Anda di halaman 1dari 27

“(Sistemik Lupus Erythematosus /SLE)”

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Imun dan Hematologi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Semester III Kelas B
Kelompok 2

Disusun Oleh
1. Nasito 12. Suci tapriah
2. Niko najmudin 13. Syarief hidayah
3. Ninda uteri 14. Syarif Ibrahim
4. Putri cahyani 15. Yeni rachmaniah
5. Rahma Tania BR 16. Yoga agung perdana
6. Ratna ningsih 17. Yopi rahmat dermawan
7. Regina 18. Yosep septiawan
8. Resti wahyuni 19. Yudia purwanto
9. Rika ayu astika 20. Yuli yuliana
10. Siti khodijah 21. yuliyanah
11. Siti khonisa

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU


Jl. Wirapati Telp. (0234)272020 Sindang Indramayu
2018
Kata Pengantar

i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang kasus “Sistemik Lupus Erythematosus/SLE”
dengan baik meskipun banyak kekurangannya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai gangguan pada Sistem Imun dan
Hematologi. Penulis menyadari dalam pengerjaan tugas ini terdapat hambatan
seperti susahnya mencari sumber yang akurat.
Dalam penyusunan laporan catatan perkembangan keperawatan ini penulis
banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak untuk itu
perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Drs. H. Turmin selaku ketua yayasan Indra Husada Indramayu
2. Heri Sugiarto, S.KM.,M.Kes selaku ketua STIKes Indramayu
3. M. Saefulloh, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi Ilmu Keperawatan
4. Novi Dwi I, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku wali kelas prodi Ilmu Keperawatan
semester 3 kelas B
5. Wiwin N.A, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen Sistem Imun dan Hematologi
6. Kedua orang tua yang telah memberikan kasihsayang, dorongan serta
semangat dan doa yang luar biasa besar terhadap penulis demi keberhasilan
penulis
7. Rekan-rekan seperjuangan
Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna oleh pembaca maupun bagi
penulis. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang ada pada
makalah ini.

Indramayu, 27 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
a) Latar Belakang .................................................................................. 1
b) Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
c) Manfaat ............................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN
a) Definisi penyakit ............................................................................... 4
b) Etiologi .............................................................................................. 4
c) Patofisiologi ...................................................................................... 5
d) Manisfestasi klinis............................................................................. 6
e) Pemeriksaan diagnostic ..................................................................... 7
f) Penatalaksanaan medis ...................................................................... 7

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN


a. Contoh kasus ..................................................................................... 10
b. Asuhan keperawatan ......................................................................... 11
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
System imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang
diakibatkan kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada penderita
lupus, system imun menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang tubuh sendiri,
oleh Karena itu disebut penyakit autoimun. Penyakit ini akan menyebabkan
keradangan di berbagai organ tubuh kita, misalnya: kulit yang akan berwarna
kemerahan atau erythema, lalu juga sendi, paru, ginjal, otak, darah, dan lain-lain.
Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena mengenai hampir
seluruh bagian tubuh kita.
Penyakit lupus merupakan penyakit kelaianan pada kulit, dimana disekitar
pipi dan hidung akan terlihat kemerah-merahan. Tanda awalnya panas dan rasa
lelah berkepanjangan, kemudian dibagian bawah wajah dan lengan terlihat
bercak-bercak merah. Tidak hanya itu, penyakit ini dapat menyerang seluruh
organ tubuh lainnya salah satunya adalah menyerang ginjal. Penyakit untuk
menggambarkan salah satu ciri paling menonjol dari penyakit itu yaitu ruam di
pipi yang membuat penampilan seperti serigala. Meskipun demikian, hanya
sekitar 30% dari penderita lupus benar-benar memiliki ruam “kupu-kupu”, klasik
tersebut.
Jika Lupus hanya mengenai kulit saja, sedangkan organ lain tidak terkena,
maka disebut LUPUS KULIT (lupus kutaneus) yang tidak terlalu berbahaya
dibandingkan lupus yang sistemik (Sistemik Lupus Erythematosus /SLE). Berbeda
dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan
sistem kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya ditujukan untuk
melawan bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh berbalik merusak
organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau
trombosit. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara penderita satu
dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering berbeda, misalnya akibat

1
kerusakan di ginjal terjadi bengkak pada kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah
trombosit yang sangat rendah (Sukmana, 2004).
Perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut
hasil penelitian Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS
Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang yang terkena SLE (sistemic
lupus erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering
terlambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat,
penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapi oleh
penderita SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan
penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan
yang terkait dengan SLE. Manifestasi klinis dari SLE bermacam-macam meliputi
sistemik, muskuloskeletal, kulit, hematologik, neurologik, kardiopulmonal, ginjal,
saluran pencernaan, mata, trombosis, dan kematian janin (Hahn, 2005).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit autoimun (SLE-systemik lupus
erythematosus)
2. Untuk menegtahui etiologi penyakit (SLE-systemik lupus erythematosus)
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit (SLE-systemik lupus
erythematosus)
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit (SLE-systemik lupus
erythematosus)
5. Untuk mengetahui penatalaksaan farmakologi dan non-farmakologi
penyakit (SLE-systemik lupus erythematosus)
6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit (SLE-systemik lupus
erythematosus)
7. Untuk mengetahui proses keperawatan penyakit (SLE-systemik lupus
erythematosus)

C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan penyakit autoimun

2
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan penyakit lupus
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan penyebab dari lupus
4. Mahasiswa mampu mendeskripsikan tanda dan gejala lupus
5. Mahasiswa mampu mendeskripsikan penanganan farmakologi dan non-
farmakologi lupus
6. Mahasiswa mampu mendeskripsikan komplikasi yang terdapat di lupus
7. Mahasiwa mampu merancang asuhan keperawatan pada pasien (SLE-
systemik lupus erythematosus)

BAB II
PEMBAHASAN

3
A. Definisi
Lupus eritematosus sitemik secara khas mengenai banyak system organ
dan disertai dengan berbagai fenomena imun. Riwayat alamiahnya tidak dapat
diramalkan, sering progresif, berakhir dengan kematian jika tidak diobati, tetapi
dapat mereda secara spontan atau tetap membara selama bertahun-tahun. Lupus
eritemotosus sistemik (SLE) pada anak umumnya lebih akut dan lebih berat dari
pada SLE pada orang dewasa (Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol. 1 Edisi 5).
Lupus eritematosus (LE) adalah penyakit inflamasi autoimun kronik yang
melewati tiga bentuk dasar: lupus discoid yang menyerang kulit; lupus yang
disebabkan oleh bahan kimia atau obat-obatan; dan sistemik lupus eritematosus
(SLE) yang menyerang system organ besar (Keperawatan Medical Bedah).
Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah suatu penyakit otoimun kronik
yang ditandai oleh terbentuknya antibody-antibodi terhadap beberapa antigen diri
yang berlainan. Antibody-antibodi tersebut biasanya adalah IgG atau IgM dan
dapat bekerja terhadap asam nukleat pada DNA atau RNA, protein jenjang
koagulasi, kulit, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (Buku Saku
Patofisiologi Corwin).
Jadi sistemik lupus eritematosus adalah suatu penyakit autoimun kronik
yang riwayat alamiahnya tidak dapat diramalkan dan berakhir pada kematian jika
tidak diobati. Kecendeungan terjadinya lupus dapat berhubungan dengan genetic,
hormone seks. Lupus dapat dicetuskan oleh stress, sering terpajan radiasi
ultraviolet yang berlebih.
B. Etiologi
Faktor genetic mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan
dan ekskresi penyakit SLE. Sekitar 10%-20% pasien SLE mempunyai kerabat
dekat (first degree relative) yang menderita SLE. Angka kejadian SLE pada
saudara kembar identic (24-69%) lebih tinggi dari pda saudara kembar non identic
(2-9%). Albar 2003.
Faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE yaitu sinar UV yang
mengubah struktur DNA di daerah yang terpapar sehingga menyebabkan
perubahan system imun di daerah tersebut serta menginduksi apoptosis dari sel

4
keratonosik. SLE juga dapat di induksi oleh obat tertentu khususnya pada
asetilator rambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat
menjadi lambat, obat banyak terakumulasi di tubuh sehingga memberikan
kesempatan obat untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal ini direspon sebagai
benda asing oleh tubuh sehingga tubuh memebentuk kompleks antibody anti
nukleat (ANA) untuk menyerang benda asing tersebut (herfindal et.al; 2000).
Makanan seperti wijen (alfafa sprouts) yang mengandung asam amino L-
cannavine dapat mengurangi respon dari sel limfosit T dan B sehingga dapat
menyebabkan SLE (delavuente, 2002). Selain itu infeksi virus dan bakteri juga
menyebabkan perubahan pada system imun dengan mekanisme menyebabkan
peningkatan antibody antiviral sehingga mengaktivasi sel B limfosit non spesifik
yang akan memicu terjadinya SLE (hervindal et.al ; 2000).
C. Patofisiologi
Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti nuklear anti body).
Dengan anti gennya yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang
beredar dalam sirkulasi. Kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai
macam organ dengan akibat terjadinya viksasi komplement pada organ tersebut.
Peristiwa ini menyebabkan aktifasi komplement yang menghasilkan subtansi
penyebab timbulnya reaksi radang. Bagian yang penting dalam patogenesis ini
ialah terganggunya mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah
autoimunitas patologis pada individu yang resisten. Gangguan imunologis:
pengujian imun yang abnormal termasuk anti-bodi anti-DNA atau anti- SM
(smith) positif semu pada pengujian darah untuk sifilis, anti-bodi anti-kardiolipin,
uji LE positif. Anti-bodi antinuklear: pengujian anti-bodi ANA positif. Sebagai
tambahan dari sebelas kriteria tersebut, pengujian lainnya dapat membantu
mengevaluasi pasien dengan lupus eritematosus sistemik untuk menentukan
keparahan organ-organ yang terlibat. Termasuk diantaranya darah rutin dengan
laju endap darah, pengujian kimia darah, analisa langsung cairan tubuh lainnya,
serta bioksi jaringan. Kelainan cairan tubuh dan sampel jaringan dapat membantu
diagnosis lanjut lupus eritematosus sistemik.
D. Manifestasi Klinik

5
SLE dapat mulai secara tersembunyi atau secara akut. Kadang-kadang
gejalanya telah timbul bertahun-tahun mendahului diagnosis SLE. Gejala awal
yang paling sering pada anak adalah demam, malaise, atritis atau arthralgia dan
ruam. Kadang-kadang pada kebanyakan anak yang terkena terjadi demam :
mungkin sebentar-sebentar atau terus-menerus. Malaise, anoreksia, kehilangan
berat badan, dan kelemahan sering dujimpai.
Kadang-kadang pada kebanyakan anak yang terkena, timbul manifestasi
kulit. Ruam “kupu-kupu”, terdiri atas tembalan eritematosa yang bersisik atau
kebiruan, melibatkan daerah pipi dan biasanya meluas diatas jembatan hidung.
Ruam dapat fotosensitif dan dapat meluas kemuka, kulit kepala, leher, dada, dan
tungkai ; ruam ini dapat menjadi bullosa dan mengalami insi sekunder. Lupus
discoid murni (hanya menifestasi kulit) tidak lazim pada anak. Erupsi kulit
lainnya adalah macula eritematosa atau lesi pungtata pada telapak tangan, telapak
kaki, ujung jari, ekstremitas atau batang tubuh ; ruam vesikulitis, livedo retikularis
(tambalan anyaman hitam) dan perubahan bantalan kuku. Lesi-lesi ulseratif yang
macular dan sering kali tidak nyeri dapat terjadi pada palatum dan membrane
mukosa mulut dan hidung. Purpura, kadang-kadang disertai dengan
trombositopenia, dapat tampak pada daerah yang menggantung atau yang terkena
trauma. Kadang-kadang disertai eritema nodosum dan eritema multiforme.
Alopesia yang diakibatkan perandangan disekitar folikel rambut dapat berupa
tambalan, atau menyeluruh, dan rambut dapat menjadi kasar, kering dan rapuh.
Arthralgia dan kekakuan sendi biasanya dijumpai dan sering terjadi pada
perubahan projektif. Kadang-kadang sendi yang terkena panas dan bengkak rasa
nyerinya mungkin lebih berat untuk yang diharapkan tanda-tanda klinis tersebut.
Nekrosis aseptic dapat mengenai tulang pada sejumlah tempat, terutama pada
kaput femoris. Tenosynovitis dan myositis dapat terjadi juga, seperti halnya
Raynaud. Peliserositis (pleuritis, pericarditis, dan peritonitis) adalah khas mdan
menimbulkan nyeri dada, precordial atau perut. Hepatosplenomegali dan
limfadenopati generalisata sering dujumpai. Keterlibatan jantung dapat
dimanifestaasikan dengan berbagai macam bising, bising gesek, kardiomegali,
perubahan elektrografi, ata gagal jantung kongestif, dengan

6
miokarditis,pericarditis, atau endocarditis verposa (endocarditis libman sacks,
dikenal melalui eko kardiogram atau peada pemeriksaan otopsi) infark
miokardium dapat menyebabkan kematian pada penderita yang relative mudah,
termasuk anak-anak. Filterat parenkim paru dapat terjadi; tetapi infeksi harus
dikesampingkan, sebelum pneumonia dapat dianggap berasal dari SLE.
Pneumonia akut, perdarahan paru-paru, atau fibrosis paru yang kronis dapat
terjadi. Kerterlibatan sistem saraf dapat menyebabkan perubahan keperibadian,
kejang-kejang, kecelakaan serebrofaskuler, khorea, dan neuritis perifer.
Manifestasi gastro intestinal meliputi nyeri perut, muntah, diare, melena, dan
bahkan infark usus akibat faskulitis. Perubahan okuler dapat meliputi episkleritis,
iritis, atau perubahan vaskuler retina dengan perdarahan atau eksudat (benda-
benda citoid). Kejadian-kejadian trombotik yang mengenai atreri atau vena dapat
terjadi, terutama pada penderita dengan antibody anti fospolopid. Keterlibatan
ginjal secara klinis sering dijumpai pada anak-anak.
E. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
Baik untuk SLE ringan atau sedang dan berat, diperlukan gabungan strategi
pengobatan atau disebut pilar pengobatan. Pilar pengobatan SLE ini seyogyanya
dilakukan secara bersamaan dan berkesinambungan agar tujuan pengobatan
tercapai. Perlu dilakukanupaya pemantauan penyakit mulai dari dokter umum
diperifer sampai ke tingkat dokter konsultan, terutama ahli reumatologi.
a. Edukasi / Konseling
Pada dasarnya pasien SLE memerlukan informasi yang benar dan
dukungan dari sekitarnya dengan maksud agar dapat hidup mandiri.
Perlu dijelaskan akan perjalanan penyakit dan kompleksitasnya. Pasien
memerlukan pengetahuan akan masalah aktivitas fisik, mengurangi atau
mencegah kekambuhan antara lain melindungi kulit dari paparan sinar
matahari (ultra violet) dengan memakai tabir surya, payung atau topi;
melakukan latihan secara teratur. Pasien harus memperhatikan bila
mengalami infeksi. Perlu pengaturan diet agar tidak kelebihan berat
badan, osteoporosis atau terjadi dislipidemia. Diperlukan informasi akan

7
pengawasan berbagai fungsi organ, baik berkaitan dengan aktivitas
penyakit ataupun akibat pemakaian obat-obatan.
Edukasi keluarga diarahkan untuk memangkas dampak stigmata
psikologik akibat adanya keluarga dengan SLE, memberikan informasi
perlunya dukungan keluarga yang tidak berlebihan. Hal ini dimaksudkan
agar pasien dengan SLE dapat dimengerti oleh pihak keluarganya dan
mampu mandiri dalam kehidupan kesehariannya.
b. Program Rehabilitasi
Terdapat berbagai modalitas yang dapat diberikan pada pasien dengan
SLE tergantung maksud dan tujuan dari program ini. Salah satu hal
penting adalah pemahaman akan turunnya masa otot hingga 30% apabila
pasien dengan SLE dibiarkan dalam kondisi immobilitas selama lebih
dari 2 minggu. Disamping itu penurunan kekuatan otot akan terjadi
sekitar 1-5% per hari dalam kondisi imobilitas. Berbagai latihan
diperlukan untuk mempertahankan kestabilan sendi. Modalitas •isik
seperti pemberian panas atau dingin diperlukan untuk mengurangi rasa
nyeri, menghilangkan kekakuan atau spasme otot. Demikian pula
modalitas lainnya seperti transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS) memberikan manfaat yang cukup besar pada pasien dengan
nyeri atau kekakuan otot. Secara garis besar, maka tujuan, indikasi dan
tekhnis pelaksanaan program rehabilitasi yang melibatkan beberapa
maksud di bawah ini, yaitu: Istirahat, Terapi dengan modalitas, Ortotik
2. Farmakologi
1. Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg per hari s/d 6 bulan postpartum)
(metilprednisolon 1000 mg per 24jam dengan pulse steroid th/ selama
3 hr, jika membaik dilakukan tapering off).
2. AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).
3. Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg/kg per oral).
4. Siklofospamid, diberikan pada kasus yang mengancam jiwa 700-1000
mg/m luas permukaan tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan
setiap 3 minggu.

8
F. Komplikasi
1. Seseorang yang menderita Lupus kemungkinan akan mengalami
komplikasi seperti :
2. Komplikasi akibat terapi steroid yang dijalani.
3. Diabetes
4. Tekanan darah tinggi
5. Peningkatan kolesterol
6. Obesitas yang menyebabkan serangan jantung
7. Penyakit ginjal
8. Infeksi
9. Lupus yang menyerang sistem saraf sentral
10. Penggumpalan darah atau komplikasi cardiovascular

BAB III
KASUS

A. Kasus
Seorang perempuan berumur 30 tahun datang berobat kepoli penyakit
dalam dengan keluhan utama nyeri sendi sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
pada sendi-sendi tangan, pergelangan tangan, kaki, pergelangan kaki, dan lutut,
yang kadang-kadang disertai bengkak dan kaku dipagi hari selama 2 - 3 jam.
Kadang-kadang pada wajah dan leher timbul bercak kemerahan bila beraktifitas
diluar dan pasien dan terkena sinar matahari. Kejadian ini sudah 3 kali dalam
kurun waktu 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh cepat merasa lelah dan sering
mengalami sariawan.
Pasien mengatakan bahwa pada 3 bulan yang lalu pernah mengalami
demam yang tidak diketahui penyebabnya, namun kemudian menghilang dengan

9
sendirinya. Keluhan nyeri dada, sesak napas, nyeri perut, penurunan berat badan,
gangguan BAB atau BAK disangkal oleh pasien. Kadang-kadang pasien
mengkonsumsi obat antirematik untuk mengatasi nyeri pada sendi-sendinya.
Riwayat penyakit dahulu: pasien mengatakan sering terserang flu. Riwayat
penyakit keluarga: anggota keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. Riwayat
kebiasaan: pasien tidak merokok, minum alkohol, ataupun mengkonsumsi obat-
obat tanpa resep dokter.
Hasil pemeriksaan fisik : TD 130/80 mmHg, frekuensi Nadi 96 x/menit, frekuensi
nafas 20 x/menit, suhu 37o C. Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik. Hasil
pemeriksaan laboratorium : HB 10,5 g/dL, Ht 30 %, trombosit 140000 /mm3, LED
35 mm/jam, leukosit 4000 /mm3 . hasil usulan pemeriksaan laboratorium : Tes
ANA reaktif, pola homogeneus.
Dari hasil pemeriksaan tersebut dokter mendiagnosa pasien menderita penyakit
autoimun : SLE.

B. Askep
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM IMUN
Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Gangguan Sistem Imun
Di Kamar…. Bed….
RSUD……

Nama Mahasiswa : Kelompok II


Tanda Tangan :
Tanggal Pengkajian : Tidak Terkaji
Tanggal Masuk Rs : Tidak Terkaji
No.Medical Record : Tidak Terkaji

I. PENGKAJIAN
a. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama Klien : Ny.A

10
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin :P
Pendidikan : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Status Perkawinan : Tidak Terkaji
Gol. Darah : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : SLE (Systemic Lupus Erithematosus)
Alamat : Tidak Terkaji
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Hubungan Keluarga : Tidak Terkaji

b. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
Nyeri sendi
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Seorang perempuan berumur 30 tahun datang berobat kepoli penyakit dalam
dengan keluhan utama nyeri sendi sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
pada sendi-sendi tangan, pergelangan tangan, kaki, pergelangan kaki, dan
lutut, yang kadang-kadang disertai bengkak dan kaku dipagi hari selama 2 - 3
jam. Kadang-kadang pada wajah dan leher timbul bercak kemerahan bila
beraktifitas diluar. Pasien dan terkena sinar matahari. Kejadian ini sudah 3 kali
dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh cepat merasa lelah
dan sering mengalami sariawan.

11
Pada 3 bulan yang lalu pasien pernah mengalami demam yang tidak diketahui
penyebabnya, namun kemudian menghilang dengan sendirinya. Keluhan nyeri
dada, sesak napas, nyeri perut, penurunan berat badan, gangguan BAB atau
BAK disangkal oleh pasien. Kadang-kadang pasien mengkonsumsi obat
antirematik untuk mengatasi nyeri pada sendi-sendinya.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sering terserang flu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pemaparan dari keluarga pasien, tidak ada yang sakit seperti yang
dialami pasien saat ini.

c. RIWAYAT IMUNITAS
Tidak terkaji
d. RIWAYAT SOSIAL
Menurut pasien dirinya bukan seorang perokok, meminum alcohol, ataupun
mengkonsumsi obat-obat tanpa resep dari dokter.
e. DATA BIOLOGIS
Tidak Terkaji
f. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Kesehatan
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Penampilan : Tidak Terkaji
c. Kesadaran : Tidak Terkaji
d. Orientasi : Tidak Terkaji
e. Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,0⁰C
BB : Menurun
TB : Tidak Terkaji

12
2. Sistem Pernapasan :
Inspeksi : Pasien terlihat lelah dan sesak napas
Palpasi : Nyeri dada
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultrasi : Tidak Terkaji
3. Sistem Kardiovaskuler :
Inspeksi : Konjungtiva terlihat anemis dan skelera an ikterik
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi: Tidak Terkaji
4. Sistem Persepsi-Sensorik :
Tidak Terkaji
5. Sitem Penglihatan :
Tidak Terkaji
6. Sitem Perkemihan dan Genetalia :
Tidak Terkaji
7. Sistem Pencernaan :
Inspeksi :
Palpasi : Nyeri pada perut
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi: Tidak Terkaji
8. Sistem Muskuloskeletal :
Inspeksi : adanya bengkak pada sendi-sendi tangan dan kaki
Palpasi : nyeri sendi-sendi tangan, pergelangan tangan, kaki, pergelangan
kaki, lutut dan terdapat kekakuan pada sendi.
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi: Tidak Terkaji
9. Sistem Endokrin
Tidak Terkaji
10. Sistem Integumen

13
Inspeksi : Terlihat bercak kemerahan di area wajah dan leher pada saat
terkena sinar matahari
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi: Tidak Terkaji
g. DATA PSIKOLOGIS
1. Pola Kognisi dan Persepsi Sensori
a. Status mental : Tidak Terkaji
b. Orientasi : Tidak Terkaji
c. Keadaan emosional : Tidak Terkaji
d. Bicara : Tidak Terkaji
e. Bahasa yang digunakan : Tidak Terkaji
f. Kemampuan membaca : Tidak Terkaji
g. Kemampuan interaksi : Tidak Terkaji
h. Pengetahuan tentang penyakitnya : Tidak Terkaji
i. Respon klien terhadap penyakitnya : Tidak Terkaji
2. Pola Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Tidak Terkaji
b. Ideal Diri : Tidak Terkaji
c. Harga Diri : Tidak Terkaji
d. Peran Diri : Tidak Terkaji
e. Identitas Diri : Tidak Terkaji
3. Pola Peran-Berhubungan
Tidak Terkaji
4. Pola Seksual dan Seksualitas
Tidak Terkaji
5. Pola Mekanisme Koping
Tidak Terkaji
6. Pola Nilai Kepercayaan
Tidak Terkaji

14
h. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Nama Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
1. Laboratorium
Darah :
a. Hb a. a. 10,5 g/dL

b. HT b. b. 30%
c. Trombosit c. c. 140.000/ mm3
d. LED d. d. 35mm/jam
e. Leukosit e. e. 4000/mm3

Tes ANA reaktif


Pola homogeneus

i. INFORMASI TAMBAHAN
Tidak Terkaji

II. ANALISA DATA


No Data Senjang Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Obat antirematik dan Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri sendi sinar matahari
sejak 2 bulan yang lalu.
Pengaturan imun
DO: berubah
Bengkak dan kaku
TD : 130 mmHg Kadar imunoglobin
RR : 20 x/menit serum

Antibodi bereaksi
dengan unsur

15
No Data Senjang Etiologi Masalah
Keperawatan
nucleus (ANA)

Membentuk
kompleks imun yang
beredar dalam
sirkulasi

Kompleks imun
mengendap
menyebabkan
aktifasi komplement

Menyebabkan
radang artritis
(radang sendi)

Poliartralgia
(nyeri sendi)

Nyeri

2. DS : Sinar matahari Gangguan


Pasien mengatakan nyeri sendi Kerusakan
sejak 2 bulan yang lalu. Reaksi autoantibodi Integritas Kulit
melawan antigen
DO : nuklear

16
No Data Senjang Etiologi Masalah
Keperawatan
- Timbul bercak kemerahan
pada wajah dan leher Timbunan kompleks
- Bengkak dan kaku imun

Merusak organ

Bercak kemerahan

Gangguan kerusakan
integritas kulit
3. DS: SLE Intoleransi
Pasien mengatakan nyeri sendi Aktivitas
sejak 2 bulan yang lalu Antibodi bereaksi
dengan unsur
DO: nucleus (ANA)
Cepat merasa lelah
Membentuk
kompleks imun yang
beredar dalam
sirkulasi

Kompleks imun
mengendap
menyebabkan
aktifasi komplement

Menyebabkan artritis
(radang sendi)

17
No Data Senjang Etiologi Masalah
Keperawatan
Poliartralgia
(nyeri sendi)

Intoleransi Aktivitas

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


No Diagnosa Tgl Tanda Tgl Tanda
Keperawatan Ditemukan Tangan dan Dipecahkan Tangan dan
(NANDA) Nama Jelas Nama Jelas

1. Nyeri akut b.d Kelompok II Kelompok II


Agen cidera
biologis d.d
Melaporkan nyeri
secara verbal, dan
Indikasi nyeri yang
dapat di amati
2. Gangguan Kelompok II Kelompok II
Kerusakan
Integritas Kulit b.d
Penurunan
imunologis d.d
Gangguan
permukaan kulit

18
3. Intoleran Aktivitas Kelompok II Kelompok II
b.d Imobilitas d.d
Menyatakan
merasa lelah dan
ketidaknyamanan
setelah beraktivitas

IV. RENCANA TINDAKAN


Nama Klien : Ny. A
Ruang Rawat : Tidak Terkaji
NO Dx Kep PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut b.d Jangka panjang: Setelah Observasi: Untuk menentukan
Agen cidera dilakukan keperawatan Lakukan tingkat nyeri pada
biologis d.d selama 2 x 24 jam, pengkajian nyeri pasien.
Melaporkan diharapkan nyeri teratasi secara
nyeri secara Kriteria hasil : komprehensif
verbal, dan N Indikator I E meliputi lokasi,
Indikasi nyeri o R R karakteristik,
yang dapat di durasi, frekuensi,
1 Melaporkan 2 5
amati dan kualitas.
adanya nyeri
2 Frekuensi nyeri 3 5
Mandiri: Bantu Untuk meningkatkan
3 Pernyataan nyeri 3 5
pasien kenyamanan pada
mengidentifikasi pasien
Jangka Pendek: Setelah tindakan
dilakukan keperawatan kenyamanan yang
selama 1 x 24 jam, efektif.
diharapkan nyeri teratasi.
Kriteria hasil : Kolaborasi: Untuk menghindari
Gunakan tindakan nyeri yang lebih

19
NO Dx Kep PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
N Indikator I E pengendalian nyeri berat
o R R sebelum nyeri
menjadi lebih
1 Melaporkan 2 4
berat.
adanya nyeri
2 Frekuensi nyeri 3 4
Penkes: Agar perawat mampu
3 Pernyataan nyeri 3 4
Instruksikan pasien melakukan tindakan
untuk peredaan nyeri pada
menginformasikan pasien
kepada perawat
jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai
2 Gangguan Jangka Panjang: Setelah Observasi: Untuk mengetahui
Kerusakan dilakukan keperawatan Monitor kulit akan tingkat kerusakan
Integritas Kulit selama 2 x 24 jam, adanya kemerahan pada kulit
b.d Penurunan diharapkan integritas kulit
imunologis d.d klien utuh Mandiri: Kaji kulit Menentukan garis
Gangguan Kriteria hasil : setiap hari. Catat dasar dimana
permukaan N Indikator I E warna, turgor, perubahan pada
kulit o R R sirkulasi dan status dapat
1 Temperatur 2 5 sensasi. dibandingkan dan
jaringan sesuai Gambarkan lesi melakukan intervensi
yang diharapkan dan amati yang tepat.
2 Pigmentasi 3 5 perubahan.
sesuai yang
diharapkan Kolaborasi: Untuk mempercepat
3 Warna sesuai 3 5 Konsultasikan pada proses penyembuhan
yang diharapkan ahli gizi tentang pada kerusakan yang

20
NO Dx Kep PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
makanan tinggi terjadi pada kulit
Jangka Pendek: Setelah protein, mineral,
dilakukan keperawatan kalori dan vitamin.
selama 1 x 24 jam,
diharapkan integritas kulit Penkes: Ajarkan Untuk mengurangi
klien utuh. pasien untuk paparan sinar UV
Kriteria hasil : membatasi kontak terhadap kulit pasien
N Indikator I E fisik yang terlalu
o R R lama dengan sinar
1 Temperatur 2 4 matahari.
jaringan sesuai
yang diharapkan
2 Pigmentasi 3 4
sesuai yang
diharapkan
3 Warna sesuai 3 4
yang diharapkan
3 Intoleran Jangka Panjang: Setelah Observasi: Agar pasien ingin
Aktivitas b.d dilakukan keperawatan Evaluasi motivasi meningkatkan
Imobilitas d.d selama 2 x 24 jam, dan keinginan aktivitasnya.
Menyatakan diharapkan aktivitas klien pasien untuk
merasa lelah meningkat. meningkatkan
dan Kriteria hasil : aktivitas
ketidaknyaman N Indikator I E
an setelah o R R Mandiri: Bantu Agar pasien dapat
beraktivitas 1 Warna kulit 2 5 pasien untuk menyesuaikan

2 Langkah 2 5 mengidentifikasi pilihan aktivitas

berjalan pilihan aktivitas sesuai dengan

21
NO Dx Kep PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
keadaan pasien
Jangka Pendek: Setelah Kolaborasi:
dilakukan keperawatan Berikan Agar ketika pasien
selama 1 x 24 jam, pengobatan nyeri beraktivitas tidak
diharapkan aktivitas klien sebelum aktivitas, merasakan nyeri
meningkat. apabila nyeri
Kriteria hasil : merupakan salah
N Indikator I E satu factor
o R R penyebab
1 Warna kulit 2 4

2 Langkah 2 4 Penkes: Mengenali Untuk mencegah

berjalan tanda dan gejala kondisi pasien yang


Intoleran Aktivitas, memburuk
termasuk kondisi
yang perlu
dilaporkan kepada
dokter

V. KRITERIA EVALUASI
No DX Kep Kriteria Evaluasi
1. Nyeri Akut Menunjukkan Nyeri akut yang efektif, yang
dibuktikan oleh: Tidak ada nyeri sendi, tidak
ada bengkak, tidak kaku, tekanan darah dalam
batas normal, dan RR dalam batas normal.
2. Gangguan Kerusakan Menunjukkan Gangguan kerusakan integritas
Integritas Kulit kulit yang efektif, yang dibuktikan oleh: Tidak
ada nyeri sendi, tidak ada bercak kemerahan

22
pada wajah dan leher, tidak ada bengkak dan
tidak kaku.

3. Intoleran Aktivitas Menunjukkan Intoleran aktivitas yang efektif,


yang dibuktikan oleh: Tidak ada nyeri sendi
dan tidak merasa lelah.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan salah satu penyakit
autoimun yang disebabkan oleh disregulasi sistim imunitas. SLE dapat menyerang
berbagai sistem organ dan keparahannya berkisar dari sangat ringan sampai berat.
Etiologi belum dipastikan, secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
endokrin-metabolik, lingkungan dan genetik. Pencetus fungsi imun abnormal
mengakibatkan pembentukan antibodi yang ditujukan terhadap berbagai
komponen tubuh. Tidak ada suatu tes laboratorium tunggal yang dapat
memastikan diagnosis SLE. Masalah yang paling sering dirasakan pasien adalah
keletihan, gangguan integritas kulit, gangguan citra tubuh dan kurang pengetahuan
untuk mengambil keputusan mengenai penatalaksanaan mandiri.
B. Kritik & Saran
Penyusun mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun
dalam penulisan makalah ini. Penulis juga menginginkan adanya keikutsertaan

23
mahasiswa lainnya agar dapat mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari oleh
seorang perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. et.al. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnose Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Tt. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Playfair, J.H.L. 2009. At A Glance Imunologi. Jakarta : Erlangga
Wallace, Daniel J. 2007. The Lupus Book Panduan Lengkap Bagi Penderita
Lupus dan Keluarganya. Yogyakarta: B-First

24

Anda mungkin juga menyukai