PENDAHULUAN
ambeien merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak
bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini.
Banyak orang awam tidak mengerti daerah anorektal (anus dan rektum)
tinja keluar dari dalam tubuh. Sedangkan rektum merupakan bagian dari
rektum juga menderita hemoroid yaitu 72.755 pria dan 69.917 wanita,
yang diperoleh dari rumah sakit di 33 provinsi terdapat 355 rata-rata kasus
1
2
(sekunder). Terdapat tujuh rumah sakit tipe C di Padang. Dari tujuh rumah
terbanyak.
tahun 2015 sebanyak 84 orang dan rawat jalan sebanyak 213 orang. Pada
3
menyukai makanan siap saji yang tinggi lemak, garam dan rendah serat
serta kurangnya aktivitas fisik manusia, terlebih lagi pada usia produktif
(21-30 tahun). Usia produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu
seseorang akan cenderung aktif bekerja dan rentan terjadi perubahan pola
hidup seperti yang telah diuraikan di atas. Hal tersebut tentunya juga dapat
baik untuk posisi duduk maupun berdiri. Apalagi kalau hendak buang hajat
terhadap luka bekas operasi dan juga kebutuhan klien untuk segera
karet. Hemoroid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal di atas gari
atas hemoroid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik
mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan
1.3 Tujuan
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar
penulis mampu berpikir secara logis dan ilmiah dalam memberikan asuhan
1.4.1 Sasaran
Subyek dalam studi kasus ini yaitu Pasien dengan post operasi hemoroid.
1.4.2 Tempat
1.5 Manfaat
hasil pengkajian.
7
1.6.1 Wawancara
data mengenai kasus hemoroid dari keluarga dan tenaga kesehatan lain.
1.6.2 Observasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami
hemoroid adalah suatu penyakit yang sering juga disebut dengan wasir
hemoroidalis. (5)
1
0
dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga
kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar dari pada usus
kecil, yaitu sekitar 6,5 cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya
semakin kecil.(5)
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum
terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum.
Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup
mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus
kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatika dan
kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, dan hal ini merupakan
seperti yang ditemukan pada bagian anus lain. Namun demikian, ada
beberapa gambaran yang khas terdapat pada usus besar saja. Lapisan otot
longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita
1
1
yang disebut sebagai taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal,
Panjang taenia lebih pendek dari pada usus, sehingga usus tertarik
yang berisi lemak dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus
besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak
terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan
dengan usus halus. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri
Usus buntu
Rektum
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rectum dan
tubuh). Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan
dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum
dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci). Suplai darah tambahan ke
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui
superior (bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena
tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah
2.1.3 Fisiologi
makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat makanan
telah diabsorpsi dan isinya cair. Selama perjalanan didalam kolon isinya
menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan ketika rektum dicapai maka
Diperlukan waktu kira-kira enam belas sampai dua puluh jam bagi isinya
4. Defekasi (pembuangan air besar). Fungsi usus besar menurut Price dan
Wilson (2011) yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit,
1. Kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan
merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari
interna. Pada waktu rektum yang teregang berkontraksi, otot levator ani
akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan
eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks,
2.1.4 Etiologi
untuk buang air besar karena sembelit atau feses yang keras, sering
mengalami diare, duduk yang terlalu lama, duduk di toilet untuk waktu
yang lama, waktu persalinan/ melahirkan, tekanan dari janin pada wanita
1
6
a. Faktor predisposisi :
di pleksus hemoroidalis.
5) Psikis(6)
b. Faktor presipitasi :
kehamilan, usia tua, diare kronik, pembesaran prostat, fibroid uteri dan
2.1.5 Komplikasi
anemia, di mana klien tidak memiliki cukup sel darah merah yang
jaringan (gangren).(5)
2.1.6 Pencegahan
mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah ke luar, dimana hal ini
2.1.7 Patofisiologi
antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air
besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama
tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan,
darah kedalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak memiliki katup,
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui
2.1.8 Pathways
1
9
dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang
hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar
berwarna merah segar karena kaya zat asam. Perdarahan luas dan intensif di
2.1.10 Penatalaksanaan
I sampai dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi
tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air. Pada posisi
tinja ke bawah atau keluar rektum. Posisi jongkok ini tidak diperlukan
BMP yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool
pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Terjadi
d. Penatalaksanaan bedah
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama
2
5
hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
klem dengan chromic gut no. 2/0, eksisi jaringan diatas klem. Sesudah
itu klem dilepas dan jepitan jelujur dibawah klem diikat. (5)
klien.(9)
2.2.1 Pengkajian
melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat
kemudian diit rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai
kebiasaan klien tentang minum kurang dari 2.000 cc/hari. Hal lain
Selain itu juga perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak.
Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur dan buah)
juga penting untuk dikaji. Kebiasaan minum air putih kurang dari
2.000 cc/hari.
nyeri waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai
keluar darah segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan
konsistensi feces, ada darah/nanah. Prolap varices pada anus gatal atau
tidak.
banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai
dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai
invasive.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defeksi.
berkurang.
Rencana tindakan :
faktual.
tercekik.
3
0
prognosa penyakit.
membaik.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
yang ketat.
proses penyembuhan.
penyembuhan.
mengalami perdarahan.
3
2
Rencana tindakan :
hemoragi.
perdarahan.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
b) Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring
nyeri.
3
4
invasive.
mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
sakit.
3
5
Rencana tindakan :
d) Batasi pengunjung
infeksi.
infeksi.
purulen)
Rencana tindakan :
rectum.
feses lembek.
sarapan.
pencernaan.
3
7
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
terdiri atas:
3
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
meliputi:
a. Demografi
R, S, T.
tersebut
meliputi :
3) Pola eliminasi
BAB.
sesudah operasi).
Penurunan libido.
e. Pemeriksaan fisik
hipotensi.
defekasi.
f. Pemeriksaan penunjang
karsinoma rectum.
invasive.
pembedahan.
berkurang.
dapat diatasi.
Rencana tindakan :
faktual.
prognosa penyakit.
membaik.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
yang ketat.
penyembuhan.
penyembuhan.
mengalami perdarahan.
370C ± 0,50C
Rencana tindakan :
perdarahan.
yang maksimal.
d. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area
berkurang.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
b) Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
5
0
pedoman, imajinasi.
invasive.
mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
mencegah infeksi.
5
1
sakit.
Rencana tindakan :
d) Batasi pengunjung
infeksi.
infeksi.
purulen)
Rencana tindakan :
perasaan defekasi.
Rasional : dengan distensi kronik feses akan lebih keras dalam rectum.
lembek.
sarapan.
pencernaan.
ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang
DAFTAR PUSTAKA
3. Wandari NN. 2011. Prevalensi hemoroid di rsup haji adam malik medan
periode Januari 2009. Juli 2011. Medan. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
6. Alwi I, Setiyohadi B, Sudoyo A.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed V Jilid III. Jakarta : Interna Publishing. 1709-1713
7. Bare & Smeltzer.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC