat erosi aliran air,

gelombang laut, gletser, dan angin. Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen

berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO)

dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang

mengandung unsur Fe. Endapan pasir pantai merupakan endapan yang berada disekitar

pesisir pantai dimana umumnya endapan pasir tersebut berupa pasir besi. Pasir besi

merupakan sumber daya alam yang banyak terdapat di Indonesia. Pasir besi banyak

ditemukan di pantai selatan pulau jawa dan salah satunya di daerah Kulon Progo. Pasir

besi dapat dimanfaatkan dalam industri baja karena pasir besi banyak mengandung Fe

sebagai bahan baku pembuatan baja. Pasir besi juga mengandung mineral-mineral

magnetik dimana mineral magnetik tersebut dapat digunakan dalam industri pembuatan

magnet permanen. Endapan pasir besi dapat mengandung mineral-mineral magnetik

seperti Magnetit (Fe3O4), Hematit (α - Fe2O3), dan Maghemit (γ- Fe2O3).

Pasir besi pada daerah penelitian umumnya terbagi menjadi dua bagian yaitu

pasir besi lapuk dengan warna abu-abu dan pasir besi segar dengan warna kehitaman.

Pada sekitar pesisir pantai juga ditemukan beberapa vegetasi seperti pepohonan dan

rerumputan yang terletak di area lahan kosong sepanjang daerah Tanjung Bayang.

49
1.2 Penelitian Sebaran Endapan Pasir Pantai

dnbdjsfhjehfjhdjfdfdfs

1.3 Analisis Sebaran Endapan Pasir Pantai

1.4 Diskusi

1. Dunn, et al, 1996, Application of Geoscience Technology in a Geologic Study of

the Natuna Gas Field, Natuna Sea, Offshore Indonesia, Proceeding IPA

117-application_geosc_technology

Hargrave, et al, 2003, What are Interpreters for? The Impact of Faster and More

Objective Interpretation Systems, Proceeding IPA

g-106-what are interpreter

Mair, et al, 2003, Prospects to Reservoir Models: Streamline the Workflow,

Proceeding IPA

g-097-prospect-to-res.models

Tyson and Math, 2009, Regulatory Aspects of Geological Modelling, Proceeding

IPA

IPA09-G-054-REGULATORY ASPECTS OF GEOLOGICAL MODELLING

50
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil kegiatan ekskursi yang dilaksanakan di

PT. Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor dan Laboratorium Geomekanika Institut

Teknologi Bandung, ialah sebagai berikut:

1. Metode penambangan underground pada perusahaan PT. Aneka Tambang. Tbk

UBPE Pongkor menggunakan metode cut and fill. Cut and fill merupakah salah

satu metode penambangan yang digunakan dengan cara memotong batuan

untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam satu stope,

maka stope tersebut diisi kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level.

Biasanya metode ini digunakan untuk mengambil bahan galian jenis bijih seperti

51
emas. Peralatan yang biasa digunakan untuk metode cut and fill ini adalah

excavator, front shovel, dragline, dan shell.

2. Proses pengolahan bijih emas di PT. Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor terdiri

dari beberapa tahapan yaotu crushing menggunakan jaw crusher dan cone

crusher. Kemudian ditransportasikan oleh belt conveyor menuju tahap milling

yang menggunakan alat ball mill. Hasil dari tahap milling terbagi dua, ada yang

lanjut ke tahap cyanidation & carbon-in-leach dan ada yang lanjut ke tahap

gravity circuit. Hasil dari tahap gravity circuit tadi juga langsung masuk ke tahap

electrowinning. Tahap akhir dari proses pengolahan bijih emas adalah tahap

smelting atau pemurnian sebelum konsentrat dijual ke konsumen.

3. Alat-alat yang terdapat pada laboratorium Geomekanik Institut Teknologi

Bandung adalah jumbo drill , alat sentrifugal, alat UCS dan triaxial, alat untuk

melakukan coring, rolling resistence , replika tunnel dari tambang bawah tanah

yang dilengkapi dengan LHD (Loader Hauling Dump) serta Fun (kipas angin).

DAFTAR PUSTAKA

Ajie, Winanto, Untung Sukamto, dan Sudaryanto. 2006. Pengolahan Bahan Galian.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta.

Ari, Johan, Melani, & Mia. (2013). Catatan Praktek Kerja Lapangan. Bogor, Jawa Barat:
PT Antam tbk UBPE Pongkor.

Edwart, Johan dkk. 2013. Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Antam Pongkor. Bogor:
SMK Dharma Bhakti 1 Jambi

Elvis, Panji, Ivan, Yuda, Verdyan, & Sandoval. (2012). Aktifitas Penambangan Pada PT
Antam UBPE Pongkor. Bogor: SMK DB 1 Jambi.

Ir. Herian, S. H. (1990). Pengenalan Mineral dan Batuan. Bogor: PT Antam UBPE
Pongkor.

Johan, E. L. (2012, 12). Docstoc. Retrieved 5 2013, from Docstoc:


http://www.docstoc.com/docs/32301157/LAPORAN-PRAKTEK-KERJA-
LAPANGAN-ANTAM-PONGKOR

52
Kasidi. (1993). Dasar - Dasar Pengetahuan Geologi. Bogor, Jawa Barat: Diklat
Tambang Bawah Tanah Angkatan 2.

Kramadibrata. (1996). Classification of Rock System. Bogor.

PT ANTAM Tbk Persero. (n.d.). Retrieved from ANTAM: www.Antam.com

PT Antam Tbk UBPE Pongkor. (2013, 5). Library of Books. Perpustakaan Buku PT
Antam UBPE Pongkor . Bogor, Jawa Barat, Indonesian: PT Antam Tbk UBPE
Pongkor.

Usup, & Anwar. (2005). Modul Teknik Sampling. Bogor: PT Antam Tbk.

53

Anda mungkin juga menyukai