Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143

Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif


dalam Penanganan Stroke

GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN STROKE NON HEMORAGIK

Sri Iswahyuni1*), Rejo2, Dimas Ridwan3


1,2
Dosen AKPER Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, Jl.Ringroad Utara Mojosongo, Surakarta 57127
3
Mahasiswa AKPER Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, Jl.Ringroad Utara Mojosongo, Surakarta
57127
*email: iswahyunisri@yahoo.co.id

ABSTRAK

Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota
gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk – bentuk kecacatan sebagai
akibat dari gangguan fungsi otak. Di Indonesia pengumpulan data dari 28 rumah sakit
didapatkan usia rata-rata pasien stroke adalah 58,8 tahun, 38,8 % di antaranya berumur diatas
65 tahun, 12,9 % berumur di bawah 45 tahun. Kecenderungan kenaikan penderita stroke
terutama pada usia muda. Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Ny. D dengan Strok Non Hemoragik
(SNH) Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 April 2014 sampai tanggal 18 April 2014 di
Bangsal Anggrek II RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan
pada Asuhan Keperawatan pada Ny. D yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan fungsi saraf, perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai oksigen
yang tidak adekuat, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase, defisit
perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Tidak semua pasien stroke
mempunyai masalah seperti tercantum di tinjauan pustaka. Masalahnya bisa berbeda karena
tergantung dari kodisi pasien sehingga sebagian dari diagnosa keperawatan tidak dapat
ditegakkan pada tinjauan kasus. Evaluasi dari masalah pola nafas tidak efektif dapat teratasi
keseluruhan, sedangakan masalah perubahan perfusi jaringan otak, gangguan mobilitas fisik,
dan defisit perawatan diri dapat teratasi sebagian.

Kata kunci : stroke, pola nafas, perubahan perfusi jaringan otak.

PENDAHULUAN Di seluruh dunia stroke merupakan penyakit


Stroke atau gangguan peredaran darah otak yang terutama mengenai populasi usia
(GPDO) merupakan penyakit neurologis lanjut. Insident pada usia 75-84 tahun sekitar
yang sering dijumpai dan harus ditangani 10 kali dari populasi berusia 55-64 tahun. Di
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan Inggris stroke merupakan penyakit ke-2
kelainanfungsi otak yang timbul mendadak setelah infark miokard akut sebagai
yang disebabkan karena terjadinya penyebab kematian utama. Sedangkan di
gangguan peredaran darah otak dan bisa Amerika stroke masih merupakan penyebab
terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke kematian ke-3. Di Prancis stroke disebut
merupakan penyakit yang paling sering sebagai serangan otak (attaque cerebrale)
menyebabkan cacat berupa kelumpuhan yang menunjukkan analogi kedekatan stroke
anggota gerak, gangguan bicara, proses dengan serangan jantung (Sudoyo, dkk,
berpikir daya ingat, dan bentuk – bentuk 2006 : 1411).
kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan
fungsi otak (Muttaqin, 2008 : 128) Di Indonesia pada pengumpulan data dari 28
rumah sakit didapatkan bahwa usia rata-rata

17
ISSN 2460-4143 Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan
Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif
dalam Penanganan Stroke

pasien stroke adalah 58,8 tahun 38,8 % di : rambut bersih, tidak ada benjolan. Mata :
antaranya berumur diatas 65 tahun, 12,9 % isokor, konjungtiva merah muda, Hidung :
berumur di bawah 45 tahun. Di samping itu terpasang nasal canul oksigen 3 liter per
terdapat kecenderungan kenaikan penderita menit, tidak ada sekret. Wajah : bersih,
stroke terutama pada usia muda (Madiyono tampak pucat. Dada, paru – paru inspeksi :
dan Suherman, 2006 : 1). pengembangan dada simetris kanan dan kiri,
perkusi : sonor, palpasi : tidak ada nyeri
Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. tekan, auskultasi : wheezing. Jantung
Moewardi Surakarta sendiri jumlah inspeksi : ictus cordis tidak teraba, perkusi :
penderita stroke pada tahun 2014 mengalami pekak, palpasi : ictus cordis teraba di
peningkatan dari tahun ke tahun hingga 5-7 intercosta 5 mid clavicula sinistra, aukultasi
%. Penderita stroke membutuhkan : reguler.. Ekstermitas kanan atas : terpasang
perawatan khusus untuk menekan angka infus NacL 0.9 % 20 tetes per menit, kanan
kematian dan kecacatan itu sehingga di RS. bawah : dapat digerakkan, kiri atas : tidak
perlu ruangan khusus unit stroke. Dengan dapat digerakkan, kiri bawah : tidak dapat
adanya unit stroke tersebut diharapkan digerakkan. Kulit : sawo matang, elastis.
tingkat kematian dan kecacatan bisa ditekan
hingga 50 %. Pengkajian pola fungsi menurut Handerson.
Penulis menyimpulkan bahawa pola fungsi
METODE PENELITIAN yang mendukung masalah keperawatan pada
Penelitian ini telah dilakukan selama tiga pasien adalah pola bernapas sebelum sakit :
hari, Tanggal 16 - 18 April 2014 bertempat pasien mengatakan dapat bernapas secara
di Rumah Sakit Dokter Moewardi Surakarta. spontan, tanpa menggunakan alat bantu,
Metode penelitian adalah dengan observasi selama sakit : pasien tampak sesak napas
yang dilaksanakan secara mendalam (in dengan respirasi 26 x per menit, terpasang
depth observation) terhadap objek yaitu nasal canul oksigen 3 liter per menit. Pola
pasien gangguan persyarafan : stroke non gerak sebelum sakit : pasien mengatakan
haemoragik di Ruang Anggrek 2 Rumah dapat bergerak bebas, selama sakit : pasien
Sakit Dokter Moewardi Surakarta. Analisa mengatakan tidak dapat bergerak bebas
data dan penyajian data dilakukan secara karena kaki dan tangan kiri tidak bisa
deskriptif kualitatif. digerakkan, dan tngan terpasang infus NacL
0,9 % 20 tetes per menit.
HASIL
Riwayat kesehatan, keluhan utama : pasien Data penunjang, pemeriksaan laboratorium
mengatakan sesak nafas. Riwayat penyakit pada tanggal 15 april 2014. Hemoglobin
sekarang : satu hari sebelum masuk rumah 11,8 g/dl (12,1-17,6 g/dl), hematokrit 44 %
sakit pasien mendadak tangan kiri dan kaki (33-45%), leukosit 8,2 ribu/ul (4,5-11,0
kiri lemas saat bangun tidur, dan pasien ribu/ul), trombosit 13,2 ribu/ul (150-450
mengatakan kepalanya pusing. Kemudian ribu/ul), eritrosit 4,73 juta/ul (4,50-5,90
oleh keluarga pasien dibawa ke rumah sakit juta/ul), PT 14, APTT 23,9, INF 1150, GDS
Dr. Oen Solo, karena ruang ICUnya penuh 348 mg/dl (60-140 mg/dl), SGOT 13 u/i (0-
kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit Dr. 35 u/i), SGPT 15 u/i (0-45 u/i), creatinine 0,5
Moewardi Surakarta. Saat dikaji pasien mg/dl (0,8-1,3 mg/dl), ureum 28 mg/dl (>50
mengatakan tangan dan kaki kirinya lemes mg/dl), natrium darah 34 mmol/l (132-146
dan masih sesak nafas. mmol/l), kalium darah 5,0 mmol/l (3,7-5,4
Pemeriksaan fisik, Kesadaran : mmol/l), chlorida 102 mmol/l (98-106
composmentis, Tanda – tanda vital : tekanan mmol/l). Pemeriksaan laboratorium tanggal
darah : 150 / 80 mmHg, nadi : 80 x / menit, 16 april 2014. GDS puasa 241 mg/dl, asanm
respirasi : 26 x / menit, suhu : 36,3 0 C, berat urat 3,4 mg/dl, kolestrol total 241 mg/dl,
badan / tinggi badan : 47 kg / 160 cm. Kepala kolestrol LDL 153 mg/dl, kolestrol HDL 46

18
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143
Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif
dalam Penanganan Stroke

mg/dl, trigliserida 149 mg/dl, HbsAg klien untuk mengeluarkan nafas bila
nonreaktif. Intervensi, Implementasi dan bergerak atau berbalik tempat tidur,
evaluasi keperawatan: anjurkan klien untuk menghindari batuk dan
mengejan berlebihan, ciptakan lingkungan
Pola nafas tidak efektif berhubungan yang tenang dan batasi pengunjung.
dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan : pola nafas menjadi efektif, dengan Implementasi dilakukan pada tanggal 16
kriteria hasil : pasien tidak sesak nafas lagi, April 2014 yaitu : mengobservasi keadaan
respirasi dalam batas normal 16 – 20 kali per umum dan tanda – tanda vital, memberikan
injeksi ceftriaxone 1 gram, phytomenadione
menit. Intervensi dilakukan pada tanggal 16
10 mg, metodopiramide 5 mg, ranitidine 50
April 2014 yaitu : beri oksigen sesuai mg, memberikan klien dengan posisi tidut
indikasi, berikan posisi yang nyaman, terlentang tanpa bantal, menciptakan
auskultasi bunyi nafas, pertahankan perilaku lingkungan yang tenang dan batasi
yang tenang, kolaborasi dengan tim pengunjung. Pada tanggal 17 April 2014
kesehatan pemberian analgetik. yaitu : mengobservasi tanda – tanda vital
dan keadaan umum, memberikan injeksi
Implementasi dilakukan pada tanggal 16 ceftriaxone 1 gram. Ranitidine 50 mg,
April 2014 yaitu : mengobservasi tanda – menganjurkan klien untuk menghindari
tanda vital dan keadaan umum, memberikan batuk dan mengejan yang berlebihan,
oksigen yang cukup, memberikan posisi menciptakan limgkungan yang tenang da
yang nyaman, memberikan injeksi batasi pengunjung. Pada tanggal 18 April
ceftriaxone 1 gram, phytomenadione 10 mg, 2014 yaitu : mengobservasi keadaan umum
metodopiramide 5 mg. Pada tanggal 17 April dan tanda – tanda vital, memberikan injeksi
2014 yaitu : mengobservasi tanda – tanda ceftriaxone 1 gram, ranitidine 50 mg,
vital dan keadaan umum, memberikan phytomenadione 10 mg, menciptakan
perubahan posisi yang nyaman, memberikan lingkungan yang tenang dan batasi
injeksi ceftriaxone 1 gram, ranitidine 50 mg. pengunjung, menganjurkan klien tidur
Pada tanggal 18 April 2014 yaitu : terlentang tanpa bantal.
mengobservasi keadaan umum dan tanda –
Evaluasi dilakukan pada tanggal 18 April
tanda vital, mempertahankan perilaku yang 2014 subjective (S) : pasien mengatakan
tenang, memberi posisi yang nyaman, masih lemas dan gelisah, objective (O) :
memberikan injeksi ceftriaxone 1 gram, pasien tampak lemas dan gelisah, assasment
ranitidine 50 mg, phytomenadione 10 mg. (A) : masalah perubahan perfusi jaringan
otak teratasi sebagian, planning (P) :
Evaluasi dilakukan pada tanggal 18 April intervensi dilanjutkan.
2014 subjective (S) : pasien mengatakan
sudah tidak sesak nafas lagi, objective (O) : Gangguan mobilitas fisik berhubungan
pasien tampak rileks, tidak terpasang canul dengan hemiparase
oksigen dan bernafas spontan, assasment Tujuan: klien mampu melaksanakan
(A) : masalah pola nafas tidak efektif aktivitas fisik sesuai dengan
teratasi, planning (P) : intervensi dihentikan. kemampuannya dengan kriteria hasil : tidak
terjadi kontraktur, meningkatkan kekuatan
Perubahan perfungsi jaringan otak otot. Intervensi pada tanggal 16 April 2014
berhubungan dengan perdarahan pada yaitu: tinjau kemampuan fisik dan
otak. kerusakan yang terjadi, observasi tingkat
Tujuan: perfusi jaringan otak dapat tercapai imobilisasi, berikan perubahan posisi yang
dengan kriteria hasil : klien tidak gelisah teratur, berikan latihan ROM pasif, berikan
dan lemas. Intervensi dilakukan pada perawatan kulit secara adekuat.
tanggal 16 April 2013 yaitu : berikan klien
dengan posisi tidur terlentang, anjurkan Implementasi dilakukan pada tanggal 16
April 2014 yaitu : mengobservasi keadaan
19
ISSN 2460-4143 Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan
Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif
dalam Penanganan Stroke

umum dan tanda – tanda vital, memberikan 2014 yaitu : menciptakan lingkungan yang
injeksi ceftriaxone 1 gram, phytomenadione nyaman, menganjurkan istirhat.
10 mg, metodopiramide 5 mg, ranitidine 50
mg, meninjau kemampuan fisik dan Evaluasi dilakukan pada tanggal 18 April
kerusakan yang terjadi, memberikan 2014 subjective (S): pasien mengatakan
perubahan posisi yang teratur. Pada tanggal belum berani keramas, objective (O):
17 April 2014 yaitu : mengobservasi tanda rambut masih kotor dan berminyak,
– tanda vital dan keadaan umum, assasment (A): masalah defisit perawatan
memberikan injeksi ceftriaxone 1 gram, diri belum teratasi, planning (P): intervensi
ranitidine 50 mg, memberikan latihan ROM dilanjutkan.
pasif, memberikan perubahan posisi tidur
yang teratur, memberikan perawatan kulit PEMBAHASAN
yang adekuat. Pada tanggal 18 April 2014 Pola nafas tidak efektif berhubungan
yaitu : mengobservasi keadaan umum dan dengan penurunan ekspansi paru.
tanda – tanda vital, membrikan injeksi Ketidakefektifan pola pernafasan adalah
ceftriaxone 1 gram, ranitidine 50 mg, keadaan ketika seorang individu mengalami
phytomenadione 10 mg, memberikan kehilangan ventilasi yang aktual atau
latihan ROM pasif, menganjurkan potensial yang berhubungan dengan
perubahan posisi tidur yang teratur, perubahan pola pernafasan (Carpenito, 2007
memberikan perawatan kulit yang adekuat. : 383).

Evaluasi dilakukan pada tanggal 18 April Etiologi yang dicantumkan penulis dalam
2014 subjective (S) : pasien mengatakan diagnosa tersebut adalah penurunan
sedikit – sedikit bisa menggerakkan jari ekspansi paru (Doenges, 2008: 177). Tetapi
tangan kirinya, objective (O) : pasien penulis belum menunjukkan adanya data
tampak menggerakkan jari tangan kirinya, yang mendukung tentang penurunan
assasment (A) : masalah gangguan ekspansi paru.
mobilitas fisik teratasi sebagian, planning Batasan karakteristik dari diagnosa tersebut
(P) : intervensi dilanjutkan. yaitu adanya perubahan dalam perubahan
frekuensi atau pola pernafasan, perubahan
Defisit perawatan diri berhubungan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
dengan penurunan kekuatan otot (Carpenito, 2007 : 383).
Tujuan: terjadi peningkatan perilaku dalam
perawatan diri dengan kriteria hasil : klien Diagnosa ini ditegakkan penulis dalam data
tampak segar, rambut bersih. pendukung karena pasien mengatakan sesak
nafas. Data obyektif pasien terpasang kanul
Intervensi pada tanggal 16 April 2014 yaitu: oksigen 3 lpm, tanda-tanda vital TD : 150/80
tentukan kemampuan dan tingkat mmHg, N : 80 x/menit, RR : 26 x/menit, S :
kekurangan dalam melakukan perawatan 36,30C.
diri, beri motivasi pada klien untuk tetap
melakukan aktivitas, berikan bantuan sesuai Diagnosa ini penulis prioritaskan pada
kebutuhan, beri umpan balik yang positif urutan pertama, sesuai dengan Hierarki
untuk setiap usaha, kolaborasi dengan Maslow, yaitu meliputi kebutuhan respirasi,
fisioterapi. sirkulasi, suhu, nyeri. Apabila diagnosa ini
tidak segera ditangani maka akan terjadi
Implementasi dilakukan pada tanggal 16 gangguan pada sistem pernafasan (Hidayat,
April 2014 yaitu: mengganti sprei dan 2004 : 119).
merapikan. Pada tanggal 17 April 2014
yaitu: memberikan motovasi untuk Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
melakukan aktivitas. Pada tanggal 18 April penulis merekomendasikan serangkaian

20
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143
Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif
dalam Penanganan Stroke

tindakan keperawatan yang bertujuan agar kegagalan untuk memelihara jaringan pada
klien tidak sesak nafas. Untuk mencapai tingkat kapiler (Rosenberg dan Smith, 2005
tujuan tersebut penulis menetapkan rencana : 285).
tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
Rencana tindakan yang penulis susun adalah Etiologi yang dicantumkan penulis dalam
auskultasi bunyi nafas dengan rasional diagnosa tersebut adalah sumbatan pada otak
indikasi oedem paru sekunder akibat (Doenges, 2008: 293). Di dukung dengan
decompenasi, berikan posisi yang nyaman adanya pemeriksaan laboratprium kolestrol
dengan rasional meningkatkan ekspansi total 241 g/dl (50-200 g/dl). Batasan
paru, beri oksigen yang cukup dengan karakteristik dari diagnosa tersebut yaitu
rasional untuk membantu pernafasan klien adanya penurunan atau tidak ada denyut nadi
agar tidak sesak, pertahankan perilaku yang arteri, perubahan warna kulit, pucat,
tenang dengan rasional membantu klien sianosis, perubahan suhu kulit lebih dingin,
mengalami efek hipoksia, kolaborasi dengan penurunan perubahan tekanan darah,
tim kesehatan pemberian analgetik dengan pengisian kapiler kurang dari tiga detik
rasional untuk mengetahui kondisi klien atas (Carpenito, 2007 : 493).
pengembangan paru..
Diagnosa ini ditegakkan penulis dalam data
Kekuatan yang penulis dapatkan dari pendukung karena pasien mengatakan
diagnosa ini adalah terdapat tanda-tanda kepala pusing, lemas. Data obyektif pasien
pasien mengatakan sesak nafas, respirasi 26 tampak lemas, wajah pucat, tanda-tanda vital
x/menit,dan pasien kooperatif. TD : 150/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 26
Kelemahannyapenulis belum melaksanakan x/menit, S : 36,30C.
semua intervensi yang telah disusun kerena
penulis lakukan sesuai jadwal jaga. Data Diagnosa ini penulis prioritaskan pada
pendukung dari diagnosa ini yaitu auskultasi urutan kedua, sedangkan menurut Hirarki
bunyi paru wheezing, dan pasien sesak Maslow pada urutan pertama, karena perfusi
nafas. serebral berhubungan dengan oksigenasi
jaringan otak. Oksigen merupakan
Perubahan perfusi jaringan otak kebutuhan yang sangat primer dan mutlak
berhubungan dengan sumbatan pada harus dipenuhi untuk memelihara
otak. homeostasis biologis dan kelangsungan
Dalam penegakkan diagnosa, penulis kurang hidup bagi manusia. Apabila diagnosa ini
teliti dalam menetapkan etiologi dari tidak segera ditangani makaberesiko
perubahan perfusi jaringan otak yang terjadi mengalami suatu penurunan dalam respon
pada Ny. D. Etiologi yang tepat adalah verbal, motorik dan sensorik, dan perubahan
suplai oksigen yang tidak adekuat. tanda-tanda vital (Hidayat, 2004 : 119).
Sumbatan pada otak tidak penulis tetapkan
sebagai etiologi karena data kurang Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis
mendukung, dimana CT scan belum merekomendasikan serangkaian tindakan
dilakukan. keperawatan yang bertujuan agar perfusi
jaringan otak dapat teratasi. Untuk mencapai
Perubahan perfusi jaringan serebral adalah tujuan tersebut penulis menetapkan rencana
keadaan dimana individu mengalami atau tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
beresiko mengalami suatu penurunan dalam Rencana tindakan yang penulis susun adalah
nutrisi dan pernafasan pada jaringan serebral berikan klien dengan posisi tidur terlentang
disebabkan suatu penurunan dalam suplai tanpa bantal dengan rasional perubahan pada
darah di jaringan serebral (Carpenito, 2007 : tekanan intrakranial dan dapat menyebabkan
493). Perubahan perfusi jaringan adalah resiko terjadinya herniasi otak, anjurkan
penurunan oksigen yang mengakhibatkan klien untuk mengeluarkan nafas bila

21
ISSN 2460-4143 Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan
Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif
dalam Penanganan Stroke

bergerak atau berbalik tempat tidur dengan dengan sengaja dalam lingkungan (misal
rasional dapat melindungi efek vakrava, mobilitas di tempat tidur,
anjurkan klien untuk menghindari batuk dan berpindah/ambulasi), keterbatasan rentang
mengejan berlebihan dengan rasional dapat gerak (Carpenito, 2007 : 285).
meningkatkan tekanan intrakranial dan
potensi terjadi perdarahan ulang, ciptakan Diagnosa ini ditegakkan penulis dalam data
lingkungan yang tenang dan batasi pendukung pasien mengatakan tangan kiri
pengunjung dengan rasional istirahat cukup dan kaki kiri tidak bisa digerakkan, pasien
hanya berbaring ditempat tidur, pasien tidak
dan lingkungan yang tenang dapat mencegah
bisa beralih posisi secara mandiri. Analisa
perdarahan.
data dalam data subyektif, pasien
mengatakan lemes. Seharusnya data
Kekuatan yang penulis dapatkan dari obyektif pasien tampak lemes, ADL dibantu
diagnosa ini adalah terdapat tanda-tanda keluarga, tanda-tanda vital TD : 150/80
pasien mengatakan kepalanya pusing, wajah mmHg, N : 80 x/menit, RR : 26 x/menit, S :
pasien tampak pucat, pasien kooperatif, 36,3 0 C.
sedangkan kelemahannya pasien terkadang
lupa untuk menghindari batuk dan mengejan Diagnosa ini penulis prioritaskan sebagai
berlebihan. Penulis juga tidak melaksanakan urutan ketiga, sedangkan menurut Hirarki
semua intervensi yang telah disusun kerena Maslow pada urutan pertama, yaitu
penulis lakukan sesuai jadwal jaga.Hal itu kebutuhan fisiologis yang meliputi
diatasi dengan kerjasama dengan tim kebutuhan beraktivitas dan mobilisasi.
keperawatan dan tim medis yang lain yang Apabila diagnosa ini tidak segera ditangani
bertugas di shift yang lain. Data pendukung maka akan beresiko terjadinya kontraktur
dari diagnosa ini yaitu perubahan warna dan dikubitus (Hidayat, 2004 : 119).
kulit pucat, perubahan tekanan darah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis
Gangguan mobilitas fisik berhubungan merekomendasikan serangkaian tindakan
keperawatan yang bertujuan agar klien
dengan hemiparase.
mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
Gangguan mobilitas fisik adalah
dengan kemampuannya. Untuk mencapai
keterbatasan dalam pergerakan fisik pada tujuan tersebut penulis menetapkan rencana
bagian tubuh tertentu pada suatu ekstermitas tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
(Rosenberg dan Smith, 2005 : 131). Rencana tindakan yang penulis susun adalah
Gangguan mobilitas fisik adalah keadaan tinjau kemampuan fisik dan kerusakan yang
ketika seorang individu mengalami atau terjadi dengan rasional mengidentifikasikan
beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik kerusakan fungsi dan menentukan
(Carpenito, 2007 : 285). intervensi, observasi tingkat imobilisasi
dengan rasional menentukan tingkat
Etiologi yang penuliscantumkan dalam ketergantungan klien, berikan perubahan
diagnosa tersebut adalah kelemahan fisik, posisi yang teratur dengan rasional untuk
seharusnya diagnosa tersebut adalah mencegah terjadinya dekubitus, berikan
gangguan mobilitas fisik berhubungan latihan ROM pasif dengan rasional
dengan penurunan kekuatan otot (Muttaqin, mencegah terjadinya kontraktur, berikan
2008 : 254). Data yang mendukung masalah perawatan kulit secara adekuat dengan
ini diperoleh dari hasil pengkajian kekuatan rasional mencegah gangguan integritas
otot, ekstremitas atas kiri 2, atas kanan 4, kulit..
ekstremitas bawah kiri 2, bawah kanan 5.
Defisit perawatan diri berhubungan
Diagnosa tersebut dapat ditegakkan apabila dengan penurunan kekuatan otot.
ditemukan data yang mendukung yaitu Defisit perawatan diri merupakan kerusakan
penurunan kemampuan untuk bergerak kemampuan dalam memenuhi aktivitas

22
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143
Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif
dalam Penanganan Stroke

(Rosenberg dan Smith, 2005 : 180). Defisit melakukan aktivitas dengan rasional
perawatan diri adalah keadaaan ketika meningkatkan harga diri dan semangat, beri
individu mengalami suatu kerusakan fungsi sibin pda klien dengan rasional agar tubuh
motorik atau kognitif, yang menyebabkan selalu bersih dan rileks, konsultasikan
penurunan kemampuan untuk melakukan dengan terapi okupasi dengan rasional
aktivitas perawatan diri (Carpenito, 2007 : melengkapi kebutuhan khusus klien.
388). Etiologi yang dicantumkan penulis
dalam diagnosa tersebut adalah hemiparrese PENUTUP
(Muttaqin, 2008 : 254). Perawatan intensif dan komprehensif dari
pengkajian, perencanaan, implementasi dan
Diagnosa tersebut dapat ditegakkan apabila evaluasi keperawatan bekerja sama dengan
terdapat data yang medukung yaitu, pasien, keluarga, dokter dan tiem kesehatan
kerusakan kemampuan melakukan aktivitas memberikan hasil terbaik untuk kondisi
sehari-hari (misal tidak mampu memandikan pasien.
bagian tubuh, tidak mampu memakai
pakaian, kesulitan menyelesaikan tugas DAFTAR PUSTAKA
toileting) (Doenges, 2000 : 301). Diagnosa Batticaca, B. F. 2008. Asuhan Keperawatan
tersebut ditegakkan dalam data pendukung pada Klien dengan Gangguan Sistem
perawatan diri pasien kurang (pasien tidak Persyarafan. Salemba Medika :
mampu memandikan bagian tubuh). Jakarta.
Carpenito, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosis
Diagnosa ini penulis prioritaskan sebagai Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
urutan keempat, sedangkan menurut Hirarki EGC.
Maslow sebagai urutan ketiga , harga diri Doenges, M. 2008. Nursing Diagnosis
juga dipengaruhi oleh perasaan Manual Planning, Individualizing,
ketergantungan dan kemandirian. Apabila and Documenting Client Care.
masalah ini tidak ditangani maka harga diri Edision 2. Jakarta : EGC
pasien dapat menurun (Hidayat, 2004 : 119). Handayaningsih, I. 2007. Dokumentasi
Keperawatan “DAR”, Panduan,
Analisa data dalam data subyektif, pasien Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta :
mengatakan sibin 1 kali dan ganti baju Mitra Cendekia Press
sehari, belum keramas. Seharusnya data Hidayat A. A. 2004. Pengantar Konsep
obyektif rambut kotor, berminyak, sibin Dasar Keperawatan. Edisi 1.
hanya 1 kali dan ganti baju 1 kali sehari. Salemba Medika : Jakarta
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan
Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis Keperawatan Klien dengan
merekomendasikan serangkaian tindakan Gangguan Sistem Persyarafan.
keperawatan yang bertujuan agar kebutuhan Jakarta : Salemba Medika.
perawatan diri pasien terpenuhi, pasien Madiyono dan Suherman. 2006.
dapat meningkatkan aktivitas perawatan diri Pencegahan Stroke dan Serangan
sesuai dengan kemampuannya. Untuk Jantung pada Usia Muda. FKUI :
mencapai tujuan tersebut penulis Jakarta.
menetapkan tindakan keperawatan selama Pudiastuti, R. D. 2011. Penyakit Pemicu
3x24 jam. Rencana tindakan yang penulis Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika
susun adalah kaji kemampuan dan tingkat Rosenberg dan Smith. 2005. Panduan
penurunan perawatan diri dengan rasional Diagnosa Keperawatan Ahli Bahasa
membantu dalam mengantisipasi kebutuhan, Budi Santoso. Jakarta : Prima
hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien Medika
dengan rasional untuk mencegah frustasi dan
harga diri klien, beri motivasi klien untuk

23
ISSN 2460-4143 Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan
Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif
dalam Penanganan Stroke

Sudoyo, A. W. 2006. Buku Ajar Ilmu Widagdo, W. 2008. Asuhan Keperawatan


Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid I. pada Klien dengan Gangguan Sistem
Jakarta : InternalPublishing Persarafan. Jakarta: Buku Kesehatan

24

Anda mungkin juga menyukai