Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sulitnya menentukan target hasil produksi yang tepat salah satunya
disebabkan oleh sistem kerja alat-alat mekanis yang tidak efisien, misalnya
adanya waktu yang hilang percuma karena kondisi alat-alat angkut yang mesti
menunggu (antri), adanya kondisi peralatan yang rusak menunggu perbaikan dan
kondisi-kondisi lainnya yang tidak terduga. Masih rendahnya kemampuan
produksi alat mekanis saat ini disebabkan berkurangnya waktu kerja efektif,
sehingga efesiensi kerja alat menurun yang ditimbulkan oleh adanya waktu
hambatan pada saat jam kerja dan juga belum baiknya sistem penjadwalan yang
dibuat. Untuk mengatasi hal ini maka perlu diadakan penjadwalan pelayanan
keberangkatan dan kedatangan agar alat muat dan alat angkut dapat bekerja secara
efektif. Maka untuk mengetahui sejauh mana kondisi diatas dapat teratasi maka
dilakukan suatu analisa yang tepat dan akurat yakni salah satunya dengan
menggunakan Metode Antrian.

1.2. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisa kemampuan produksi alat muat dan alat angkut yang
digunakan untuk mencapai target produksi yang diinginkan.

2. Mengkaji kombinasi dan berikut unjuk kerja alat mekanis baik pemuatan
maupun pengangkutan, sehingga dapat diketahui sejauh mana efisiensi dari
pemakaian alat mekanis pada operasi tambang tersebut.

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut yang
digunakan pada penambangan Batubara di PT. Kaltim Prima Coal.

1
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya waktu tunggu,
sehingga berkurangnya waktu efektif, dan memberikan alternatif penyelesain
masalah tersebut.

3. Mengetahui kebutuhan dari alat muat dan alat angkut sehingga terjadi
keseimbangan diantara keduanya dan target produksi terpenuhi.

1.4. Rumusan Masalah


Mengetahui kebutuhan alat muat dan angkut yang digunakan pada operasi
penambangan dengan memperhatikan beberapa hal yaitu kondisi lapangan, sifat
material, target produksi, iklim dan cuaca.

Mengombinasikan penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai keserasian


kerja alat dan untuk meningkatkan waktu kerja efektif dari peralatan mekanis
yang akan digunakan.

1.5. Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian ini maka efektifitas waktu kerja dari alat mekanis
yang digunakan berfungsi secara optimal dalam menciptakan kondisi kerja yang
baik yang akan mendukung kelancaran penambangan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Dasar Teori


Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan sarana produksi
yang vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan oleh
manajemen perusahaan. Ditinjau dari fungsinya, peralatan produksi dapat
diklasifikasikan sebagai :
(1) alat gali muat adalah alat-alat produksi untuk menggali dan memuatkan
material hasil galiannya ke alat angkut.
Contoh : power shovel, backhoe, dragline, claimshell, bucket wheel excavator
(BWE), bucket chain excavator (BCE), dsb.
(2) alat angkut adalah alat-alat produksi untuk mengangkut material menuju
proses berikutnya.
Contoh : Truck, lori-lokomotif (train), belt conveyor, pipa Lumpur (slurry),
scrapper, dsb.
(3) alat bantu adalah alat-alat berat yang digunakan untuk kelancaran produksi
Contoh : bulldozer, ripper, grader, water truck, fuel truck, dsb.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih alat
berat antara lain : jenis material, altitude, kapasitas, system penambangan,
medan kerja dan ketersediaan dana.

2.1.1. Elemen-Elemen Produksi


Produksi adalah laju material yang dapat dipindahkan atau dialirkan per
satuan waktu (biasanya per jam). Untuk memperoleh angka produksi ada
emnpat parameter yang harus diperrhitungkan, yaitu :
1. Kapasitas alat
2. Power alat atau kendaraan
3. Waktu edar (cycle time)
4. Efisiensi kerja

3
Umumnya perpindahan material dihitung berdasarkan volume (m3 atau
cuyd), sedangkan pada tambang bijih dinyatakan dalam ton. Mengetahui
prinsip elemen-elemen produksi penting artinya karena tidak diinginkan
adanya kesalahan estimasi produksi alat-alat berat.

A. Kapasitas Alat
Kapasitas alat adalah jumlah material yang diisi, dimuat atau diangkut
oleh suatu alat berat. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis material
yang diisi atau dimuat, baik berupa tanah maupun batu lepas.

1. Volume Material

Dikenal ada tiga bentuk volume material yang mempengaruhio


perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter
(BCM), loose cubic meter (LCM) dan compacted cubic meter (CCM).
Perubahan ini terjadi karena adanya perbedaan densitas akibat
penggalian atau pemadatan dari densitas aslinya. BCM adalah volume
material pada kondisi aslinya di tempat (insitu)yang belum terganggu. LCM
adalah volume material yang sudah lepas akibat penggalian, sehingga
volumenya akan mengembang dengan berat tetap sama. CCM adalah
volume material yang mengalami pemadatan kembali setelah penggalian,
sehingga volumenya akan lebih kecil dibanding volume aslinya dengan
berat tetap sama.

2. Pemberaian (swell)
Adalah persentase pemberaian volume material dari volume asli yang
dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus
dipindahkan dari kedudukan aslinya.
Rumus yang berkaitan dengan pemberaian material sebagai berikut :

Volume lepas untuk berat tertentu


% berai = ------------------------------------------- - 1
volume asli untuk berat yang sama
Faktor berai ( swell factor) = volume bank / volume loose

4
Volume lepas (loose)
Volume asli (bank) = -----------------------------------
( 1 + % berai )

Volume lepas (loose) = volume asli x ( 1 + %berai )

3. Faktor Muat (load Factor)


Pada saat material sebanyak 1 BCM dimuatkan kedalam sebuah
mangkok (bucket), material yang terangkat oleh mangkok tersebut akan
kurang dari 1 BCM karena sepanjang proses penggalian terjadi pengurangan
volume akibat adanya pemberaian. Faktor muatnya dapat dihitung sebagai
berikut :
100 %
LF = ---------------------
100 % + % berai

Jadi untuk mengestimasi muatan pada kondisi BCM, kapasitas mangkok


pada LCM harus dikalikan dengan LF.

Muatan (BCM) = Muatan (LCM) x LF

Penciutan material (shrinkage) merupakan perbandingan antara volume


material yang telah dipadatkan dengan kondisi bank disebut juga Shrinkage
Factor (SF). Jadi rumusnya adalah :

SF = CCM / BCM

4. Densitas Material
Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material. Material
mempunyai densitas yang berbeda karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya,
antara lain: ukuran partikel, kandungan air, pori-pori dan kondisi fisik
lainnya.
Densitas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian yaitu
dari kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan
berkurang disbanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori-pori

5
udara. Untuk mengkonversi densiotas material dari bank ke loose digunakan
rumus sbb :
Kg/BCM
( 1 + %berai ) = ------------
Kg/LCM

5. Faktor Isi (Fill Factor)


Adalah persentase volume yang sesuai atau sesungguhnya dapat
diisikan ke dalam bak truck atau mangkok dibandingkan dengan kapasitas
teoritisnya. Suatu bak truck mempunyai factor isi 87%, artinya 13% volume
bak tersebut tidak dapat diisi. Mangkok loader, backhoe, dragline, dsb.
Biasanya memiliki factor isi lebih dari 100% karena dapat diisi munjung.

B. Tenaga Kendaraan (alat)


Didalam memilih suatu alat untuk pekerjaan penggalian material, bijih,
atau overburden harus dipertimbangkan tenaga kendaraan yang mampu
mengatasi medan kerja. Medan kerja yang dimaksud adalah kondisi jalan;
misalnya jalan kering mulus dan padat, becek dan lembek, lurus, banyak
tikungan, mendaki, menuru, dsb. Yang mempengaruhi laju kendaraan pada
saat bermuatan atau kosong.

C. Waktu Edar
Waktu edar atau cycle time maksudnya adalah waktu yang diperlukan
alat mulai dari aktifitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan
(hauling) untuk truck dan sejenisnya atau swing backhoe dan power shovel,
pengosongan (dumping) kembali kosong, dan mempersiapkan posisi
(maneuver) untuk diisi. Disamping aktifitas-aktifitas tersebut terdapat pula
waktu menunggu (delay) bila terjadi antrian untuk mengisi atau dimuat.

D. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungkan
di dalam upaya mendapatkan harga produksi alat per satuan waktu yang
akurat. Sebagian besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap operator,

6
yaitu orang yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun
demikian , apabila ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu
penyebabnya adalah kemalasan operator yang bersangkutan. Mungkin ada
penyebab lain yang tidak dapat dihindari, antara lain cuaca, kerusakan
mendadak, kabut dan lain-lain.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan tidak dapat dimasukan sebagai penyebab
berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan perawatan alat harus sudah
terjadwal untuk masuk bengkel. Tabel 4.1 mungkin dapat dipakai sebagai acuan untuk
membatasi porsi pekerjaan operasional dan mekanik. Mungkin setiap perusahaan
memberikan definisi yang berbeda tentang pengertian waktu tertunda, terhenti dsb.

TERJADWAL (SCHEDULED); S
TERSEDIA (AVAILABEL); A PERAWATAN (MAINTRANCE); M
JALAN (OPERATION); O TERHENTI PERBAIKAN PERAWATAN
KERJA TERTUNDA (IDLE); I MENDADAK; TERJADWAL;
(WORKING); (DELAY); D UM SM
w
Kerja lancar Mengisi BBM Diminta Waktu perbaikan Waktu
Ganti bit stanby
Tunggu suku perbaikan
Peledakan Tak ada
Tunggu alat operator cadang Tunggu suku
muat Makan
dll cadang
Tunggu Truck &istirahat
Maneuver alat Hujan lebat, dll
dll kabut
Rapat
dll

Tabel 2.1
Parameter pengukur efisiensi kerja

Dari Tabel 2.1 dapat diukur tingkat efisiensi kerja operator yang lebih
teliti karena pengelompokan penyebab alat berhenti dibuat atas dasar
kondisi yang sebenarnya dan yang lebih penting pengelompokan tersebut
telah disepakati dan dipahami oleh seluruh kariawan. Dengan demikian
dapat dibuat tiga ukuran efisiensi menggunakan data waktu dalam table,
yaitu
(1). Efektifitas artinya jam kerja efektif selama waktu yang disediakan
untuk operasi, persamaannya adalah :

7
E = (W / O) x 100%

(2). Ketersediaan Fisik adalah ukuran sehat tidaknya alat untuk beroperasi,
rumusnya adalah :

PA = (A / S) x 100%

(3). Utilitas adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena
beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dll,
persamaanya adalah :

U = (O / A) x 100%

(4). Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan persamaan 1, 2 dan 3


dibagi tiga, jadi :
E + PA + U
Eff. Rata-rata = ------------------
3
2.1.2. Estimasi Produksi Alat Berat
Secara umum perhitungan untuk memperkirakan produksi alat berat
dapat dirumuskan sebagai berikut :

IxH
P = E x ---------
C

Dimana : P = Produksi alat, m3/jam atau ton/jam


E = Efisiensi kerja, menit/jam
I = Faktor Berai (swell Faktor)
H = Kapasitas Alat, m3 atau ton
C = Waktu edar, menit
Pada dasarnya hampir semua produksi alat berat dapat dihitung dengan
persamaan diatas, walaupun terdapat sedikit modifikasi karena sifat

8
pemakaian alat yang spesifik. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa
elemen-elemen produksi yang telah diuraikan merupakan parameter pokok.
Apabila diketahui target produksi sebesar Tp, maka jumlah alat yang
diperlukan (n) adalah :

N = Tp / P

Hal menarik yang perlu dipahami adalah sistem pemuatan –


pengangkutan yang diterapkan pada penambangan terbuka di Indonesia
banyak menerapkan sistem tersebut. Oleh karena itu mengestimasi produksi
truck-loader dan membuat keseimbangan jumlah armada truck dengan alat
muatnya mendapat perhatian yang mendalam untuk menghindari waktu
tunggu terlalu lama, baik truck maupun alat muatnya.

A. Produksi dan Armada Truk


Dump truck yang digunakan untuk operasi penambangan berbeda
dengan truck biasa, baik bentuk, kapasitas maupun tenaganya dan umumnya
disebut Off-Highway Truck. Truck tersebut diklasifikasikan kedalam tiga
tipe, yaitu: (1) conventional real dump truck, (2) tracktor-trailer, bottom,
side, dan rear dump truck.
Produksi dan armada truck yang diperlukan dipengaruhi banyak factor,
yaitu; rencana penambangan, kondisi jalan,, alat angkuttarget produksi,
kinerja dan waktu edar truck, metoda operasi, keseimbangan truck-loader,
dan avaibilitas serta utilitas truck-loader. Estimasi truck-loader dititik
beratkan untuk mengeliminir waktu tunggu truck maupun alat muatnya.
Berikut ini diperlihatkan kasus produksi armada truck berkapasitas 109
ton dengan simulasi jam operasinya dan jumlah truck. Dari hasil
pengamatan lapangan waktu edar truck menjadi lambat seiring dengan
bertambahnya jumlah truck dalam satu armada (lihat Tabel 2.1). Penyebab
lambatnya waktu edar tersebut disebabkan karena perputaran truck akan
saling mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga mengakibatkan
munculnya waktu tunggu . Jadi, untuk alat muat yang tetap jumlahnya, apabila alat

9
angkutnya ditambahkan pada armada tersebut, maka waktu tunggunya pun bertambah
pula yang mengakibatkan waktu edar semakin lama.
Jumlah Truck per armada 1 2 3 4 5 6
Siklus waktu Truck
 maneuver dan
3,20 3,20 3,20 3,20 3,20 3,20
pemuatan
 Angkut muatan 7,50 7,50 7,00 7,00 7,00 7,00
 Belok dan
0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60
pengosongan
 Kembali kosong 4,00 4,00 4,50 4,50 4,50 4,50
 Tunggu dimuat 0 0 0,45 1,15 2,40 4,40
 Tunda dll. 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Total 15,80 15,80 16,25 16,95 18,20 20,20

Tabel 2.2
Waktu edar truk kapasitas nyata 109 Ton

1. Keseimbangan truck dan alat muat


Untuk menghitung jumlah truck, disamping berdasarkan target seperti
pada persamaan (2.2), dapat pula dihitung berdasarka data waktu edar tanpa
komponen waktu tunggu. Jadi rumusnya :

T tc
NT = ------------- ………………………….(2.1)
Td

Dimana: N T = jumlah truck

T tc = Total waktu edar truck teoritis tanpa waktu tunggu

T d = Waktu pemuatan termasuk maneuver truck


Perlu dicatat bahwa harga Td adalah lama waktu sebuah truck dimuati
material termasuk maneuver atau spoting time truck agar siap diisi. Jadi, Td
adalah waktu edar alat muat ditambah waktu maneuver atau spoting time.
Keseimbangan atau sinkronisasi kerja antara truck dengan alat muat, dapat
diukur dengan menggunakan Faktor Keseimbangan atau Match Factor (MF)
yang dirumuskan sebagai berikut:

10
n H x C tl
MF = ------------------ ……………………….(2.2)
n L x C tH

dimana harga n H, n L, C tH, dan C tl masing-masing adalah jumlah alat angkut,


jumlah alat muat, waktu edar alat angkut dan waktu edar alat muat. Dari
persamaan (2.2) akan muncul tiga kemungkinan, yaitu :
MF = 1 , Jumlah alat angkut dan alat muat seimbang atau sinkron, hamper
dipastikan tidak ada waktu tunggu. Alat muat dan alat angkut
sama-sama sibuk
MF < 1 , Jumlah alat angkut kurang, akibatnya alat muat banyak menunggu,
sementara alat angkut sibuk.
MF > 1 , Jumlah alat angkut lebih, sehingga muncul waktu tunggu dimuat
untuk alat angkut, sementara alat muat sibuk.
Untuk mendapatkan MF = 1 memang tidak mudah, namun harga MF ini
hendaknya diupayakan mendekati angka satu dengan melakukan berbagai
percobaan dan dengan mempertimbangkan target produksi yang telah
ditetapkan perusahaan.

2. Mengukur Probabilitas
Waktu operasi nyata sebuah truck ditandai dengan aktifitas pemuatan ,
pengangkutan, pengosongan muatan, kembali kosong, tunggu dimuat, dan
waktu tunda lainya. Probabilitas ketersediaan sebuah truck untuk beroperasi
adalah kemungkinan selalu tersedianya sebuah truck pada setiap waktu
tertentu di dalam batas waktu yang sudah dijadwalkan selalu terdapat
sebuah truck beroperasi tanpa terjadi waktu menunggu. Dengan demikian
probabilitas (P) dapat ditentukan sebagai berikut:

Waktu operasi tersedia


P = -------------------------------- ………………………………..(2.3)
Waktu operasi terjadwal

11
Apabila ketersediaan (avaibilitas) sebuah truck tertentu untuk
beroperasi bebas dari ketersediaan truck lainnya dalam armada, maka
probabilitas sejumlah truck lainnya atau sisanya (k truck) ditentukan sbb:

P k = P k x (1-p) n-k x C nk ….. ………………………………..(2.4)

Dimana: Pk = Probabilitas truck sisa sejumlah k truck


p = Probabilitas ketersediaan sebuah truck
n = Jumlah total truck dalam armada
k = sejumlah truck sisa
n!
n
C k = --------------------
k! (n-k)!

2.2. Pengambilan data-data primer, antara lain :

a. Data lokasi /daerah penambangan

- iklim dan curah hujan

- litologi dan stratigrafi

- kondisi medan kerja

- jumlah hari kerja dan jam kerja

b. Data untuk perhitungan

- waktu penyelesaian pekerjaan

- volume material yang digali

- spesifikasi alat

- kapasitas produksi alat

- target produksi

12
2.3. Pengambilan data-data sekunder, antara lain :
Data-data yang dapat mendukung data-data lapangan guna menganalisa
permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah. Data
pendukung dapat diambil antara lain dari laporan eksplorasi, brosur-brosur dari
perusahaan, data dari instansi terkait dan dari literatur-literatur.

2.4. Data Pendukung


Yang dimaksud dengan data pendukung adalah data-data yang dapat
mendukung data-data dari lapangan guna menganalisa permasalahan yang ada
untuk mencari alternatif penyelesaian masalah.

Data pendukung dapat diambil antara lain dari data hasil pengamatan di
lapangan, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan, brosur--brosur dari
perusahaan, data dari instansi yang terkait dan dari literatur-literatur.

2.5. Analisis Penyelesaian Masalah


Permasalahan yang ada di lapangan selanjutnya dipelajari dan dikaji
berdasarkan data yang ada, baik data yang dikumpulkan dari hasil penyelidikan
maupun data penunjang dan didukung berbagai teori yang menunjang
permasalahan tersebut, selanjutnya dicarikan alternatif penyelesaiannnya.
Adapun rincian dari analisa penyelesaian masalah estimasi produksi alat muat dan
alat angkut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Untuk dapat mengestimasi alat pada suatu tambang terbuka, maka perlu
dipelajari tentang metoda opersi, jenis material, target produksi perusahaan,
jumlah dan spesifikasi dari alat muat-angkut.

2. Tahap Penyelidikan pendahuluan


Tahap penyelidikan pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi
umum daerah yang akan diselidiki, meliputi kondisi jalan, Lebar jalan angkut,
kemiringan jalan angkut dan lebar tikungan, dimensi jenjang dan data curah hujan.

3. Tahap Penyelidikan Terinci

13
Tahap penyelidikan terinci dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan untuk penyelesaian masalah , adapun data yang akan diambil, yaitu :
i. Waktu edar dari suatu alat, baik waktu untuk manufer waktu tunggu,
waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu penumpahan dan waktu
antri.
ii. Kapasitas alat muat dan alat angkut
iii. Kecepatan rata-rata dump truck
iv. Waktu kerja efektif
v. Penentuan effisiensi kerja dari alat
vi. Swell factor
Sehingga dengan mengetahui parameter-parameter diatas diharapkan didapatkan
alternatif penyelesain masalah.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tahapan Penelitian


Didalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis menggabungkan
antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya didapat
pendekatan penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu :

14
1. Study literatur, brosur-brosur, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan.

2. Pengamatan langsung di lapangan, dilakukan dengan cara peninjauan lapangan


untuk melakukan pengamatan langsung terhadap semua kegiatan di daerah yang
akan diteliti.

3. Pengambilan data, dengan pengukuran langsung di lapangan maupun penelitian


di laboratorium.

4. Akuisisi data
a. Pengelompokan data
b. Jumlah data
c. Uji realitas

5. Pengolahan data

6. Analisis hasil Pengolahan data

7. Kesimpulan

3.2. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

3.3. Rencana Daftar Isi

15
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2 Keadaan Geologi dan Topografi
2.3 Iklim dan Curah Hujan
2.4 Kegiatan Penambangan

BAB III DASAR TEORI


3.1 Elemen-elemen Produksi
3.1.1 Kapasitas Alat
3.1.2 Tenaga Kendaraan
3.1.3 Waktu Edar
3.1.4 Efisiensi Kerja
3.2 Estimasi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
3.2.1. Keseimbangan Truck Dengan Alat Muat

BAB IV KONDISI LAPANGAN DAN SISTEM PRODUKSI ALAT MUAT -


ALAT ANGKUT
4.1 Tinjauan Terhadap Dimensi Jenjang
4.2 Geometri Keadaan Jalan Angkut
4.3 Pola Pemuatan

16
4.4 Analisa Kemampuan Kerja Alat-alat Mekanis
4.5 Efesiensi Kerja Alat-alat Mekanis
4.6 Penentuan Total Waktu Edar
4.7 Produksi Alat

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kebutuhan Alat Muat dan Alat Angkut
5.2 Kemampuan Produksi dari Alat Muat dan Alat Angkut

VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3.4. Daftar Pustaka

1. Hamdy.A. Taha.(1990), Operation Research An Introduction, 3rd Edition ,


Macmillan Publishing Co.,Inc.,New York.

2. Pangestu Subagio, SE, MBA.(1983), Dasar-dasar Operasi Riset (Operation


Research), BPFE, Yogyakarta.

3. Ir.Yanto Indonesianto, M.sc .(2013), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan


Teknik Pertambangan,UPN ‘Veteran”, Yogyakarta

17
4. Ir. Edy Purwanto ME. (2002), Diktat Perencanaan Tambang Terbuka, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

18

Anda mungkin juga menyukai