Anda di halaman 1dari 14

Bahan penghantar (konduktor)

Bahan-bahan penghantar adalah bahan yang memiliki banyak elektron bebas pada kulit terluar orbit.
Elektron bebas ini akan sangat berpengaruh pada sifat bahan tersebut. Jika suatu bahan listrik memiliki
banyak elektron bebas pada orbit-orbit elektron, bahan ini memiliki sifat sebagai penghantar listrik. Sifat
bahan pada murni unsur atau senyawa berupa padat atau cair. namun pada material lain dapat juga
berupa cair atau gas. Sifat listrik pada suatu material :

Jika elektron bergerak bebas, mudah terjadi arus listrik; “konduktor”, penghantar listrik (logam).

Ada pula konduktor ion positif/negatif (keramik).

Jika elektron terikat pada atom, tidak mudah terjadi arus listrik; “isolator”, non-konduktor, insulator
listrik (semua jenis bahan lainnya).

Hanya jika diberi medan listrik cukup kuat, > “kekuatan dielektrik” bahan, isolator menjadi konduktor.

Bahan penghantar (konduktor) adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listtrik dengan mudah
karena memiliki daya hantar listrik (electrical conductivity) yang besar dan memiliki tahanan atau
hambatan listrik (electrical resistance) yang kecil. Dalam teknik listrik, bahan penghantar yang sering kita
jumpai adalah tembaga dan alumunium.

Sifat – sifat bahan konduktor

Yang termasuk bahan – bahan penghantar (konduktor) adalah bahan yang memiliki banyak elektron
bebas pada kulit terluar orbit. Elektron bebas ini akan sangat berpengaruh pada bahan tersebut. Jika
suatu bahan listrik memiliki banyak elektron bebas pada orbit – orbit elektron, bahan ini memiliki sifat
sebagai penghantar listrik. Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis yang kecil. Hampir
seluruh logam adalah bahan penghantar (konduktor).

Di anggap tiba – tiba muncul sejumlah elektron pada konduktor, di mana medan listrik yang di
timbulkan oleh elektron tersebut tidak hilang oleh muatan positif, sehingga elektronnya
mulai dipercepat menjauhi satu sama lain. Peristiwa tersebut berlangsung secara terus menerus sampai
elektron mencapai permukaan. Tidak ada muatan yang tertinggal di dalam konduktor, sehingga
kerapatan muatan dalam konduktor menjadi nol dan kerapatan muatan permukaan ada pada
permukaan luar. Ini merupakan karakteristik konduktor yang baik.

Contoh bahan konduktor di antaranya adalah emas, perak, tembaga, alumunium, seng besi berturut –
turut memiliki tahanan jenis yang semakin membesar. Jadi sebagai penghantar, emas adalah
penghantar yang sangat baik. Tetapi karena sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga
dan alumunium adalah bahan yang paling banyak di gunakan sebagai penghantar (konduktor).
Bahan penghantar (konduktor) memiliki beberapa sifat penting, yaitu :

Daya hantar listrik

Arus yang mengalir dalam suatu penghantar selalu mengalami hambatan dari penghantar itu sendiri.
Besar hambatan tersebut tergantung dari bahannya. Besar hambatan tiap meternya dengan luas
penampang 1 mm2 pada suhu 200’C di namakan hambatan jenis. Besarnya hambatan jenis suatu bahan
dapat di hitung menggunakan persamaan :

R= p1/A

Di mana :

R = Hambatan dalam penghantar, satuannya ohm (Ω)

p = hambatan jenis bahan, dalam satuan ohm.mm2/m

1 = panjang penghantar, satuannya meter (m)

A = luas penampang kawat penghantar, satuannya mm2

Koefisien temperatur hambatan

Telah kita ketahui bahwa dalam suatu bahan akan mengalami perubahan volume bila terjadi perubahan
temperatur. Bahan akan memuai jika temperatur suhu naik dan akan menyusut jika temperatur suhu
turun. Besarnya perubahan hambatan akibat perubahan suhu dapat di ketahui dengan persamaan :

R = R0 { 1 + α (t – t0)} , di mana :

R = besarnya hambatan setelah terjadi perubahan suhu

R0 = besar hambatan awal, sebelum terjadinya perubahan suhu

T = temperatur suhu akhir

t0 = temperatur suhu awal

a = koefisien temperatur tahanan

Daya hantar panas

Daya hantar panas menunjukkan jumlah panas yang melalui lapisan tiap satuan waktu. Di perhitungkan
dalam satuan Kkal/jam derajat celcius. Terutama di perhitungkan dalam pemakain mesin listrik beserta
perlengkapannya. Pada umumnya logam mempunyai daya hantar panas yang tinggi.

Daya tegangan listrik


Sifat mekanis bahan sangat penting, terutama untuk hantaran di atas tanah. Oleh sebab itu, bahan yang
di pakai untuk keperluan tersebut harus di ketahui kekuatannya. Terutama menyangkut penggunaan
dalam pendistribusian tegangan tinggi.

Timbulnya daya Elektro-motoris Termo

Sifat ini sangat penting sekali terhadap dua titik kontak yang terbuat dari dua bahan logam yang
berlainan jenis, karena, dalam suatu rangkain, arus akan menimbulkan daya elektro-motoris termo
tersendiri bila terjadi perubahan temperatur suhu.

Daya elektro-motoris termo dapat terjadi lebih tinggi, sehingga dalam pengaturan arus dan tegangan
dapat menyimpang meskipun sangat kecil. Besarnya perbedaan tegangan yang di bangkitkan tergantung
pada sifat – sifat ke dua bahan yang di gunakan dan sebanding dengan perbedaan temperaturnya. Daya
elektro-motoris yang di bangkitkan oleh perbedaan di sebut dengan daya elektro-motoris termo.

1.4 Jenis – jenis bahan konduktor

bahan – bahan yang di pakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan – persyaratan sebagai
berikut :

Konduktifitasnya cukup baik

Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi

Koefisien muai panjangnya kecil

Modulus kenyalnya (modulus elastisitas) cukup besar

Bahan – bahan yang bisa di gunakan sebagai konduktor, antara lain :

1.Logam biasa, seperti : tembaga, alumunium, besi dan sebagainnya.

2. logam campuran (alloy), yaitu sebuah logam dari tembaga atau alumunium yang di beri campuran
dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain, yang gunanya untuk menaikkan kekuatan mekanisnya.

3.logam paduan (composite), yaitu dua jenis logam atau lebih yang di padukan dengan cara kompresi,
peleburan (smelting) atau pengelasan (welding).

1.5 Klasifikasi atau pengelompokan bahan konduktor

Klasifikasi konduktor menurut bahannya :

kawat logam biasa, seperti


BBC (Bare Copper Conductor)

AAC (All Alumunium Conductor)

kawat logam campuran (Alloy), contohnya

AAAC (All Alumunium Alloy Conductor)

Kawat logam paduan (composite), seperti kawat baja berlapis tembaga (Coper Clad Steel) dan kawat
baja berlapis alumunium (Alumunium Clad Steel).

kawat lilitan campuran, yaitu kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis logam atau lebih, contohnya :
ASCR (Alumunium Cable Steel Reinforced).

Klasifikasi kondukor menurut konstruksinya :

Kawat padat (solid wire) berpenampang bulat

Kawat berlilit (standart wire) terdiri 7 sampai 61 kawat padat yang di lilit menjadi satu, biasanya barlapis
dan konsentris.

Kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang di buat untuk mendapatkan garis
tengah luar yang besar.

Klasifikasi konduktor menurut bentuk fisiknya :

Konduktor telanjang atau tanpa isolasi

Konduktor berisolasi, yaitu konduktor telanjang yang pada bagian luarnya di isolasi sesuai dengan
tegangan kerja, contohnya :

Kabel twisted

Kabel NYY

Kabel NYCY

Kabel NYFBGBY

Karakteristik konduktor

Ada dua jenis karakteristik konduktor, yaitu :

Karakteristik mekanik, yang menunjukkan keadaan fisik dari konduktor yang menyatakan kekuatan tarik
pada koduktor (dari SPLN 41-8;1981, C, maka berselubung AAAC-S pada suhu sekitar 302 untuk
konduktor 70 mm kemampuan maksimal dari konduktor untuk menghantar arus adalah 275 A.

karakteristik listrik, yang menunjukkan kemampuan dari konduktor terhadap arua listrik yang
melewatinya (dari SLPN 41-10 : 1991, untuk konduktor 70 mm2 berselubung AAAC-S peda suhu 30 C,
maka kemampuan maksimum dari konduktor untuk menghantar arus adalah 275 A).
1.6 Konduktifitas listrik

Sifat daya hantar listrik material di nyatakan dengan konduktifitas, yaitu kebalikan dari resifitas atau
tahanan jenis penghantar, di mana jenis penghantar tersebut di definisikan sebagai :

R.A

P = --------

Di mana :

A : luas penampang (m2)

1 : panjang penghantar (m)

Ώ : tahanan jenis penghantar (ohm.m)

R : tahanan penghantar (ohm)

P : konduktifitas

A = ------

Penghantar dalam teknik adalah zat yang dapat menghantarkan arus listrik , baik berupa zat

padat , cair atau gas. Karena sifatnya yang konduktif maka di sebut konduktor . Konduktor yang

baik adalah yang memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif.

Emas , perak , tembaga , alumunium , zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis semakin

besar . jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik , tetapi sangat mahal harganya , maka

secara ekonomis tembaga dan alumunium paling banyak digunakan .


Sifat-sifat Semikonduktor

a. Resistivitas semikonduktor lebih kecil dari pada isolator tetapi lebih besar dari pada konduktor.

b. Semokonduktor memiliki resistansi dengan koefisien suhu negatif, yaitu bahwa resistansi
semikonduktor menurun dengan kenaikan suhu dan sebaliknya. Sebagai contoh, germanium menjadi
isolator pada suhu rendah tetapi merupakan konduktor yang baik pada suhu tinggi.

c. Ketika ketakmurnian metalik yang tepat (seperti arsenik, gallium, dsb.) ditambahkan ke dalam
semikonduktor, maka sifat-sifat konduksi arusnya berubah cukup besar. Inilah sifat yang paling khas dan
penting.
Contoh Soal 1

Berapakah hambatan seutas kawat aluminium (hambatan jenis 2,65 × 10-8Ω .m) yang memiliki panjang
40 m dan diameter 4,2 mm?

Penyelesaian:

Diketahui:

ρ = 2,65 × 10-8 Ω .m

l = 40 m

d = 4,2 mm → r = 2,1 mm = 2,1 × 10-3 m

Ditanya: R = ... ?

Jawab:

Cari terlebih dahulu luas penampang (A) penghantar tersebut dengan menggunakan rumus luas
lingkaran, yakni:

L = πr2

L = (22/7) x (2,1 × 10-3 m) 2

L = 13,86 x 10-6 m2

L = 1,4 x 10-5 m2

Jadi besarnya hambatan dari penghantar tersebut dapat dicari dengan menggunkan rumus:

R = ρl/A

R = 2,65 × 10-8 Ω .m x 40 m /1,4 x 10-5 m2

R = 7,6 x 10-2 Ω

Contoh Soal 2

Seutas kawat nikrom yang panjangnya 3 meter memiliki hambatan 20 ohm. Kawat nikrom kedua
panjangnya sama, tetapi diamaternya ½ kali diameter kawat pertama. Berapakah hambatan kawat yang
kedua?

Penyelesaian:
Diketahui:

l1 = l2 = 3 m

d2 = ½ d1

R1 = 20 Ω

ρ1 = ρ2

Ditanya: R2 = ... ?

Jawab:

Karena diameter d2 = ½ d1 maka jari-jari kawat tersebut juga sama yaitu r2 = ½ r1. Cari terlebih dahulu
luas penampang (A) kawat nikron yang kedua dengan menggunakan rumus luas lingkaran, yakni:

L = πr2 maka

L1 = πr2

L2 = π(½ r1)2 => L2 = ¼ πr12 => L2 = ¼L1

Jadi, A2 = ¼A1

Hambatan jenis kedua dari penghantar tersebut dapat dicari dengan menggunkan rumus:

R = ρl/A

ρl = R.A

Dalam hal ini panjang dan hambatan jenis kawat sama, oleh karena itu:

(ρl)1 = (ρl)2

R1A1 = R2A2

20 Ω A1 = R2 x ¼A1

R2 = 4 x 20 Ω

R2 = 80 Ω
1. Hukum Ohm

Hasil eksperimen George Simon Ohm pada tahun 1827 menunjukkan bahwa arus listrik I yang mengalir pada kawat
penghantar sebanding dengan beda potensial V yang diberikan pada ujung-ujungnya.

Jika beda potensial diperbesar maka arus yang mengalir juga semakin besar. Hasil eksperimen ini dikenal dengan hukum
Ohm. Hubungan antara V dan I secara grafik adalah:

Dari gambar tampak bahwa kuat arus listrik sebanding dengan tegangan yaitu
sehingga

konduktansi dari konduktor yang merupakan kebalikan dari Resistansi,

maka

Sehingga

Dengan:

R = hambatan listrik (ohm, Ω)


V = beda potensial atau tegangan (volt, V)

I = kuat arus listrik (ampere, A)

Perumusan di atas untuk kasus R konstan dikenal sebagai Hukum Ohm yang berbunyi: kuat arus
listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar listrik sebanding dengan tegangan (beda potensial)
antara dua titik pada penghantar tersebut, asalkan R konstan.

Melihat grafik hubungan I-V, maka semakin miring (curam) grafik I-V maka hambatannya makin
besar dan begitu juga sebaliknya.

2. Hambatan kawat penghantar

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa hambatan kawat penghantar R berbanding lurus dengan panjang kawat lurus l dan
berbanding terbalik dengan luas penampang kawat A. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Besaran ρ dikenal sebagai hambatan jenis atau resistivitas yang nilainya bergantung pada jenis bahan penghantar.

Dalam suatu batas perubahan suhu tertentu, perubahan hambatan jenis sebanding dengan besar perubahan suhu (Δt),

Karena hambatan R berbanding lurus dengan hambatan jenis ρ, maka perubahan nilai hambatan akan mengikuti hubungan,
Sehingga,

Dengan:

Rt = hambatan pada suhu t0C,

R0 = hambatan mula-mula,

α = Koefisien suhu hambatan jenis (per 0C)

Δt = perubahan suhu (0C)

Koefisien suhu hambatan jenis (α) tergantung pada jenis bahan. Meskipun hambatan jenis sebagian besar logam bertambah
akibat kenaikan suhu, namun bahan tertentu hambatan jenis justru akan semakin kecil akibat kenaikan suhu. Hal ini terjadi pada
bahan semikonduktor yaitu, karbon, grafit, germanium, dan silikon.

Contoh soal:
Sebuah kumparan kawat tungsten yang memiliki hambatan 20,0 Ω pada suhu 100C digunakan untuk mengukur suhu. Berapa besar
hambatannya ketika mengukur suhu 700C? (koefisien suhu tungsten pada 100C adalah 4,5 ´ 10-3 (0C)-1)
Penyelesaian

Diketahui: R0 = 20,0 Ω
T0 = 100 C
T = 700 C
Sehingga

Ditanya : R =…?
Rumus :

dari persamaan tersebut dapat diketahui

sehingga
Jawab :

R = 5,4 Ω + 20,0 Ω = 25,4 Ω


Jadi, besar hambatan ketika mengukur suhu 700C adalah 25,4 Ω

Anda mungkin juga menyukai