Anda di halaman 1dari 34

HATMIRA

Kamis / 15.30 ( sesi III) / Kelompok 4

PENGUKURAN KUALITAS AIR


Oleh
Indra Agusman
1704113348
Teknologi Hasil Perikanan

LABORATORIUM EKOLOGI DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum

Ekologi Perairan ini dengan judul “Pengukuran Kualitas Air” dengan baik

dan lancar. Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen bapak Nur El Fajri

S.pi, M.si. yang telah mengajar mata kuliah Ekologi Perairan serta asisten

labor ekologi perairan kak Gustika Yuli Yandri yang telah membantu

penulis selama praktikum dan penulisan laporan ini. Dilatar belakangi oleh

keterbatasan wawasan serta ilmu pengetahuan yang penulis miliki, maka

dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran

yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis

mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk

kita semua.

Pekanbaru, 28 Maret 2017

Penulis
ii

DAFTAR ISI

ISI Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR......................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran kualitas air.......................................... 3


2.2 Parameter fisika dan parameter kimia.............. 4

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 waktu dan tempat penelitian................................ 8


3.2 alat dan bahan.......................................................... 8
3.3 metode praktikum................................................... 9
3.4 prosedur praktikum................................................ 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil........................................................................... 15
4.2 Pembahasan.............................................................. 16
iii

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan................................................................ 20
5.2 Saran.......................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Termometer Raksa......................................... ....... 4

2. Sachi Disk.............................. ............................... 5

3. Tongkat Skala........................ ............................... 6


v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat alat yang digunakan pada praktikum............. 8

2. Bahan bahan yang digunakan pada praktikum....... 9

3. Parameter kualitas air.......................................... 15

4. Kondisi umum di lapangan saat praktikum ............ 15


vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat Dan Bahan ............................................... ....... 24

2. Dokumentasi Pada Saat Praktikum....................... 25

3. Rumus Dan Perhitungan......................................... 26


1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas air mempengarhi seluruh komunitas perairan, (bakteri,

tanaman, ikan, zooplankton dan sebagainya). Kualitas air dapat dilihat dari

parameter fisika (kecerahan, kekeruhan , suhu dan lain sebagainya) serta

parameter kimia (O2 terlarut, CO2 bebas, PH, nitrat dan phosfat dan lain

sebagainya) yang perlu diperhatikan, terutama dalam kegiatan konservasi

sumberdaya alam dan kegiatan budidaya perikanan. Selain itu, dalam

mengamati tingkat pencemaran dapat diamati melalui bioindikator yaitu

penyebaran nekton dan tumbuhan air yang berada di perairan tersebut

Hal ini dapat juga menyangkut tentang bagaimana kondisi kolam bididaya

yang berada di sekitar kita apakah termasuk kolam budidaya yang baik

atau tidak.

Selain dari pada itu penelitian kondisi perairan kolam budidaya

universitas riau perlu dilakukan, karena meninjau para praktikan untuk

mengetahui apa apa saja yang terjadi di kolam budidaya universitas riau

dan bagaimana kandungan kandungan perairan kolam budidaya universitas

riau. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mempelajari dan meneliti
2

bagaimana kondisi kolam budidaya universitas riau dengan tinjauan

parameter fisika dan parameter kimia.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan :

Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur kualitas perairan yang ada

di kolam budidaya universitas riau, sesuai dengan parameter fisika dan

parameter kimia dan juga untuk mengetahui apakah baik atau buruk

kualitas yang di kandung perairan kolam budidaya sesuai parameter fisika

dan parameter kimia, apakah layak untuk di jadikan sebagai kolam

budidaya.

Manfaat :

Dapat memperoleh informasi mengenai kondisi dan situasi perairan

kolam budidaya universitas riau, dan juga dapat memberikan informasi

kepada kepada siapapun bagaimana cara mengukur kualitas perairan dan

juga dapat memberikan iformasi kepada publik apakah layak kolam

budidaya universitas riau di berdayakan untuk melakukan budidaya.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Kualitas Air

Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma, dan dapat

pula dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat akuatik. Dalam

praktiknya, suatu habitat dikatakan akuatik apabila mediumnya baik

eksternal maupun internalnya adalah air. Kualitas suatu perairan sangat

berpengaruh terhadap kemampuan produktifitas organisme di dalamnya,

penurunan kualitas perairan akan menyebabkan penurunan organisme yang

pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kelayakan suatu perairan untuk

kegiatan perikanan.

Kualitas air dibagi menjadi kualitas fisika, kimia dan biologi.

Parameter fisika yang dibutuhkan oleh organism antara lain suhu,

kecerahan, kedalaman. Parameter kimia antara lain pH, DO, CO2.

Sedangkan parameter biologi adalah nekton dan tumbuhan air.


4

2.2 Parameter Fisika Dan Parameter Kimia

2.2.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Secara umum diketahui suhu yang diperoleh pada hasil

pengamatan pada kolam budidaya universitas riau stasiun yang

berada di daerah kolam secara keseluruhan suhu 37°C. Tinggi

rendahnya suhu suatu perairan sangat ditentukan oleh beberapa

faktor antara lain ketinggian suatu daerah, curah hujan yang tinggi,

dan intensitas cahaya matahari yang menembus suatu perairan.

Air yang dangkal dan memiliki daya tembus cahaya yang tinggi

dapat meningkatkan suhu pada perairan. Dengan demikian suhu

adalah merupakan faktor penentu kualitas perairan. Pada dasarnya

suhu dapat di ukur menggunakan alat yang bernama termometer.

Gambar 1. Termometer raksa


5

b. Kecerahan

Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang di amati

secara visual. Nilai ini berbanding terbalik dengan kekeruhan.

Keceerahan yang produktif adalah 20 -40 cm dari permukaan air.

Tingkat kecerahan perairan mempengaruhi pertumbuhan

fitoplankton. Kecerahan dapat di ukur menggunakan alah yang

bernama sachi disk.

Gambar 2. Sachi disk

c. Kedalaman

Kedalaman adalah suatu keadaan yang menunjukkan tinggi

rendahnya air dengan satuan meter (m) (Karsy, 2012). Kedalaman

perairan yang baik dan normal untuk kehidupan organisme aquatik

berkisar antara 1,5 – 2 meter. Kedalaman dapat di ukur mengunakan

alat yang sederhana yaitu tongkat skala.


6

Gambar 3. Tongkat skala

2.2.2 Parameter Kimia

a. Oksigen Terlarut (DO)

Tinggi rendahnya nilai oksigen terlarut erat hubungannya dengan

pergerakan air pada suatu perairan. Oksigen terlarut dalam suatu

perairan merupakan faktor pembatas bagi organisme akuatik dalam

melakukan aktifitas. Oleh karena itu ketersediaan oksigen bagi

biota air menentukan lingkaran aktifitasnya, konversi pakan,

demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen.

Kekurangan oksigen dalam air dapat menggangu kehidupan biota air,

termasuk kepesatan pertumbuhannya. Konsentrasi oksigen yang

baik dalam usaha budidaya perairan adalah antara 5 – 7 ppm

(Nurkolis, 2010).

b. pH

Menurut (Nurkolis,2010), perairan dengan usaha budidaya yang

telah lama dioperasikan cenderung memiliki pH yang alkalis yaitu pH


7

yang tinggi. Rendahnya pH suatu perairan disebabkan karena

kandungan asam sulfat yang terkandung pada perairan cukup tinggi.

Sebaliknya untuk tingginya pH suatu perairan dapat disebabkan

oleh tingginya kapur yang masuk ke perairan tersebut. Menurut

Anonimous (2013), pH yang rendah mengidikasikan bahwa keadaan

perairan yang asam sedangkan pH yang tinggi mengidikasikan

keadaan perairan yang basa.

c. Karbondioksida Bebas

Karbondioksida bebas merupakan gas yang juga dibutuhkan oleh

tumbuhan air (phytoplankton), maupun tumbuhan air tingkat tinggi,

untuk melakukan proses fotosintesis. Konsentrasi karbondioksida

yang baik adalah kurang dari 25 ppm dan tidak boleh kurang dari 10

ppm. Karbondioksida yang berada dalam bentuk gas yang

terkandung dalam air. kandungan CO2 bebas diudara adlah berkisar

0,03%. Kandungan CO2 dalam air murni pada tekanan 1 atm dan

temperatur 25 ˚C adalah sekitar 0,4 ppm.


8

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

waktu pelaksanaan praktikum lapangan dilaksanakan pada hari senin,

tanggal 27 maret 2017 pukul 15.15–selesai, yang bertempat di kolam

budidaya universitas riau dan pengidentifikasian dilakukan di

Laboratorium Ekologi Dan Manajement Lingkungan Perairan, Jurusan

Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan ,

Univeersitas Riau.

3.2 Alat Dan Bahan

Tabel 1. Alat alat yang digunakan saat praktikum


Alat Fungsi
1. Thermometer mengukur suhu

2. Secchi disk mengukur kecerahan

3. Tongkat skala mengukur kedalaman


Kertas pH (indikator
4. mengukur derajat keasaman
universal)
5. Botol BOD winkler tempat sample air

6. Tabung Ernlemenyer tempat mereaksikan bahan kimia

7. Pipet tetes untuk pengambilan larutan kimia


untuk mengukur kedalaman dan
8. Penggaris / rol ukur
kecerahan
9. Kalkulator menghitung hasil dari rumus-rumus dari
9

hasil praktikum lapangan

Mencatat hasil sementara ketika


10. Alat tulis
praktikum

Tabel 2. Bahan yang digunakan saat praktikum


Bahan Fungsi
Air kolam budidaya
1. sebagai air sample
universitas riau
2. MnSO4 untuk mengikat oksigen
untuk membentuk endapan kuning
3. NAOH+KI
kecoklatan
untuk mengikat oksigen dan
4. H2SO4 menghilangkan endapan kuning
kecoklatan
untuk pengkondisian suasana basa dan
5. Amylum merubah larutan menjadi warna agak
hitam atau biru donker
untuk membut waran larutan menjadi
6. Na-thiosulfat (N2S2O3)
bening
Penentu apakah air sample mengandung
7. Indikator Pnolpthaelin
CO2 atau tidak
untuk membuat larutan menjadi warna
8. Na2CO3
pink stabil

3.3 Metode Praktikum

Metode yang di gunakan dalam praktikum ini adalah metode survey

yaitu pengamatan lansung ke lokasi praktikum untuk mengetahui situasi

dan kondisi perairan kolam budidaya universitas riau. Data data yang

diperoleh adalah data primer seperti parameter fisika (suhu, kecerahan,

kedalaman) dan parameter kimia (oksigen terlarut DO, ph, karbondioksida


10

bebad CO2). Sedangakan data data sekunder yang diperoleh adalah hasil

hasil penelitian dan praktikum yang dilakukan pada saat praktikum di

lokasi praktikum yaitu kolam budidaya universitas riau. Selanjutnya data

data tersebut di analisis secara deskriptif untuk menyimpulkan bagaimana

kondisi dan situasi kolam budidaya unversitas riau.

3.4 Prosedur Praktikum

3.4.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Kolam budidaya yang berada di univeersitas riau merupakan lokasi

pengambialn sample praktikum. Metode yang digunakan dalam penelitian

dilakukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sample secara

sengaja dengan cara penentuan lokasi sampling melalui beberapa

pertimbangan oleh penulis yang melakukan praktikum dan juga kriteria

kondisi perairan yang akan di teliti.

3.4.2 Pengukuran Parameter Kualitas Perairan

a. Suhu

Pengukuran suhu secara in situ dengan cara mencelupkan

termometer kedalam permukaan perairan disekitar kolam budidaya

universitas riau, tunggu 2-5 menit sampai angka yang di tunjukkan

termometer konstan, kemudian catat berapa angka konstan yang di


11

tunjukkan oleh termometer, maka itulah hasil dari pengukuran suhu kolam

budidaya universitas riau.

b. Kecerahan

pengukuran cahaya di kolam budidaya universitas riau menggunakan

secchi disk, dengan cara mencelupkkan secchi disk kedalam perairan

dengan perlahan hinggia tidak kelihatan. Di ukur dengan penggaris jarak

dari permukaan perairan sampai pinggan secchi disk tidak kelihatan

dengan menandai sampai bagian mana jarak tidak tampak secchi diisk.

Kemudian secchi disk diangkat secara perlhan sampai pinggan secchi disk

kelihatan lalu ukur dan carat berapa jarak tampak nya. Kecerahan dapat

diukur dengan rumus kecerahan SNI (1990) :

kecerahan = jarak hilang + jarak tampak


2

C. Kedalaman

Tongkat yang panjang atau tongkat skala dimasukkan ke dalan

perairan waduk hingga sampai kedasar perairan. Kemudian diamati

permukaan perairan yang menunjukkan skala batas kedalaman perairan


12

yang diamati. Lalu beri tanda dan ukur menggunakan penggaris dan catat

hasilnya.

d. Oksigen Terlarut (DO)

Penentuan oksigen terlarut di lakukan secara in situ yaitu

mengambil sample menggunakan botol BOD dengan kemiringan 45°

fungsinya agar saat mengambil sample tidak terjadi bubling (gelembung

gelembung udara yang terdapat pada botol BOD) dan semakin bertambah

penuhnya air yang terdapat pada botol BOD semakin mengarah kepada

90° bodol yang berada dalam air. Kemudian tutup botok BOD jika sudah

penuh pada saat masih di dalam air, dan ingat jangan sampai terjadi

bubling. Jika terjadi bubling maka pengambilan sample dapat dilakukan

pengulangan pengambilan sample, karena bubliing terjadi berarti

penelitian praktikum gagal. Angkat botol yang sudah di tutup kemudian

buka tutupnya tambahkan 2 ml larutan MnSO4 untuk mengikat oksigen dan

2 ml NAOH + KI untuk membentuk endapan kuning kecoklatan. Lalu tutup

botol BOD bolak balikan botol untuk mengocok agar kocokan larutan di

dalam botol rata. Kemudian buka tutup botol tambahkan 1-2 ml H2SO4

untuk mengikat I2 dan menjadikan 2 NaI. Lalu dihomogenkan sampai

endapan larut. Setelah itu di tetesi amylum untuk pengkondisian suasana


13

basa dan dititrasi dengan Na-thiosulfat (N2S2O3) 0,025 N untuk mengikat

I2 sampai jernih atau tidak berwarna untuk pertama kali. Penelitian

terakhir di catat berapa Na-thiosulfat yang terpakai dalam melaksanakan

praktum, karena berapa banyak Na-thiosulfat yang terpakai merupakan

jumlah yang akan kita masukkan kedalam rumus DO :

OT = a x N x 8 x 1000
V

Keterangan : OT = oksigen terlarut mg/l.


a = volume tran Na-thiosulfat/jumlah Na
thiosulfat yang terpakai.
N = normalita larutan thiosulfat (0,025 N)
V = volumebotol BOD winkler

e. pH

pengukuran pH di kolam budidaya universitas riau dilakukan secara

in situ dengan cara mencelupkan kertal indikator universal kedalam kolam

budidaya universitas riau. Tunggu beberapa saat lalu cocokkan warna yang

tertera pada kertas indikator universal dengan trayek ph yang sudah di

sediakan pada kotak indikator universal. Kemudian catat berapa pH

perairan kolam budidaya universitas riau.


14

f. Karbondioksida bebas (CO2)

Mengambil sample perairan kolam budidaya universitas riau

menggunakan botol BOD, usahakan tidak bubling. Lalu masukkan kedalam

ernlemeyer sample air sebanyyak 50 ml, dan teteskan 1-2 larutan

phenolphtalein. Jika sample berubah menjadi warna pink maka tidak perlu

penelitian di lanjutkan karena perairan tidak mengandung CO2 atau sedikit

mengandung CO2 dan jika tidak berubah warna maka lanjutkan lah

penelitian dengan mentitrasi Na2CO3 sampai berubah warna menjadi warna

pink yang stabil. Jika sudah stabil catat berapa banyak larutan Na2CO3

terpakai. Dan masukkan kedalam rumus CO2 :

CO2 = A x N x 22 x 1000
V

Keterangan : CO2 = karbon dioksida


A = banyak larutan Na2CO3 yang terpakai (ml)
N = normalitas larutan Na2CO3
V = volume sample
15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari praktikum yang di lakukan di kolam budidaya universitas riau,

maka di peroleh data data sebagai berikut:

Tabel 3. Parameter kualitas air dilapangan dan di laboratorium


NO PARAMETER KUALITAS SATUAN NILAI
AIR
FISIKA

1 SUHU °𝐶 37

2 KECERAHAN Cm 18,5

3 KEDALAMAN Cm 30

KIMIA

1 PH 6

2 Oksigen terlarut (DO) Mg/l 20

3 Karbondioksida bebas (CO2) Mg/l 0

Tabel 4. Kondisi umu di lapangan selama praktikum


NO KONDISI KETERANGAN
1 Iklim / Cuaca Mendung
2 Warna air Hijau
3 Bau Tidak berbau
4 Rasa Tidak Berasa
5 Aktivitas Praktikum pengukuran kualitas air
16

4.2 Pembahasan

Parameter Fisika

a. Suhu

Sesuai hasil penelitian praktikum di kolam budidaya universitas

riau suhu yang di peroleh adalah 37°C. Ini menandakan bahwasanya

oksigen yang terdapat dalam perairan tersebut tinggi, karna jika

suhu tinggi maka oksigen juga akan banyak terdapat pada perairan

tersebut, begitupun sebaliknya. Sesuai teori menurut boyd (1982)

suhu optimal pada organisme akuatik didaerah tropis berkisar

antara 25-30 °C. Ini menandakan ada sesuatu hal yang terganggu

pada kelansungan hidup organisme di kolam budidaya universitas

riau.

b. Kecerahan

Tingkat kecerahan yang didapat pada praktikum di kolam

budidaya universitas riau adalah 18,5 cm, ini menandakan

bahwasanya proses fotosintesis yang terjadi terlalu berlebihan,

sehingga menyebabkan oksigen yang ada pada perairan melebihi

batas normal. Bila kecerahan lebih kecil dari 20 maka akan terjadi

peningkatan O2 terlarut.
17

c. Kedalaman

Kedalaman yang di teliti pada kolam budidaya universitas riau

adalah 30 Cm, ini menunjukkan bahwa kedalaman yang ada pada

kolam budidaya universitas riau baik, karena kedalaman minimal

untuk kehidupan biota akuatik adalah 1,5-2 meter.

Parameter Kimia

a. Oksigen Terlarut (DO)

Hasil penelitian oksigen terlarut yang dikandung oleh kolam

budidaya universitas riau adalah 20 Mg/l. Ini menunjukkan

bahwasanya keadaan untuk biota akuatik hidup di perairan kolam

budidaya universitas riau dapat bertahan dalam waktu jangka

panjang atau bisa disebut juga melebihi dari cukup untuk bertahan

hidup di perairan. Secara teori perairan memiliki batas minimum

untuk oksigen terlarut adalah 5 Mg/l, batas minimum ini

meruupakan standar untuk makhluk hidup perairan dapat bertahan

hidup. Kesimpulannya, perairan kolam budidaya universitas riau pada

saat penelitian sangat baik untuk kehidupan biota perairan.


18

b. Karbondioksida (CO2) Bebas

Karbondioksida adalah salah satu senyawa yang juga terdapat

pada perairan. Jadi pada saat penelitian di kolam budidaya

universitas riau, air sample yang dikasih phenolphtalein lansung

berubah menjadi warna pink. Ini menandakan bahwasanya keadaan

perairan kolam budidaya universitas riau tidak mengandung senyawa

CO2 / kandungan senyawa karbondioksidanya sangat kecil sekali.

Disebabkan kandungan O2 pada saat itu sangat tinggi kandungannya,

secara teori kandungan karbondioksida (CO2) dan kandungan O2

berbanding terbalik. Jika kandungan O2 tinggi maka kandungan CO2

rendah begitupun sebaliknya jika kandungan O2 rendah maka

kandungan CO2 yang dikandung akan tinggi.

Jadi kesimpulannya ada beberapa hal yang menyebabkan

kandungan CO2 yang ada di kolam budidaya universitas riau bernilai

0. Seperti kandungan O2 yang tinggi menyebabkan CO2 rendah,

selanjutnya suhu yang tinggi mengakibatkan kepada O2 yang

dikandung semakin banyak


19

c. pH

pada hasil penelitian derjat keasaaman pH pada kolam budidaya

universitas riau bernilai 6. Dengan didapatnya hasil penelitian

praktikum benilai derjat keasaman perairan 6, maka kondisi dan

sitasi perairan pada saat penelitian kualitas air baik untuk

kehidupan biota akuatik untuk di budidayakan di kolam budidaya

universitas riau. Secara teori derjat keasaman yang baik untuk

melakukan budidaya adalah derjat keasaman yang berkisar dari 6-8.


20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kualitas perairan kolam budidaya universitas riau sesuai hasil

penelitian, berkualitas kurang baik atau bisa disebut juga tidak baik untuk

kehidupan biota yang akan hidup di perairan tersebut. Karena di tinjau

dari segi suhu, suhu yang di peroleh pada saat penelitian melewati batas

normal yaitu 37°C, hal ini akan mengganggu pada keberlansungan hidup

biota yang ada pada kolam budidaya universitas riau. Dari segi kecerahan

situasi dan kondisi perairan kolam budidaya universitas riau pada saat

praktikum di peroleh data 18,5 cm, keadaan ini menunjukkan bahwasanya

kecerahan kuran dari 20 kurang baik untuk keberlansungan hidup biota

kolam, karena proses fotosintesis yang terjadi terlalu berlebihan dan

berakibatkan kepada kelebihan keterlarutan O2 di dalam perairan.

Kedalaman yang di teliti pada kolam budidaya universitas riau adalah 30

Cm, ini menunjukkan bahwa kedalaman yang ada pada kolam budidaya

universitas riau baik, karena kedalaman minimal untuk kehidupan biota

akuatik adalah 1,5-2 meter.


21

Oksigen terlarut pada perairan kolam budidaya universitas riau

adalah 20 Mg/l menunjukkan oksigen nya terlalu berlebihan, dikaji dari

sisi pH di peroleh data derjat keasaman 6, menunjukkan pH nya pas untuk

keadaan budidaya. Kemudian dikaji dari sisi karbondioksida 0 karena

oksigen terlalu banyak, “ketersediaan oksigen didalam air berbandingg

terbalik dengan ketersediaan karbondioksida yang ada pada perairan”.

Jadi kondisi dan situasi kolam budidaya universitas riau pada saat

praktikum tidak layak untuk dijadikan wadah budidaya, karena ditinjau

dari para meter fisika dan parameter kimia banyak hal hal yang tida

mendukung.

5.2 Saran

Pada saat praktikum usahakan setiap langkah langakah praktikum

dipahami untuk apa fungsinya. Kemudian yang terpenting dalam

pengambilan sample air untuk mengukur oksigen terlarut dan

karbondioksida bebas usahakan tidak bubling, karena bubling dapat

membuat praktikum kita gagal untuk memperoleh hasil yang kita inginkan.

Kerjakanlah praktikum dengan hati hati dan utamakan keselamatan

kerja dalam keberlansungan praktikum.


22

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2013. penggolongan kualitas air dan pengendalian pencemaran


air. Presiden RI

Effendi, H. 2010. Telaah kualitas air edisi ke-5, konisius. Yokyakarta. Hal
51-53

AB, tancung. 2005. Pengelolaan kualitas air. Jakarta: rineka cipta.

Fajri, Nur El. 2017. EKOLOGI PERAIRAN. Pekanbaru: lab ekologi perairan
universitas riau

Kasry, A dkk. 2012. Ekologi perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautuan Universitas Riau. Pekanbaru. 105 hal

Kasry, A dkk. 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautuan Universitas Riau. Pekanbaru. 52
hal

Nurkolis. 2010. Laporan Ekologi perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Dhariyan. 2013. http://dhariyan.blogspot.com/2013/09/waduk.html.


Diakses tanggal 12 September pukul 03.18 WIB.

Nujumuddin. 2011. Analisis Kualitas Air Sumur Gali di Kecamatan Nusa


Tenggara Barat. Tesis. Universitas Udayana.

Katiho, Suryani, Joseph, dan Nancy. 2011. Gambaran Kondisi Fisik Sumur,
Kualitas Air Laporan Penelitian. Universitas Sam Ratulangi.

Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karangannyar


dalam upaya pengendalian pencemaran air. Tesis. Universitas
Dipenogoro, Semarang.
23

LAMPIRAN
24

1. Alat alat dan bahan praktikum

Sechi disk

Tongkat skala

Thermometer raksa

Pipet tetes Botol BOD winkler ernlemeyer

Bahan :

phenolphthlein larutan MnSO 4


Indicator universal ph

Larutan H 2 SO 4 amilum tiosulfat larutan Na 2 Co 3


25

2. Dokumentasi pada saat praktikum di kolam budidaya

universitas riau.
26

3. Rumus dan perhitungan

1. Rumus kecerahan

kecerahan = jarak hilang + jarak tampak


2
Hitungan :
Dik : Jarak hilang = 24 Cm
Jarak tampak = 13

Kecerahan = 24 + 13
2

Kecerahan = 18,5 Cm

2. Rumus oksigen terlarut

OT = a x N x 8 x 1000
V

Hitungan :

Dik : a = 5
N = 0,025
V = 50 ml

OT = 5 x 0,025 x 8 x 1000  OT = 20 Mg/l


50
1

Anda mungkin juga menyukai