Laporan Teplor Fix
Laporan Teplor Fix
PENDAHULUAN
ini tentu membutuhkan pengelolaan yang baik dikarenakan kondisi lingkungan yang
dipengaruhi oleh kondisi alam itu sendiri seperti angin, arus air laut, pasang surut air
Pembentukan endapan pasir besi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
pengendapannya. Sumber mineral endapan pasir besi pantai sebagian besar berasal dari
batuan gunungapi bersifat andesitik dan basaltik. Proses perombakan terjadi karena
pelapukan batuan akibat adanya proses alam seperti panas dan hujan yang membuat
butiran mineral terlepas dari batuannya. Media transportasi endapan pasir besi antara
lain: aliran sungai, gelombang, dan arus laut. Proses transportasi membawa material
kemudian gelombang dan arus laut mencuci dan memisahkan mineral-mineral tersebut
Di daerah pantai, mineral diendapkan kembali oleh gelombang air laut yang
mempunyai berat jenis yang besar akan terendapkan di pantai, sedangkan mineral berat
yang berat jenisnya lebih ringan akan kembali terbawa oleh arus balik kembali ke laut,
demikian terjadi secara terus menerus hingga terjadi endapan pasir besi di pantai (lihat
1
gambar di bawah). Tempat pengendapan pasir besi umumnya terjadi pada pantai yang
landai, sedangkan pada pantai yang curam sulit terjadi proses pengendapan.
kepentingan penelitian, menemukan cebakan atau endapan. Data hasil eksplorasi yang
didapatkan kemudian diolah dengan beberapa analisa, salah satunya dengan teknik
melihat hubungan antar variabel yang diukur pada titik tertentu dengan variabel yang
sama diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama (data spasial) dan
Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat dari penelitian ini ialah mahasiswa dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai sebaran endapan pasir besi pada daerah Tanjung Bayang, Kota
2
Makasaar, teknik eksplorasi pendahuluan, serta pemodelan geostatistik menggunakan
perangkat lunak SGeMS. Selain itu, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara
Selatan, tepatnya pada hari kamis, 7 Desember 2017. Kegiatan tersebut dimulai pada
pukul 16.00 WITA dan berakhir pada pukul 18.00 WITA. Waktu yang ditempuh untuk
menuju tempat penelitian sekitar kurang lebih 45 menit dari Kampus Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, Gowa dengan jarak kurang lebih 20 km. Perjalanan dilakukan
dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Para praktikan memilih
tempat titik kumpul disekitar area Hotel Kolonial Makassar dimana jarak antar tempat
Tanjung Bayang
3
1.6 Tahapan Penelitian
tahapan-tahapan yang dilalui, baik dari segi persiapan, pengambilan data, maupun
pengolahan dan analisis data. Adapun penjelasan secara detailnya sebagai berikut:
1.1.1 Persiapan
fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistik ini, tentunya dilakukan persiapan secara
daerah penelitian, baik berupa studi regional daerah penelitian maupun literatur-
literatur yang berkaitan dengan batuan dan massa batuan, di mana literatur
tersebut diperoleh dari internet, buku yang berkaitan, maupun dari modul yang
praktikum lapangan. Pengecekan ini dilakukan oleh beberapa orang panitia, yang
3. Persiapan administrasi
penelitian, yang berupa surat izin praktikum lapangan, yang dilakukan oleh
Pada tahap ini dilakukan persiapan terhadap peralatan dan perlengkapan yang
4
1.1.2 Pengambilan Data
Pengambilan data yang dilakukan pada saat praktikum berlangsung yaitu dengan
mengambil sampel batuan dari 49 titik lokasi yang telah ditentukan dari material yang
2. Menentukan lokasi penelitian tiap stasiun dengan cara pengeplotan lokasi pada
peta.
6. Mengambil sample dengan cara sampling terhadap jenis litologi yang ada di
setiap stasiun.
Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan data-data
sebaran endapan pasir pantai dengan Teknik pemodelan geostatistik. Teknik pemodelan
SGeMS ini dapat digunakan untuk menentukan sebaran bahan galian dengan
menggunakan variogram.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasir merupakan material granular alami yang belum terkonsolidasi. Pasir terdiri
dari butiran-butiran yang berukuran dari 1/16 – 2 mm. Butiran pasir bisa berupa mineral
tunggal, fragmen batuan atau biogenik. Material granular yang lebih halus dari pasir
disebut sebagai lanau, dan yang lebih besar disebut sebagai kerikil. Pada umumnya pasir
terdiri dari mineral silikat atau fragmen batuan silikat. Sejauh ini mineral yang paling
umum ditemukan sebagai penyusun pasir adalah mineral kuarsa. Namun, pasir adalah
material campuran yang terjadi secara alami, yang berarti bahwa pasir tidak hanya
mengandung satu komponen tunggal. Pasir yang telah terkonsolidasi adalah jenis batuan
Pasir besi adalah sejenis pasir dengan konsentrasi besi yang signifikan. Hal ini
biasanya berwarna abu-abu gelap atau berwarna kehitaman. Pasir ini terdiri dari
magnetit, Fe3O4, dan juga mengandung sejumlah kecil titanium, silika, mangan, kalsium
dan vanadium. Pasir besi memiliki kecenderungan memanas di bawah sinar matahari
langsung, menyebabkan suhu yang cukup tinggi untuk menyebabkan luka bakar ringan.
Pasir besi adalah salah satu hasil dari Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia
dan merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri besi baja dimana
ketersediaannya dapat dijumpai di daerah pesisir seperti di pesisir pantai Jawa, Sumatra,
Sulawesi, dan Kabupaten Lombok Timur (NTB). Selain sebagai bahan baku industri baja,
pasir besi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri semen dalam
pembuatan beton. Pasir besi yang mempunyai kandungan Fe2O3, SiO2, MgO dan ukuran
80 sampai 100 mesh berpotensi untuk digunakan sebagai pengganti semen dalam pro-
6
duksi beton berkinerja tinggi. Pasir terbentuk karena adanya proses pelapukan fisik dan
kimia pada batuan. Proses pelapukan ini biasanya dipelajari secara terpisah, tetapi pada
kenyataannya kedua proses ini biasanya berjalan beriringan karena keduanya cenderung
saling mendukung dalam proses pelapukan. Pelapukan kimia merupakan faktor penting
dalam pembentukan pasir secara keseluruhan, karena proses ini terjadi secara efisien di
lingkungan yang lembab maupun panas. Sedangkan pelapukan fisik hanya mendominasi
di tempat-tempat yang dingin dan atau kering. Pelapukan batuan dasar yang
menghasilkan pasir biasanya terjadi di bawah tanah. Tanah yang menutupi batuan dasar
Pemakaian pasir besi sebesar 80 % dari berat pasir total memberikan kuat tekan
maksimum diantara kadar pasir besi yaitu 42,65 MPa dan dapat meningkatkan kuat
dari berat pasir total memberikan kuat tekan maksimum diantara kadar pasir besi yaitu
3,07 MPa dan meningkatkan kuat tarik belah sebesar 4,84 % dibandingkan beton
normal.Pada pasir besi ini meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik belah hingga 80 %,
hal ini dimungkinkan karena selain sifat filler juga sifat kimiawi pasir besi yang
Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam pemanfaatannya masih
belum optimal. Di Indonesia pasir besi sampai saat ini masih terbatas hanya digunakan
sebagai bahan tambahan pada pabrik semen. Sedangkan pemanfaatan pasir besi di luar
negeri seperti di Negara Selandia Baru sudah digunakan sebagai bahan baku pembuatan
besi baja. Begitu juga dengan Negara Cina yang sudah sejak lama menggunakan pasir
besi sebagai bahan baku pembuatan besi baja. Pasir besi mengandung mineral besi
utama yaitu titanomagnetite dengan sedikit magnetite dan hematit yang disertai dengan
mineral pengotor yang memiliki unsur dominan Alumunium, silicon dan vanadium. Unsur
7
ini biasa ditulis di sertifikat dengan A1203, Si02 dan V205. Pengotor lainnya yang biasa
Mineral besi utama dalam pasir besi memiliki sifat kemagnetan yang tinggi.
Sedangkan mineral pengotornya atau gangue memiliki sifat kemagnetan yang rendah.
Sehingga mineral besi dan mineral gangue memiliki selisih kemagnetan yang tinggi.
Perbedaan sifat kemagnetan ini menjadi alasan utama, mengapa peningkatan kadar Fe
atau mineral besi dalam pasir besi selalu menggunakan alat konsentrasi magnetic
separator. Beberapa alat konsentrator lain yang biasa digunakan dalam pengolahan pasir
besi adalah spiral konsentrator atau palong, sluice box. Alat ini memanfaatkan
perbedaan sifat fisik densitas. Prinsip pemisahannya berdasarkan pada perilaku partikel
dalam aliran fluida tipis. Konsentrasi dengan alat ini biasanya dilakukan diawal
pengolahan. Sifat kemagnetan mineral besi dalam pasir besi sangat kuat, sehingga
rendah, kurang dari 1200 gauss. Sebagian pasir besi terdapat di daerah pesisir atau
pantai, oleh karenanya pengolahan selalu dilakukan dengan metoda basah, ditambahkan
Pasir besi umumnya terdapat di sepanjang pantai, yang terbentuk karena proses
penghancuran batuan asal oleh cuaca dan air permukaan, yang kemudian tertransportasi
dan diendapkan di sepanjang pantai. Gelombang laut dengan energi tertentu memilah
dan mengakumulasi endapan tersebut menjadi pasir besi yang memiliki nilai ekonomis.
Pasir besi di Indonesia banyak dijumpai sebagai endapan aluvial pantai. Pembentukan
endapan pasir besi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain batuan asal, proses
endapan pasir besi pantai sebagian besar berasal dari batuan gunung api bersifat
andesitik dan basaltik. Proses perombakan terjadi karena pelapukan batuan akibat
8
adanya proses alam seperti panas dan hujan yang membuat butiran mineral terlepas
dari batuannya. Media transportasi endapan pasir besi antara lain aliran sungai,
gelombang, dan arus laut. Proses transportasi membawa material lapukan dari batuan
berdasarkan pada peta dasar skala 1:250.000 dan 1:100.000 hingga tahap detil. Secara
1. Studi Pendahuluan
lapangan yang meliputi studi literatur dari hasil penelitian terdahulu terhadap
udara maupun citra landsat dan studi model mineralisasi yang diperkirakan
berdasarkan data geologi yang ada, penyiapan peta kerja, peralatan, membuat
lapangan.
Pada tahap ini dilakukan survai (peninjauan) secara sepintas pada daerah-daerah
melakukan pengamatan terhadap endapan sungai aktif. Skala peta yang dipakai
9
adalah mulai dari 1:200.000 sampai dengan 1:100.000. Survei tinjau merupakan
kegiatan eksplorasi awal yang terdiri dari pemetaan geologi regional, pemotretan
udara, citra satelit dan metoda survey tidak langsung lainnya untuk
diselidiki lebih lanjut. Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengidentifikasi
skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi regional dan analisis
penginderaan jarak jauh untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Pada tahapan
ini juga dilakukan pekerjaan pemboran. Lebih jelasnya, pekerjaan yang dilakukan
geologi diantaranya: pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pada penyelidikan
terpilih.
pemboran yang terbatas, studi geokimia dan geofisika, yang tujuannya adalah
10
Resources) yang perkiraan kuantitas dan kualitasnya dihitung berdasarkan hasil
analisis kegiatan di atas. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahapan survai
tinjau. Cakupan daerah yang diselidiki sudah lebih kecil dengan skala peta antara
secara alterasi dan mineralisasi dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk
4. Eksplorasi
Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan setelah survey tinjau dan prospeksi.
Tujuan tahap eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral
sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan mineral untuk kemudian dapat
ekonomis.
Tahapan eksplorasi dibagi dua, yaitu eksplorasi umum dan eksplorasi rinci.
Eksplorasi umum rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi,
setelah itu dilanjutkan dengan tahap eksplorasi rinci yaitu tahap eksplorasi untuk
mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah
diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.
Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu
metode langsung dan metode tak langsung. Metode langsung terbagi menjadi metode
11
a. Metode tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed
b. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara
seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara
yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan
karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.
2.3 Geostatistik
Geostatistik adalah ilmu yang mempelajari aplikasi dan teori mengenai variabel
terregional (variabel berubah) pada berbagai fenomena gejala alam, terutama untuk
menentukan volume bahan galian. Landasan dari pembelajaran geostatistik adalah "The
Theory of Regionalised Variables”, dimana data dari titik-titik sampel mempunyai korelasi
variabel spasial, yaitu hubungan antara variabel yang diukur pada titik tertentu dengan
variabel yang sama pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama.
antar variabel yang diukur pada titik tertentu dengan variabel yang sama diukur pada
titik dengan jarak tertentu dari titik pertama (data spasial) dan digunakan untuk
mengestimasi parameter di tempat yang tidak diketahui datanya (Oliver and Carol,2005).
didefinisikan sebagai aplikasi hubungan atau turunan fungsi dalam penelaahan dan
perkiraan gejala alam. Gejala alam dapat diprediksi berdasarkan penyebaran objek
dalam suatu ruang, bidang maupun garis. Penyebaran variabel dalam suatu ruang,
bidang atau garis disebut variabel terregional atau dapat diartikan sebagai variabel yang
12
diukur tergantung pada nilai yang terdistribusi dalam ruang berdimensi dua atau tiga.
Variabel tersebut tidak lain adalah merupakan pengujian fungsi f(x) yang menempati
setiap titik (x) pada ruang. Variabel data spasial tersebut memiliki sifat khusus yakni
alat pengamatan dan hasil yang diteliti dalam satu titik ditentukan oleh titik lainnya
Proses yang dilakukan dalam analisis geostatistik adalah meregister seluruh data,
Analisis mendalam dan terintegrasi dengan geostatistik sangat diperlukan untuk dapat
membuat model detail guna analisa fasies dan peta porositas yang bertujuan determinasi
dan input pada model simulasi reservoir. Geostatistik dapat digunakan pada bidang-
pertanian dan perikanan, kelautan, ilmu tanah, fisika media heterogen, teknik sipil,
SGeMS merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dimana terdapat beberapa alat yang dilakukan selama penelitian mengenai eksplorasi
endapan pasir besi Tanjung Bayang, Kota Makassar. Alat penelitian tersebut yaitu
sebagai berikut:
Alat yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika yang
1. Kamera
lokasi pengamatan. Alat ini juga digunakan untuk mengabadikan hal-hal yang
14
2. Buku Lapangan
seperti hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lain-lain. Buku
3. Topi Lapangan
Topi lapangan digunakan untuk melindungi kepala dari hal-hal yang berbahaya
serta dari terik matahari. Topi ini juga berfungsi untuk melindungi wajah dan
15
4. Kantong Sampel
Kantong sampel digunakan menyimpan sampel yang telah diambil dari lapangan.
Kantong sampel yang digunakan pada saat di lapangan yaitu tempat atau wadah
untuk menyimpan batuan dan juga dapat dijadikan tempat untuk menyimpan
barang-barang yang dianggap penting sehingga pada saat hujan, barang tersebut
5. Roll Meter
Roll Meter digunakan untuk mengukur jarak antar grid dari masing-masing
16
6. Alat Tulis
Alat Tulis digunakan untuk mencatat data-data yang didapat di lapangan. Alat
tulis yang digunakan pada saat di lapangan yaitu pulpen, pensil, dan juga spidol
permanen. Spidol permanen ini digunakan untuk mencatat atau menulis pada
7. Sekop Semen
Sekop semen merupakan salah satu alat yang digunakan pada penelitian kali ini.
Sekop semen digunakan untuk mengambil sampel pasir besi dari lubang bukaan
17
8. Jas Hujan
Jas hujan digunakan untuk melindungi tubuh dari hujan. Jas hujan ini berbentuk
Bahan yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika ini
1. Pasir
Pasir digunakan sebagai sampel pada penelitian kali ini. Pasir yang didapatkan
endapan pasir pantai dengan metode geostatistika pada daerah yang diteliti.
18
2. Tali Rafia
Tali rafia merupakan salah satu bahan yang digunakan pada penelitian kali ini.
Tali rafia digunakan sebagai bahan untuk membuat batas batas dari masing-
masing grid.
3. Patok
Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah
19
4. Kertas
Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah
penelitian yaitu untuk mengambil data lapangn yang kemudian akan dianalisa lebih
lanjut lagi. Pengambilan data lapangan dilakukan melalui beberapa tahapan. Langkah-
2. Setelah patok tersebut dipasang, langkah selanjutnya yaitu mengikat tali rafia
20
1.3 Preparasi Sampel
data lapangan. Sampel yang didiapatkan kemudian di preparasi. Tiap sampel pada
penelitian distribusi kadar pasir ini dilakukan tahap preparasi sampel. Tiap sampel harus
dikeringkan untuk menghilangkan moisture atau kandungan air pada pasir. Proses
pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara dijemur atau pun disangrai. Kemudian tiap
sampel ditimbang berat totalnya. Setelah itu, tiap sampel diayak atau disaring
menggunakan saringan teh. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan material lempung
pada sampel. Setelah disaring, maka pasir yang tertinggal disaringan selanjutnya
ditimbang. Langkah terakhir yaitu melakukan perhitungan kadar pasir sebelum diolah
21
18 3D 400 300
19 3E 500 300
20 3F 600 300
21 3G 700 300
22 4A 100 400
23 4B 200 400
24 4C 300 400
25 4D 400 400
26 4E 500 400
27 4F 600 400
28 4G 700 400
29 5A 100 500
30 5B 200 500
31 5C 300 500
32 5D 400 500
33 5E 500 500
34 5F 600 500
35 5G 700 500
36 6A 100 600
37 6B 200 600
38 6C 300 600
39 6D 400 600
40 6E 500 600
41 6F 600 600
42 6G 700 600
43 7A 100 700
44 7B 200 700
45 7C 300 700
46 7D 400 700
47 7E 500 700
48 7F 600 700
49 7G 700 700
Kemudian didapatkan data berupa berat sampel di tiap stasiun beserta kadarnya. Kadar
22
3 1C 0.432432432 0.8 185
4 1D 0.734137389 1.4 190.7
5 1E 0.587002096 1.4 238.5
6 1F 4.486819966 8 178.3
7 1G 2.518891688 5 198.5
8 2A 0.336826347 0.9 267.2
9 2B 0.489715965 1 204.2
10 2C 0.453608247 1.1 242.5
11 2D 1.68444694 3 178.1
12 2E 2.411091019 4 165.9
13 2F 1.212611156 3 247.4
14 2G 4.378762999 8 182.7
15 3A 1.642036125 3 182.7
16 3B 0.560938297 1.1 196.1
17 3C 2.369668246 5 211
18 3D 0.605060506 1.1 181.8
19 3E 0.584795322 1 171
20 3F 5.847953216 13 222.3
21 3G 0.589970501 1 169.5
22 4A 0.697674419 1.2 172
23 4B 0.777777778 1.4 180
24 4C 1.712328767 3 175.2
25 4D 2.643171806 6 227
26 4E 0.463201235 0.9 194.3
27 4F 0.577200577 1.2 207.9
28 4G 0.625978091 1.2 191.7
29 5A 0.49382716 0.8 162
30 5B 0.545454545 0.9 165
31 5C 0.606060606 1 165
32 5D 0.643274854 1.1 171
33 5E 0.705882353 1.2 170
34 5F 0.695187166 1.3 187
35 5G 1.235584843 3 242.8
36 6A 0.635324015 1.5 236.1
37 6B 0.470588235 0.8 170
38 6C 0.476190476 0.8 168
39 6D 0.450676014 0.9 199.7
40 6E 0.5 1 200
41 6F 0.555555556 1.1 198
42 6G 0.613207547 1.3 212
43 7A 0.325968852 0.9 276.1
23
44 7B 0.497237569 0.9 181
45 7C 0.572916667 1.1 192
46 7D 0.547263682 1.1 201
47 7E 0.542986425 1.2 221
48 7F 1 1.6 160
49 7G 2.5 5 200
Setelah data-data tersebut diolah, didapatan hasil berupa model distribusi kadar
24
BAB IV
TEKNIK GEOSTATISTIK
Endapan pasir Pantai Pantai Tanjung Bayang termasuk dalam endapan pasir besi.
Pasir besi terbentuk karena proses penghancuran batuan asal oleh cuaca dan air
Gelombang laut dengan energi tertentu memilah dan mengakumulasi endapan tersebut
menjadi pasir besi seperti yang terdapat pada pantai tanjung bayang. Pembentukan
endapan pasir besi di Pantai Pantai Tanjung Bayang ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain batuan asal, proses perombakan, media transportasi, proses serta tempat
pengendapannya. Sumber mineral endapan pasir besi Pantai Pantai Tanjung Bayang
sebagian besar berasal dari batuan gunungapi bersifat andesitik dan basaltik. Proses
perombakan terjadi karena pelapukan batuan akibat adanya proses alam seperti panas
dan hujan yang membuat butiran mineral terlepas dari batuannya. Media transportasi
endapan pasir besi yang terdapat di Pantai Tanjung Bayang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: aliran sungai, gelombang, dan arus laut. Proses transportasi
hingga ke muara, kemudian gelombang dan arus laut mencuci dan memisahkan mineral-
air laut yang menghempas ke arah pantai. Akibat hempasan tersebut, sebagian besar
25
mineral yang mempunyai berat jenis yang besar akan terendapkan di pantai, sedangkan
mineral berat yang berat jenisnya lebih ringan akan kembali terbawa oleh arus balik
kembali ke laut, demikian terjadi secara terus menerus hingga terjadi endapan pasir besi
di pantai.
mengambil sampel pada pinggir pantai. Sebelum mengambil sampel, terlebih dahulu
kami membuat grid sebayak 49 dengan ukuran grid tersebut yaitu 50x50 cm. Grid-grid
tersebut dibuat dengan menggunakan patok kayu, lalu mengikat tali rafia disetiap patok
yang telah dididirikan. Setelah semua grid terbentuk, maka selanjutnya yaitu menggali
lubang sedalam 10 cm. Kemudian mengambil sampel sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sampel yang telah diambil di Pantai Tanjung Bayang, selanjutnya dikeringkan dengan
cara disangrai. Setelah disangrai, tiap sampel tersebut kemudian ditimbang untuk
mengetahui berat totalnya. Sampel pasir pantai yang telah ditimbang, kemudian disaring
neraca digital untuk mengetahui berat pasir yang tertinggal. Setelah mengetahui berat
total dan berat pasir tertinggal maka kita menghitung kadar pasir. Dari hasil perhitungan
kadar pasir tiap sampel, diperoleh sebaran endapan pasir pantai yang tidak merata.
Dimana sebaran kadar pasir pantai dengan persentase paling besar yaitu pada grid 3F
4.378762999%. Setelah kadar pasir diketahui langkah selanjutnya yaitu, data yang
26
4.3 Analisis Sebaran Endapan Pasir Pantai
model distribusi/sebaran kadar pasir pada daerah penelitian yang diperlihatkan pada
gambar 4.2. Tiap titik pada gambar di atas mewakili posisi diambilnya sampel pada
lokasi. Terdapat 49 titik yang mewakili jumlah keseluruhan sampel yang diambil.
Kemudian, warna tiap titik berbeda. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan data kadar
yang dimasukkan ke dalam aplikasi. Warna biru mewakili nilai kadar yang rendah
sedangkan warna merah sebaliknya. Jarak antar titik yaitu sebesar 50 cm. Dapat dilihat,
semakin ke kanan warna titik berubah yang artinya nilai kadar pun ikut berubah. Hal ini
dikarenakan pada bagian kiri tempat diambilnya sampel terdapat garis pantai sejauh 5,5
m. Sehingga, intensitas terjadinya pelapukan pada lokasi dekat garis pantai lebih besar.
Berdasarkan data hasil variogram, endapan pasir Pantai Tanjung Bayang memiliki
sebaran yang yang kurang merata. Berikut ini merupakan data persentasi kadar pasir
besi yang terdapat pada Pantai Tanjung Bayang yang menunjukan sebaran endapan
pasir besi. Pada stasiun 1A terdapat endapan pasir besi dengan kadar 0.692840647%,
27
pada stasiun 1B terdapat endapan pasir besi dengan kadar 0.535540409%, pada stasiun
1C terdapat endapan pasir besi dengan kadar 0.432432432%, pada stasiun 1D terdapat
endapan pasir besi dengan kadar 0.734137389%, pada stasiun 1E terdapat endapan
pasir besi dengan kadar 0.587002096%, pada stasiun 1F terdapat endapan pasir besi
dengan kadar 4.486819966%, dan pada stasiun 1G terdapat endapan pasir besi dengan
kadar 2.518891688%. Berdasarkan tujuh data kadar pasir pantai yang dijadikan sampel
dalam penentuan sebaran endapan pasir dapat dikatakan bahwa pada titik-titik
berdekatan sebaran endapan pasir terlihat seragam, sedangkan pada titik-titik yang
disimpulkan bahwa sebaran endapan pasir besi di pantai tanjung bayang terbilang
kurang merata.
4.4 Diskusi
Jumlah lag yang digunakan yaitu 60 dengan toleransi lag sebesar 17 dan jarak
separasi antar lag yaitu 50. Kemudian, azimuth yang dimasukkan yaitu 40 dengan dip
90, sudut toleransi sebesar 180 dan Bandwidthi sebesar 600. Model variogram yang
diapatkan yaitu model Spherical. Hal ini dikarenakan, data yang didapatkan mengalami
perubahan nilai yang signifikan titik-titik awal dan perubahan tersebut jarang terjadi di
titik-titik akhir. Model variogram yang didapatkan terlihat pada gambar berikut:
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Sifat fisik pasir pada pantai Tanjung Bayang yaitu berwarna gelap, bersifat
3. Model variogram yang didapatkan yaitu model Spherical. Hal ini dikarenakan,
data yang didapatkan mengalami perubahan nilai yang signifikan titik-titik awal
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sifat atau karakteristik dari
pasir pada daerah Tanjung Bayang. Hal ini dikarenakan masih minimnya infromasi
29
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Dian. 2015. Proses Eksplorasi, Penambangan, dan Pengolahan Pasir Besi.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
30
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
SKETSA LAPANGAN
31
LAMPIRAN B
FOTO-FOTO LAPANGAN
32
LAMPIRAN C
TABEL DATA LAPANGAN
33
LAMPIRAN D
TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA
LAMPIRAN E
PETA SEBARAN ENDAPAN PASIR PANTAI
34
LAMPIRAN F
TENTANG PENULIS
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dimana terdapat beberapa alat yang dilakukan selama penelitian mengenai eksplorasi
endapan pasir besi Tanjung Bayang, Kota Makassar. Alat penelitian tersebut yaitu
sebagai berikut:
Alat yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika yang
9. Kamera
lokasi pengamatan. Alat ini juga digunakan untuk mengabadikan hal-hal yang
36
Gambar 3.1 Kamera.
seperti hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lain-lain. Buku
Topi lapangan digunakan untuk melindungi kepala dari hal-hal yang berbahaya
serta dari terik matahari. Topi ini juga berfungsi untuk melindungi wajah dan
37
Gambar 3.3 Topi Lapangan.
Kantong sampel digunakan menyimpan sampel yang telah diambil dari lapangan.
Kantong sampel yang digunakan pada saat di lapangan yaitu tempat atau wadah
untuk menyimpan batuan dan juga dapat dijadikan tempat untuk menyimpan
barang-barang yang dianggap penting sehingga pada saat hujan, barang tersebut
38
Roll Meter digunakan untuk mengukur jarak antar grid dari masing-masing
Alat Tulis digunakan untuk mencatat data-data yang didapat di lapangan. Alat
tulis yang digunakan pada saat di lapangan yaitu pulpen, pensil, dan juga spidol
permanen. Spidol permanen ini digunakan untuk mencatat atau menulis pada
39
Sekop semen merupakan salah satu alat yang digunakan pada penelitian kali ini.
Sekop semen digunakan untuk mengambil sampel pasir besi dari lubang bukaan
Jas hujan digunakan untuk melindungi tubuh dari hujan. Jas hujan ini berbentuk
40
Bahan yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika ini
5. Pasir
Pasir digunakan sebagai sampel pada penelitian kali ini. Pasir yang didapatkan
endapan pasir pantai dengan metode geostatistika pada daerah yang diteliti.
6. Tali Rafia
Tali rafia merupakan salah satu bahan yang digunakan pada penelitian kali ini.
Tali rafia digunakan sebagai bahan untuk membuat batas batas dari masing-
masing grid.
41
Gambar 3.10 Tali Rafia.
7. Patok
Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah
Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah
42
Gambar 3.12 Kertas A4.
penelitian yaitu untuk mengambil data lapangn yang kemudian akan dianalisa lebih
lanjut lagi. Pengambilan data lapangan dilakukan melalui beberapa tahapan. Langkah-
6. Setelah patok tersebut dipasang, langkah selanjutnya yaitu mengikat tali rafia
data lapangan. Sampel yang didiapatkan kemudian di preparasi. Tiap sampel pada
43
penelitian distribusi kadar pasir ini dilakukan tahap preparasi sampel. Tiap sampel harus
dikeringkan untuk menghilangkan moisture atau kandungan air pada pasir. Proses
pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara dijemur atau pun disangrai. Kemudian tiap
sampel ditimbang berat totalnya. Setelah itu, tiap sampel diayak atau disaring
menggunakan saringan teh. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan material lempung
pada sampel. Setelah disaring, maka pasir yang tertinggal disaringan selanjutnya
ditimbang. Langkah terakhir yaitu melakukan perhitungan kadar pasir sebelum diolah
menggunakan perangkat lunak SGeMS. Kadar pasir yang dihitung merupakan sampel
pasir besi yang tertahan pada saat proses penyaringan karena material yang lolos
44
22 4A 100 400
23 4B 200 400
24 4C 300 400
25 4D 400 400
26 4E 500 400
27 4F 600 400
28 4G 700 400
29 5A 100 500
30 5B 200 500
31 5C 300 500
32 5D 400 500
33 5E 500 500
34 5F 600 500
35 5G 700 500
36 6A 100 600
37 6B 200 600
38 6C 300 600
39 6D 400 600
40 6E 500 600
41 6F 600 600
42 6G 700 600
43 7A 100 700
44 7B 200 700
45 7C 300 700
46 7D 400 700
47 7E 500 700
48 7F 600 700
49 7G 700 700
Kemudian didapatkan data berupa berat sampel di tiap stasiun beserta kadarnya. Kadar
45
7 1G 2.518891688 5 198.5
8 2A 0.336826347 0.9 267.2
9 2B 0.489715965 1 204.2
10 2C 0.453608247 1.1 242.5
11 2D 1.68444694 3 178.1
12 2E 2.411091019 4 165.9
13 2F 1.212611156 3 247.4
14 2G 4.378762999 8 182.7
15 3A 1.642036125 3 182.7
16 3B 0.560938297 1.1 196.1
17 3C 2.369668246 5 211
18 3D 0.605060506 1.1 181.8
19 3E 0.584795322 1 171
20 3F 5.847953216 13 222.3
21 3G 0.589970501 1 169.5
22 4A 0.697674419 1.2 172
23 4B 0.777777778 1.4 180
24 4C 1.712328767 3 175.2
25 4D 2.643171806 6 227
26 4E 0.463201235 0.9 194.3
27 4F 0.577200577 1.2 207.9
28 4G 0.625978091 1.2 191.7
29 5A 0.49382716 0.8 162
30 5B 0.545454545 0.9 165
31 5C 0.606060606 1 165
32 5D 0.643274854 1.1 171
33 5E 0.705882353 1.2 170
34 5F 0.695187166 1.3 187
35 5G 1.235584843 3 242.8
36 6A 0.635324015 1.5 236.1
37 6B 0.470588235 0.8 170
38 6C 0.476190476 0.8 168
39 6D 0.450676014 0.9 199.7
40 6E 0.5 1 200
41 6F 0.555555556 1.1 198
42 6G 0.613207547 1.3 212
43 7A 0.325968852 0.9 276.1
44 7B 0.497237569 0.9 181
45 7C 0.572916667 1.1 192
46 7D 0.547263682 1.1 201
47 7E 0.542986425 1.2 221
46
48 7F 1 1.6 160
49 7G 2.5 5 200
Setelah data-data tersebut diolah, didapatan hasil berupa model distribusi kadar
47
BAB IV
GEOSTATISTIK
Eksplorasi untuk mengetahui sebaran pasir pantai daerah Tanjung Bayang, Kota
dengan tujuan untuk mengambil sampel pasir besi, kemudian hasil data dari masing-
Kecamatan Tamalate, Kota Makassar merupakan salah satu tempat objek wisata di
48
daerah Makassar. Tanjung Bayang memiliki pesona yang indah bagi masyarakat sekitar
karena memiliki pemandangan yang indah apalagi saat sore hari. Sekitar daerah
penelitian ditemukan banyak rumah warga dan pondok dimana pondok tersebut dibuat
sebagai tempat istirahat bagi pengunjung yang akan ke Tanjung Bayang. Pada bagian
pesisir pantai tanjung bayang, ditemukan endapan pasir pantai berupa pasir besi.
Pasir merupakan contoh bahan material yang berbentuk butiran yang berukuran
antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida. Pasir
dihasilkan dari pengikisan endapan-endapan yang timbul akibat erosi aliran air,
gelombang laut, gletser, dan angin. Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen
berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO)
dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang
mengandung unsur Fe. Endapan pasir pantai merupakan endapan yang berada disekitar
pesisir pantai dimana umumnya endapan pasir tersebut berupa pasir besi. Pasir besi
merupakan sumber daya alam yang banyak terdapat di Indonesia. Pasir besi banyak
ditemukan di pantai selatan pulau jawa dan salah satunya di daerah Kulon Progo. Pasir
besi dapat dimanfaatkan dalam industri baja karena pasir besi banyak mengandung Fe
sebagai bahan baku pembuatan baja. Pasir besi juga mengandung mineral-mineral
magnetik dimana mineral magnetik tersebut dapat digunakan dalam industri pembuatan
Pasir besi pada daerah penelitian umumnya terbagi menjadi dua bagian yaitu
pasir besi lapuk dengan warna abu-abu dan pasir besi segar dengan warna kehitaman.
Pada sekitar pesisir pantai juga ditemukan beberapa vegetasi seperti pepohonan dan
rerumputan yang terletak di area lahan kosong sepanjang daerah Tanjung Bayang.
49
1.2 Penelitian Sebaran Endapan Pasir Pantai
dnbdjsfhjehfjhdjfdfdfs
1.4 Diskusi
the Natuna Gas Field, Natuna Sea, Offshore Indonesia, Proceeding IPA
117-application_geosc_technology
Hargrave, et al, 2003, What are Interpreters for? The Impact of Faster and More
Proceeding IPA
g-097-prospect-to-res.models
IPA
50
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
PT. Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor dan Laboratorium Geomekanika Institut
UBPE Pongkor menggunakan metode cut and fill. Cut and fill merupakah salah
untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam satu stope,
maka stope tersebut diisi kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level.
Biasanya metode ini digunakan untuk mengambil bahan galian jenis bijih seperti
51
emas. Peralatan yang biasa digunakan untuk metode cut and fill ini adalah
2. Proses pengolahan bijih emas di PT. Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor terdiri
dari beberapa tahapan yaotu crushing menggunakan jaw crusher dan cone
yang menggunakan alat ball mill. Hasil dari tahap milling terbagi dua, ada yang
lanjut ke tahap cyanidation & carbon-in-leach dan ada yang lanjut ke tahap
gravity circuit. Hasil dari tahap gravity circuit tadi juga langsung masuk ke tahap
electrowinning. Tahap akhir dari proses pengolahan bijih emas adalah tahap
Bandung adalah jumbo drill , alat sentrifugal, alat UCS dan triaxial, alat untuk
melakukan coring, rolling resistence , replika tunnel dari tambang bawah tanah
yang dilengkapi dengan LHD (Loader Hauling Dump) serta Fun (kipas angin).
DAFTAR PUSTAKA
Ajie, Winanto, Untung Sukamto, dan Sudaryanto. 2006. Pengolahan Bahan Galian.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta.
Ari, Johan, Melani, & Mia. (2013). Catatan Praktek Kerja Lapangan. Bogor, Jawa Barat:
PT Antam tbk UBPE Pongkor.
Edwart, Johan dkk. 2013. Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Antam Pongkor. Bogor:
SMK Dharma Bhakti 1 Jambi
Elvis, Panji, Ivan, Yuda, Verdyan, & Sandoval. (2012). Aktifitas Penambangan Pada PT
Antam UBPE Pongkor. Bogor: SMK DB 1 Jambi.
Ir. Herian, S. H. (1990). Pengenalan Mineral dan Batuan. Bogor: PT Antam UBPE
Pongkor.
52
Kasidi. (1993). Dasar - Dasar Pengetahuan Geologi. Bogor, Jawa Barat: Diklat
Tambang Bawah Tanah Angkatan 2.
PT Antam Tbk UBPE Pongkor. (2013, 5). Library of Books. Perpustakaan Buku PT
Antam UBPE Pongkor . Bogor, Jawa Barat, Indonesian: PT Antam Tbk UBPE
Pongkor.
Usup, & Anwar. (2005). Modul Teknik Sampling. Bogor: PT Antam Tbk.
53