Anda di halaman 1dari 8

Lilik Iswanto

Populasi

Volume 20 Nomor 1 Juni 2011 Halaman 68 - 75

PENGETAHUAN PEREMPUAN INDONESIA TENTANG HIV/AIDS


1
Lilik Iswanto

Abstract
HIV/AIDS is a serious health problem in the world, including in Indonesia. It has a
huge impact in economic, social and political aspects. There fore research regarding
the knowledge of HIV/AIDS become important. This paper explores women’s knowledge
of HIV/AIDS in Indonesua using secondary data from Indonesia Demographic and Health
Survey (IDHS) 2007. In measuring the knowledge indicator used such as have you ever
heard about HIV/AIDS, knowledge of the transmission abd HIV/AIDS prevention. Statistic
descriptive, composit and binary logistic were using to answer the research problem.
The result shows that women’s knowledge in HIV/AIDS is fairly good. The main factor
which influence women’s knowledge of HIV/AIDS is their level of education along with
their spouse. Women who have finished their education in senior high has twice better
knowledge on HIV/AIDS compared to those who did not finish.
Keywords: HIV/AIDS, women’s knowledge, education level

Intisari
HIV/AIDS adalah masalah kesehatan serius yang dihadapi oleh dunia, termasuk
Indonesia. Dampak HIV/AIDS sangat besar pada aspek ekonomi, sosial, dan politik. Oleh
karenanya, sebuah penelitian tentang pengetahuan terhadap HIV/AIDS sangatlah
penting. Tulisan ini akan mengkaji pengetahuan perempuan terhadap HIV/AIDS di
Indonesia dengan menggunakan data sekunder Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007. Indikator yang digunakan adalah pernah mendengar tentang
HIV/AIDS, pengetahuan tentang penyebarannya, dan cara pencegahan HIV/AIDS. Analisis
statistik deskriptif, komposit, dan regresi biner menjadi kesatuan dalam menjawab
pertanyaan penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan perempuan
terhadap HIV/AIDS sudah cukup baik. Faktor utama yang memengaruhi pengetahuan
perempuan terhadap HIV/AIDS adalah tingkat pendidikan mereka dan pasangan mereka.
Perempuan yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat atas mempunyai pengetahuan
dua kali lebih baik daripada mereka yang tidak.
Kata kunci: HIV/AIDS, pengetahuan perempuan, tingkat pendidikan

1
Asisten lepas di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM

68 Populasi, 20(1), 2011, ISSN 0853 - 0262


Pengetahuan Perempuan Indonesia Tentang HIV/AIDS

Pendahuluan penanggulangan HIV/AIDS (Ahmed, Hanssens,


dan Kelly, 2009).
Bangsa-bangsa di dunia telah membuat
kesepakatan bersama yang tercermin dalam Di Indonesia upaya memerangi penyebaran
indeks pembangunan manusia bahwa salah HIV/AIDS sudah dilakukan sejak tahun 1986
satu indikator penting untuk mengukur melalui pembentukan kelompok kerja AIDS.
kesejahteraan adalah kesehatan. Sehat Tahun 1994 pemerintah mengeluarkan
sebagaimana dijelaskan oleh WHO merupakan peraturan tentang pembentukan Komisi
keadaan yang sempurna baik secara fisik, Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) melalui
mental dan sosial, serta bebas dari penyakit dan Keputusan Presiden Nomor 36. Sebagai tindak
kelemahan (W HO, 2003). Dewasa ini lanjut dibentuknya KPAN, pada 2003 disusunlah
paradigma sehat yang berkembang meng- strategi penanggulangan AIDS. Strategi tersebut
hendaki adanya perubahan pola pikir dari upaya merupakan wujud komitmen seluruh elemen
kuratif ke upaya preventif. Upaya dan tindakan masyarakat, pemerintah, swasta, ataupun dunia
pengobatan dianggap kurang efektif karena usaha dalam menanggulangi penyebaran HIV/
membutuhkan sumber daya yang lebih besar AIDS melalui cara-cara preventif. Walaupun
dan menurunkan produktivitas. Pengetahuan sebenarnya secara internasional prevalensi
masyarakat tentang berbagai penyebab AIDS di Indonesia masih rendah (Anonim, 2007),
penyakit, cara menghindari, dan upaya upaya-upaya tersebut tetap dilakukan karena
penyembuhan menjadi sangat strategis sebagai kekhawatiran terhadap penyebaran HIV/AIDS.
salah satu langkah preventif yang dapat Terutama sejak tahun 2002 penularan HIV/AIDS
dilakukan. Dengan demikian, masyarakat yang mulai meluas hingga ke rumah tangga dan
secara mandiri dengan penuh kesadaran dapat tidak hanya terbatas pada pengguna narkotika,
melindungi diri, keluarga, dan lingkungannya dari zat adiktif, obat-obatan terlarang, serta pekerja
berbagai serangan penyakit. seks komersial (Depkes, 2007). Tentunya
kondisi ini perlu disiasati sejak awal agar tidak
Salah satu penyakit yang hingga saat ini
menimbulkan persoalan kesehatan yang dapat
masih menjadi perhatian dunia karena
menurunkan kualitas pembangunan keluarga.
dipandang sangat berbahaya bagi kelangsungan
hidup bangsa-bangsa adalah AIDS (Acquired Dalam tataran rumah tangga, ibu memiliki
Immuno Deficiency Syndrome). Penyakit ini peran penting dalam menanggulangi penye-
dipicu oleh melemahnya sistem kekebalan barluasan penyakit AIDS. Perannya dalam
tubuh akibat serangan virus HIV (Human mengelola urusan domestik dituntut dapat
Immunodeficiency Virus). Penyebaran virus HIV memberikan rasa aman bagi seluruh anggota
yang relatif cepat cukup mengkhawatirkan keluarga, termasuk rasa aman terhadap
bangsa-bangsa di dunia. Apalagi tercatat lebih serangan virus HIV. Untuk itu, ibu diharapkan
dari 6.800 orang terinfeksi virus HIV dan lebih memiliki pengetahuan yang memadai tentang
dari 5.700 orang meninggal karena AIDS setiap HIV/AIDS. Keadaan ini juga akan mendukung
harinya (Anonim, 2007). Wujud kekhawatiran itu perubahan pandangan anggota keluarga yang
ditunjukkan dengan langkah-langkah konkret dimungkinkan rentan terhadap tertularnya HIV/
yang diambil. Salah satunya oleh pemimpin AIDS. Tentu saja efek yang diharapkan muncul
negara Amerika Serikat, Barrack Obama, dalam adalah setiap anggota keluarga mampu
memerangi penyebaran virus HIV. Beberapa melakukan upaya pencegahan penularan HIV/
upaya yang dilakukan di antaranya adalah AIDS. Hal ini karena sebagian besar masyarakat
meningkatkan pengetahuan, sarana dan Indonesia masih menganggap AIDS sebagai
prasarana kesehatan, serta peningkatan penyakit kotor, tabu atau tidak pantas dibicarakan
dukungan terhadap pendanaan global bagi dalam lingkungan masyakarat maupun
keluarga.

Populasi, 20(1), 2011, ISSN 0853 - 0262 69


Lilik Iswanto

Tulisan ini akan memaparkan tingkat pe- e. kemungkinan seseorang tertular HIV/AIDS
ngetahuan perempuan di Indonesia tentang HIV/ ketika makan sepiring dengan orang yang
AIDS. Selama ini kajian mengenai pengetahuan sudah terkena virus HIV
HIV/AIDS lebih diletakkan pada tataran ma-
f. kemungkinan risiko tertular HIV/AIDS
syarakat umum sebagaimana dilakukan oleh
berkurang dengan tidak melakukan hu-
Oktarina, Hanafi, dan Asri Budisuari (2009).
bungan seks sama sekali
Masih jarang ditemukan kajian pengetahuan HIV/
AIDS dari sisi perempuan sebagai ibu rumah g. kemungkinan seseorang tertular HIV/AIDS
tangga serta faktor-faktor yang meme- karena diguna-guna/disantet
ngaruhinya. Tulisan ini akan mengupas hal Untuk mendapatkan gambaran dan pema-
tersebut. haman mengenai tingkat pengetahuan
perempuan di Indonesia tentang HIV/AIDS,
maka digunakan analisis deskriptif yang
Metode didahului dengan pemberian nilai indeks
Penelitian ini menggunakan metode ku- komposit. Hasil komposit dikategorikan menjadi
antitatif dengan mendasarkan pada analisis data dua kelas, yaitu tingkat pengetahuan tinggi dan
sekunder yang bersumber pada hasil Survei tingkat pengetahuan rendah. Tingkat penge-
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahuan tinggi memiliki nilai komposit di atas rata-
2007. Sampel yang diteliti adalah semua rata yang mengindikasikan bahwa perempuan
perempuan pernah kawin usia 15 – 49 tahun. yang diteliti mengetahui cara penyebaran
Dengan demikian, variabel-variabel yang ataupun pencegahan penularan HIV/AIDS.
digunakan untuk mengetahui tingkat penge- Sebaliknya, pengetahuan rendah meng-
tahuan HIV/AIDS bersumber dari daftar indikasikan perempuan yang diteliti tidak
pertanyaan perempuan yang meliputi. mengetahui cara penyebaran atau pencegahan
penularan HIV/AIDS.
a. pernah tidaknya mendengar HIV/AIDS
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berisiko
b. kemungkinan seseorang tertular HIV/AIDS
memengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang
jika berhubungan seks hanya dengan
HIV/AIDS, digunakan analisis regresi biner. Uji
seorang yang tidak mempunyai pasangan
regresi logistik digunakan karena skala data
lain
yang digunakan adalah nominal. Sebelum uji
c. kemungkinan seseorang tertular HIV/AIDS dilakukan, dibuat variabel boneka (dummy)
ketika digigit nyamuk terlebih dulu untuk setiap karakteristik karena
d. kemungkinan risiko tertular HIV/AIDS sebelumnya data sudah dikategorikan. Setiap
berkurang ketika menggunakan kondom kategori yang dijadikan referensi adalah seperti
pada saat berhubungan seks dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1
Referensi Kategori

Variabel Kategori
Pengetahuan tentang AIDS Pengetahuan rendah
Umur perempuan Kelompok umur 15-19
Tingkat pendidikan perempuan Tidak pernah sekolah
Tingkat pendidikan suami Tidak pernah sekolah
Status pekerjaan Tidak bekerja
Frekuensi membaca surat kabar Setiap hari
Frekuensi mendengarkan radio Setiap hari
Frekuensi menonton televisi Setiap hari
Sumber: SDKI, 2007 (diolah)

70 Populasi, 20(1), 2011, ISSN 0853 - 0262


Pengetahuan Perempuan Indonesia Tentang HIV/AIDS

Pada Tabel 1 dijelaskan bahwa kategori yang mengurangi stigma ataupun diskriminasi
disusun menjadi referensi bagi setiap variabel, terhadap mereka.
seperti pengetahuan tentang AIDS dan umur.
Di Indonesia pengetahuan penduduk tentang
Referensi variabel disusun dengan cara
HIV/AIDS cukup baik. Hasil SDKI 2007 memper-
mengubah nilai kategori menjadi nol (0).
lihatkan sekitar 71 persen penduduk menyatakan
Sementara itu, pada kategori variabel yang
pernah mendengar HIV/AIDS. Namun di
lainnya diberikan nilai satu (1). Karena hanya
kalangan perempuan baru sekitar 49 persen. Ini
mendasarkan pada analisis kuantitatif, maka
menandakan pengetahuan HIV/AIDS di kalangan
hubungan antara variabel ataupun variabel-
perempuan Indonesia masih kurang, terutama
variabel yang berisiko memengaruhi penge-
pada kelompok usia muda 15-19 tahun (3,56
tahuan perempuan tentang HIV/AIDS tidak dapat
persen). Sementara pada kelompok umur
dijelaskan secara mendalam. Pola hubungan itu
lainnya rata-rata di atas 13 persen. Data ini
hanya dianalisis secara statistik deskriptif melalui
memperlihatkan bahwa perempuan usia muda
tabulasi silang serta statistik inferensi melalui
15-19 tahun lebih sedikit memperoleh informasi
regresi biner.
tentang HIV/AIDS daripada yang berusia lebih
tua. Ketimpangan ini seharusnya tidak perlu
terjadi karena HIV/AIDS dapat menyerang siapa
Pembahasan saja baik pada perempuan usia muda maupun
Pengetahuan tentang HIV/AIDS yang lebih tua.

Pengetahuan perempuan di Indonesia Menurut Sarwanto (2004), kelompok umur


tentang HIV/AIDS dalam kajian tidak hanya 15-19 tahun tergolong remaja. Hal ini didasarkan
mencakup mekanisme penyebaran HIV/AIDS, pada kategori BPS yang mendekati ketentuan
tetapi juga cara pencegahannya. Asumsi yang PBB. Rentannya kelompok usia remaja tersebut
dibangun adalah semakin baik pemahaman tertular HIV/AIDS disebabkan oleh meningkatnya
mengenai penyebaran dan cara pencegahan usia perkawinan remaja saat ini sehingga
HIV/AIDS, maka semakin baik pengetahuan terdapat kesenjangan antara usia aktif seksual
yang dimiliki oleh perempuan di Indonesia. dengan usia menikah. Adanya keinginan seksual
Seorang perempuan dianggap tahu HIV/AIDS yang besar akibat godaan dari media cetak dan
apabila pernah mendengar tentang virus HIV elektronik yang semakin besar cederung me-
ataupun penyakit AIDS. Dalam konteks lebih longgarkan aturan-aturan keluarga maupun
luas, pengetahuan HIV/AIDS dapat dikaitkan masyarakat. Situasi ini mendorong remaja lebih
dengan sumber penyebab penyakit dan cara- mudah menyalurkan kebutuhan seksual mereka
cara pencegahannya (Kambodji, et. al, 1995). dengan melakukan hubungan seksual secara
Sebagaimana dikemukakan banyak penelitian, sembunyi-sembunyi. Tidak menutup kemung-
penyebab utama penyakit AIDS adalah virus HIV kinan bahwa pasangan dalam menyalurkan
yang menyerang sistem kekebalan tubuh. kebutuhan seks adalah dengan pekerja seks
Medianya dapat berupa penggunaan jarum komersial, pacar, maupun komunitas tertentu
suntik secara bergantian, hubungan seksual yang rawan terjangkit HIV/AIDS. Namun
dengan berganti-ganti pasangan, ataupun perempuan di Indonesia tetap optimis ada cara-
hubungan seksual dengan seseorang yang cara efektif yang dapat ditempuh untuk
berisiko terinfeksi HIV/AIDS. Dengan mengetahui menghindari HIV/AIDS. Hasil SDKI 2007
penyebabnya, maka strategi memerangi HIV/ memperlihatkan setidaknya terdapat 74,05
AIDS menjadi lebih mudah. Pengetahuan yang persen perempuan yang memiliki keyakinan
memadai juga memberikan nilai positif terhadap bahwa HIV/AIDS dapat dicegah.
upaya penyembuhan pengidap AIDS dengan

Populasi, 20(1), 2011, ISSN 0853 - 0262 71


Lilik Iswanto

Ramasubban (2008) menyebutkan ke- AIDS. Perspektif tersebut diterjemahkan sebagai


mungkinan beberapa cara yang dapat dilakukan suatu entitas dan norma-norma sosial yang ada
untuk menghindari HIV/AIDS, antara lain, adalah pada suatu kehidupan masyarakat. Sebagai
pantang berhubungan seks dengan orang yang bentuk keterkaitan di dalamnya, pendidikan
berisiko terjangkit HIV/AIDS termasuk PSK, tidak ataupun status sosial akibat variasi tingkat
melakukan hubungan seks dengan sesama penghasilan menjadi strategis untuk men-
jenis, serta menghindari transfusi darah dan jelaskan perilaku-perilaku pencegahan HIV/
suntikan. Hasil SDKI 2007 menginformasikan AIDS. Kondisi sosial masyarakat lebih maju
secara umum perempuan pernah kawin di yang dicirikan kemapanan ekonomi cenderung
Indonesia mempunyai pengetahuan yang cukup memiliki pengetahuan pencegahan dan
mengenai cara menghindari HIV/AIDS. Cara- penularan HIV/AIDS lebih baik. Begitu juga pada
cara yang relatif banyak diketahui adalah setia masyarakat yang berpendidikan. Pendidikan
dengan pasangan dalam berhubungan seks dan mampu menurunkan risiko penularan HIV/AIDS
tidak melakukan hubungan seks dengan PSK, melalui pemahaman pencegahan dan penu-
serta menggunakan kondom ketika melakukan laran HIV/AIDS secara benar. Pendidikan juga
hubungan seks. Namun ada pula perempuan meningkatkan peluang akses terhadap
yang mengatakan bahwa HIV/AIDS dapat informasi mengenai HIV/AIDS. Namun pola
menular ketika makan sepiring bersama dengan tersebut agaknya tidak sesuai dengan yang
orang yang terkena HIV/AIDS. Secara terjadi di Indonesia.
keseluruhan tingkat pengetahuan perempuan di
Dari hasil SDKI 2007 diketahui ada
Indonesia mengenai cara pencegahan HIV/AIDS
perbedaan pemahaman tentang HIV/AIDS
disajikan pada gambar berikut.
antara perempuan yang berpendidikan maupun
Grafik 1 tidak berpendidikan. Perbandingan perempuan
pendidikan SMP ke bawah yang memahami
Persentase Tingkat Pengetahuan Perempuan di
dengan yang tidak memahami cara pencegahan
Indonesiatentang Pencegahan HIV/AIDS dan penularan HIV/AIDS adalah 16,41 persen
banding 58,74 persen. Sementara itu, dari sisi
26%
keterbukaan akses terlihat tidak ada perbedaan
Tinggi yang signifikan. Perempuan yang jarang
Rendah mengakses media informasi baik dari media
74% cetak maupun elektronik, justru memiliki
Sumber : SDKI, 2007 (diolah) pemahaman tentang HIV/AIDS lebih bagus
dibandingkan dengan yang terbiasa mengakses
Pengetahuan tentang penularan dan media informasi. Hal ini menandakan bahwa
pencegahan HIV/AIDS yang dimiliki perempuan media-media di Indonesia umumnya tidak
di Indonesia tidak berkaitan dengan status memberikan informasi secara memadai kepada
pekerjaan maupun akses terhadap media masyarakat, terutama kelompok perempuan.
informasi. Hal ini berkebalikan dengan pen- Informasi mengenai HIV/AIDS justru diperoleh
dekatan sosial lingkungan yang dikemukakan melalui media-media sosial ataupun diskusi
oleh Latkin and Knowlton (2005) dan Tawil, et.al dengan teman kerja dan teman sebaya.
(1995) dalam mengkaji upaya-upaya pen-
Pengetahuan perempuan Indonesia tentang
cegahan HIV/AIDS. Struktur sosial dan
pencegahan dan penularan HIV/AIDS ternyata
lingkungan merupakan dua faktor utama yang
tidak memiliki keterkaitan dengan pendidikan
berpengaruh terhadap perilaku pencegahan HIV/
pasangan. Pendidikan suami sebagai pasangan

72 Populasi, 20(1), 2011, ISSN 0853 - 0262


Pengetahuan Perempuan Indonesia Tentang HIV/AIDS
tahuannya terhadap penularan dan pencegahan
diharapkan mampu mendukung upaya pen-
cegahan dan penularan HIV/AIDS di lingkungan HIV/AIDS. Perempuan yang menyelesaikan
rumah tangga. Suami dengan tingkat pe- pendidikan SMA ke atas berpeluang mengetahui
ngetahuan yang tinggi akan mampu mengerti cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS
perilaku yang rentan terhadap penularan HIV/ 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
AIDS, khususnya ketika di luar rumah. Hasil pernah sekolah. Hal ini diperkuat oleh nilai
penelitian pada tahun 2008 terhadap perilaku koefisien regresi 1,88. Kecenderungan itu dapat
seks bagi perantau menyebutkan bahwa ditemui baik di wilayah perdesaan maupun
pekerja perantau khususnya TKI di Malaysia di perkotaan di Indonesia.
saat merasakan kejenuhan dan kesepian diam-
Pendidikan suami juga berkontribusi
diam menyelundupkan “perempuan nakal” ke
terhadap tingkat pengetahuan perempuan di
dalam perkampungan tempat tinggal. Kegiatan
Indonesia. Pengetahuan perempuan tentang
seks kemudian dilakukan di lingkungan
HIV/AIDS cenderung membaik seiring dengan
perkebunan tanpa menggunakan kondom
meningkatnya pendidikan suami. Pendidikan
karena jarak yang jauh dari akses untuk
suami yang tinggi diharapkan mampu mendu-
membeli kondom. Kasus ini banyak terjadi pada
kung upaya pencegahan dan penularan HIV/
kelompok usia 20-35 tahun yang kemungkinkan
AIDS khususnya dalam rumah tangga melalui
mereka menjadi pekerja hanya beberapa
pemberian informasi, melindungi dan me-
minggu setelah menikah. Keadaan ini
ngayomi anggota keluarganya. Pada tabel
berbahaya terhadap penyebaran HIV/AIDS ketika
berikut terlihat suami yang menamatkan
kembali ke keluarga atau rumah tangga.
pendidikan hingga tingkat atas berisiko
meningkatkan pengetahuan istri tentang HIV/
Faktor yang Berisiko Memengaruhi AIDS sebanyak satu kali. Sayangnya, pola
Pengetahuan tentang HIV/AIDS tersebut hanya terdapat di wilayah perdesaan,
Pengetahuan tentang penularan dan sedangkan di wilayah perkotaan tidaklah
pencegahan HIV/AIDS dipengaruhi oleh be- demikian. Pendidikan suami terbukti tidak
berapa faktor. Menurut Cohen (2006), memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan
pengetahuan berkaitan erat dengan penilaian istri tentang HIV/AIDS.
atau persepsi terhadap objek tertentu. Dalam
Variabel karakter sosial ekonomi lainnya,
konteks pengetahuan tentang HIV/AIDS, hasil
seperti status pekerjaan, frekuensi membaca
penelitian Merson, Dayton, O’Reilly (2000)
surat kabar, menonton televisi, ataupun
menunjukkan adanya pengaruh latar belakang
frekuensi mendengarkan radio, tidak memiliki
kondisi sosial ekonomi terhadap pengetahuan
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
HIV/AIDS. Pendidikan memainkan peranan
pengetahuan tentang HIV/AIDS. Nilai koefisien
penting terhadap perilaku pencegahan HIV/
regresi setiap kategori variabel tersebut kurang
AIDS. Melalui pendidikan seseorang lebih mudah
dari satu. Dengan demikian, kebiasaan
mengakses media dan informasi serta lebih
mengakses media elektonik maupun media
terbuka terhadap perkembangan dan perubahan
cetak, baik yang dilakukan setiap hari atau satu
yang ada di lingkungan sekitarnya.
minggu sekali, tidak berpeluang meningkatkan
Hasil analisis regresi biner menunjukkan pengetahuan perempuan di Indonesia, terutama
adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
pendidikan perempuan semakin baik penge-

Populasi, 20(1), 2011, ISSN 0853 - 0262 73


Lilik Iswanto

Tabel 2
Pengaruh Pendidikan terhadap Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Pengetahuan Terhadap HIV/AIDS Pengetahuan Terhadap HIV/AIDS


Karakteristik Perempuan di Kota Perempuan di Desa
Koefisien S.E α Exp. Koefisien S.E α Exp.

Pendidikan
Perempuan
Tidak Pernah sekolah Reference Variable
SMP Kebawah 0,57* 0,19 0,00 1,77 0,78* 0,22 0,00 2,19
SMA 1,31* 0,20 0,00 3,70 1,67* 0,22 0,00 5,30
Lebih dari SMA 1,88* 0,21 0,00 6,53 2,23* 0,25 0,00 9,29
Pendidikan Suami
Tidak Pernah Sekolah Reference Variable
SMP Kebawah 0,20* 0,20 0,00 1,79 0,76* 0,17 0,00 2,14
SMA 0,20* 0,20 0,00 2,90 1,22* 0,17 0,00 3,38
Lebih Dari SMA 0,21* 0,21 0,00 2,97 1,27* 0,19 0,00 3,57
Sumber: SDKI, 2007 (diolah)
Keterangan: hanya menampilkan variabel yang signifikan

Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan Daftar Pustaka
mengenai pengetahuan perempuan di Indonesia Aggarwal, Rimjhim M. & Rous , Jeffrey J. 2005.
tentang HIV/AIDS dapat disimpulkan beberapa Journal Of Development Studies.
hal sebagai berikut. Awareness and Quality of Knowledge
Pertama, pengetahuan perempuan pernah Regarding HIV/AIDS Among Women in
kawin mengenai penularan dan pencegahan HIV/ India. Diunduh dari http://dx.doi.org/10.1080/
AIDS perlu ditingkatkan, terutama pada 00220380600576144. Diakses pada 26
kelompok umur muda (15-19 tahun). Februari 2009.

Kedua, secara umum, perempuan pernah Anonim. 2007. AIDS Epidemic Update.
kawin di Indonesia mengetahui cara-cara Switzerland : UNAIDS.
pencegahan penularan HIV/AIDS, yaitu setia Ahmed, Aziza; Hanssens, Cathereine; Kelly,
dengan pasangan dalam berhubungan seks dan Brook. 2009. “Protecting HIV-Positive
tidak melakukan hubungan seks dengan PSK Women’s Rights : Recomendations for the
serta menggunakan kondom ketika melakukan United States National HIV/AIDS Strategy”.
hubungan seks. Reproductive Health Matters. Vol.17
Ketiga, faktor-faktor yang berpengaruh Number 34.Pp.127-134
terhadap pengetahuan perempuan pernah kawin BKKBN. 2008. Indonesia. Survei Demografi dan
di Indonesia tentang HIV/AIDS adalah Kesehatan 2007. Ringkasan Hasil. Jakarta:
pendidikan. Perempuan yang menamatkan BKKBN
pendidikan hingga tingkat atas atau lebih
Kambodji, Linna, Kestari, and Sembiring. 1995.
berpeluang memiliki pengetahuan dua kali lebih
Adult Sexual Behavior and Other Risk
baik mengenai HIV/AIDS daripada yang tidak
Behaviors in East Java. Surabaya : Yayasan
berpendidikan.
Prospective.

74 Populasi, 20(1), 2011, ISSN 0853 - 0262


Pengetahuan Perempuan Indonesia Tentang HIV/AIDS

Latkin CA, Knowlton. 2005. “Micro Social


Structural Approches to HIV Prevention : A
Social Ecological Perspective”. AIDS Care.
17. Pp 102-113.
Merson, Dayton, O’Reilly. 2000. “Effectiveness
of HIV Prevention Interventions in Developing
Countries”. AIDS. 14 (2). Pp. 68-84.
Oktarina; Hanafi, Fachrudi; Asri Budisuari, Made.
2009. “Hubungan Antara Karakteristik
Responden, Keadaan Wilayah dengan
Pengetahuan, Sikap terhadap HIV/AIDS
pada Masyarakat Indonesia”. Buletin
Penelitian Kesehatan. Vol 12. No.4. Hlm.
362-369.
Ramasubhan R. 2008. “Political Intersections
between HIV/AIDS, Sexuality and Human
Right”. Global Public Health. 3 (2). Pp. 22-
38.
Sarwanto, Suharti Ajik. 2004. Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Pekerja Remaja
terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)
serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Hubungan Seksual Pranikah
(Studi Kasus di PT. Flower Indonesia
Pasuruan Jawa Timur). Diunduh dari http://
w w w. k a l b e . c o . i d / f i l e s / c d k / f i l e s /
145_14SeksPranikah.pdf/
145_14SeksPranikah.html. Diakses pada
12 Maret 2009.
Tawil, O. Verster. 1995. “Enabling Approches for
HIV/AIDS Prevention : Can we Modify the
Environment and Minimize Risk?”. AIDS. 9.
PP. 1299-1306.
UNDP. t.t. Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS,
Malaria, dan Penyakit Menular Lain-
nya;Target 7: Mengendalikan Penyebaran
HIV/AIDS dan Mulai Menurunnya Jumlah
Kasus Baru Pada 2015. Diunduh dari http://
w w w. u n d p . o r. i d / p u b s / i m d g 2 0 0 4 / B I /
IndonesiaMDG_BI_Goal6.pd. Diakses pada
12 Februari 2009.

Populasi, 20(1), 2011, ISSN 0853 - 0262 75

Anda mungkin juga menyukai