Pernahkah kita melihat suatu bagian atau material tidak berfungsi seperti yang
diinginkan dikarenakan suatu faktor? Kejadian semacam itu disebut sebagai failure atau
sebuah kegagalan. Dalam material bahan, hampir selalu failure merupakan keadaan yang
tidak diinginkan karena dapat membahayakan kehidupan manusia. Tindakan pencegahan
belum tentu dapat menjamin walaupun sudah diketahui penyebab dari failure tersebut.
Umumnya failure terjadi karena kesalahan proses dan pemilihan material, dan kurangnya
pengetahuan dalam perancangan komponen atau karena kesalahan penggunaan. Kerusakan
juga dapat terjadi perubahan struktur selama proses, oleh karena itu perbaikan dan perawatan
secara rutin perlu dilakukan. Seorang insinyur harus mengantisipasi kemungkinan failure di
masa depan, agar nantinya dapat dilakukan pencegahan yang tepat.
FRACTURE
DASAR FRACTURE
Secara sederhana, fracture merupakan berpisahnya suatu benda menjadi 2 bagian atau
lebih. Ada 2 jenis fracture pada logam berdasarkan kemampuannya mengalami deformasi
plastis, yaitu ductile fracture dan brittle fracture. Ciri dari ductile fracture adalah mengalami
deformasi plastis dengan waktu yang relatif lambat (stabil) sepanjang terjadinya crack. Pada
brittle fracture, perambatan crack terjadi secara cepat (tidak stabil) dan tidak mengalami
deformasi plastis. Ada 2 alasan kenapa ductile fracture lebih dipilih daripada brittle fracture;
Pertama, karena adanya deformasi plastis pada ductile fracture dapat memberikan peringatan
jika terjadi failure, berbeda dengan brittle fracture yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba.
Kedua, pada material mengalami ductile fracture biasanya bersifat liat.
DUCTILE FRACTURE
Pada level makroskopis dan mikroskopis, ductile fracture mempunyai bentuk permukaan
yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 8.1 adalah gambar skematis dari 2 karakteristik
profil fracture secara makroskopis. Pada Gambar 8.1a adalah logam yang sangat
lunak,mengalami necking sampai titik fracture, menunjukkan penyempitan area sebesar
100%. Kebanyakan profil fracture tarik pada logam-logam yang bersifat ductile ditunjukkan
pada Gambar 8.1b, dimana necking didahului oleh beberapa fracture.
Gambar 8.1 (a)ductile fracture yang tinggi dengan spesimen meruncing. (b)ductile fracture
yang sedang setelah sesaat mengalami necking. (c)brittle fracture tanpa deformasi plastis.
Proses fracture secara normal mengalami beberapa tahapan (Gambar 8.2). Mula-mula
terjadi necking kemudian membentuk rongga-rongga kecil seperti ditunjukkan pada ambar
8.2b. Selanjutnya, rongga-rongga kecil tadi membesar dan bergabung membentuk crack
berbentuk elips, dimana arahnya tegak lurus dengan arah tarikan yang kemudian bertambah
akibat proses penggabungan rongga-rongga kecil tadi (Gambar 8.2c). Selanjutnya fracture
terjadi akibat perambatan yang cepat dari crack disekitar daerah necking (Gambar 8.2d).
Dengan deformasi potong pada sudut sekitar 45o dimana tegangannya maksimum. Terkadang
fracture dengan karakteristik ini disebut cup and cone fracture karena salah satu permukaan
berbentuk seperti mangkuk dan yang lainnya seperti kerucut.
BRITTLE FRACTURE
Brittle fracture terjadi tanpa deformasi yang terlihat dan perambatan crack terjadi secara
cepat. Arahnya tegak lurus dengan beban yang diberikan, dan mempunyai ciri permukaan
fracture yang datar (Gambar 8.1c)
Permukaan brittle fracture mempunyai ciri khusus yang sangat jelas, seperti pada Gambar
8.5a terlihat awal mula terjadinya crack dan pada Gambar 8.5b terlihat brittle fracture
berbentuk seperti pegunungan.
Gambar 8.5 Karakteristik brittle fracture
Transgranular fracture merupakan tipe fracture yang dicirikan dengan crack yang
menabrak butiran (Gambar 8.6a). Sedangkan intergranular fracture adalah fracture yang
dicirikan dengan crack yang membelah sesuai dengan garis butir (Gambar 8.7a)
Gambar 8.7(a)Profil skema potongan perambatan crack pada intergranular
fracture.(b)fractograph dari permukaan yang mengalami intergranular fracture
FATIGUE
Fatigue atau kelelahan merupakan bentuk kegagalan yang terjadi pada struktur benda
akibat tegangan yang dinamis dan bertambah (seperti jembatan, pesawat terbang, komponen
mesin, dan lain-lain), dan disebabkan oleh tegangan yang diberikan secara berulang-ulang
dalam jangka waktu yang lama. Selanjutnya, fatigue bersifat tiba-tiba dan tanpa disertai
peringatan.
Gambar 8.21 Permukaan fracture dari poros yang berputar akibat fatigue failure.
Gambar 8.25 Demontrasi bagaimana desain dapat mengurangi tegangan. (a) Desain yang
salah : dengan sudut yang tajam. (b) Desain yang benar : dengan fillet untuk meningkatkan
waktu fatigue limit pada poros yang berputar.
Perlakuan Permukaan
Selama operasi pemesinan, akan muncul sayatan atau alur pada permukaan benda
kerja yang dapat menurunkan fatigue limit, untuk itu benda kerja perlu dihaluskan untuk
meningkatkan fatigue limit, cara yang biasa dilakukan adalah dengan menggosok permukaan
dengan kertas amplas. Cara lainnya adalah dengan teknik case hardening pada baja campuran
untuk mengeraskan permukaan dan meningkatkan fatigue limit. Suatu komponen dimasukkan
ke dalam kotak, kemudian disemprotkan gas karbon atau nitrogen sehingga lapisan
permukaan menjadi sangat keras daripada intinya (Gambar 8.27).
Gambar 8.27 Perbedaan lapisan permukaaan dan inti pada baja yang telah mengalami case
hardening
EFEK LINGKUNGAN
Lingkungan juga dapat mempengaruhi fatigue dari suatu material, biasanya diakibatkan
oleh panas (thermal fatigue) dan korosi (corrosion fatigue). Thermal fatigue diakibatkan oleh
keadaan lingkungan yang mempunyai tegangan panas yang berbeda dengan material,
sedangkan corrosion fatigue terjadi akibat reaksi kimia antara atmosfir dengan material yang
menyebabkan korosi. Cara untuk mengurangi corrosion fatigue dengan melapisi permukaan
dengan bahan pelindung, atau menggunakan material tahan korosi
CREEP
Creep merupakan keadaan dimana material mengalami deformasi plastis
(mulur/melar) saat diberi beban konstan dan mencapai temperatur diatas 0,4 Tm (Tm=
temperatur leleh mutlak). Pada Gambar 8.28 adalah skema yang mewakili creep pada logam,
terdiri dari 3 daerah yang bertingkat berdasarkan lamanya waktu creep. Pertama adalah
primary or transient creep atau creep yang terjadi di awal dengan ditandai masih lambatnya
laju creep dan material mengalami pengerasan saat mengalami tegangan. Selanjutnya adalah
secondary or steady-state creep atau creep yang mengalami durasi paling lama dengan
kecepatan yang konstan, dan yang terakhir adalah teritary creep atau creep yang mengalami
akselerasi kecepatan dan ultimate failure yang disebut rupture(putus). Pada saat rupture,
telah terjadi perubahan struktur mikro.
Gambar 8.28 Kurva creep pada temperatur konstan
Dimana :
T : Temperatur dalam Kelvin
C : konstan (biasanya bernilai 20)
tr : masa rupture
Gambar 8.32 Logaritma tegangan dengan parameter Larson-Miller pada campuran S-590