Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

Tentang Pengkajian Bio-psiko-sosio Spiritual Dan Kultural Serta


Pengakajian Fisik Dan Psikologis Pada Pasien CA Mamae

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 PSIK 3.1
 Mariani ritonga  Nur wanti sijabat
 Melia nur ajizah  Rasninta ansela bukit
 Mega alvi rusdah  Rece ife zebua
 Nur ajizah  Syahfitri adinda riski

Dosen : Ns.Dewi Tiansa Barus,S.Kep, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA-DELITUA
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT dimana masih memberikan kepada
Kami nikmat kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan
mengenai “Tentang Pengkajian Bio-psiko-sosio Spiritual Dan Kultural Serta
Pengakajian Fisik Dan Psikologis Pada Pasien Ca mamae “

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan Paliatif.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat Kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah
pada tugas yang lain nantinya pada waktu mendatang.

Delitua, 28 November 2018

Kelompok 1

i
Daftar Isi

Cover ............................................................................................................

Kata Pengantar .......................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ....................................................................................1

1. Latar Belakang ...............................................................................1


2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah ................................................................................2

Bab II Tinjauan Teori ..............................................................................3

1. Defenisi Paliatif ...............................................................................3


2. Pengkajian Pasien Ca Mamae ..........................................................6

Bab III Penutup .......................................................................................10


1. Kesimpulan ....................................................................................10
2. Saran ..............................................................................................10

Daftar pustaka ............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan paliatif merupakan perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif.Artinya tidak memperdulikan
pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak perawatan paliatif
harus diberikan kepada penderita itu, perawatan paliatif tidak berhenti setelah penderita
meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga
yang berduka. Berdasarkan kepeutusan menteri kesehatan RI Nomor :812/kemenkes/SK/VII
2007 meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada
dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit paru obstruktif
kronis, cytis fibrosis, stroke, Parkinson gagal jantung, penyakit genetika dan penyakit infeksi
seperti HIV/AIDS.

Tujuan umum kebijakan paliatif adalah Perawatan yang dilakukan untuk membantu
meringankan dari penderitaan fisik sampai psikologis pada pasien yang tidak dapat
disembuhkan atau dalam tahap terminal .Pemenuhan kebutuhan fisik, mental, emosi, sosial,
spiritual dan kultural dengan pendekatan tim yang melibatkan konseling dan kenyamanan serta
berpusat pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup.Yang artinya
meningkatkan kualitas hidup dan menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal,
tidak mempercepat atau menunda kematian, menghilangkan rasa nyeridankeluhan lain yang
menganggu, menjaga keseimbangan psiko sosial dan spiritual, berusaha agar penderita tetap
aktif sampai akhir hayatnya serta berusaha membantu duka cita pada keluarga

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengkajian bio-psiko-sosio spiritual dan kultural serta pengakajian fisik


danpsikologis pada pasien ca mamae ?

1.3 Tujuan Masalah


Untuk pengkajian bio-psiko-sosio spiritual dan kultural serta pengakajian fisik dan
psikologis pada pasien ca mamae .

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi

Perawatan paliatif adalah Perawatan yang dilakukan untuk membantu meringankan


dari penderitaan fisik sampai psikologis pada pasien yang tidak dapat disembuhkan atau dalam
tahap terminal dengan pendekatan tim yang melibatkan konseling dan kenyamanan serta
berpusat pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup. Artinya menganggap
bahwa kematian adalah proses yang normal, tidak mempercepat atau menunda kematian,
menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang menganggu, menjaga keseimbangan psiko
sosial dan spiritual.Pengkajian dalam perawatan paliatif antara lain yaitu :

a) Aspek biologis / fisiologis (Perry&Potter.2005)


Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk bertahan hidup.
Manusia memiliki beberapa kebutuhan : oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, dan
seks. Klien yang sangat muda, sangat tua, sakit dan cacat atau bahkan penurunan kesadaran
tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar fisiologis. Perawat sering
mempunyai peran dalam membantu klien memenuhi kebutuhan tersebut. Perspektif dalam
keperawatan intensif diantaranya:
 Memenuhi kebutuhan oksigen (O2).
Contohnya perawat dapat memberikan bantuan napas bila mengalami gangguan dalam
bernapas atau gagal napas, melakukan pemasangan ventilator, dan lain-lain.
 Kebutuhan Cairan.
Contohnya pada saat pengkajian keperawatan menunjukkan temuan konsisten
ketidakseimbangan cairan, tindakan keperawatan diarahkan pada perbaikan keseimbangan
kearah yang normal dengan memberi cairan melalui infus.

 Nutrisi.
Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, seorang perawat harus
mengerti proses pencernaan dan proses metabolic tubuh. Perawat bisa menggunakan beberapa
nutrisi tambahan dan teknik untuk memperbaiki defsit nutrisional. Contoh: pasien yang tidak
sadar atau gangguan menelan, perawat dapat memasang NGT dan memberikan nutrisi cair
melalui selang tersebut.

2
 Temperatur.
Terpajan panas yang berkepanjangan meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan panas yang lama dan berlebihan juga
mempunyai efek fisiologis yang khusus. Dalam hal ini contoh dan tindakan perawat yang dapat
dilakukan antara lain memantau suhu tubuh klien khususnya bagian tubuh yang berada
dibawah seperti punggu yang dapat menimbulkan dekubitus.

 Eliminasi.
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu proses metabolik tubuh. Produk sampah
dikelurkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Contoh: tugas perawat disini lebih
ditekankan dalam membantu pasien yang tidak sadar untuk mengeluarkan materi sampah
tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan berupa pemberian huknah, baik huknah tinggi
atau rendah.

 Seksualitas.
Seks dianggap oleh maslow sebagai kebutuhan dasar fisiologis yang secara umum
mengambil prioritas diatas tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Seksualitas melibatkan lebih
dari seks fisik. Hal tersebut bisa melibatkan kebutuhan emosi, social, dan spiritual. Contohnya
dalam hal ini perawat dapat sebagai konselor untuk pasien, namun untuk pasien yang tidak
sadar cukup dengan ditemani orang yang berharga bagi pasien.

b) Aspek Psikologis
 Rasa Aman
Memenuhi kebutuhan keselamatan dan keamanan kadang mengambil prioritas lebih
dahulu diatas kebutuhan fisiologis. Contoh dalam keperawatan intensif: seorang perawat perlu
melindungi pasien yang tidak sadar dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur seperti memasang
siderail untuk menghindarinya.
 Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh teman
sebaya dan oleh masyarakat. Contohnya: memberi sentuhan baik dari perawat maupun
keluarga pasien. Sentuhan tersebut diartikan bahwa pasien masih diperhatikan walaupun dalam
keadaan sadar maupun tidak sadar.
 Harga Diri

3
Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian,
rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Jika konsep diri pasien
mengalami perubahan karena penyakit atau cedera, pemberian perawatan melibatkan
peningkatan konsep diri dan gambaran diri. Tindakan perawat spesifik bergantung pada system
dukungan. Contohnya memberi dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien ataupun
untuk meningkatkan proses kesembuhannya.
 Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan paling tinggi dalam hirarki kebutuhan
menurut Maslow. Aktualisasi diri mungkin terjadi pada saat ada keseimbangan antara
kebutuhan klien, tekanan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan
lingkungan. Kebutuhan privasi pasien harus dihargai dan dipenuhi. Suatu penyakit mungkin
sangat menurunkan privasinya. Contoh untuk tindakan perawat dapat membantu memenuhi
kebutuhan ini dengan merencanakan perawatan sehingga privasi tidak terganggu.
Contohnya: memberikan reward/ penghargaan terhadap perbaikan kondisinya walaupun
kelihatannya pasien tidak dalam keadaan sadar.

c) Aspek Sosial
 Lingkungan sosial
Lingkungan sosial merupakan tempat dimana setiap orang dapat berinteraksi dengan
orang lain. Saling bertukar pikiran, curahan hati maupun yang lainnya sehingga orang tersebut
merasa dekat dengan kegiatan sosialnya. Menderita sakit terutama yang bersifat akut,
seringkali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasabn pribadi dan sistem
dukungan sosial (social support system). Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan
yang asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara
lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat
berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang biasa memberikan dukungan setiap saat
diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual berisiko terjadinya perubahan fungsi
sosialnya.
Contoh aspek social disini perawat bisa memberikan keluarga berkunjung atau melihat
pasien tersebut untuk dapat saling berinteraksi bahkan memberikan support. Dengan demikian
maka pasien akan merasa dekat dengan lingkungan seperti orang tua, teman dekat, dan kerabat
pasien.
d) Aspek Spiritual

4
 Keyakinan Agama & supranatural.
Kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi
kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf (pengampunan), mencintai,
menjalin hubungan penuh rasa percaya pada Tuhan. Kebutuhan spiritual juga dapat memenuhi
kebutuhan untuk mencarai anti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, rasa
keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress
spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau resiko
mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya kekuatan,
harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual,
mengungkapkan adanya keraguan dalam system kepercayaan, adanya keraguan yang
berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan
sesudah hidup.
Adanya keputusan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda – tanda seperti
menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti nafsu
makan terganggu, kesulitan tidur. Dan tekanan darah meningkat.
Contoh melakukan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan rohani atau
memfasilitasi kebutuhannya untuk melakukan persembahyangan/ memandu dan atau berdoa
bersama pasien bila memungkinkan untuknya.

e) Aspek Kultural

Perawatan paliatif melalui pendekatan budaya terbukti mampu meningkatkan kulitas


asuhan keperawatan kepada pasien. Pendekatan budaya dilakukan dengan menerapkan nilai
ajaran Jawa yaitu temen, nrima, sabar, dan rila (Trisna). Demikian simpulan disertasi Rita
Benya Adriani, yang dipaparkan dalam ujian terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Selasa(18/2/2014).

Dari penelitian yang dilakukan pada 136 pasien kanker serviks RS Dr. Moewardi
Surakarta diketahui bahwa pemberian pelatihan asuhan keperawatan paliatif Trisna efektif
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks. Pelatihan tersebut
bahkan secara efektif dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

5
2.2 Pengkajian
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Sabtu 20 Oktober 2018 pada jam 10.30 WIB di RB2A
RS ADAM MALIK. Sumber data berasal dari pasien, keluarga pasien dan catatan medis
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Pernikahan : Kawin
Alamat : Medan Helvetia
b. Penanggung Jawab (Keluarga)
Nama : Tn.K
Umur :55 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien : Suami

2. Keluhan Utama :
Klien menyatakan nyeri di bagian luka post operasi / luka jahitan pada mammae pada
mamae sebelah kanan apalagi jika di disentuh. Terdapat push pada bekas operasi. Rasa nyeri
seperti ditusuk-tusuk,panas dan menjalar sampai punggung. Dari hasil pengkajian rentan nyeri
1-10 pasien mengatakan gejala skala nyeri 7. Nyeri sering kali timbul saat beraktifitas atau di
gunakan miring ke kanan. Pasien lemah ,mual,tidak nafsu makan dan penurunan BB. Dan
penurunana kesadaran yaitu somnolen.TTV pasien saat diperiksa TD 90/70 mmHg, S: 37,4OC,
N: 80x/mnt, RR : 18x/mnt.

3. Riwayat Penyakit :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan pada mamae kanan terdapat benjolan sebesar bola bekel yang terasa
nyeri jika digerakkan. Awalnya benjolan hanya kecil karena semakin membesar pasien
membawanya ke Rs Terdekat dan diberi obat, Namun . Karena tidak sembuh pasien lalu pasien
dirujuk ke RS adam malik.

6
Pasien mengeluhkan nyeri pada luka operasi, pasien tampak meringis kesakitan, nyeri
bertambah bila saat bergerak atau bergeser, skala nyeri 7 nyeri seperti di tusuk, pasien tampak
keringat dingin, pada pemeriksaan dada didapatkan data tampak adanya luka operasi, pasien
juga mengatakan tidurnya juga terganggu karena nyerinya. Pasien mendapatkan terapi
cefotaxim 3x500mg secara iv, infus RL 20tpm, ketorolak 2x 30 mg,

b. Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengatakan bahwa ini kelima kalinya pasien dirawat di rumah sakit dengan penyakit
kanker mamae. Sebenarnya sudah sejak 6 bulan yang lalu terdapat benjolan di mamae
kanan, pasien mengatakan hanya diperiksakan ke dokter umum di desa pasien,Pasien
menjalani operasi (mastektomi) tanggal 10 april 2018.

c. Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.
Dan dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti diabetes
melitus, hipertensi, pasien juga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular, seperti HIV/AIDS dan TBC.

4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a) Bahasa Yang Digunakan : bahasa indonesia
b) Persepsi Tentang Penyakitnya : pasien takut bila penyakitnya bertambah parah.
c) Konsep Diri
1. Body Image :
2. Ideal Diri ;
3. Harga Diri : merasa tidak berdaya.
4. Peran Diri : sebagai seorang ibu rumah tangga
5. Peersonal Identity : sebagai seorang ibu rumah tangga
d) Keadaan Emosi : pasien suka marah dan emosi tidak stabil.
e) Perhatian Terhadap Orang Lain/Lawan Bicara : pasien acuh
f) Hubungan Dengan Keluarga : pasien terlhat jarang komunikasi dengan keluarga,dan
apatis .
g) Kegemaran : tidak ada
h) Daya Adaptasi : pasien merasa terisolasi,minder dan kehilangan kebebasabn pribadi,
malu terhadap penyakitnya.

7
i) Mekanisme Pertahanan Diri : Merasa putus asa

5. Pengkajian Spiritual
Pasien agama islam, dan terlihat jarang beribadah.
6. Pengkajian Pola Fungsional
a. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting
Selama sakit : pasien takut bila penyakitnya bertambah parah.
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi, ikan sayur
dan kadang dengan buah, minum 8 gelas air
Selama sakit : pasien yang tidak sadar atau gangguan menelan, perawat dapat
memasang NGT dan memberikan nutrisi cair melalui selang tersebut.
.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4x sehari dengan warna kuning dan bau yang khas, BAB
1x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan bau yang khas
Selama sakit : pasien BAK 4x sehari dengan warna kuning dan bau yang khas,
menggunakan Kateter.
d. Pola aktivitas - Latihan
Pasien tidak sadar semua kebutuhan dibantu oleh keluarga dan perawat.
e. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur 7-8 jam sehari ,dari jam 21.00-05.00
Selama sakit : tidak teratur

7. Pemerikasaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
 Kesadaran : somnolen
 Vital Sign : TTV pasien saat diperiksa TD 90/70 mmHg, S: 37,4OC, N:
80x/mnt, RR : 18x/mnt.
 Kepala : mesochepal normal tidak ada keluhan
 Kulit : keriput,turgor kulit tidak elastis.
 Rambut : rontok
 Wajah : simetris

8
 Mata : simetris, conjunctiva : merah muda, sclera : tidak anemis
 Hidung : normal tidak ada secret
 Mulut : normal, bibir pucat,kering dan kotor.
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe,

b. Dada : bentuk tidak simetris, terdapat luka dan pus pada payudara kanan.
c. Paru
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Sonor kanan kiri
- Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
d. Jantung
- Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
- Palpasi : tidak teraba ictus cordis
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : reguler tidak ada suara tambahan

e. Pemeriksaan payudara dan ketiak


Payudara kiri normal, sebelah kanan terdapat pembengkakan dan luka 7 cm . kanker
sudah melebar,bentuk abnormal.

f. Abdomen : bentuk normal tidak ada asites


- Inspeksi : normal
- Auskultasi : peristaltik usus 12 x/menit
- Perkusi : thimpany
- Palpasi : tidak nyeri tekan
g. Genetalia : kebersihan kurang
h. Rektum : tidak ada hemoroid
i. Ekstremitas :
- Atas : Terpasang infuse di tangan kiri
- Bawah :Tidak ada kelainan

9
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang bertujuan untuk


memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversible, memberikan
asuhan bagi pasien yang verlu obeservasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat
diberikan di ruang perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan
potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan dan kematian
yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis. Dalam perspektif keperawatan
intensif terdapat aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual. Dari aspek bio menyangkut terhadap
kebutuhan dasar manusia seperti oksigen, nutrisi, cairan, eliminasi, temperature dan seks.
Dipandang dari aspek psiko terdapat pemenuhan akan kebutuhan rasa aman, rasa cinta dan
saling memiliki, harga diri an aktualisasi diri pasien. Aspek sosio berkaitan dengan interaksi
pasien dengan lingkungan sosialnya dan aspek sipriual berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan keyakinan pasien. Dalam keperawatan intensif perawat berperan sebagai care giver,
advocate, pembuat keputusan klinis, educator, collaborator, coordinator, fasilitator, dan
konsultan. Sebagai perawat intensif harus memiliki beberapa keahlian yang wajib dimiliki
diantaranya kemampuan pemenuhan bantuan hidup dasar, mempunyai jiwa yang dapat
memberikan dukungan, rasa yang aman dan sentuhan kasih sayang kepada pasien, diharapkan
mempunyai jiwa yang selalu mengajak pasien dan keluarga pasien untuk berinteraksi melalui
komunikasi terapeutik, dan bertindak sesuatu yang tidak merugikan dengan kebudayaan dan
kepercayaan pasien.

4.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara intensif
serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila mendapati klien
dengan penyakit paliatif.

10
DAFTAR PUSTAKA

DATA REKAM MEDIS PASIEN

11

Anda mungkin juga menyukai