Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Nama Dosen : Dr Drh Damania Rita

Ekastuti, MS
Fisiologi Veteriner 2 Nama Asisten : Ummu Asmaul Husna
Hari/tanggal : Kamis/ 27 April 2017

METABOLISME

Kelompok 5

Mas Taufiqqurrahman B04150106


M. Fauzan Firdaus B04150115
Lailatun Nida(*) B04150118
King Algio Jordan P B04150122
Vincent Morgan L B04150123

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI (AFF)


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN (FKH)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Salah satu ciri makhluk hidup ataupun sel hidup adalah melakukan
metabolism (pertukaran zat) yakni istilah untuk menunjukkan perubahan-
perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk melaksanakan berbagai
fungsi vitalnya. Setiap sel terdiri atas protoplasma yang memiliki kemampuan
memungut oksigen dan bahan keperluannya, dan untuk menyisihkan bahan tertentu
lainnya sebagai bahan barang buangan (Kartono 1982).
Semua kegiatan hidup yang terdapat dalam sel tidak dapat di pisahkan
dengan reaksi kimia. Pertumbuhan, perkembangan, sekresi, ekskresi, dan kegiatan
hidup lainnya merupakan proses reaksi kimia. Namun secara garis besarnya
perubahan reaksi kimia atau metabolism, dalam sel dapat di bedakan menjadi dua
yaitu anabolisme atau reaksi penyusunan atau sintesis dan katabolisme atau
pembongkaran atau pemecahan (Slamet 2004).
Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi senyawa
kimia atau molekul kompleks. Anabolisme pada tumbuhan di kenal dengan
fotosintesis yang menggunakan energy cahaya, sedangkan anabolisme yang
menggunakan energy kimia di kenal dengan kemosintesis (Slamet 2004).
Katabolisme adalah membebaskan energy dengan cara merombak molekul-
molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Sebuah proses utama
metabolism adalah respirasi seluler, dimana gula glukosa dan bahan organic lainnya
di rombak menjadi karbodioksida dan air (Campbell 2000).
Respirasi atau pernafasan merupakan salah satu contoh proses katabolisme.
Zat sumber energy dalam tubuh organisme terdiri atas zat-zat organic seperti
karbohidrat, lemak, protein, asam amino, dan lain-lain. Apabila sumber energinya
adalah glukosa maka reaksi kimia respirasi tersebut dapat di sederhanakan menjadi
C₆H₁₂O₆ + 6O₂ → 6H₂O + 6CO₂ + energy
Respirasi sendiri adalah proses pembebasan energy yang tersimpan dalam
zat sumber energy melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Reaksi
penguraian CO₂ dan H₂O di atas adalah reaksi kompleks yang dapat di bedakan
menjadi 3 tahap, yakni glikolisis, daur krebs, transport electron respirasi (Slamet,
2004).
Molekul-molekul mutlak yang di perlukan agar metabolism dapat
berlangsung yakni ATP (Adenosin Tripospat) sangat erat hubungannya dengan satu
jenis nukleotida berenergy tinggi yang tersusun atas gula pentose, basa nitrogen
adenine dan mengikat tiga gugus fosfat yang di sebut bifosfat. ATP menggerakkan
kerja seluler melalui pengkopelan reaksi eksergonik dengan reaksi endergonic.
ATP adalah suatu pintu putar yang dilalui energy pada waktu mengalami
pemindahan dari proses katabolic ke jalur anabolic (Campbell 2000).
Enzim merupakan satu dari bagian molekul metabolism, yakni protein
katalitik yaitu senyawa organic yang tersusun atas protein dan bertindak sebagai
biokatalisator. Enzim mempercepat reaksi metabolism dengan cara menurunkan
rintangan energy. Factor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yakni
temperature, pengaruh PH, pengaruh konsentrasi enzim, pengaruh hasil akhir,
pengaruh zat penggiat, pengaruh zat penghambat, pengaruh konsentrasi substrat
(Slamet 2004).
Siklus calvin merupakan jalur metabolism dalam stroma kloroplas, suatu
enzim (rubisko) menggabungkan karbon dioksida dengan ribulosa bofosfat
(RUBP), gula berkarbon lima, kemudian dengan menggunakan electron dari
NADPH dan energy dari ATP. Siklus ini mensintesis gula berkarbon tiga
gliseraldehid 3 fosfat. Sebagian besar G3P digunakan kembali dalam siklus itu dan
di ubah menjadi gula dan molekul organic esensial lain (Campbell 2000).

Tujuan
Praktikan dapat mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 dan
mengamati pengaruh pemberian hormone insulin terhadap glukosa darah tikus.

BAB II
METODE

Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan tikus , alcohol 70%, hormone insulin, dan larutan
gula 20%. Alat yang digunakan adalah metabolor stopless, barometer, thermometer,
timbangan, glucometer, gunting, kapas, dan syringe 2.5 ml.

Metode Kerja

A. Pengukuran Laju Metabolisme berdasarkan Konsumsi O2


Tikus ditimbang dalam Kg. Suhu dan tekanan udara dicatat sebagai T1(oK)
dan P1. Tikus dimasukkan ke metabolor. Spoit ditarik di luar metabolor (20 ml).
Ruang metabolor ditutup, udara dimasukkan ke dalam stoples, permukaan air di
pipa U tidak sama. Waktu yang dibutuhkan tikus untuk menghabiskan 20 ml udara.
Tutup metabolor di buka.

B. Pengaruh Hormon Insulin terhadap Kadar Glukosa Darah


Alat pengukur kadar glukosa disiapkan, strip pengukur kadar glukosa
dimasukkan. Tikus dimasukkan ke dalam kandang jepit, kemudian ekornya
dikeluarkan dan dibersihkan memggunakan alcohol, lalu lidokain dioleskan. Ekor
tikus dipotong sedikit dan darahnya diteteskan ke strip lalu dibaca datanya, (kadar
glukosa awal). Kemudian larutan gula20% dicekokkan menggunkan syringe ke
mulut tikus.Tunggu 10 menit lalu ukur kadar glukosanya. (kadar glukosa setelah
asupan gula). Hormon insulin disuntikkan sebanyak 2 IU secara intraperitoneal.
Tikus dilepaskan dan dibiarkan selama 15 menit. Kadar glukosa kembali diukur.

BAB III
PEMBAHASAN

Metabolisme adalah proses pembakaran kalori tubuh yang diperoleh dari


asupan makanan. Proses ini terdiri dari tiga jenis aktivitas, yaitu Resting Metabolic
Rate (RMR), Thermic Effect of Food (TEF), dan aktivitas fisik. RMR adalah energi
yang digunakan oleh tubuh untk aktivitas seperti bernapas atau tidur. TEF adalah
energi yang digunakan tubuh untuk aktivitas seperti makan, mencerna makanan,
dan menyerap makanan. Sementara itu, terdapat juga energi yang digunakan tubuh
untuk aktivitas fisik seperti bergerak, berjalan, dsb (Ganong 1995).
Metabolisme pada makhluk hidup dibagi menjadi dua yaitu metabolisme
basal dan metabolisme tidak langsung. Kecepatan metabolisme basal adalah sistem
atau istilah untuk menunjukkan jumlah keseluruhan aktivitas metabolisme dengan
dalam keadaan istirahat fisik dan mental. Pengukuran metabolisme basal
mengharuskan objek percobaannya berada dalam kondisi puasa, istirahat, dan
berada dalam kondisi suhu yang thermonetral (keadaan yang nyaman). Dalam
keadaan ini diperlukan oksigen paling sedikit karena jaringan sedang dalam bekerja
paling lambat sehingga akan menghasilkan jumlah yang sedikit. Pengukuran
metabolisme energi adalah pengukuran panas yang diproduksi oleh seekor hewan.
Pengukuran metabolisme dilihat dari laju metabolisme, yaitu jumlah energi yang
dipergunakan untuk melakukan fungsi-fungsi tubuh. Laju metabolisme pada setiap
hewan adalah sama, yaitu 70 kkal/BM/hari (Pearce 1999).
Pengukuran laju metabolisme pada praktikum kali ini dilakukan secara tidak
langsung dengan menggunakan metabolor. Prinsip pengukuran ini didasarkan dari
banyaknya oksigen yang dikonsumsi oleh mencit dalam beberapa waktu. Faktor
yang dapat mempengaruhi laju metabolisme adalah aktivitas, suhu lingkungan,
panjang siang hari, musim, umur, jenis kelamin, berat badan, ukuran tubuh, stress,
jenis makanan yang dimetabolisme dan kebuntingan ( Eckert 1983). Konsumsi
oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, ukuran tubuh, jenis
kelamin, hormon, nutrisi, umur, dan aktivitas yang dilakukannya (Herdt 1997).
Pengukuran laju metabolisme dilakukan secara berulang sebanyak tiga kali.
Hasil Percobaan:
Pengukuran Laju Metabolisme Secara Tidak Langsung
1. Tanggal percobaan : 27 April 2017
2. Hewan Percobaan : mencit
3. BB mencit : 0.181 kg
4. BM (bobot metabolis) mencit : (0.181)0.75 = 0.277 kg
5. Suhu ruangan (T1) : 27°C = 300°K
6. Suhu mutlak (T2) : 273°K
7. Tekanan ruangan (P1) : 753 mmHg
8. Tekanan mutlak (P2) : 760 mmHg
9. Volume udara percobaan : 20 ml
10. NSK : 4.825 kal/ml
Percobaan Pertama
a. Lama tikus menghabiskan 20 ml udara: 9 menit
b. Volume O2 yang dikonsumsi/hari
= 20ml/9 menit x 60 menit x 24 jam
= 3200 ml

c. Volume O2 yang dikonsumsi/hari dalam keadaan STP


P1.V1/T1 = P2.V2/T2
V2 = P1.V1.T2/P2.T1
V2 = 753 mmHg x 3200 ml x 273°K / 760 mmHg x 300°K
V2 = 2885 ml
Jadi, volume O2 yang dikonsumsi/hari dalam keadaan STP adalah 2885
ml/hari

d. Produksi panas
= Volume O2 dalam STP x NSK
= 2885 ml x 4.825 kal/ml
= 13920 kal
= 13.92 kkal

e. Laju metabolisme
= Produksi panas/BM
= 13.92 kkal/0.277 kg
= 50.256 kkal/BM/hari
Percobaan Kedua
a. Lama tikus menghabiskan 20 ml udara : 4 menit
b. Volume O2 yang dikonsumsi/hari : 7200 ml
c. Volume O2 yang dikonsumsi/hari dalam keadaan STP : 6491 ml
d. Produksi panas : 31.319 kkal
e. Laju metabolisme : 113.064
kkal/BM/hari
Percobaan Ketiga
a. Lama tikus menghabiskan 20 ml udara : 10 menit
b. Volume O2 yang dikonsumsi/hari : 2880 ml
c. Volume O2 yang dikonsumsi/hari dalam keadaan STP : 2596 ml
d. Produksi panas : 12.528 kkal
e. Laju metabolisme : 45.23 kkal/BM/hari
Diketahui bahwa laju metabolisme terukur pada tiap percobaan berturut-
turut yaitu 50.256 kkal/BM/hari, 113.064 kkal/BM/hari, dan 45.23 kkal/BM/hari.
Laju metabolisme pada percobaan pertama berada dibawah nilai laju metabolisme
basal yang bernilai 70 kkal/BM/hari. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang
dilakukan mencit yang menyebabkan kedua nilai berbeda cukup jauh. Diketahui
bahwa semakin aktif mencit, maka laju metabolismenya akan semakin tinggi.
Ketika percobaan pertama berlangsung, aktivitas mencit cukup aktif. Akan tetapi,
lamanya waktu penyerapan udara yang berlangsung selama 9 menit dianggap
terlalu lama karena normalnya waktu penyerapan udara berlangsung selama 5-6
menit. Nilai laju metabolisme yang rendah ini mengindikasikan adanya kesalahan
yang terjadi pada sistem kalorimeter yang digunakan. Hal ini mungkin terjadi
karena proses absorbsi karbondioksida yang tidak sempurna oleh butiran KOH
sehingga menyebabkan volume udara di dalam metabolor bertambah. Volume
udara yang bertambah menyebabkan permukaan air di pipa U mengalami
perlambatan untuk mencapai permukaan yang sama rata seperti semula. Akibatnya,
proses penyerapan udara oleh mencit di dalam metabolor berlangsung lebih lama
meskipun aktivitas mencit cukup aktif.
Laju metabolisme pada percobaan kedua memiliki nilai yang jauh lebih
tinggi dibandingkan nilai laju metabolisme basal, yaitu mencapai 113.064
kkal/BM/hari. Lamanya penyerapan udara juga normal dan berlangsung sekitar 4
menit. Ketika percobaan kedua dilakukan, aktivitas mencit memang masih terbilang
aktif. Aktivitas mencit ini menyebabkan massa otot lebih banyak mengeluarkan
panas tubuh sehingga laju metabolisme bertambah besar. Nilai laju metabolisme
yang sebanding dengan aktivitas aktif oleh mencit sesuai dengan literatur yang
menjelaskan hubungan antara laju metabolisme dan aktivitas fisik.
Ketika pengukuran laju metabolisme yang ketiga berlangsung, aktivitas mencit jauh
lebih sedikit dibandingkan percobaan pertama ataupun kedua. Mencit terlihat
banyak beristirahat (tidur) saat pengukuran ketiga dilakukan. Aktivitas fisik mencit
yang berkurang menyebabkan nilai laju metabolisme nya juga ikut menurun, yaitu
45.23 kkal/BM/hari. Aktivitas fisik yang berkurang menunjukkan bahwa otot-otot
mencit tidak banyak melakukan kontraksi. Akibatnya, panas yang dikeluarkan
tubuh sebagai hasil dari pembakaran energi untuk bekerja juga cenderung sedikit.
Hal inilah yang menyebabkan nilai laju metabolisme turun secara drastis.

DAFTAR PUSTAKA

Eckert R. 1983. Animal Energetics and Temperature in: Animal Physiology


Mechanism and Adaptation 2nd Edition. New York (US): WH Freeman and
Company.
Campbell, Neil A. 2000. Biologi . Jakarta (ID): Erlangga
Ganong FG. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta (ID): EGC.
Herdt T. 1997. Gastrointestinal Physiology and Metabolism in: Text Book of
Veterinary Physiology 2nd Edition. New York (US): Medicine and Health
Science Books.
Kartono M. 1982. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. Jakarta (ID): Erlangga
Pearce EC. 1999. Anatomi an Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Slamet P. 2004. Sains Biologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai