Anda di halaman 1dari 108

SKRIPSI

JANUARI 2015

PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI, STATUS GIZI, DAN


FAKTOR PERILAKU TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS BATUA MAKASSAR TAHUN 2015

OLEH :
Godeberta Astria Pakan
C111 10 101

PEMBIMBING:
dr. Irwin Aras, M.Epid.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

skripsi dengan judul :

“PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI, STATUS GIZI, DAN FAKTOR


PERILAKU TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
BATUA MAKASSAR TAHUN 2015”

Pembimbing

(dr. Irwin Aras, M.Epid.)


PANITIA SIDANG UJIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Skripsi dengan judul “PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI, STATUS GIZI,


DAN FAKTOR PERILAKU TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS BATUA MAKASSAR TAHUN 2015” telah diperiksa, disetujui
untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin pada :

Hari/Tanggal : Jumat, 6 Februari 2015


Waktu : 09.00 Wita
Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622
Ketua Tim Penguji :

(dr. Irwin Aras, M.Epid.)

Anggota Tim Penguji :


Penguji I Penguji II

(dr. Muh. Ikhsan Madjid, MS,PKK) (Dr. dr. Sri Ramadhany, M.kes)
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Januari 2015

Godeberta Astria Pakan/C11110101


dr. Irwin Aras, M, Epid.
PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI, STATUS GIZI, DAN FAKTOR
PERILAKU TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
BATUA MAKASSAR TAHUN 2015 (ix + 58 halaman + grafik + gambar +
tabel + lampiran)

ABSTRAK
Latar Belakang : Peningkatan tekanan darah atau hipertensi merupakan faktor
risiko utama untuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal. Hipertensi yang
tidak terkontrol berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
penyakit kardiovaskuler. Berdasarkan data World Health Organization (WHO),
pada negara maju, sekitar 330 juta orang yang mengalami hipertensi dan sekitar
640 juta orang pada negara berkembang. Pada tahun 2025 diprediksikan ada
sekitar 1,56 milyar orang dewasa yang mengalami tekanan darah tinggi. WHO
juga menyatakan hipertensi sebagai salah satu penyebab utama kematian prematur
di seluruh dunia dan merupakan suatu masalah yang terus berkembang. Di seluruh
dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian,
sekitar 12,8% dari seluruh total kematian. Hipertensi termasuk dalam sepuluh
penyakit utama dan merupakan penyakit urutan pertama untuk kelompok Non
Communicable Disease di Kota Makassar. Oleh karena masih banyak penderita
hipertensi di Makassar dan masih tinggi angka kematiannya, maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor risiko seperti
faktor demografi, status gizi, dan faktor perilaku yang dianggap berperan terhadap
terjadinya hipertensi seperti beberapa penelitian sebelumnya yang serupa di
Puskesmas Batua yang memiliki jumlah pasien rawat jalan terbanyak di Makassar.
Tujuan : Penelitian ini bertujan untuk melihat pengaruh usia, jenis kelamin,
indeks massa tubuh, perilaku merokok, dan aktifitas fisik terhadap terjadinya
hipertensi di Puskesmas Batua Kota Makassar Tahun 2015
Metode Penelitian : Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik dengan
menggunakan desain cross-sectional. Dalam penelitian ini melibatkan 70
responden yang dikumpulkan menggunakan teknik consecutive sampling. Pada
sampel penelitian diberikan kuesioner dan dilakukan pengukuran tekanan darah,
tinggi badan, dan berat badan langsung untuk mendiagnosis hipertensi dan untuk
mengetahui faktor risiko yang dimiliki responden.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian ditemukan proporsi hipertensi di Puskesmas
Batua sebesar 50%. Distribusi hipertensi berdasarkan jenis kelamin, di mana pria
yang mengalami hipertensi sebesar 77,27% sedangkan wanita yang mengalami
hipertensi sebesar 37,5%. Distribusi hipertensi berdasarkan usia, di mana
kelompok usia <40 tahun yang mengalami hipertensi sebesar 13,64%, kelompok
usia 40-45 tahun sebesar 40%, kelompok usia 46-55 tahun sebesar 61,54%, dan
kelompok usia >55 tahun sebesar 80%. Distribusi hipertensi berdasarkan indeks
massa tubuh, di mana prevalensi responden dengan IMT normal yang mengalami
hipertensi sebesar 54,84%, responden dengan IMT kurang yang mengalami
hipertensi sebesar 40%, dan responden dengan IMT overweight–obese yang
mengalami hipertensi sebesar 48,28%. Distribusi hipertensi berdasarkan perilaku
merokok, di mana proporsi responden yang merokok yang mengalami hipertensi
sebesar 80% dan responden yang tidak merokok yang mengalami hipertensi
sebesar 47,69%. Distribusi hipertensi menurut kegiatan rumah tangga, di mana
proporsi kegiatan rumah tangga ringan yang mengalami hipertensi sebesar 50%
dan responden yang melakukan kegiatan rumah tangga sedang-berat sebesar 50%.
Distribusi hipertensi menurut kegiatan olahraga, di mana proporsi responden yang
tidak olahraga yang mengalami hipertensi sebesar 45,95%. Sedangkan proporsi
responden yang olahraga ringan yang mengalami hipertensi sebesar 63,16%, dan
responden yang olahraga sedang-berat sebesar 42,86%. Berdasarkan hasil analisis
bivariat antara jenis kelamin dan hipertensi didapatkan hubungan yang bermakna
dengan p=0,002, di mana wanita merupakan faktor protektif terhadap terjadinya
hipertensi sebesar 82% (CI = 0,056-0,561). Berdasarkan analisis bivariat antara
usia dan hipertensi juga ditemukan hubungan yang bermakna yang dimulai dari
kelompok umur 45 tahun ke atas dengan p <0,05, di mana semakin bertambahnya
usia maka semakin berisiko untuk mengalami hipertensi. Sedangkan tidak
ditemukan hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh, perilaku
merokok, dan aktifitas fisik dengan terjadinya hipertensi (p>0,05) secara statistik.
Kesimpulan : Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan terjadinya hipertensi, di mana wanita merupakan
faktor protektif terhadap terjadinya hipertensi sebesar 82%. Faktor risiko usia juga
memiliki hubungan yang bermakna dengan terjadinya hipertensi, di mana semakin
bertambahnya usia maka semakin berisiko untuk mengalami hipertensi.
Sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh,
perilaku merokok, dan aktifitas fisik dengan terjadinya hipertensi secara statistik.

Kata Kunci : hipertensi, jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, perilaku
merokok, aktifitas fisik.

DaftarPustaka :48 (2001-2014).


ABSTRACT
Background : Hypertension is the main risk factor for heart disease, stroke, and
kidney disease. Uncontrolled hypertension has relationship in increase morbidity
and mortality for cardiovascular disease. Based on World Health Organization
(WHO) data, in developed countries about 330 million people had hypertension
and about 640 million people in developing countries. In 2025, WHO predict
about 1,56 billion people will have high blood pressure. WHO also declared that
hypertension is one of the main cause of premature death in the world and is the
problem that always grow up. In the world, increasing blood pressure estimated
can cause 7,5 million death, about 12.8% of the total death. Hypertension was one
of ten main diseases and the most leading non communicable disease in Makassar.
Because there are still many people that diagnosed with hypertension and the high
mortality rate of hypertension, so the writer consider to do this research to know
about relationship between some of risk faktor like demography factor, nutritional
status, and behaviour factor that play a role in hypertension like the other same
research before. This research held at Batua public health center that had the
biggest amount of outpatients in Makassar.
Aim : The aim of this research to know the relationship between age, sex, body
mass index, smoking behaviour, and physical activity to hypertension at Batua
Public Health Center, Makassar in 2015.
Methods : The method of this research is using cross sectional design. This
research using 70 samples that collect using consecutive sampling technique. The
samples was given quesionaire and the blood pressure, body height, and body
weight was measured to diagnosed the hypertension and to know the risk factors
that the samples had.
Result : Based on this research found that prevalence of hypertension in Batua
Public Health Center about 50 %. Distribution of hypertension based on sex,
found that man who had hypertension is 77.27% and the woman who had
hypertension was about 37.5 %. Distribution of hypertension based on age, where
age group < 40 years old who had hypertension is 13.64%, age group 40-45 years
old is 40%, and age group 46-55 years old is 61,54%, and age group >55 years old
is 80%. Distribution of hypertension based on body mass index found that
proportion of the respondent with normal body mass index who had hypertension
is 54.84%, underweight respondent who had hypertension is 40%, and the
overweight-obese respondent who had hypertension is 48.28%. Distribution of
hypertension based on smoking behaviour, where the smoking repsondent who
had hypertension is 80% and non smoking respondent who had hypertension is
47.69%. Distribution of hypertension based on daily activity, where the proportion
of respondent who had slight daily activity who had hypertension is 50% and the
respondent who had moderate-heavy daily activity who had hypertension is 50%.
Distribution of hypertension based on exercise, where the proportion of the
respondent who do not have exercise who had hypertension is 45.95%. The
proportion of respondent who had mild exercise who had hypertension is 63,16%,
and proportion of the respondent who had moderate-heavy exercise who had
hypertension is 42.86%. Based on bivariat analysis between sex and hypertension,
there is significant relationship with p = 0.002, where woman is protective factor
to hypertension about 82% (CI = 0,056-0,561). Based on bivariat analysis
between age and hypertension, there is also significant relationship begin in age
group above 45 years old with p <0.05, where increasing in age also increase the
risk to get hypertension. However, there are no significant relationship between
body mass index, smoking, and physical activity to hypertension (p>0.05)
statistically.
Conclusion : There is significant relationship between sex and hypertension,
where woman is protective factor to hypertension about 82%. Age also had
significant relationship to hypertension, where increasing in age also increase the
risk to get hypertension. However, there are no significant relationship between
body mass index, smoking, and physical activity to hypertension statistically.

Key word : Hypertension, sex, age, body mass index, smoking, physical activity.

References : 48 (2001-2014).
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan tugas kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul : “Pengaruh Faktor Demografi,
Status Gizi, Dan Faktor Perilaku Terhadap Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
Batua Makassar Tahun 2015”
Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada dr. Irwin Aras, M.Epid, selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dengan tekun dan sabar memberikan arahan, koreksi dan
bimbingannya tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau
berikan merupakan kesempatan berharga bagi penulis untuk belajar.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, juga penulis sampaikan
kepada:
1. Ketua bagian dan seluruh staf dosen Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Makassar.
2. Pimpinan dan staf-staf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Makassar.
3. Seluruh keluarga dan dosen-dosen penulis yang juga telah memberikan
dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat seperjuangan minggu saya yang telah banyak memberikan
dukungan kepada penulis.
5. Warga masyarakat yang mengikuti penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan,
untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala
keterbatasan yang ada mudah-mudahan skripsi ini ada manfaatnya. Akhirnya
penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Makassar, 6 Februari 2015
Penulis,

Godeberta Astria Pakan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................... 9
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................................. 9
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................ 10
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat ............................................................ 10
1.4.2. Manfaat Ilmiah ............................................................................. 10
1.4.3. Manfaat bagi Peneliti ................................................................... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi ............................................................................................. 11
2.1.1. Definisi ......................................................................................... 11
2.1.2. Epidemiologi................................................................................. 11
2.1.3. Etiologi.......................................................................................... 12
2.1.4. Patofisiologi..................................................................................
13
2.1.5. Gejala Klinis ................................................................................. 15
2.1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang ........................................ 15
2.1.7. Penatalaksanaan ........................................................................... 17
2.1.8. Pencegahan ................................................................................... 19
2.2. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi .................................................... 19
2.2.1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi ............................ 21
2.2.1.1. Jenis Kelamin ............................................................................ 21
2.2.1.2. Usia ............................................................................................ 22
2.2.1.3. Ras ............................................................................................. 22
2.2.1.4. Riwayat Keluarga ...................................................................... 22
2.2.2. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi ....................................... 22
2.2.2.1. Indeks Massa Tubuh .................................................................. 22
2.2.2.2. Merokok .................................................................................... 23
2.2.2.3. Konsumsi Alkohol ..................................................................... 24
2.2.2.4. Aktifitas Fisik ............................................................................ 26
2.2.2.5. Stress ......................................................................................... 26
2.2.2.6. Pola Makan ................................................................................
.................................................................................................................26
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................................ 28
3.2. Kerangka Konsep ................................................................................. 28
3.3. Definisi Operasional ............................................................................. 28
3.4 Hipotesis ............................................................................................... 32
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian .................................................................................. 34
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 34
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. 34
4.4. Besar Sampel Penelitian........................................................................ 34
4.5. Cara Pengambilan Sampel.....................................................................
35
4.6. Manajemen dan Analisis Data...............................................................
36
4.7. Etika Penelitian......................................................................................
39
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1. Keadaan Geografis ...............................................................................
40
5.1.1. Lokasi Puskesmas......................................................................... 40
5.1.2. Penyakit Terbanyak ...................................................................... 40
5.1.3. Unit Pelayanan di Puskesmas Batua ............................................ 40
5.1.4. Ketenagaan ................................................................................... 41
5.2. Analisis Univariat ................................................................................. 41
5.3. Analisis Bivariat .................................................................................... 43
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Jenis Kelamin ........................................................................................ 47
6.2. Usia ....................................................................................................... 47
6.3. Indeks Massa Tubuh .............................................................................. 48
6.4. Perilaku Merokok .................................................................................. 49
6.5. Aktifitas Fisik ........................................................................................ 50
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ........................................................................................... 51
7.2. Saran...................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 53
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel 1.1 Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi


Umur pada Usia 25 + Tahun di Negara-Negara pada Regional
Asia Tenggara

Tabel 1.2 Prevalensi Diabetes, Hipertiroid pada Umur > 15 tahun dan
Hipertensi pada Umur > 18 Tahun Menurut Provinsi,
Indonesia 2013

Tabel 1.3 Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Strok menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Riskesdas 2007

Tabel 1.4 Sepuluh Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun 2011

Tabel 1.5 Sepuluh Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian di Kota


Makassar Tahun 2011

Tabel 1.6 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana
Pelayanan di Kota Makassar Tahun 2010

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan darah pada Orang Dewasa Berusia > 18
Tahun

11
Tabel 2.2 Penyebab Hipertensi

12

Tabel 2.3 Klasifikasi Internasional Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa

23

Tabel 2.4 Kondisi dan Komplikasi yang Berpotensial Terjadi pada


Penggunaan Alkohol Berat dan Kronik

25

Tabel 4.1 Tabel 2 x 2

37

Tabel 5.1 Daftar 10 Penyakit Terbesar Pasien Rawat jalan Puskesmas


Batua Kota Makassar Tahun 2008

40

Tabel 5.2 Distribusi Tenaga Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan di


Puskesmas Batua Tahun 2009

41

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik Umum

42

Tabel 5.4 Distribusi Hipertensi Menurut Faktor Demografi, Status Gizi,


dan Faktor Perilaku

44

Tabel 5.5 Hubungan Antara Faktor Demografi, Status Gizi, dan Faktor
Perilaku Terhadap Hipertensi

45
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

Gambar 2.1 Beberapa Faktor yang Mengatur Tekanan Darah

14

Gambar 2.2 Patofisiologi dari Hipertensi

15

Gambar 2.3 Algoritma Guideline Manajemen Hipertensi

18

Gambar 2.4 Faktor Utama yang Menyebabkan Hipertensi dan


Komplikasinya

20

Gambar 2.5 Kerangka Teori

27

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

28
DAFTAR GRAFIK

GRAFIK HALAMAN

Grafik 1.1 Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi


Umur pada Usia 25 + Tahun di Regional Asia Tenggara

2
LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 Surat Presentasi Proposal Penelitian

Lampiran 2 Surat Presentasi Hasil Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Badan Koordinasi Penanaman Modal


Daerah

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Pemerintah Kota Makassar Badan


Kesatuan Bangsa dan Politik

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Makassar

Lampiran 6 Kuisioner kegiatan penelitian

Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Hasil Pengolahan Data SPSS

Lampiran 9 Riwayat Penulis


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Menurut Centers for Disease Control and Prevention,1 peningkatan
tekanan darah atau hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit
jantung, stroke, dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak terkontrol berhubungan
dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler dan
peningkatan penggunaan biaya layanan kesehatan sekitar 131 juta dollar setiap
tahunnya. Meskipun hanya peningkatan kecil dari tekanan darah dapat
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler. Setiap peningkatan tekanan darah
sistolik sekitar 20 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik sebesar 10
mmHg meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan stroke
dua kali lipat.2
Berdasarkan data World Health Organization (WHO),3 pada negara maju,
sekitar 330 juta orang yang mengalami hipertensi dan sekitar 640 juta orang pada
negara berkembang. Pada tahun 2025 diprediksikan ada sekitar 1,56 milyar orang
dewasa yang mengalami tekanan darah tinggi. WHO juga menyatakan hipertensi
sebagai salah satu penyebab utama kematian prematur di seluruh dunia dan
merupakan suatu masalah yang terus berkembang.
Di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan
7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari seluruh total kematian. Secara global,
prevalensi peningkatan tekanan darah pada orang dewasa yang berusia 25 tahun
atau lebih adalah sekitar 40% pada tahun 2008. Karena perkembangan populasi
dan proses penuaan, jumlah orang yang menderita hipertensi yang tidak terkontrol
mengalami peningkatan dari sekitar 600 juta orang pada tahun 1980 hingga
mencapai hampir 1 milyar orang pada tahun 2008. Menurut regional WHO,
prevalensi peningkatan tekanan darah tertinggi ditemukan di Afrika , yaitu sekitar
46 % untuk kedua jenis kelamin, sedangkan prevalensi terendah peningkatan
tekanan darah berada di Amerika, yaitu sekitar 35% untuk kedua jenis kelamin.
Pada regional ini, pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita (39% untuk pria dan 36% untuk wanita). Pada seluruh regional WHO, pria
memiliki prevalensi peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan
pada wanita.3
Regional Asia Tenggara menunjukkan prevalensi untuk kedua jenis
kelamin sekitar 36.1% yang berada pada urutan keenam dari seluruh regional
WHO, dimana juga didapatkan prevalensi pria yang lebih tinggi dibandingkan
wanita, dimana prevalensi pada pria sekitar 37,3% dan wanita 34.9% seperti yang
terlihat pada grafik 1.1.4
Grafik 1.1. Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi Umur pada
Usia 25+ Tahun di Regional WHO, 2008
Sumber: Global and Regional Overview, World Health Organizatin, 20114
Di Regio Asia Tenggara terdapat 7.9 juta kematian, terdapat 25% dari
kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Salah satu faktor risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler adalah hipertensi, sekitar 35% dari populasi
orang dewasa mengalami hipertensi di region tersebut dan menyebabkan sekitar
1.5 juta kematian setiap tahunnya. Pria memiliki prevalensi lebih tinggi
dibandingkan pada wanita pada sebagian besar negara di Asia Tenggara. Indonesia
berada pada urutan kedua yang memiliki prevalensi hipertensi tertinggi di regional
Asia Tenggara setelah Myanmar (tabel 1.1). 4,5

Tabel 1.1. Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi Umur pada
Usia 25+ Tahun di Negara-Negara pada Regional Asia Tenggara
Sumber: Hypertension in The South East Asia Region-An Overview, Regional Health
Forum, 20115
Pada tabel 1.2 tampak prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%)
dan Jawa Barat (29,4%). 6

Tabel 1.2. Prevalensi Diabetes, Hipertiroid pada Umur >15 Tahun dan Hipertensi pada
Umur > 18 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2013
Sumber: Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia, 20136
Prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan 28.1% dan merupakan urutan ke
8 dari seluruh provinsi di Indonesia.6 Menurut RISKESDAS 2007,7 kabupaten di
Sulawesi Selatan yang memiliki prevalensi hipertensi tertinggi adalah Soppeng
(40,6%) dan Sidenreng Rappang (23,3%) seperti yang terlihat pada tabel 1.3.

Tabel 1.3. Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Strok menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Riskesdas 2007
Sumber: Riset Kesehatan Dasar, 20077
Meskipun di Kota Makassar prevalensi yang mengalami hipertensi hanya
sekitar 23.5 % dan berada pada urutan ke 22 dari seluruh kota dan kabupaten di
Sulawasi Selatan, namun hipertensi termasuk dalam 10 penyakit utama dan
merupakan penyakit urutan pertama untuk kelompok Non Communicable Disease
di Kota Makassar, seperti terlihat pada tabel 1.4. Selain itu, hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 2 di Kota Makassar seperti terlihat pada tabel 1.5. 8

Tabel 1.4. Sepuluh Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun 2011


Sumber: Profil Kesehatan Kota Makassar,20118
Tabel 1.5. Sepuluh Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian di Kota Makassar Tahun
2011

Sumber: Profil Kesehatan Kota Makassar,20118

Untuk saat ini, belum ada data prevalensi hipertensi terbanyak di


Puskesmas di Kota Makassar. Pada tabel 1.6, terlihat Puskesmas Batua memiliki
jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap terbanyak di seluruh Puskesmas Kota
Makassar pada tahun 2010.8
Tabel 1.6. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana pelayanan di Kota
Makassar Tahun 2010

Sumber: Profil Kesehatan Kota Makassar,20118

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam penelitian Bcheraoui


et.al 9 yang berjudul Hypertension and Its Associated Risk Factors in the Kingdom
of Saudi Arabia, 2013: A National Survey, ditemukan kejadian hipertensi lebih
rendah pada perempuan tetapi meningkat sesuai pertambahan usia (OR = 0.61;
95%CI: 0.50–0.74) dan pada partisipan yang mengalami obesitas (OR =2.24; 95%
CI: 1.89–2.65). Sedangkan menurut Tee et al10 dalam penelitiannya yang berjudul
The Prevalence Of Hypertension And Its Associated Risk Factors In Two Rural
Communities In Penang, Malaysia menemukan bahwa peningkatan usia (OR
2.29), indeks massa tubuh yang meningkat (OR 4.23), dan konsumsi alkohol (OR
3.47) merupakan faktor risiko yang memegang peranan penting terjadinya
11
hipertensi. Pada hasil analisis penelitian Diyan et al yang berjudul Hubungan
Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik
Umum di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten
Minahasa pada tahun 2013 didapatkan hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian hipertensi (diperoleh nilai p sebesar 0,000). Pada hasil penelitan
ini didapatkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas Tumaratas (OR = 6,0 , CI 95% = 2,532 –
14,220), ini berarti responden yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki
peluang 6 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi
di Puskesmas (OR= 4,378, CI 95% = 1,864 – 10,285), ini berarti responden yang
tidak melakukan aktifitas fisik memiliki peluang 4,378 kali lebih besar menderita
penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang melakukan aktifitas
fisik. Menurut penelitian Manampiring12 tentang Hubungan Status
Gizi dan Tekanan Darah pada Penduduk Berusia 45 Tahun Ke Atas
di Kelurahan Pakoa Kecamatan Wanea Kota Manado tahun 2008,
terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan
tekanan darah dengan hasil uji chi square yaitu p = 0,000
(p<0,05). Pada penelitian Zuraidah 13
tentang Analisis Faktor
Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Kemuning Kota
Palembang tahun 2012 menunjukkan hubungan antara usia yang
meningkat(> 35 tahun) dengan peningkatan kejadian hipertensi
dengan p=0,0001 dan adanya hubungan antara kebiasaan
melakukan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,034).
Oleh karena masih banyak penderita hipertensi di Makassar dan masih
tinggi angka kematiannya, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh beberapa faktor risiko seperti faktor demografi, status gizi, dan faktor
perilaku yang dianggap berperan terhadap terjadinya hipertensi seperti beberapa
penelitian serupa yang telah disebutkan di atas yang akan dilakukan di Puskesmas
Batua Kota Makassar yang memiliki jumlah pasien rawat jalan terbanyak di
Makassar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimanakah pengaruh faktor demografi, status gizi, dan faktor perilaku
terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Batua Kota Makassar?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh faktor demografi, status gizi, dan faktor perilaku
terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Batua di Kota Makassar periode 14
Januari 2015-23 Januari 2015.
1.3.2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proporsi hipertensi.
2. Untuk mengetahui distribusi hipertensi berdasarkan usia.
3. Untuk mengetahui distribusi hipertensi berdasarkan jenis kelamin.
4. Untuk mengetahui distribusi hipertensi berdasarkan indeks massa
tubuh.
5. Untuk mengetahui distribusi hipertensi berdasarkan perilaku merokok.
6. Untuk mengetahui distribusi hipertensi berdasarkan aktifitas fisik.
7. Untuk mengetahui hubungan usia terhadap kejadian hipertensi.
8. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin terhadap terhadap kejadian
hipertensi.
9. Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh terhadap kejadian
hipertensi.
10. Untuk mengetahui hubungan perilaku merokok terhadap kejadian
hipertensi.
11. Untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi.

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat bagi Masyarakat
Sebagai salah satu sumber informasi tentang pengaruh beberapa
faktor risiko terhadap kejadian hipertensi.
1.4.2. Manfaat Ilmiah
Sebagai pedoman untuk menentukan pengaruh beberapa faktor risiko
terhadap kejadian hipertensi.
1.4.3. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman berharga serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang beberapa faktor
risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi .

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi
Tekanan darah diukur dalam milimeter merkuri dan dinyatakan dalam dua
angka yang ditulis dimana salah satunya berada di atas angka yang satunya.
Angka yang di atas merupakan tekanan darah sistolik-tekanan tertinggi dalam
pembuluh darah yang timbul saat jantung berkontraksi. Angka yang di bawahnya
merupakan tekanan darah diastolik-tekanan terendah dalam pembuluh darah di
antara denyut jantung yaitu saat otot jantung mengalami relaksasi. Tekanan darah
normal orang dewasa didefinisikan di mana tekanan darah sistolik 120 mmHg dan
tekanan darah diastolik 80 mmHg. Tekanan darah sistolik dan diastolik yang
normal penting untuk mempertahankan fungsi efisien pada organ-organ vital
seperti jantung, otak dan ginjal, dan untuk seluruh kelangsungan hidup. 14
Menurut WHO,12 hipertensi atau yang juga dikenal sebagai peningkatan
tekanan darah merupakan suatu keadaan dimana pembuluh darah mengalami
peningkatan tekanan secara persisten. Hipertensi didefinisikan ketika tekanan
darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Hipertensi
sendiri terbagi menjadi 2 kelas. The Seventh report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure membuat klasifikasi tekanan darah untuk dewasa berusia > 18 tahun.
Klasifikasi ini berdasarkan pada dua atau lebih pengukuran tekanan darah rata-
rata yang dilakukan saat duduk pada dua atau lebih kunjungan. 14
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Berusia > 18 tahun
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan < 80
Pre Hypertension 120-139 Atau 80-89
Stage 1 Hypertension 140-159 Atau 90-99
Stage 2 Hypertension > 160 Atau > 100
Sumber : WHO, 2005 14
2.1.2. Epidemiologi
Secara global penyakit kardiovaskuler menyebabkan sekitar 17 juta
kematian per tahun, hampir sepertiga dari total jumlah seluruh kematian.
Hipertensi menyebabkan sekitar 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51%
kematian akibat stroke. 14
Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% orang dewasa berusia 25
tahun ke atas telah didiagnosa mengalami hipertensi. Jumlah orang yang
mengalami hipertensi meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 mnejadi 1 milyar
pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi tertinggi ditemukan di Afrika yaitu sekitar
46% pada orang dewasa usia 25 tahun ke atas dan prevalensi terendah yaitu
sekitar 35% ditemukan di Amerika. Secara keseluruhan, di negara yang
berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi hipertensi yang lebih rendah yaitu
sekitar 35% dibandingkan kelompok lain sekitar 40%.14
2.1.3. Etiologi
Banyak hal yang menyebabkan hipertensi seperti yang terdaftar pada tabel
8. Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan hipertensi sistemik yang
sebabnya tidak diketahui yang diakibatkan disregulasi mekanisme homeostatik
normal dari tekanan darah, dimana sebab sekunder tidak ditemukan. Sekitar lebih
dari 95% kasus hipertensi masuk dalam kategori ini. Hipertensi sekunder
merupakan hipertensi sistemik yang disebabkan oleh penyakit yang mendasari,
yang berjumlah kurang dari 5% kasus hipertensi. 15
Tabel 2.2.Penyebab Hipertensi
Systolic and diastolic hypertension Systolic hypertension
1. Primary (essential or idiopathic) 1. Increased cardiac output
Aortic valvular insufficiency
Arteriovenous fistula, patent ductus arteriosus
Thyrotoxicosis

2. Secondary 2. Rigidity of aorta


Renal
• Renal parenchymal
– acute glomerulonephritis
– chronic nephritis
– polycystic disease
– diabetic nephropathy
– hydronephrosis
• Renovascular
– renal artery stenosis
– intrarenal vasculitis
• Renin-producing tumours
• Renoprival
• Primary sodium retention (Liddle
syndrome, Gordon syndrome)
Endocrine
• Acromegaly
• Hypothyroidism
• Hyperthyroidism
• Hypercalcaemia
(hyperparathyroidism)
• Adrenal
i. Cortical
– Cushing syndrome
– primary aldosteronism
– congenital adrenal hyperplasia
– apparent mineralocorticoid
excess (liquorice)
ii. Medullary
– phaeochromocytoma
• Extra-adrenal chromaffin tumours
• Carcinoid
• Exogenous hormones: estrogen,
glucocorticoids, mineralocorticoids,
sympathomimetics, tyraminecontaining
food, monoamine oxidase
inhibitor
Coarctation of the aorta
Pregnancy-induced hypertension
Neurological disorders
• Increased intracranial pressure
– brain tumours
– encephalitis
– respiratory acidosis
• Sleep apnoea
• Quadriplegia
• Familial dysautonomia
• Acute prophyria
• Guillain-Barr・syndrome
• Lead poisoning
Acute stress, including surgery
• Psychogenic hyperventilation
• Hypoglycaemia
• Burns
• Pancreatitis
• Alcohol withdrawal
• Alcohol and drug abuse
• Sickle cell crisis
• After resuscitation
• Postoperative
Increased intravascular volume
Iatrogenic hypertension
Paget’s disease of bone
Beri-beri
Hyperkinetic circulation
Sumber: Clinical Guidelines for The Management of Hypertension, WHO, 200515
2.1.4. Patofisiologi
Tekanan yang diperlukan untuk mengalirkan darah melewati circulatory
bed dihasilkan oleh pemompaan dari otot jantung (curah jantung) dan tonus dari
arteri (resistensi perifer). Setiap determinan tekanan darah ini ditentukan oleh
interaksi faktor-faktor kompleks secara berlebihan seperti pada gambar 2.1. 16
Gambar 2.1. Beberapa Faktor yang Mengatur Tekanan Darah

Sumber: Essensial Hypertension-Pathogenesis and Pathophysiology, 200116


Hipertensi terjadi akibat adanya abnormalitas dari semua faktor-faktor
tersebut. Sebelum mencapai tahap terakhir, faktor-faktor ini dapat menyebabkan
penebalan dinding pembuluh darah atau vasokonstriksi fungsional. Sebagai
tambahan faktor individu juga berperan dan terbukti meningkatkan kompleksitas.
Sebagai contoh, resistensi insulin yang ada sebelum terjadinya hipertensi
berkembang pada orang yang memiliki predisposisi genetik, akibat dari
hiperinsulinemia berkaitan dengan sensitivitas natrium, obesitas, dan peningkatan
saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan tahanan pembuluh darah yang
memiliki endothelium. Meskipun terdapat beberapa faktor yang jelas
berkontribusi dalam patogenesis peningkatan tekanan darah, mekanisme ginjal
diduga memerankan pemeran utama. Mekanisme lain seperti aktivitas sistem saraf
simpatis, remodeling vaskuler, peningkatan natriuretic peptide atau peningkatan
ekspresi kallikrein-kinin meningkatkan efek retensi air dan garam pada ginjal.
Jalur- jalur tersebut saling berinteraksi dan berperan dalam peningkatan tekanan
darah dan memediasi kerusakan organ target seperti yang terlihat pada gambar
2.2. 16,17

Gambar 2.2. Patofisiologi dari Hipertensi

Sumber: Essensial Hypertension-Pathogenesis and Pathophysiology, 2001 16

2.1.5. Gejala Klinis


Sebagian besar orang yang mengalami hipertensi tidak memiliki gejala
sama sekali. Ada kesalahpahaman umum yang menyatakan bahwa orang yang
mengalami hipertensi selalu memiliki gejala. Terkadang hipertensi juga dapat
menimbulkan gejala-gejala seperti sakit kepala, sesak napas, pusing, nyeri dada,
palpitasi, dan mimisan. Dapat membahayakan untuk tidak menghiraukan gejala-
gejala tersebut, tetapi juga tidak dapat berpegang pada gejala tersebut untuk
mendiagnosis hipertensi. 14
2.1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Hipertensi tanpa komplikasi biasanya asimptomatik. Meskipun tidak
semua hipertensi asimptomatik, hipertensi dapat tidak diketahui selama bertahun-
tahun karena tanda dan gejala yang timbul berhubungan dengan onset kerusakan
organ target. Oleh karena itu, teknik yang baik dalam pengukuran tekanan darah
merupakan dasar untuk mendeteksi hipertensi. Hal ini dapat dicapai dengan
mengikuti guideline berikut: 14
Kondisi pasien
Postur
Tekanan yang ditimbulkan saat duduk biasanya adekuat untuk pengukuran
tekanan darah rutin. Pasien biasanya duduk diam dengan ounggung bersandar
sekitar 5 menit, dengan lengan tidak tertutupi pakaian dan ditahan pada posisi
setinggi jantung. Pada pasien yang berusia > 65 tahun, menderita diabetes atau
mengkonsumsi terapi antihipertensi, cek perubahan postur dengan melakukan
pengukuran 1 dan 5 menit setelah pasien berdiri. 14
Keadaan Sekitar
Lingkungan yang tenang dibutuhkan. Pasien tidak mengkonsumsi kafein,
merokok, dan minum alkohol 30 menit sebelum pengukuran. Pertanyaan
mengenai makanan apa yang baru dikonsumsi, buang air besar, dan buang air
kecil juga ditanyakan. Pasien tidak sedang menggunakan stimulant adrenergic
eksogen seperti dekongestan hidung atau tetes mata yang dapat menyebabkan
dilatasi pupil. Pengukuran di rumah juga biasanya lebih disukai.14
Peralatan
Ukuran manset
Manset harus dapat menutupi paling tidak 80% dari lingkar lengan dan
menutupi dua pertiga panjang lengan; jika tidak manset diletakkan di atas arteri
brachialis. Jika ukuran manset terlalu kecil, maka dapat diperoleh hasil yang
tinggi pada pengukuran. Ujung paling bawah dari manset harus berada 2.5 cm
dalam fossa antecubital. 14
Manometer
Manometer merkuri, anaeroid, atau alat pengukuran elektronik yang
digunakan untuk mengukur tekanan darah harus dikalibrasi secara rutin menurut
standar( sekitar setiap 6 bulan) untuk memastikan keakuratannya. Pastikan alat
yang digunakan bersih, sudah terkalibrasi, pipanya tidak bocor, dan memiliki
ukuran maset yang sesuai. 14
Ultrasonik
Pada bayi dapat digunakan peralatan ultrasound, contohnya metode
Doppler.14
Teknik
Jumlah pengukuran
Pada setiap pengukuran, lakukan pengukuran dua kali secara terpisah. Jika
pengukuran berbeda 5 mmHg, lakukan pengukuran tambahan sampai hasil
pengukuran yang didapatkan cukup dekat. Pegukuran berulang kali harus
dillakukan pada pasien yang memiliki nadi yang irregular dan pada pasien yang
tua dengan hipertensi sistolik. Untuk mendiagnosis, perlu dilakukan dua kali
pengukuran dengan menggunakan hasil rata-ratanya. Pengukuran dapat dilakukan
di kedua tangan. Jika perbedaan tekanannya > 10/5mmHg, gunakan lengan yang
memiliki tekanan yang lebih tinggi. Jika tekanan darah pada tangan meningkat,
lakukan pengukuran pada salah satu kaki. 14
Cara pengukuran
Memompa manset secara cepat hingga tekanan 20 mmHg di atas tekanan
sistolik ditandai dengan menghilangnya denyut arteri radialis. Informasi
diagnostik yang penting tidak akan ditemukan jika ausculatory gap tidak
terdengar. Mengempeskan manset 3 mmHg setiap detiknya. Paling tidak satu
bunyi korotkoff harus terdengar setiap penurunan 2 mmHg kolom merkuri. Catat
fase korotkoff V (menghilang) kecuali pada anak – anak dimana yang dicatat fase
IV (meredup). 14
Hasil pengukuran
Catat tekanan darah pasien, posisi, lengan yang digunakan, ukuran
manset. 14
2.1.7. Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari pasien hipertensi adalah untuk mencapai pengurangan
maksimal total risiko jangka panjang dari morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler. Hal ini membutuhkan : (1) Penatalaksanaan dari semua faktor
risiko yang bersifat reversibel seperti merokok, dislipidemia, dan diabetes
mellitus, (2) Manajemen kondisi klinis yang berkaitan seperti gagal jantung
kongestif, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer, dan
serangan iskemik segera, (3) Mencapai tekanan darah < 130/80 mmHg untuk
pasien diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronik.14 Algoritma penatalaksaan
penderita hipertensi dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Algoritma Guideline Manajemen Hipertensi
Sumber: JNC 8,201418

Ketika dilakukan pengukuran tekanan darah di rumah atau rawat jalan


untuk mengevaluasi efisiasi dari terapi, nilai targetnya pada siang hari sekitar 10-
15 mmHg lebih rendah pada tekanan darah sistolik dan 5-10 mmHg lebih rendah
pada tekanan darah diastolik. Ada beberapa strategi untuk mencapai tujuan terapi,
yaitu: modifikasi gaya hidup, modifikasi farmakologik, dan beberapa strategi
umum untuk terapi hipertensi. 14,18
2.1.8. Pencegahan
Perkembangan terjadinya hipertensi dan komplikasi yang mungkin terjadi
dapat diminimalisasi dengan cara: (1)Diet yang sehat, (2)Mempromosikan gaya
hidup yang sehat dengan menekankan pada nutrisi yang layak untuk bayi dan
anak muda, (3)Mengurang konsumsi garam kurang dari 5 gr per hari,
(4)Mengkonsumsi buah dan sayuran 5 kali penyajian setiap harinya, (5)
Mengurangi konsumsi lemak total dan lemak tersaturasi, (6) Mengurangi
konsumsi alkohol, (7) Melakukan aktivitas fisik yang teratur, dan
mempromosikan aktivitas fisik kepada anak-anak dan anak muda. WHO
merekomendasikan aktivitas fisik paling tidak 30 menit sehari sebanyak 5 kali
seminggu, (8) Mempertahankan berat badan yang normal, (9) Berhenti merokok
dan menghindari terpapar terhadap produk tembakau, (10) Manejemen yang baik
terhadap stress. 14
Pada individu yang sudah mengalami hipertensi dapat berpartisipasi dalam
memperbaiki kondisi mereka dengan cara: (1) Mengadaptasi perilaku hidup sehat
yang telah disebutkan di atas, (2) Memonitor tekanan darah di rumah, (3)
Memeriksa gula darah, kolesterol darah, dan albumin urin, (4) Mengetahui cara
menilai resiko kardiovaskuler menggunakan alat penilaian resiko, (5) Mengikuti
nasehat-nasehat kesehatan, (6) Mengkonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah
yang diberikan secara teratur. 14
2.2. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi
Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi menjadi faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga mengalami
hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah obesitas,
aktivitas fisik yang kurang, merokok, stress, diet yang buruk, konsumsi alkohol
yang berlebihan. Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi juga dapat
terbagi menjadi faktor risiko perilaku, faktor risiko sosioekonomi, dan faktor
risiko lainnya seperti yang terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Faktor Utama yang Menyebabkan Hipertensi dan Komplikasinya


Sumber: Global Brief on Hypertension, WHO, 201314
Sebagai tambahan ada beberapa faktor metabolik yang meningkatkan
risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan komplikasi lain dari
hipertensi termasuk diabetes, kolesterol tinggi, dan obesitas atau overweight.
Terdapat beberapa faktor risiko perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi, yaitu : mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan
lemak, dan tidak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang cukup, konsumsi
alkohol dalam jumlah banyak, kurangnya aktivitas fisik, dan manejemen stress
yang buruk. Faktor resiko perilaku ini sangat berkaitan erat dengan pekerjaan
orang dan kondisi hidup seseorang. 14,19
Determinan sosial terhadap kesehatan yaitu tingkat edukasi dan kondisi
rumah seseorang, memiliki efek yang berbanding terbalik dengan faktor resiko
perilaku. Gaya hidup dan kondisi pekerjaan seseorang juga dapat menghambat
deteksi dan terapi karena kurangnya akses untuk diagnostik dan terapi. Urbanisasi
segera yang tidak terencana juga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sebagai
akibet dari lingkungan yang tidak sehat yang memicu konsumsi makanan cepat
saji, perilaku kurang beraktivitas, merokok, dan konsumsi alkohol. Dan resiko
hipertensi juga meningkat seiring bertambahnya usia akibatnya kekakuan
pembuluh darah, meskipun penuaan dari pembuluh darah dapat diperlambat
dengan gaya hidup yang sehat. 14
Pada beberapa kasus, tidak ada penyebab hipertensi yang spesifik. Faktor
genetik juga memegang peranan, dan ketika hipertensi terjadi pada orang dewasa
dibawah usia 40 tahun, maka harus disingkirkan penyebab sekunder seperti
penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan malformasi pembuluh darah. 14
2.2.1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
2.2.1.1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dideskripsikan sebagai perbedaan biologik antara pria dan
wanita, dimana bersifat universal dan ditentukan pada saat lahir. Seks berkaitan
dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma,
sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk
menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki
dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap
dengan laki-laki dan perempuan pada semua ras. 20
Insidens dan angka progresivitas penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
lebih banyak pada pria dibandingkan wanita pada saat sebelum menopause.
Setelah menopause insidens yang terjadi sama untuk pria dan wanita. Meskipun
mekanisme yang mendasari perbedaan jenis kelamin terhadap insidens dan
progresivitas penyakit kardiovaskuler belum diketahui, diduga adanya peranan
hormon seks dalam memodulasi beberapa aktivitas sistem regulasi, termasuk
sistem Renin-Angiotensin. Sebagai tambahan, perbedaan genetik juga
berpengaruh dalam memediasi perbedaan jenis kelamin dalam insidens dan
progresivitas penyakit kardiovaskuler dan hipertensi. Menurut hasil penelitian
pada mencit, ditemukan bahwa terjadi peningkatan ekspresi reseptor Angiotensin
2 pada mencit betina yang mengalami cedera vaskuler. Reseptor angiotensin 2
memiliki efek protektif terhadap cedera vaskuler terutama pada wanita sehingga
wanita memiliki efek protektif terhadap penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
dibandingkan pria.21
Pada usia 45 tahun, pria memiliki risiko mengalami hipertensi
dibandingkan wanita. Tetapi pada usia 55 hingga 64 tahun, pria dan wanita
memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami hipertensi. Pada usia 65
tahun ke atas, wanita yang memiliki kemungkinan lebih tinggi unutk mengalami
hipertensi dibandingkan pria.21
2.2.1.2. Usia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,22 umur didefinisikan sebagai
lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Pada sebuah studi,
semakin tua usia seseorang maka semakin besar risiko mengalami hipertensi,
karena dengan semakin bertambahnya usia, kemampuan elastisitas pembuluh
darah akan mengalami penurunan. 21
23
Framingham Heart Study melaporkan risiko untuk mendapatkan
hipertensi yaitu sekitar 90% untuk pria dan wanita yang sebelumnya tidak
menderita hipertensi pada usia 45 atau 65 tahun dan diperkirakan dapat bertahan
hidup hingga usia 80-85 tahun.
2.2.1.3. Ras
Ras didefinisikan sebagai kelompok orang yang memiliki perbedaan dan
persamaan dalam rantai biologis dianggap oleh masyarakat signifikan secara
sosial. Ras dibedakan menurut warna kulit dan penampilan fisik. 24 Orang kulit
hitam berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi dibandingkan orang kulit putih,
Hispanic, orang Asia, orang Indian Amerika, atau penghuni asli Alaska. Orang
kulit hitam juga mengalami hipertensi lebih awal dibandingkan dengan orang kulit
putih. 25
2.2.1.4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga adalah rekaman penyakit dan kondisi kesehatan anggota
keluarga yang berada di dalam suatu keluarga. Riwayat keluarga merupakan alat
yang berguna untuk memahami risiko kesehatan dan pencegahan suatu penyakit.
Faktor genetik juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Oleh karena itu, orang
yang memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi, memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami hipertensi. 25
2.2.2. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
2.2.2.1. Indeks Massa Tubuh yang Berlebihan
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan pengukuran tinggi dan berat
individu dengan membagi berat tubuh sesorang dalam kilogram dengan tinggi
badan kuadratnya dalam meter. Pengukuran Indeks Massa Tubuh membuat berat
badan seseorang menjadi terstandarisasi dengan tinggi mereka. Indeks Massa
Tubuh merupakan pengukuran paling sering digunakan untuk memonitor
prevalensi overweight dan obesitas pada populasi. Indeks Massa Tubuh juga
merupakan pengukuran yang paling sering digunakan untuk menentukan
seseorang mengalami obesitas atau overweight. 26
Angka yang lebih tinggi pada indeks massa tubuh meskipun dalam range
yang normal, merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya hipertensi di masa
depan pada suatu penelitian kohort terhadap wanita yang normotensif. Pada
penelitian yang lain juga menunjukkan overweight atau obesitas berhubungan
dengan peningkatan risiko terjadinya hipertensi. Indeks Massa Tubuh secara
positif dan mandiri berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas hipertensi,
penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe II, dan penyakit kronik lainnya. 27
Tabel 2.3. Klasifikasi Internasional Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa
Classification BMI(kg/m2)
Principal cut-off points Additional cut-off points
Underweight <18.50 <18.50
Severe thinness <16.00 <16.00
Moderate thinness 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99
Mild thinness 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49
18.50 - 22.99
Normal range 18.50 - 24.99
23.00 - 24.99
Overweight ≥25.00 ≥25.00
25.00 - 27.49
Pre-obese 25.00 - 29.99
27.50 - 29.99
Obese ≥30.00 ≥30.00
30.00 - 32.49
Obese class I 30.00 - 34.99
32.50 - 34.99
35.00 - 37.49
Obese class II 35.00 - 39.99
37.50 - 39.99
Obese class III ≥40.00 ≥40.00
Sumber: Body Mass Index As A Measure of Obesity, 200926
2.2.2.2. Merokok
Rokok merupakan campuran beracun yang terdiri dari 7000 bahan kimia.
Kebanyakan dari bahan kimia tersebut merupakan racun. Ketika bahan-bahan
kimia ini masuk ke dalam tubuh maka akan terjadi kerusakan. Seiring berjalannya
waktu, kerusakan tersebut memicu timbulnya penyakit. Bahan kimia dalam rokok
segera mencapai ke paru-paru saat dihirup. Zat-zat beracun ini segera berpindah
ke dalam darah dan mengalir ke seluruh tubuh. Organ dalam tubuh memiliki sel
yang melapisinya. Bahan kimia dalam rokok menyebabkan inflamasi dan
kerusakan pada sel. Merokok menyebabkan sistem imun berkerja secara terus
menerus berespon terhadap cedera yang terjadi. Stres yang berkelanjutan
mengganggu sistem kerja pada tubuh. Salah satu zat yang terdapat di dalam rokok
adalah nikotin. Nikotin menyebabkan terjadinya kecanduan karena mengubah
keseimbangan kimia pada otak. Rokok juga dapat menyebabkan perubahan kimia
darah. Merokok menyebabkan platelet melakukan agregasi dan membentuk
sumbatan yang dapat menghambat aliran darah ke jantung, otak, dan ekstremitas.
Merokok juga meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kolesterol HDL.
Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif juga dapat menimbulkan efek seperti
pada perokok aktif. 28
Merokok meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi melalui efek
vasokonstriksi akutnya. Merokok dapat melepaskan neurotaransmitter
norephinefrin dan epinefrin yang berkaitan dengan perubahan hemodinamik dan
metabolik yang dimediasi melalui mekanisme adrenergik. Merokok dapat
menyebabkan perubahan kimia darah seseorang. Merokok menyebabkan agregasi
dari platelet dan membentuk sumbatan yang meningkatkan risiko terjadinya
sumbatan aliran darah ke jantung, otak, dan ekstremitas. Merokok meningkatkan
kadar trigliserida dalam darah dan menurunkan kolesterol HDL. Bahan-bahan
kimia yang terdapat pada rokok mencegah penyembuhan dari kerusakan lapisan
pembuluh darah dan menimbulkan sumbatan pada arteri yang rusak tersebut. 28,29
2.2.2.3. Konsumsi Alkohol
Alkohol diklasifikasikan sebagai golongan sedatif hipnotik, dimana
berperan mendepresi sistem saraf pusat pada dosis yang tinggi. Pada dosis yang
rendah, alkohol berperan sebagai stimulant yang memicu perasaan euphoria.
Alkohol dapat merusak setiap organ dalam tubuh. Alkohol juga menyebabkan
lebih dari 60 penyakit. Alkohol mempengaruhi kesehatan fisik dan kesehatan
mental dalam berbagai hal sehingga penggunaan alkohol berat dan kronik
meningkatkan risiko kematian. Alkohol merupakan kontributor kelima utama
yang menyebabkan penyakit global. Pada tabel 2.4 dapat dilihat efek yang terjadi
30,31
pada penggunaan alkohol.
Tabel 2.4. Kondisi dan Komplikasi yang Berpotensial Terjadi pada Penggunaan Alkohol
Berat dan Kronik

Sumber: Alcohol-The Body Health,201130


Hubungan linear respons dosis tampak pada konsumsi alkohol dengan
batas ambang 3 minuman perhari (30 gr ethanol). Penelitian yang lain
menunjukkan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah yang sedikit dapat
menurunkan tekanan darah. Mekanisme hipertensi yang ditimbulkan akibat
alkohol masih belum jelas. Efek pada aksis renin angiotensin aldosteron, sistem
saraf adrenergic, fluks ion-ion, sekresi kortisol, atau sensitivitas insulin diduga
mendasari mekanisme terjadinya. Tetapi karena banyaknya hipotesis yang ada
maka belum ada hipotesis yanga mampu menjelaskan hubungan kedua hal
tersebut. Risiko peningkatan tekanan darah ditemukan pada konsumsi alkohol >
210 gr/minggu.32
Pengurangan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik .
The Heart Foundation merekomendasikan kepada pasien hipertensi untuk
membatasi konsumsi alkohol maksimum 2 gelas standar untuk pria per hari dan
satu gelas standar per hari untuk wanita.32
2.2.2.4. Aktifitas Fisik
Menurut WHO,33 aktifitas fisik didefinisikan sebagai segala bentuk
pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot skeletal yang membutuhkan energi
dan biasa dilakukan atau rutinitas sehari-hari sesuai dengan profesi atau pekerjaan.
Aktifitas fisik yang teratur seperti berjalan, bersepeda, dan olahraga lainnya
memiliki banyak keuntungan yang signifikan terhadap kesehatan. Olahraga adalah
aktifitas fisik yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh
yang berulang untuk mencapai kebugaran. Orang dewasa berusia 18-64 tahun
harus melakukan paling tidak olahraga aerobik sedang selama 150 menit atau
olahraga aerobik berat selama 75 menit selama seminggu. Aktifitas fisik yang
kurang meningkatkan risiko untuk terjadinya hipertensi. Sedangkan aktifitas fisik
yang teratur menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik yang teratur memiliki efek
kardioprotektif. Aktivitas fisik yang teratur berhubungan dengan peningkatan
kolesterol densitas tinggi dan pengurangan berat badan, lingkar perut, persentase
lemak tubuh, resistensi insulin, tahanan sistemik pembuluh dalah, noradrenalin
plasma, dan aktivitas renin plasma. 34
2.2.2.5. Stress
Stress adalah tuntutan fisiologis terhadap tubuh yang harus disesuaikan
oleh manusia. Hal ini dapat bersifat menyehatkan dan dibutuhkan untuk membuat
seseorang tetap waspada, meskipun demikian stress yang terus menerus dan
berkepanjangan dapat membebani tubuh. Ada dua bentuk utama dari stress yaitu
stress akut dan stress kronik. Ketika individu mengalami stress, terjadi pelepasan
hormon katekolamin, adrenalin, dan kortisol yang merupakan hormon stress
utama. Hormon-hormon ini dilepaskan ke dalam darah yang menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi dari pembuluh darah untuk
membawa darah yang lebih banyak ke pusat tubuh daripada ke ekstremitas.
Vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung juga
meningkatkan tekanan darah. Ketika stress tersebut hilang, maka tekanan darah
akan kembali ke tekanan darah sebelum mendapat stress. 35,36
2.2.2.6. Pola Makan
Pola makan didefinisikan sebagai kuantitas, proporsi, variasi, atau
kombinasi dari makanan, minuman, dan nutrien yang berbeda di dalam makanan,
dengan frekuensi sebagaimana mereka biasa dikonsumsi. Pola makan yang tidak
sehat, seperti tinggi natrium, tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi gula
meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah. Konsumsi natrium yang tinggi
berkaitan dengan insidens terjadinya penyakit kardiovaskuler. Pengurangan
konsumsi natrium hingga kira-kira 1700 mg (75 mmol) per hari dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-5 mmHg pada penderita hipertensi
dan 2 mmHg pada orang yang memiliki tekanan darah yang normal. Konsumsi
buah dan sayur yang banyak, makanan rendah lemak juga dapat membantu
menurunkan tekanan darah. 34,37
2.3. Kerangka Teori
Ras 24.25

Vasokonstriksi
Pembuluh Darah
Merokok 28,29

Cedera Vaskuler

> Usia 21,23 Menurunkan


elastisitas
Jenis Kelamin 20,21 pembuluh darah H
I
Konsumsi
Pria > Wanita P
Alkohol30,31 E
Faktor Risiko R
Hipertensi T
< Aktivitas Obesitas26,27
Fisik 33,34 E
Diabetes Mellitus N
Faktor Metabolik
S
Riwayat Hiperlipidemia I
Keluarga25

Gambar 2.5. Kerangka Teori


BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Hipertensi termasuk ke dalam sepuluh penyakit utama dan merupakan
penyakit urutan pertama Non Communicable Disease di Kota Makassar, seperti
terlihat pada tabel 1.4. Selain itu, hipertensi merupakan penyebab kematian nomor
2 di Kota Makassar seperti terlihat pada tabel 1.5.8 Hipertensi merupakan faktor
risiko utama untuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal. Hipertensi yang
tidak terkontrol berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
penyakit kardiovaskuler.1
Penetapan faktor risiko yang menyebabkan hipertensi seperti jenis
kelamin, usia, obesitas, merokok, dan aktifitas fisik dilakukan karena menurut
penelitian Bcheraoui et al,9 Tee et al,10 Diyan et al 11, Manampiring,12 dan
Zuraidah 13
faktor risiko ini yang memiliki pengaruh cukup penting terhadap
terjadinya hipertensi. Penilaian ini juga penting dilakukan untuk mengetahui
hubungan faktor risiko dan penyakit tersebut sehingga dapat membantu dalam
proses promotif, preventif, dan kuratif dari penyakit sehingga target-target yang
ingin dicapai untuk memberikan pelayanan pada masyarakat dapat tepat pada
sasaran.
3.2. Kerangka Konsep

Faktor Demografi
Jenis Kelamin
Usia

Faktor Perilaku
Merokok
Aktifitas Fisik
Hipertensi

Status Gizi
Indeks Massa Tubuh (IMT)

Gambar 3.1. Kerangka Konsep


3.3. Definisi Operasional
1. Variabel Dependen : Hipertensi
Definisi:
Ketika tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan darah diastolik > 90
mmHg atau sementara mengkonsumsi obat anti hipertensi. 6,14
Alat Ukur:
Manometer merkuri yang telah dikalibrasi dan stetoskop Littmann.
Kuisioner
Cara ukur:
Pengukuran Langsung
Melakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien yang
datang ke Puskesmas Batua dengan menggunakan manometer merkuri.
Pasien sudah duduk tenang selama paling kurang 5 menit. Manset dibungkus
melingkari lengan kiri atas pasien. Lengan kiri pasien dalam keadaan rileks
Tangan kiri pemeriksa meraba denyut nadi arteri radialis. Kemudian manset
dipompa hingga pemeriksa tidak merasakan denyut nadi arteri radialis lagi,
kemudian dinaikkan lagi 20 mmHg. Setelah itu kempeskan manset sambil
memperhatikan manometer dan tetap meraba nadi arteri radialis. Denyutan
pertama yang kembali muncul merupakan tekanan sistolik. Letakkan
stetoskop pada area lipatan siku sebelah medial (lokasi arteri brachialis).
Kemudian kembali pompa manset hingga seperti tekanan awal (tekanan saat
denyut arteri radialis tidak teraba yang telah ditambah 20 mmHg).
Kempeskan manset sambil mendengar bunyi pertama yang timbul. Bunyi
pertama yang timbul menunjukkan tekanan sistolik dan bunyi terakhir yang
terdengar adalah tekanan diastolik. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali,
kemudian ditetapkan tekanan darah rata-ratanya.15
Sementara Mengkonsumsi Obat Anti Hipertensi
Menanyakan subjek apakah telah mengkonsumsi obat anti hipertensi melalui
kuisioner.
Hasil ukur:
23
Kategori hipertensi ditetapkan berdasarkan kriteria JNC 7 subjek
dikelompokkan menjadi :
(0) Tidak Hipertensi : Tekanan darah sistolik < 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik < 90 mmHg atau tidak sementara mengkonsumsi obat anti
hipertensi.
(1) Hipertensi : Ketika tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik > 90 mmHg atau sementara mengkonsumsi obat anti
hipertensi.
2. Variabel Independen : Jenis Kelamin
Definisi : Perbedaan biologik antara pria dan wanita.18
Alat Ukur: Kuesioner
Cara ukur: Dinilai berdasarkan jawaban subjek di kuesioner pada pertanyaan
jenis kelamin.
Hasil ukur:
1. Pria
2. Wanita
3. Variabel Independen : Umur
Definisi : Lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan).21
Alat Ukur: Kuesioner
Cara ukur: Dinilai berdasarkan jawaban subjek yang datang ke Puskesmas
Batua.
Hasil ukur:
Umur dinyatakan dalam tahun dan dibagi dalam kelompok
1. < 40 tahun
2. 40-45 tahun
3. 46-50 tahun
4. 51-55 tahun
5. >55 tahun
4. Variabel Independen: Indeks Massa Tubuh (IMT)
Definisi: Pengukuran tinggi dan berat individu dengan membagi berat tubuh
sesorang dalam kilogram dengan tinggi badan kuadratnya dalam meter. 26
Alat Ukur:
1. Timbangan yang telah dikalibrasi
2. Microtoise
3. Kalkulator
Cara ukur:
1. Berat Badan
Menimbang berat badan pasien Puskesmas Batua dengan menggunakan
timbangan. Sampel yang diukur tidak menggunakan alas kaki saat
ditimbang. Sampel berdiri lurus tegak, kepala lurus tegak, mata
memandang ke depan, dan tidak bersentuhan dengan benda-benda di
sekitarnya. 26
2. Tinggi Badan
Mengukur tinggi badan pasien Puskesmas Batua dengan menggunakan
microtoise. Microtoise tergantung pada bidang datar (dinding) setinggi 2 m
dari tanah. Sampel berdiri lurus tegak, kepala lurus tegak, mata
memandang ke depan, punggung bersandar pada dinding, dan kedua kaki
lurus dan telapak kaki dirapatkan. Menarik pita meteran dari microtoise
hingga ke ujung kaki sampel yang telah dirapatkan.26
3. Menghitung Indeks Massa Tubuh dengan rumus : BB(kg)/TB2(m2)
4. Mengklasifikasikan Indeks Massa Tubuh pasien Puskesmas Batua
Ket :
BB= Berat Badan (dalam kilogram)
TB= Tinggi Badan (dalam meter)
Hasil ukur:
1. Normal, bila nilai IMT 18,5 -24,9 kg.m2
2. Kurus, bila nilai IMT <18,5 kg/m2
3. Overweight, bila nilai IMT > 25 kg/m2
4. Obese, bila nilai IMT > 30 kg/m2
5. Merokok
Definisi: Kebiasaan/perilaku menghisap rokok > 1 batang per hari atau pernah
melakukan perilaku menghisap rokok dalam waktu yang kurang dari 1 bulan. 38
Alat Ukur: Kuesioner
Cara ukur:
Menanyakan sampel yang datang ke Pukesmas Batua merokok atau tidak
melalui kuesioner yang berikan.
Hasil ukur:
Merokok dikelompokkan menjadi :
1. Tidak merokok
2. Merokok
6. Aktifitas Fisik
6.1. Aktifitas Rumah Tangga :
Definisi : Pengelompokkan jenis kegiatan yang rutin dilakukan dalam
keluarga.33
Alat Ukur: Kuesioner
Cara ukur:
Dinilai berdasarkan jawaban subjek pada kuesioner.
Hasil Ukur : Aktifitas rumah tangga dikelompokkan menjadi:
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
6.2. Olahraga :
Definisi : Aktifitas fisik yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan
gerakan tubuh yang berulang untuk mencapai kebugaran.33
Alat Ukur: Kuesioner
Cara ukur:
Dinilai berdasarkan jawaban subjek pada kuesioner.
Hasil Ukur : Olahraga dikelompokkan menjadi:
(1) Tidak olahraga
(2) Ringan
(3) Sedang
(4) Berat
3.4. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep yang telah disusun, maka hipotesis yang
akan dibuktikan adalah :
Hipotesis Nol (H0) :
1. Tidak ada hubungan usia terhadap terjadinya hipertensi pada pasien di
Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23 Januari
2015.
2. Tidak ada hubungan jenis kelamin terhadap terjadinya hipertensi pada pasien
di Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23
Januari 2015.
3. Tidak ada hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap terjadinya hipertensi pada
pasien di Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23
Januari 2015.
4. Tidak ada hubungan kebiasaan merokok terhadap terjadinya hipertensi pada
pasien di Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23
Januari 2015.
5. Tidak ada hubungan aktifitas fisik terhadap terjadinya hipertensi pada pasien
di Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23
Januari 2015.
Hipotesis Alternatif (Ha) :
1. Adanya hubungan usia terhadap terjadinya hipertensi pada pasien di
Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23 Januari
2015.
2. Adanya hubungan jenis kelamin terhadap terjadinya hipertensi pada pasien di
Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23 Januari
2015.
3. Adanya hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap terjadinya hipertensi pada
pasien di Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23
Januari 2015.
4. Adanya hubungan kebiasaan merokok terhadap terjadinya hipertensi pada
pasien di Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23
Januari 2015.
5. Adanya hubungan aktifitas fisik terhadap terjadinya hipertensi pada pasien di
Puskesmas Batua kota Makassar Periode 14 Januari 2015 sampai 23 Januari
2015.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah salah satu bentuk rancangan penelitian analitik
observasional menggunakan desain cross-sectional untuk melihat pengaruh usia,
jenis kelamin, indeks massa tubuh, perilaku merokok, dan aktifitas fisik terhadap
prevalensi hipertensi pada satu waktu yang bersamaan dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa manometer merkuri, stetoskop, microtoise,
timbangan, dan kuesioner dengan format campuran, sebagian berupa pertanyaan
terbuka, sebagian tertutup.15,26 Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur
langsung responden yang datang dan meminta responden mengisi kuesioner yang
telah dipersiapkan.39

4.2. Tempat dan Waktu


Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Batua, Kota Makassar pada
tanggal 14 Januari 2014 – 23 Januari 2015.

4.3. Populasi dan Sampel


Populasi target pada penelitian adalah warga masyarakat Makassar yang
datang ke Puskesmas Batua. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah warga
masyarakat Makassar yang datang ke Puskesmas Batua pada 14 Januari 2015 – 23
Januari 2015.

Sampel penelitian adalah semua populasi terjangkau yang memenuhi


kriteria penelitian.

4.4. Besar Sampel


Sampel penelitian ini adalah warga masyarakat berusia > 45 tahun yang
datang ke Puskesmas Batua di kota Makassar pada 14 Januari 2015 – 23 Januari
2015.
Besar sampel dihitung menggunakan rumus: 39

Dimana:

n : besar sampel minimal

Zα : deviat baku alpha

P : proporsi kategori variabel yang diteliti

Q : 1-P

d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

α= 0,05
Zα = 1,96
P = 23,5 %
Q= 1-0,235 =0,765
d = 10 %
1,962 x 0,235(1−0,235)
n=
0,12
�=(3,8416) � (0,17978) /0,01
n= 69,064

Batas kemaknaan adalah p < 0,05 dengan interval kepercayaan 95%.


Dengan perhitungan berdasarkan rumus di atas, didapatkan nilai n = 69,064 yang
jika dibulatkan menjadi 70 responden.

4.5. Cara Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel adalah teknik non probability sampling. Teknik
non probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive
sampling yang dilakukan pada semua subyek yang datang berurutan di Puskesmas
Batua yang memenuhi kriteria pemilihan pada periode 14 Januari 2015 – 23
Januari 2015.39
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kriteria Inklusi :
a. Bisa berbahasa Indonesia
b. Bisa membaca
c. Warga masyarakat yang bersedia berpartisipasi.
2. Kriteria Eksklusi :
a. Warga masyarakat yang sedang menderita diabetes, stroke, penyakit
jantung, dan penyakit ginjal.
b. Subjek yang tidak mengisi kuesionernya dengan lengkap.
4.6. Manajemen dan Analisis Data
4.6.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak
pemerintah dan Dinas Kesehatan Kota Makassar. Setelah itu dilakukan
pengamatan dan pencatatan langsung kedalam daftar tilik yang telah disediakan.
4.6.2. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan data (Editing)
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
kuisioner, kelengkapan data, diantaranya kelengkapan identitas, lembar
kuesioner, dan kelengkapan isian kuesioner sehingga apabila terdapat
ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti.
2. Pemberian kode (Coding)
Peneliti mengklasifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya.
Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban yang
ada dengan kode berupa angka, kemudian dimasukan kedalam tabel
sehingga mudah dibaca.
3. Tabulating
Peneliti mempersiapkan tabel dengan kolom dan barisnya, menghitung
banyaknya frekuensi, memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam
tabel-tabel sesuai kriteria dengan tujuan agar data dapat tersusun rapi,
mudah dibaca dan dianalisa.
4. Entry data
Memasukan data yang telah ditabulasi ke dalam program komputerisasi
yaitu program SPSS 16.0.
4.6.3. Analisis Data
Analisis data penelitian merupakan media untuk menarik kesimpulan dari
seperangkat data hasil pengumpulan. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat
dilakukan dengan tujuan melihat gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari
variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan analisis bivariat bertujuan
untuk melihat hubungan antara dua variabel tersebut. 39
Analisis hubungan antar variabel atau perbedaan prevalens antar kelompok
yang diteliti dilakukan setelah melakukan validasi dan pengelompokkan data.
Pada studi cross-sectional, analisis yang dilakukan dapa berupa suatu uji hipotesis
ataupun analisa untuk memperoleh risiko relatif. Estimasi risiko relatif dinyatakan
dengan Rasio Prevalens (RP). Rasio prevalens memberikan gambaran peran
faktor risiko terhadap terjadinya efek atau penyakit, dengan cara membandingkan
antara prevalensi penyakit (efek) pada kelompok dengan risiko dengan prevalensi
efek pada kelompok tanpa risiko. RP dihitung dengan cara sederhana
menggunakan tabel 2x2 seperti yang terlihat pada tabel 4.1. 39
Tabel 4.1. Tabel 2x2

Efek Ya Tidak Jumlah

Faktor Risiko

Ya a b a+b

Tidak c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+ c+d

a= subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek


b= subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
c= subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
d= subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek
Rasio Prevalens (RP) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :39

RP = a/(a+b) : c/(c+d)

a/(a+b) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang


mengalami efek
c/(c+d) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
Rasio prevalens harus selalu disertai dengan Interval Kepercayaan (IK)
yang dikehendaki. Interval Kepercayaan menunjukkan letak rasio prevalens yang
diperoleh dari populasi terjangkau bila sampling dilakukan berulang-ulang dengan
cara yang sama. 38
Interprestasi hasil Rasio Prevalensi (RP) : 39
1. Bila RP = 1 maka variabel yang diduga menjadi faktor risiko tidak ada
pengaruhnya terhadap terjadinya efek, atau dengan kata lain bersifat netral.
2. Bila RP > 1 dengan rentang interval kepercayaan 95% tidak mencakup angka
1, berarti variabel yang diduga menjadi faktor risiko ternyata benar merupakan
faktor risiko terjadinya penyakit.
3. Bila RP < 1 dengan rentang interval kepercayaan 95% tidak mencakup angka
1, maka variabel yang diteliti merupakan faktor protektif, bukan faktor risiko.
4. Bila interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, maka berarti
populasi yang diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai
prevalensnnya = 1. Hal ini berarti bahwa dari data yang ada belum dapat
disimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor risiko
atau faktor protektif.
Pengujian statistik untuk data proporsi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Chi Square pada program SPSS. Uji Chi Square merupakan uji
hipotesis non parametrik. Syarat uji Chi Square yaitu : 39,40
1. Merupakan analisis data kategorikal.
2. Data merupakan frekuensi (bukan proporsi/persentase)
3. Menghitung besar perbedaan antara nilai pengamatan (observed frequencies)
dengan nilai harapan (expected frequencies).
4. Besar sampel cukup, tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai expected
frequencies kurang dari satu.
5. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai expected frequencies kurang dari 5,
lebih dari 20% dari keseluruhan sel. Uji Fisher adalah uji hipotesis untuk
proporsi dua kelompok dengan jumlah subyek yang sedikit. Bila syarat uji Chi
Square tidak terpenuhi, baris/kolom sel dimampatkan (digabung) tetapi bila
tetap tidak memenuhi syarat gunakan uji lainnya (Fisher’s exact test untuk
tabel 2x2 atau uji binomial untuk tabel 1x2).

4.6.3. Penyajian Data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram
untuk menggambarkan pengaruh beberapa faktor risiko terhadap prevalensi
hipertensi di Puskesmas Batua periode 14 Januari 2015-23 Januari 2015.

4.7. Etika Penelitian


1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah,
Dinas Kesehatan Kota Makassar, dan Puskesmas Batua sebagai
permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Menjaga kerahasiaan identitas subjek penelitian sehingga diharapkan
tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Keadaan Geografis
5.1.1. Lokasi Puskesmas
Puskemas Batua terletak sekitar 10 km sebelah timur Kota Makassar,
tepatnya di Kelurahan Batua Kecamatan Manggala yang dapat dicapai dengan
kendaraan umum. Wilayah kerja Puskesmas meliputi dua kecamatan dan empat
kelurahan dengan luas wilayah kerja 117,01km2.
5.1.2. Penyakit Terbanyak
Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa hipertensi merupakan penyakit urutan
ketujuh dari sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas Batua.
Tabel 5.1. Daftar 10 Penyakit Terbesar Pasien Rawat Jalan Puskesmas Batua Kota
Makassar Tahun 2008
NO NAMA PENYAKIT FREKUENSI PERSEN
1 Infeksi Saluran Pernafasan Atas 28.490 54,9
2 Penyakit Kulit 5.656 10,9
3 Penyakit Rongga Mulut 4.116 8,1
4 Penyakit Jaringan Otot 4.125 7,9
5 Penyakit infeksi pada saluran usus 3.231 6,2
6 Penyakit Gastritis 2.369 4,6
7 Hipertensi 1.188 2,3
8 Penyakit Saluran Nafas Bawah 1.157 2,2
9 Penyakit Mata Adneksa 791 1,5
10 Penyakit Infeksi Parasit 752 1,4

Sumber: Data Primer Puskesmas Batua

5.1.3. Unit Pelayanan di Puskesmas Batua


Unit Pelayanan yang ada di Puskesmas Batua, yaitu :
1. Unit Peningkatan dan Kesehatan Keluarga meliputi : Kegiatan Kesehatan
Ibu dan Anak, KB, Gizi Masyarakat, UKS, Usia Lanjut dan Kesehatan
Kerja.
2. Unit Pencegahan dan dan Pemberantasan Penyakit yang meliputi
kegiatan : Penyakit TB paru, Diare, Kusta, Demam Berdarah, ISPA, dan
Kegiatan Imunisasi.
3. Unit Pemeliharaan dan Kesehatan Rujukan meliputi : Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut, Pelayanan Rujukan Umum, dan Asuransi
Kesehatan.
4. Unit lingkungan, Penyuluhan dan Peran serta Masyarakat Meliputi :
Peningkatan Kesehatan Lingkungan, penyuluhan Kesehatan Masyarakat,
Perawatan Kesehatan Masyarakat dan JPS Bidang Kesehatan.
5. Unit Perawatan meliputi Rawat Inap dan Rawat Jalan.
6. Unit Penunjang meliputi Farmasi dan Laboratorium.
5.1.4.Ketenagaan
Tenaga yang ada di Puskesmas Batua baik tenaga kesehatan dan tenaga
non kesehatan berjumlah 38 orang dimana yang terbanyak adalah mereka yang
berlatar belakang pendidikan perawat yang terlihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Tenaga berdasarkan Latar Belakang Pendidikan di Puskesmas
Batua tahun 2009

No. Jenis Tenaga Jumlah

1 Dokter Umum 3

2 Dokter Gigi 3

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 4

4 Sarjana Apoteker 1

5 Sarjana Sosial 1

6 Akper 1

7 SPK 9
8 SPRG 2

9 D3 Gizi 2

10 D3 Kebidanan 1

11 SPK/ Bidan 3

12 Bidan 1

13 D3 Kesling 1

14 Pekarya 1

15 SMAK 1

16 SMA 2

Total 38

Sumber: Data Primer Puskesmas Batua

5.2. Analisis Univariat


Sebanyak 70 subjek laki-laki dan wanita yang ikut serta dalam penelitian ini.
Gambaran dari faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi dapat dilihat pada
tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik Umum


Variabel N (orang) (%)
Umur
<40 tahun 22 31,4
40-45 tahun 10 14,3
46-50 tahun 7 10,0
51-55 tahun 6 8,6
>55 tahun 25 35,7
Jenis Kelamin
Pria 22 31,4
Wanita 48 68,6
Indeks Massa
Tubuh
Normal 31 44,3
Kurus 10 14,3
Overweight 25 35,7
Obese 4 5,7
Perilaku Merokok
Merokok 5 7,1
Tidak Merokok 65 92,9
Kegiatan Rumah
Tangga
Ringan 56 80,0
Sedang 11 15,7
Berat 3 4,3
Olahraga
Tidak Olahraga 37 52,9
Ringan 19 27,1
Sedang 12 17,1
Berat 2 2,9
Status Hipertensi
Hipertensi 35 50
Tidak Hipertensi 35 50
Total 70 100
Sumber: Data Primer Puskesmas Batua
Hipertensi didefinisikan ketika tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg atau sementara mengkonsumsi obat anti
hipertensi. Hipertensi sebagai variabel dependen dikategorikan menjadi hipertensi
dan tidak hipertensi melalui dua kali pengukuran langsung terhadap responden yang
kemudian diambil nilai rata-ratanya. Pada penelitian ini jumlah responden yang
hipertensi sama dengan jumlah responden yang tidak hipertensi. Umur sebagai
variabel independen dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu kelompok <40
tahun, 40-45 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, >55 tahun. Pada penelitian ini nilai
meannya adalah 48,55 yang masuk dalam kelompok umur 46-50 tahun. Jenis kelamin
sebagai variabel independen dibagi menjadi pria dan wanita. Pada penelitian ini
jumlah responden wanita dua kali dibandingkan responden pria. Indeks Massa Tubuh
sebagai variabel independen dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu normal, kurus,
overweight, obese. Pada penelitian ini, responden paling banyak memiliki indeks
massa tubuh yang normal yaitu 31 orang dan nilai meannya berada pada kelompok
kurus. Merokok sebagai variabel independen dikategorikan menjadi merokok dan
tidak merokok. Pada penelitian ini didapatkan responden yang tidak merokok 13 kali
lebih banyak dibandingkan yang merokok.
Kegiatan Rumah Tangga merupakan variabel independen yang dikategorikan
menjadi ringan, sedang, dan berat. Pada penelitian ini, responden paling banyak
melakukan kegiatan rumah tangga ringan yaitu 56 orang berdasarkan dari jawaban
kuesioner yang diberikan. Olahraga merupakan variabel independen yang
dikategorikan menjadi tidak olahraga, ringan, sedang, dan berat. Pada penelitian ini,
responden paling banyak yang tidak berolahraga yaitu 37 orang seperti yang terlihat
pada tabel 5.6.
5.3. Analisis Bivariat
Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada penelitian ini, pasien
hipertensi lebih banyak pada pasien pria yaitu sebesar 77,27%. Pasien hipertensi
juga meningkat seiring bertambahnya usia, dimana paling banyak terdapat pada
kelompok usia > 55 tahun yaitu sebesar 80%. Responden yang memiliki indeks
massa tubuh normal paling banyak mengalami hipertensi yaitu sebesar 54,84%.
Responden yang merokok lebih banyak mengalami hipertensi yaitu sebesar 80%.
Responden yang melakukan olahraga ringan paling banyak menderita hipertensi
yaitu sebesar 63,16%. Sedangkan responden yang mengalami hipertensi
proporsinya sama pada responden melakukan kegiatan rumah tangga ringan dan
sedang-berat yaitu masing-masing sebesar 50%.

Tabel 5.4. Distribusi Hipertensi Menurut Faktor Demografi, Status Gizi, dan Faktor
Perilaku

Status Hipertensi
Faktor Risiko Tidak
Hipertensi
Hipertensi
Jenis Kelamin
Pria 5 (22,73%) 17 (77,27%)
Wanita 30 (62,5%) 18 (37,5%)

Usia
<40tahun 19(86,36%) 3(13,64%)
40-45 tahun 6(60%) 4(40%)
46-55tahun 5(38,46%) 8(61,54%)
>55tahun 5(20%) 20(80%)
IMT
Normal 14(41,56%) 17(54,84%)
Kurus 6(60%) 4(40%)
Overweight- 15(51,72%) 14(48,28%)
Obese
Perilaku
Merokok
Merokok 1(20%) 4(80%)
Tidak Merokok 34(50,31%) 31(47,69%)
Kegiatan
Rumah Tangga
Ringan 28 (50%) 28(50%)
Sedang-Berat 7(50%) 7(50%)
Olahraga
Tidak Olahraga 20(54,05%) 17(45,95%)
Ringan 7(36,84%) 12(63,16%)
Sedang-Berat 8(57,14%) 6(42,86%)
Sumber: Data Primer Puskesmas Batua

Tabel 5.5. Hubungan antara Faktor Demografi, Status Gizi, dan Faktor Perilaku Terhadap
Hipertensi

Status Hipertensi
Faktor Risiko Tidak P POR 95% CI
Hipertensi
Hipertensi
Jenis Kelamin
Pria 5 (22,73%) 17 (77,27%) 1,00 Referensi
Wanita 30 (62,5%) 18 (37,5%) 0,002 0,176 0,056-0,561

Usia
<40tahun 19(86,36%) 3(13,64%) 1,00 Referensi
40-45 tahun 6(60%) 4(40%) 0,094 4,22 0,729-24,442
46-55tahun 5(38,46%) 8(61,54%) 0.003 10,13 1,941-52,902
>55tahun 5(20%) 20(80%) 0,000 25,33 5,307-
120,921
IMT
Normal 14(41,56%) 17(54,84%) 1,00 Referensi
Kurus 6(60%) 4(40%) 0,414 0,549 0,129-2,339
Overweight- 15(51,72%) 14(48,28%) 0,258 0,769 0,278-2,122
Obese
Perilaku
Merokok
Tidak Merokok 34(50,31%) 31(47,69%) 1,00 Referensi
Merokok 1(20%) 4(80%) 0,164 4,387 0,465-41,404
Kegiatan
Rumah Tangga
Ringan 28 (50%) 28(50%) 1,00 Referensi
Sedang-Berat 7(50%) 7(50%) 1,000 1,00 0,310-3,226
Olahraga
Tidak Olahraga 20(54,05%) 17(45,95%) 1,00 Referensi
Ringan 7(36,84%) 12(63,16%) 0,222 2,017 0,649-6,271
Sedang-Berat 8(57,14%) 6(42,86%) 0,843 0,882 0,255-3,050
Sumber: Data Primer Puskesmas Batua
Pada tabel 5.5 dapat dilihat hasil analisis bivariat antara jenis kelamin
dengan hipertensi didapatkan bahwa pada responden wanita yang mengalami
hipertensi lebih rendah dibandingkan dengan responden pria. Wanita merupakan
faktor protektif sebesar 0,82 kali terhadap terjadinya hipertensi. Dan secara
statistik hubungan ini signifikan.
Dari tabel 5.5 juga dapat kita lihat hasil analisis bivariat antara usia dengan
hipertensi bahwa semakin bertambahnya usia semakin meningkatkan risiko
mengalami hipertensi. Hubungan ini mulai terlihat pada subgrup kelompok usia
46-55 tahun. di mana reponden kelompok usia 46-55 tahun lebih berisiko sepuluh
kali untuk hipertensi, dan responden kelompok usia > 55 tahun memiliki risiko
dua puluh lima kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan
responden kelompok usia < 40 tahun. Dan secara statistik hubungan ini signifikan.
Melalui analisis bivariat yang terlihat pada tabel 5.3 , dapat dilihat bahwa
faktor risiko Indeks Massa Tubuh (IMT), perilaku merokok, kegiatan rumah
tangga, dan olahraga tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya
hipertensi.

BAB 6
PEMBAHASAN
Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi menjadi faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga mengalami
hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah obesitas,
aktivitas fisik yang kurang, merokok, stress, diet yang buruk, konsumsi alkohol
yang berlebihan.14
6.1. Jenis Kelamin
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita merupakan faktor
protektif terhadap terjadinya hipertensi, yang berarti bahwa pria lebih berisiko untuk
mengalami hipertensi. Pada penelitian Marice 41 yang dilakukan pada responden obese
yang berumur 18 tahun ke atas pada tahun 2010 yang dilakukan di 33 provinsi di
Indonesia, didapatkan bahwa pria lebih berisiko 1 kali dibandingkan wanita untuk
mengalami hipertensi.
Insidens dan angka progresivitas penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
lebih banyak pada pria dibandingkan wanita pada saat sebelum menopause.
Setelah menopause insidens yang terjadi sama untuk pria dan wanita. Meskipun
mekanisme yang mendasari perbedaan jenis kelamin terhadap insidens dan
progresivitas penyakit kardiovaskuler belum diketahui, diduga adanya peranan
hormon seks dalam memodulasi beberapa aktivitas sistem regulasi, termasuk
sistem Renin-Angiotensin. Sebagai tambahan, perbedaan genetik juga
berpengaruh dalam memediasi perbedaan jenis kelamin dalam insidens dan
progresivitas penyakit kardiovaskuler dan hipertensi. Menurut hasil penelitian
pada mencit, ditemukan bahwa terjadi peningkatan ekspresi reseptor angiotensin 2
pada mencit betina yang mengalami cedera vaskuler. Reseptor angiotensin 2
memiliki efek protektif terhadap cedera vaskuler sehingga wanita memiliki efek
protektif terhadap penyakit kardiovaskuler dan hipertensi dibandingkan pria.21
6.2. Usia
Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia
semakin meningkatkan risiko mengalami hipertensi yang mulai terlihat pada
kelompok usia 46-55 tahun. Kelompok usia 46-55 tahun lebih berisiko sepuluh kali
mengalami hipertensi, dan kelompok usia > 55 tahun lebih berisiko dua puluh lima
kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan kelompok usia < 40 tahun. Hal
ini juga terlihat dalam penelitian Julianty 42 pada tahun 2013 yang dilakukan pada
responden laki-laki dan perempuan kelompok umur 15-60 tahun di Kabupaten Bogor
dari data Riskesdas 2007 sebanyak 2.785 orang, dimana semakin bertambahnya usia
maka semakin berisiko untuk mengalami hipertensi.
Hasil yang sama juga dapat dilihat pada penelitian Zuraidah et al13
yang dilakukan di Kecamatan Kemuning Kota Palembang tahun
2012 yang kepada orang yang berusia 18 tahun ke atas yang
bertempat tinggal di Kecamatan, di mana ada hubungan yang
signifikan antara usia yang meningkat(> 35 tahun) dengan
peningkatan kejadian hipertensi.
Pada usia 45 tahun, pria memiliki risiko mengalami hipertensi
dibandingkan wanita. Tetapi pada usia 55 hingga 64 tahun, pria dan wanita
memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami hipertensi. Pada usia 65
tahun ke atas, wanita yang memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami
hipertensi dibandingkan pria. Pada sebuah studi, semakin tua usia seseorang maka
semakin besar risiko mengalami hipertensi, karena dengan semakin bertambahnya
usia, kemampuan elastisitas pembuluh darah akan mengalami penurunan.21
Framingham Heart Study23 melaporkan risiko untuk mendapatkan hipertensi yaitu
sekitar 90% untuk pria dan wanita yang sebelumnya tidak menderita hipertensi
pada usia 45 atau 65 tahun dan diperkirakan dapat bertahan hidup hingga usia 80-
85 tahun.
6.3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dalam penelitian ini juga ditemukan IMT tidak memiliki hubungan dengan
terjadinya hipertensi. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Fauzia43
yang dilakukan pada tahun 2011 terhadap 30 orang lansia yang berkunjung di
Bagian Geriatri RSUP dr. Kariadi Semarang. Berbeda dengan hasil penelitian
Nieky44 pada tahun 2014 yang dilakukan pada pasien hipertensi yang datang ke
Poliklinik Hipertensi dan Nefrologi BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
menunjukkan adanya hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Berbedanya hasil antara kedua penelitian yang menggunakan
metode yang sama tersebut dikarenakan perbedaan cara pengambilan sampel,
pengumpulan data, dan perbedaan lokasi penelitian., dimana dalam penelitian
Nieky44 menggunakan teknik purposive sampling di Poliklinik Hipertensi dan
Nefrologi BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan pengumpulan data
melalui kuesioner dan rekam medik pasien dan penelitian ini menggunakan
consecutive sampling di Puskesmas Batua Makassar dengan penggumpulan data
melalui kuesioner dan pengukuran langsung.
Menurut teori, angka yang lebih tinggi pada indeks massa tubuh meskipun
dalam range yang normal, merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya
hipertensi di masa depan pada suatu penelitian kohort terhadap wanita yang
normotensif. Pada penelitian yang lain juga menunjukkan overweight atau
obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya hipertensi.27
6.4. Perilaku Merokok
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa merokok bukan merupakan faktor
risiko terjadinya hipertensi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang
dilakukan Finsie45 tahun 2014 di Puskesmas Ratahan, Kabupaten Minahasa
terhadap semua pasien rawat jalan di Puskesmas Ratahan yang didiagnosis oleh
dokter menderita hipertensi sesuai data rekam medis bulan Desember 2013
sampai Mei 2014 sebagai kasus sebanyak 56 orang dan penduduk yang tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara yang tidak
menderita hipertensi dan tidak sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi sebagai
kontrol sebanyak 56 orang, di mana ditemukan perilaku merokok bukan
merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Hasrin46 pada tahun 2013 yang
dilakukan pada orang yang datang berobat di Puskesmas Bangkala Kabupaten
Jeneponto yang berasal dari sepuluh Desa/Kelurahan yang termasuk dalam
wilayah kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan
metode case control di mana kelompok kasus dikumpulkan sebanyak 82 orang
dengan menggunakan teknik purposive sampling dan kelompok kontrol juga
dikumpulkan sebanyak 82 orang dengan menggunakan teknik simple random
sampling, dimana ditemukan bahwa perilaku merokok merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi. Perbedaan ini dapat dikarenakan perbedaan metode dan
jumlah sampel yang digunakan di mana dalam penelitian Hasrin 46 menggunakan
metode case control dengan jumlah sampel 164 orang yang dapat mewakili lebih
banyak populasi.
Merokok meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi melalui efek
vasokonstriksi akutnya. Merokok dapat melepaskan neurotaransmitter
norephinefrin dan epinefrin yang berkaitan dengan perubahan hemodinamik dan
metabolik yang dimediasi melalui mekanisme adrenergik.28
6.5. Aktifitas Fisik
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa aktifitas fisik bukan
merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Hasil yang sama juga ditemukan
dalam penelitian Agnesia47 pada tahun 2012 yang dilakukan di Desa Kabongan
Kidul, Kabupaten Rembang dengan menggunakan 106 responden, di mana
aktifitas fisik bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Hal ini berbeda
pula dengan penelitian Febby48 pada tahun 2013 dan sampel merupakan pasien
yang berobat ke Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat sebanyak 75 responden,
di mana kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.
Perbedaan ini dikarenakan perbedaan hasil ukur yang digunakan pada variabel
aktifitas fisik di mana pada penelitian Febby 48 kegiatan olahraga dilihat dari
teratur tidaknya melakukan olahraga.
Aktifitas fisik yang teratur seperti berjalan, bersepeda, dan olahraga
lainnya memiliki banyak keuntungan yang signifikan terhadap kesehatan.
Aktifitas fisik yang kurang meningkatkan risiko untuk terjadinya hipertensi.
Aktifitas fisik yang teratur memiliki efek kardioprotektif. Aktifitas fisik yang
teratur berhubungan dengan peningkatan kolesterol densitas tinggi dan
pengurangan berat badan, lingkar perut, persentase lemak tubuh, resistensi insulin,
tahanan sistemik pembuluh dalah, noradrenalin plasma, dan aktivitas renin
plasma.34

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini, yaitu :
1. Proporsi hipertensi di Puskesmas Batua sebesar 50%.
2. Distribusi hipertensi berdasarkan jenis kelamin, di mana pria yang mengalami
hipertensi sebesar 77,27% sedangkan wanita yang mengalami hipertensi
sebesar 37,5%.
3. Distribusi hipertensi berdasarkan usia, di mana kelompok usia <40 tahun
yang mengalami hipertensi sebesar 13,64%, kelompok usia 40-45 tahun
sebesar 40%, kelompok usia 46-55 tahun sebesar 61,54%, dan kelompok usia
>55 tahun sebesar 80%.
4. Distribusi hipertensi berdasarkan indeks massa tubuh, di mana proporsi
responden dengan IMT normal yang mengalami hipertensi sebesar 54,84%,
responden dengan IMT kurang yang mengalami hipertensi sebesar 40%, dan
responden dengan IMT overweight–obese yang mengalami hipertensi sebesar
48,28%.
5. Distribusi hipertensi berdasarkan perilaku merokok, di mana proporsi
responden yang merokok yang mengalami hipertensi sebesar 80% dan
responden yang tidak merokok yang mengalami hipertensi sebesar 47,69%.
6. Distribusi hipertensi menurut kegiatan rumah tangga, di mana proporsi
kegiatan rumah tangga ringan yang mengalami hipertensi sebesar 50% dan
responden yang melakukan kegiatan rumah tangga sedang-berat sebesar 50%.
7. Distribusi hipertensi menurut kegiatan olahraga, di mana proporsi responden
yang tidak olahraga yang mengalami hipertensi sebesar 45,95%. Sedangkan
proporsi responden yang olahraga ringan yang mengalami hipertensi sebesar
63,16%, dan responden yang olahraga sedang-berat sebesar 42,86%.
8. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan usia dengan
terjadinya hipertensi.
9. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan terjadinya hipertensi.
10. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan
terjadinya hipertensi.
11. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan
terjadinya hipertensi.
12. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan
terjadinya hipertensi.
7.2. Saran
1. Saran untuk penelitian ini adalah melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan antara faktor demografi, status gizi, dan faktor perilaku dengan
kejadian hipertensi pada daerah lainnya sehingga dapat menambah
pengetahuan akan faktor-faktor risiko apa saja yang berperan dalam
terjadinya hipertensi pada daerah lainnya apakah terdapat persamaan atau
perbedaan faktor-faktor risiko yang berperan jika dibandingkan dengan
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di Puskesmas Batua.
2. Saran lainnya adalah melakukan penelitian serupa dengan menggunakan
metode penelitian kohort untuk meminimalisir bias dalam penelitian sehingga
keterkaitan antara variabel-variabel tersebut dapat diperoleh secara lebih
akurat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Federation WH. Hypertension. New york2013 [cited 2013].

2. Prevention CfDCa. Self-Measured Blood Pressure Monitoring. Atlanta:


US Dept of Health and Human Services; 2013.
3. Organization WH. Blood Pressure Prevalence. New York: 2013; 2013.

4. Organization WH. High Blood Pressure. Global and Regional Overview


[Internet]. 2013.

5. Krishnani A. Hypertension in the South-East Asia Region: an overview.


Regional Health Forum. 2013;17(1):1-8.

6. RI BPdPKKK. Hipertensi. Riset Kesehatan Dasar 2013 [Internet]. 2013:


[140 p.].

7. RI BPKKK. Riset Kesehatan Dasar. Penyakit Tidak Menular [Internet].


2008; 152.

8. Makassar DK. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20112011:[46-68


pp.].

9. Bcheraoui CE. Hypertension and Its Associated Risk Factors in the


Kingdom of Saudi Arabia, 2013: A National Survey. International Journal
of Hypertension. 2014;214:1-7.

10. Tee SR. The Prevalence Of Hypertension And Its Associated Risk Factors
In Two Rural Communities In Penang, Malaysia. Malaysian Journal of
Hypertension. 2010;4(2):27-40.

11. Diyan, N.Oroh. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Konsumsi


Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik Umum di
Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten
Minahasa.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi.2013;1-7.

12. Manampiring,A. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada


Penduduk Berusia 45 Tahun Ke Atas di Kelurahan Pakoa Kecamatan
Wanea Kota Manando. Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi:Laporan Penelitian. 2008;1-38.

13. Zuraidah et al. Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di


Kecamatan Kemuning Kota Palembang. Politeknik Kesehatan Palembang:
Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan. 2012;1-81.

14. Organization WH. A global brief on Hypertension. Switzerland2013.

15. MN O. Clinical Guidelines for The Management of Hypertension. Cairo:


World Health Organization; 2005.

16. Vikrant S. Essential Hypertension - Pathogenesis and Pathophysiology.


Indian Academy of Clinical Medicine. 2001;2(3):140-60.

17. Oparil S. Pathogenesis of Hypertension. Annals of Internal Medicine.


2003;139:761-66.
18. 8 J. 2014 Evidence-Based Guideline For The Management of High Blood
Pressure in Adults- Report from The Panel Members Appointed to Eight
Joint National Committee (JNC 8). Hypertension Guideline [Internet].
2014.

19. Branch CDMaC. Heart Disease and Stroke Prevention Program. Blood
Pressure Factsheet [Internet]. 2012:[1-20 pp.].

20. UNESCO. UNESCO’s Gender Mainstreaming Implementation


Framework. Baseline definitions of key concepts and terms [Internet].
2004.

21. Maric C. Sex Differences in Cardiovascular Disease and Hypertension


Involvement of the Renin-Angiotensin System. American Heart
Association Journal. 2005;135(4):1-3.

22. Indonesia KBB. Usia. Indonesia: Kamus Besar Bahasa Indonesia; 2014.

23. Report TSRotJNCoC. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of


High Blood Pressure. USA2004.

24. sociology.com w. Race and Ethnicity. USA: www. sociology.com; 2011


[cited 2015].

25. Prevention CfDCa. Family History and Other Characteristic that increase
Risk Factor High Blood Pressure. Washington: Center for Disease Control
and Prevention; 2013 [cited 2015].

26. Observatory NO. Body Mass Index As A Measure of Obesity2009.

27. Tesfaye F. Association Between Body Mass Index and Blood Pressure
Across Three Populations in Africa and Asia. Journal of Human
Hypertension. 2007;21.

28. Prevention CfDCa. Report of the Surgeon General. How Tobacco Smoke
Causes Disease [Internet]. 2010:[25-40 pp.].

29. Abtahi F. Correlation between Cigarette Smoking and Blood Pressure and
Pulse Pressure among Teachers Residing in Shiraz, Southern Iran. Iranian
Cardiovasculer Research Journal. 2011;5(3):1-7.

30. Zaeland AACoN. Alcohol -The Body & Health. Effects : A brief overview
[Internet]. 2011:[3-15 pp.].

31. Organization WH. Harmful Use of Alcohol The Problem [Internet]. 2012:
[4-20 pp.].

32. Fuchs FD. Alcohol Consumption and the Incidence of Hypertension The
Atherosclerosis Risk in Communities Study. American Heart Association
Journal 2001;37:1242-50.
33. Organization WH. Physical Activity. Geneva: World Health Organization;
2014 [cited 2015].

34. Huang N. Lifestyle management of hypertension2008; 31:[1-12 pp.].

35. Bruchie S. Health Disparities and Stress. Journal of Health. 2011;12(2):1-


5.

36. Association AH. Stress ang Blood Pressure. USA: www. heart.org; 2014
[cited 2015].

37. Agriculture Do. A Series of Systematic Reviews on the Relationship


Between Dietary Patterns and Health Outcomes. Center for Nutrition
Policy and Promotion. 2014;15:9-12.

38. Ponniah, S. Monitoring Tobacco Use in New Zealand: A technical Report


on Defining Smoking Status and Estimates of Smoking Prevalence.
Wellington: Ministry of Health,2008.

39. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 5.


Jakarta : Sagung Seto,2014.

40. Usman M, Warsono, Ruswandi R, Statistika-Pengantar Pada Analisis


Data. Bandung: Sinar Baru Algensindo; 2009:p262-278.

41. Sihombing, M. Hubungan Perilaku Meroko, Konsumsi


Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada
Responden Obese Usia Dewasa di Indonesia. Maju Kedokteran Indonesia
2010;60(9):406-12.

42. Pradono, J. Permasalahan dan Faktor Risiko yang Berhubungan dengan


Terjadinya Hipertensi di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Pusat
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes
2013;41(2):61-71.

43. Rachman, F.Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang: Karya Tulis Ilmiah. 2011:1-16.

44. Greyti, N. Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Poliklinik Hipertensi Dan Nefrologi Blu
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado: Laporan Penelitian. 2014:1-7.

45. Waas, F. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi


pada Pasien Rawat Jalan Puskesmas Ratahan Kabupaten Minahasa
Tenggara Periode Desember 2013-Mei 2014. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. 2014:1-8.
46. Mannan, H. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012. Bagian
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Makassar.2012:1-13.

47. Nuarima, A. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat Di Desa Kabongan


Kidul, Kabupaten Rembang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
2010:1-40.

48. Haendra, F. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di


Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Kesehatan
2013;5(1):20-25.

Kuesioner
No. Responden:
Tanggal:
Nama :
Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin:
1. Pria

2. Wanita
Riwayat Penyakit Responden:
Hipertensi 0.Tidak 1. Pernah, 2. Masih, 3. Tak tahu
Pernah didiagnosis didiagnosis
tahun______ tahun _____
Ginjal 0.Tidak 1. Pernah, 2. Masih, 3. Tak tahu
Pernah didiagnosis didiagnosis
tahun______ tahun _____
Stroke 0.Tidak 1. Pernah, 2. Masih, 3. Tak tahu
Pernah didiagnosis didiagnosis
tahun______ tahun _____
Jantung 0.Tidak 1. Pernah, 2. Masih, 3. Tak tahu
Pernah didiagnosis didiagnosis
tahun______ tahun _____
Diabetes 0.Tidak 1. Pernah, 2. Masih, 3. Tak tahu
Melitus Pernah didiagnosis didiagnosis
tahun______ tahun _____

Pemakaian Obat Anti Hipertensi


1. Tidak pernah

2. Sementara Mengkonsumsi Obat Anti Hipertensi

Tempat berobat :

Nama obat :

Kebiasaan merokok:
1. Tidak Merokok

2. Merokok

Jumlah batang rokok/hari: ___ batang

Lama merokok ____ tahun

Aktifitas Fisik
(Pilih aktifitas fisik yang biasa dilakukan : Kegiatan Rumah Tangga dan atau
Olahraga)
(Kemudian lingkari/tulis rincian aktivitasnya pada kolom I dan II)
A. Kegiatan Rumah Tangga

1.Ringan Mencuci piring, membuat kue, berpakaian, mencukur


kumis/ jenggot, membersihkan kaca, menyetir mobil,
menulis, melukis, mengangkat barang < 5 kg, lainnya :
2.Sedang Naik tangga 2 tingkat, berkebun, memotong rumput
dengan mesin, mengangkat barang 10 kg, mendorong
beban 4-5 kg, lainnya :
3.Berat Naik tangga 2 tingkat (cepat), menggergaji, mengangkat
barang 30 kg, mendorong beban 6-7 kg

B. Olahraga

1. Tidak Olahraga
2. Ringan Jalan kaki 2-4 km/jam, bola voli (bukan kompetisi),
bulutangkis ganda, tenis meja, bersepeda 8-15 km/jam,
memancing, panahan, golf, bersepeda motor, dansa
perlahan, lainnya:
3. Sedang Jalan kaki 6-8 km/jam, bulutangkis tunggal, tennis,
berenang gaya dada, bersepeda 16-20 km/jam, senam
aerobik, bela diri (pencak silat, karate), golf(tanpa
kereta dan membawa sendiri perangkatnya), berkuda
cepat, lainnya:
4. Berat Jogging/lari 6-9 km/jam, berenang gaya bebas,
mendayung, senam berat, lari cepat, bersepeda 21-30
km/jam, lompat tali, sepak bola, mendaki gunung, bola
tangan, anggar, bola basket, semua olahraga kompetisi,
lainnya:

Diisi oleh Peneliti:


Tekanan Darah 1 2 Rata-rata
Sistolik
Diastolik
Indeks Massa Tubuh :
Berat Badan : _____ kg Tinggi Badan: ______ Indeks Massa Tubuh :
cm _____kg/m2

Master Tabel

No Jenis Usia Indeks Perilaku Kegiata Kegiatan Status


. Kelamin Massa Meroko n Olahrag Hipertens
Tubuh k Rumah a i
Tangga
1 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0
2 2.0 2.0 1.0 1.0 2.0 0.0 1.0
3 1.0 5.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0
4 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 0.0 1.0
5 2.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 0.0
6 2.0 4.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0
7 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 0.0 1.0
8 2.0 2.0 3.0 1.0 1.0 2.0 0.0
9 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0 0.0
10 1.0 1.0 1.0 1.0 3.0 0.0 1.0
11 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0
12 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.0
13 1.0 5.0 1.0 1.0 3.0 1.0 1.0
14 1.0 5.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0
15 2.0 5.0 3.0 1.0 1.0 0.0 1.0
16 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
17 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 0.0 0.0
18 2.0 3.0 3.0 1.0 1.0 2.0 0.0
19 1.0 5.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
20 1.0 5.0 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0
21 1.0 5.0 1.0 1.0 1.0 0.0 1.0
22 1.0 3.0 3.0 2.0 2.0 3.0 1.0
23 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 0.0 1.0
24 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 0.0 0.0
25 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 0.0
26 2.0 5.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0
27 2.0 5.0 4.0 1.0 1.0 0.0 0.0
28 1.0 5.0 1.0 2.0 1.0 0.0 1.0
29 2.0 1.0 3.0 1.0 1.0 0.0 0.0
30 2.0 1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 0.0
31 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.0
32 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0
33 2.0 1.0 3.0 1.0 1.0 2.0 0.0
34 1.0 5.0 2.0 1.0 1.0 0.0 0.0
35 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0
36 2.0 2.0 2.0 1.0 1.0 0.0 1.0
37 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 0.0 0.0
38 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 0.0 0.0
39 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 0.0
40 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0 0.0
41 2.0 1.0 4.0 1.0 1.0 0.0 0.0
42 2.0 3.0 3.0 1.0 1.0 0.0 1.0
43 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
44 2.0 4.0 3.0 1.0 1.0 0.0 1.0
45 1.0 4.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0
46 1.0 5.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0
47 1.0 5.0 3.0 1.0 1.0 3.0 0.0
48 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0
49 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 0.0 1.0
50 2.0 4.0 1.0 1.0 1.0 0.0 1.0
51 2.0 5.0 3.0 1.0 2.0 1.0 0.0
52 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
53 2.0 4.0 4.0 1.0 1.0 0.0 0.0
54 2.0 5.0 4.0 1.0 1.0 0.0 1.0
55 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0
56 1.0 3.0 3.0 2.0 2.0 0.0 0.0
57 2.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0
58 1.0 5.0 3.0 2.0 1.0 1.0 1.0
59 1.0 5.0 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0
60 2.0 3.0 3.0 1.0 1.0 2.0 0.0
61 1.0 5.0 3.0 1.0 1.0 0.0 1.0
62 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0
63 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0
64 1.0 1.0 1.0 1.0 2.0 0.0 1.0
65 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.0
66 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0 0.0 0.0
67 1.0 5.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0
68 1.0 5.0 3.0 1.0 1.0 0.0 0.0
69 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0
70 2.0 4.0 1.0 1.0 1.0 0.0 1.0
Hasil Pengolahan Data SPSS
Frequencies
Statistics
Jenis Usia Indeks Massa Perilaku Kegiatan
Kelamin Tubuh Merokok Rumah
Tangga
Valid 70 70 70 70 70
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
Olahraga Hipertensi
Valid 70 70
N
Missing 0 0

Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pria 22 31.4 31.4 31.4
Valid Wanita 48 68.6 68.6 100.0
Total 70 100.0 100.0

Usia
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
<40tahun 22 31.4 31.4 31.4
40-45tahun 10 14.3 14.3 45.7
46-50tahun 7 10.0 10.0 55.7
Valid
51-55tahun 6 8.6 8.6 64.3
>55tahun 25 35.7 35.7 100.0
Total 70 100.0 100.0

Indeks Massa Tubuh


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Normal 31 44.3 44.3 44.3
Kurus 10 14.3 14.3 58.6
Overweigh
Valid 25 35.7 35.7 94.3
t
Obese 4 5.7 5.7 100.0
Total 70 100.0 100.0

Perilaku Merokok
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
65 92.9 92.9 92.9
merokok
Valid
Merokok 5 7.1 7.1 100.0
Total 70 100.0 100.0

Kegiatan Rumah Tangga


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
ringan 56 80.0 80.0 80.0
sedang 11 15.7 15.7 95.7
Valid
berat 3 4.3 4.3 100.0
Total 70 100.0 100.0

Olahraga
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak
37 52.9 52.9 52.9
olahraga
ringan 19 27.1 27.1 80.0
Valid
sedang 12 17.1 17.1 97.1
berat 2 2.9 2.9 100.0
Total 70 100.0 100.0

Hipertensi
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
35 50.0 50.0 50.0
Hipertensi
Valid
Hipertensi 35 50.0 50.0 100.0
Total 70 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin *
70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%
Hipertensi

Jenis Kelamin * Hipertensi Crosstabulation


Hipertensi Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Count 5 17 22
Expected Count 11.0 11.0 22.0
% within Jenis
Wanita 22.7% 77.3% 100.0%
Kelamin
% within Hipertensi 14.3% 48.6% 31.4%
Jenis % of Total 7.1% 24.3% 31.4%
Kelamin Count 30 18 48
Expected Count 24.0 24.0 48.0
% within Jenis
Pria 62.5% 37.5% 100.0%
Kelamin
% within Hipertensi 85.7% 51.4% 68.6%
% of Total 42.9% 25.7% 68.6%
Count 35 35 70
Expected Count 35.0 35.0 70.0
% within Jenis
Total 50.0% 50.0% 100.0%
Kelamin
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9.545 1 .002 .004 .002
Continuity Correctionb 8.021 1 .005
Likelihood Ratio 9.948 1 .002 .004 .002
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
9.409d 1 .002 .004 .002
Association
N of Valid Cases 70

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .002d
N of Valid Cases

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is -3,067.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R -.369 .107 -3.277 .002c
Interval
Ordinal by Spearman
-.369 .107 -3.277 .002c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 70

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R .014 .000 .042
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .014 .000 .042
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 329836257.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Jenis
.176 .056 .561
Kelamin (Wanita / Pria)
For cohort Hipertensi =
.364 .163 .810
Tidak Hipertensi
For cohort Hipertensi =
2.061 1.341 3.167
Hipertensi
N of Valid Cases 70

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia *
35 100.0% 0 0.0% 35 100.0%
hipertensi

usia * hipertensi Crosstabulation


hipertensi Total
tidak hipertensi
hipertensi
usia <40tahun Count 19 3 22
Expected Count 15.1 6.9 22.0
% within usia 86.4% 13.6% 100.0%
% within
79.2% 27.3% 62.9%
hipertensi
% of Total 54.3% 8.6% 62.9%
Count 5 8 13
Expected Count 8.9 4.1 13.0
% within usia 38.5% 61.5% 100.0%
46-55tahun
% within
20.8% 72.7% 37.1%
hipertensi
% of Total 14.3% 22.9% 37.1%
Count 24 11 35
Expected Count 24.0 11.0 35.0
% within usia 68.6% 31.4% 100.0%
Total
% within
100.0% 100.0% 100.0%
hipertensi
% of Total 68.6% 31.4% 100.0%

Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.700 1 .003 .007 .005
Continuity Correctionb 6.620 1 .010
Likelihood Ratio 8.725 1 .003 .007 .005
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear
8.452d 1 .004 .007 .005
Association
N of Valid Cases 35

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .005d
N of Valid Cases

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,09.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is 2,907.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R .499 .153 3.304 .002c
Interval
Ordinal by Spearman
.499 .153 3.304 .002c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 35

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R .000 .000 .042
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .000 .000 .042
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 1573343031.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for usia
(<40tahun / 46- 10.133 1.941 52.902
55tahun)
For cohort hipertensi =
2.245 1.107 4.555
tidak hipertensi
For cohort hipertensi =
.222 .071 .690
hipertensi
N of Valid Cases 35

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia4 *
47 67.1% 23 32.9% 70 100.0%
hipertensi4

usia4 * hipertensi4 Crosstabulation


hipertensi4 Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Count 19 3 22
Expected Count 11.2 10.8 22.0
% within usia4 86.4% 13.6% 100.0%
<40tahun
% within
79.2% 13.0% 46.8%
hipertensi4
% of Total 40.4% 6.4% 46.8%
usia4
Count 5 20 25
Expected Count 12.8 12.2 25.0
% within usia4 20.0% 80.0% 100.0%
>55tahun
% within
20.8% 87.0% 53.2%
hipertensi4
% of Total 10.6% 42.6% 53.2%
Count 24 23 47
Expected Count 24.0 23.0 47.0
% within usia4 51.1% 48.9% 100.0%
Total
% within
100.0% 100.0% 100.0%
hipertensi4
% of Total 51.1% 48.9% 100.0%
Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 20.624 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 18.054 1 .000
Likelihood Ratio 22.589 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
20.186d 1 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 47

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .000d
N of Valid Cases

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,77.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is 4,493.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R .662 .108 5.932 .000c
Interval
Ordinal by Spearman
.662 .108 5.932 .000c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 47

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R .000 .000 .042
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .000 .000 .042
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 1585587178.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for usia4
25.333 5.307 120.921
(<40tahun / >55tahun)
For cohort hipertensi4 =
4.318 1.938 9.624
Tidak Hipertensi
For cohort hipertensi4 =
.170 .058 .497
Hipertensi
N of Valid Cases 47

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia2 *
32 45.7% 38 54.3% 70 100.0%
hipertensi2

usia2 * hipertensi2 Crosstabulation


hipertensi2 Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
usia2 <40tahun Count 19 3 22
Expected Count 17.2 4.8 22.0
% within usia2 86.4% 13.6% 100.0%
% within
76.0% 42.9% 68.8%
hipertensi2
% of Total 59.4% 9.4% 68.8%
Count 6 4 10
Expected Count 7.8 2.2 10.0
% within usia2 60.0% 40.0% 100.0%
40-45tahun
% within
24.0% 57.1% 31.2%
hipertensi2
% of Total 18.8% 12.5% 31.2%
Count 25 7 32
Expected Count 25.0 7.0 32.0
% within usia2 78.1% 21.9% 100.0%
Total
% within
100.0% 100.0% 100.0%
hipertensi2
% of Total 78.1% 21.9% 100.0%

Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.796 1 .094 .165 .115
Continuity Correctionb 1.466 1 .226
Likelihood Ratio 2.635 1 .105 .165 .115
Fisher's Exact Test .165 .115
Linear-by-Linear
2.709d 1 .100 .165 .115
Association
N of Valid Cases 32

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .096d
N of Valid Cases

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,19.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is 1,646.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R .296 .184 1.695 .100c
Interval
Ordinal by Spearman
.296 .184 1.695 .100c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 32

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R .157 .072 .242
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .157 .072 .242
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 126474071.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for usia2
(<40tahun / 40- 4.222 .729 24.442
45tahun)
For cohort hipertensi2 =
1.439 .845 2.452
Tidak Hipertensi
For cohort hipertensi2 =
.341 .093 1.247
Hipertensi
N of Valid Cases 32

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
IMT3 *
60 85.7% 10 14.3% 70 100.0%
Hipertensi3

IMT3 * Hipertensi3 Crosstabulation


Hipertensi3 Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Count 14 17 31
Expected Count 15.0 16.0 31.0
% within IMT3 45.2% 54.8% 100.0%
Normal
% within
48.3% 54.8% 51.7%
Hipertensi3
% of Total 23.3% 28.3% 51.7%
IMT3
Count 15 14 29
Expected Count 14.0 15.0 29.0
Overweight- % within IMT3 51.7% 48.3% 100.0%
obese % within
51.7% 45.2% 48.3%
Hipertensi3
% of Total 25.0% 23.3% 48.3%
Count 29 31 60
Expected Count 29.0 31.0 60.0
% within IMT3 48.3% 51.7% 100.0%
Total
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Hipertensi3
% of Total 48.3% 51.7% 100.0%

Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .258 1 .611 .796 .401
Continuity Correctionb .062 1 .803
Likelihood Ratio .259 1 .611 .796 .401
Fisher's Exact Test .796 .401
Linear-by-Linear
.254d 1 .614 .796 .401
Association
N of Valid Cases 60

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .180d
N of Valid Cases

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,02.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is -,504.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R -.066 .129 -.501 .618c
Interval
Ordinal by Spearman
-.066 .129 -.501 .618c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 60

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R .757 .657 .858
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .757 .657 .858
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 2000000.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for IMT3
(Normal / Overweight- .769 .278 2.122
obese)
For cohort Hipertensi3
.873 .517 1.474
= Tidak Hipertensi
For cohort Hipertensi3
1.136 .693 1.862
= Hipertensi
N of Valid Cases 60

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
IMT2 *
41 58.6% 29 41.4% 70 100.0%
Hipertensi2

IMT2 * Hipertensi2 Crosstabulation


Hipertensi2 Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Count 14 17 31
Expected Count 15.1 15.9 31.0
% within IMT2 45.2% 54.8% 100.0%
Normal
% within
70.0% 81.0% 75.6%
Hipertensi2
% of Total 34.1% 41.5% 75.6%
IMT2
Count 6 4 10
Expected Count 4.9 5.1 10.0
% within IMT2 60.0% 40.0% 100.0%
Kurus
% within
30.0% 19.0% 24.4%
Hipertensi2
% of Total 14.6% 9.8% 24.4%
Total Count 20 21 41
Expected Count 20.0 21.0 41.0
% within IMT2 48.8% 51.2% 100.0%
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Hipertensi2
% of Total 48.8% 51.2% 100.0%

Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .666 1 .414 .484 .326
Continuity Correctionb .205 1 .651
Likelihood Ratio .669 1 .413 .484 .326
Fisher's Exact Test .484 .326
Linear-by-Linear
.650d 1 .420 .484 .326
Association
N of Valid Cases 41

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .207d
N of Valid Cases

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,88.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is -,806.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R -.127 .154 -.803 .427c
Interval
Ordinal by Spearman
-.127 .154 -.803 .427c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 41
Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R .500 .383 .617
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .500 .383 .617
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 957002199.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for IMT2
.549 .129 2.339
(Normal / Kurus)
For cohort Hipertensi2
.753 .398 1.424
= Tidak Hipertensi
For cohort Hipertensi2
1.371 .602 3.124
= Hipertensi
N of Valid Cases 41

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Perilaku Merokok *
70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%
Hipertensi

Perilaku Merokok * Hipertensi Crosstabulation


Hipertensi
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Perilaku Tidak Count 34 31
Merokok merokok Expected Count 32.5 32.5
% within Perilaku
52.3% 47.7%
Merokok
% within Hipertensi 97.1% 88.6%
% of Total 48.6% 44.3%
Count 1 4
Expected Count 2.5 2.5
% within Perilaku
Merokok 20.0% 80.0%
Merokok
% within Hipertensi 2.9% 11.4%
% of Total 1.4% 5.7%
Count 35 35
Expected Count 35.0 35.0
% within Perilaku
Total 50.0% 50.0%
Merokok
% within Hipertensi 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0%

Perilaku Merokok * Hipertensi Crosstabulation


Total

Count 65
Expected Count 65.0
Tidak merokok % within Perilaku Merokok 100.0%
% within Hipertensi 92.9%
% of Total 92.9%
Perilaku Merokok
Count 5
Expected Count 5.0
Merokok % within Perilaku Merokok 100.0%
% within Hipertensi 7.1%
% of Total 7.1%
Count 70
Total Expected Count 70.0
% within Perilaku Merokok 100.0%
% within Hipertensi 100.0%
% of Total 100.0%

Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.938a 1 .164 .356 .178
Continuity Correctionb .862 1 .353
Likelihood Ratio 2.066 1 .151 .356 .178
Fisher's Exact Test .356 .178
Linear-by-Linear
1.911d 1 .167 .356 .178
Association
N of Valid Cases 70

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .151d
N of Valid Cases

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,50.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is 1,382.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R .166 .103 1.392 .169c
Interval
Ordinal by Spearman
.166 .103 1.392 .169c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 70

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R .414 .299 .530
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .414 .299 .530
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 221623949.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Perilaku
Merokok (Tidak 4.387 .465 41.404
merokok / Merokok)
For cohort Hipertensi =
2.615 .446 15.329
Tidak Hipertensi
For cohort Hipertensi =
.596 .359 .990
Hipertensi
N of Valid Cases 70

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KRT *
70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%
Hipertensi

KRT * Hipertensi Crosstabulation


Hipertensi Total
TIdak Hipertensi
Hipertensi
Count 28 28 56
Expected Count 28.0 28.0 56.0
% within KRT 50.0% 50.0% 100.0%
Ringan
% within
80.0% 80.0% 80.0%
Hipertensi
% of Total 40.0% 40.0% 80.0%
KRT
Count 7 7 14
Expected Count 7.0 7.0 14.0
% within KRT 50.0% 50.0% 100.0%
Sedang-Berat
% within
20.0% 20.0% 20.0%
Hipertensi
% of Total 10.0% 10.0% 20.0%
Count 35 35 70
Expected Count 35.0 35.0 70.0
% within KRT 50.0% 50.0% 100.0%
Total
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Hipertensi
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .000 1 1.000 1.000 .617
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000 1.000 .617
Fisher's Exact Test 1.000 .617
Linear-by-Linear
.000d 1 1.000 1.000 .617
Association
N of Valid Cases 70

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .234d
N of Valid Cases

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is ,000.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R .000 .120 .000 1.000c
Interval
Ordinal by Spearman
.000 .120 .000 1.000c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 70

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 99% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R 1.000 .936 1.000
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation 1.000 .936 1.000
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 926214481.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KRT
(Ringan / Sedang- 1.000 .310 3.226
Berat)
For cohort Hipertensi =
1.000 .557 1.796
TIdak Hipertensi
For cohort Hipertensi =
1.000 .557 1.796
Hipertensi
N of Valid Cases 70

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
OR1 *
51 72.9% 19 27.1% 70 100.0%
Hipertensi1

OR1 * Hipertensi1 Crosstabulation


Hipertensi1 Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Count 20 17 37
Expected Count 20.3 16.7 37.0
% within OR1 54.1% 45.9% 100.0%
Tidak Olahraga
% within
71.4% 73.9% 72.5%
Hipertensi1
% of Total 39.2% 33.3% 72.5%
OR1
Count 8 6 14
Expected Count 7.7 6.3 14.0
Olahraga Sedang- % within OR1 57.1% 42.9% 100.0%
Berat % within
28.6% 26.1% 27.5%
Hipertensi1
% of Total 15.7% 11.8% 27.5%
Count 28 23 51
Expected Count 28.0 23.0 51.0
% within OR1 54.9% 45.1% 100.0%
Total
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Hipertensi1
% of Total 54.9% 45.1% 100.0%

Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .039a 1 .843 1.000 .548
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .039 1 .843 1.000 .548
Fisher's Exact Test 1.000 .548
Linear-by-Linear
.038d 1 .845 1.000 .548
Association
N of Valid Cases 51

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .243d
N of Valid Cases

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,31.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is -,196.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.

Interval by
Pearson's R -.028 .140 -.194 .847c
Interval
Ordinal by Spearman
-.028 .140 -.194 .847c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 51

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R 1.000 .958 1.000
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation 1.000 .958 1.000
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 926214481.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for OR1
(Tidak Olahraga / .882 .255 3.050
Olahraga Sedang-Berat)
For cohort Hipertensi1
.946 .550 1.627
= Tidak Hipertensi
For cohort Hipertensi1
1.072 .533 2.156
= Hipertensi
N of Valid Cases 51

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
OR2 *
56 80.0% 14 20.0% 70 100.0%
Hipertensi2

OR2 * Hipertensi2 Crosstabulation


Hipertensi2 Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
OR2 Count 20 17 37
Expected Count 17.8 19.2 37.0
% within OR2 54.1% 45.9% 100.0%
Tidak Olahraga
% within
74.1% 58.6% 66.1%
Hipertensi2
% of Total 35.7% 30.4% 66.1%
Olahraga Count 7 12 19
ringan Expected Count 9.2 9.8 19.0
% within OR2 36.8% 63.2% 100.0%
% within
25.9% 41.4% 33.9%
Hipertensi2
% of Total 12.5% 21.4% 33.9%
Count 27 29 56
Expected Count 27.0 29.0 56.0
% within OR2 48.2% 51.8% 100.0%
Total
% within
100.0% 100.0% 100.0%
Hipertensi2
% of Total 48.2% 51.8% 100.0%

Chi-Square Testsc
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.490 1 .222 .267 .174
Continuity Correctionb .880 1 .348
Likelihood Ratio 1.503 1 .220 .267 .174
Fisher's Exact Test .267 .174
Linear-by-Linear
1.463d 1 .226 .267 .174
Association
N of Valid Cases 56

Chi-Square Testsc
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .109d
N of Valid Cases

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.16.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is 1.210.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.
Interval by
Pearson's R .163 .131 1.215 .230c
Interval
Ordinal by Spearman
.163 .131 1.215 .230c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 56

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Interval by Interval Pearson's R .186 .095 .277
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .186 .095 .277
N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
d. Based on 70 sampled tables with starting seed 926214481.

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for OR2
(Tidak Olahraga / 2.017 .649 6.271
Olahraga ringan)
For cohort Hipertensi2
1.467 .759 2.837
= Tidak Hipertensi
For cohort Hipertensi2
.727 .446 1.187
= Hipertensi
N of Valid Cases 56
RIWAYAT PENULIS

Data Pribadi
Nama : Godeberta Astria Pakan
Tempat / Tanggal Lahir : Makassar/18 Februari 1993
Alamat : Jl. A.P. Pettarani Komp. IDI GA 10 no.9,
Makassar
Agama : Katholik
Suku Bangsa : Indonesia

Riwayat Pendidikan
Tahun 2004 Lulus SD Pundarika Makassar
Tahun 2007 Lulus SMP Dian Harapan Makassar
Tahun 2010 Lulus SMA Dian Harapan Makassar
Tahun 2013 Lulus Sarjana S1 Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar
Tahun 2013 – Sekarang Kepaniteraan Klinik

Anda mungkin juga menyukai