Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah

KOMUNIKASI POLITIK

(Peran Pers dan Media Massa Dalam Komunikasi Politik)

Oleh:

SRI MARIATI NINGSIH

C1B1 17 284

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkat, anugerah, dan karunia yang melimpah, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini degan tepat waktu. Makalah ini disusun guna
melengkapi tugas dalam mata kuliah “Komunikasi Politik”. Adapun judul
penulisan makalah ini adalah “Peran Pers dan Media Massa Dalam
Komunikasi Politik”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak
memperoleh pengarahan dari semua pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Semoga pembuatan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
materi Peran Pers dan Media Massa Dalam Komunikasi Politik.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kepada para pembaca kami
mohon dapat menyampaikan saran dan kritik untuk perbaikan selanjutnya.

Kendari, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Peran Pers Dalam Komunikasi Politik ..................................... 4
3.2 Keberadaan dan Peranan Media Massa dalam
Komunikasi Politik .................................................................. 6
3.3 Peran Media Massa Membentuk Citra Politikus dan
Mendukung Kegiatan dalam Komunikasi Politik ................... 9
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 17
4.2 Saran ........................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ………………………. ................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar elakang

Pers adalah badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala.
Secara etimologis, kata pers dalam bahasa Belanda pers dan bahasa Inggris
perss, berasal dari bahasa Latin yaitu perssare dan kata premere yang berarti
‘tekan’ atau ‘cetak’. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan,
bahkan pers elektronik, radio siaran, dan televisi siaran. Pers dalam arti
sempit hanya terbatas pada pers cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin
kantor berita (Ardianto,2009).
Pers adalah lembaga kemasyarakatan. Sebagai lembaga kemasyarakatan,
pers merupakan salah satu bagian dari sistem kemasyarakatan tempat ia
berada bersama dengan bagian-bagian sistem lainnya. Dengan demikian, pers
tidsk hidup secara mandiri, tetapi dipengaruhi oleh lembaga-lembaga
kemasyarakatan lain. Pers dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya
berada dalam keterkaitan dengan Negara, maka pers dipengaruhi bahkan
ditentukan oleh falsafah dan sistem politik Negara tempat per situ hidup.
Ada empat teori pers menurut Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan
Wibur Scramm (1963) dalam four theories of the press yaitu teori pers
otoriter, teori pers liberal, teori pers komunis, dan teori pers tanggung jawab
sosial. Pers di Indonesia sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40
tahun 1999 menganut teori tanggung jawab sosial. Namun sejak era
Demokrasi Terpimpin, terutama setelah runtuhnya rezim Orde Baru tahun
1998, pers Indonesia mengalami reformasi bahkan liberalisasi yang luar biasa
dalam sejarahnya. Perkembangan baru itu telah melahirkan semangat
euphoria dalam sejarah demokrasi di Indonesia dan melibatkan seluruh
elemen nasional yang mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan era baru tersebut yaitu era Reformasi.
Dalam dunia pers, hal itu dicerminkan oleh munculnya sikap arogansi
sebagian komunitas pers yang memberi kesan bebaanya pers di Indonesia

1
yang melebihi kebebasan pers liberal di Amerika. Kebebasan dan
merdekanya pers di Negara kita berujung pada lahirnya media massa, yang
tidak jelas status perusahaan, alamat, maupun pengasuhnya. Isinya bahkan
berisi fitnah, balas dendam, pornografi, serta kepentingan sesaat politik
maupun ekonomi sehingga menuai sebagai “pers kebablasan”.
Banyak sekali penyimpangan pers di Negara kita. Pemerintah dan
insstitusi yang seharusnya bertanggung jawab untuk menerbitkan
pelanggaran-pelanggaran dalam dunia pres malah bersikap hati-hati karena
takut menuai reaksi keras dari publik, terutama dari komunitas per situ
sendiri. Pemerintah juga sejauh mungkin menghindari urusan dengan pers
karena konstitusi melarang campur tangan terhadap kehidupan pers.
Menurut Lesmana, semua perkembangan itu merupakan konsekuensi
dari liberalisasi pers yang lemah penghargaan terhadap standar profesi,
standar organisasi, dan standar media massa. Kembalinya sistem pers
kesistem pers otoriter memang sangat tidak diinginkan, namun bukan berarti
kebebasan pers dapat menjadi tidak terkontrol dan tidak dapat dikendalikan
oleh siapapun. Dalam tulisan ini akan dibahas lebih mendalam mengenai
sistem pers di Indonesia, bagaimana sistem pers berperan dalam komunikasi
politik, dan masalah-masalah yang ada dalam sistem pers di Negara kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran pers dalam komunikasi pilitik?
2. Bagaimana keberadaan dan peranan media massa dalam komunikasi
politik?
3. Bagaimana peran media massa membentuk citra politikus dan
mendukung kegiatan dalam komunikasi politik.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana peran pers dalam komunikasi politik.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran media massa dalam komunikasi
politik.

2
3. Untuk mengetahui bagaimana peran media massa membentuk citra
politikus dan mendukung kegiatan dalam komunikasi politik

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pers


Defenisi
Pers merupakan suatu istilah yang bersal adari Belanda yang
memiliki makna ‘rekan’ atau ‘cetak’. Dalam bahasa inggris, kata pers
dikenal dengan kata pres, sedangkan pers dalam bahasa Prancis adalah
presse dan dalam bahasa latin adalah pressare. Umumnya, pers memiliki
definisi sebagai semua upaya yang menggunkana alat-alat komunikasi
media massa untuk memenuhi keperluan masyarakat dalam bidang berita
dan informasi, maupun hiburan. Pers mencakup media-media umum seperti
radio, majalah, surat kabar, film, buletin, dan tabloid. Dalam UU No.40
Tahun 1999 mengenai pers, pers emiliki definisi sebagai suatu lembaga
sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik, meliputi mencari, meperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi, baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar,
maupun suara dan gambar, serta data dan grafik ataupun dalam bentuk
lainnya yang menggunakan media cetak (Bambang S, 2007; Purwanto,
2010).

Fungsi dan Peranan Media


Media-media komunikasi tersebut memiliki lima fungsi utama dalam
suatu masyarakat demokrasi yang ideal, yakni (McNair, 1993):

1. Menyampaikan warga akan hal-hal yang sedang terjadi disekitar


mereka. Dikenaljuga dengan istilah fungsi media sebagai
surveilanceatau monitoring.
2. Mengedukasi masyarakat menganai arti dan berapa pentingnya fakta-
fakta.

4
3. Menyediakan suatu “panggung” untuk pidato politik publik dan
menafsilitasi pembentukan dari opini publik, menyalurkan opini
tersebut kembali kepada publik ketika opini tersebut muncul.
4. Memberikan publisitas kepada institusi-institusi pemerintah dan politik
5. Menjadi sarana untuk berperan sebagai advokat untuk mengaruhi
massa dengan sudut pandang dan opini politik.

Sejak abad ke-18, media berita beserta dengan fungsi-fungsinya


yang tertulis memiliki peranan-peranan yang semakin oenting untuk
kelancaran berlangsungnya proses demokrasi politik. Peranan-peranan
pers tersebut menurut UU No. 40 1999 adalah untuk memenuhi hak
masayrakat untuk memeoleh informasi; menegakkan nilai-nilai dasar
dalam berdemokrasi; mengolah opini umum yang berpatokan pada
infromasi yang benar; mengawasi berbagai hal mengenai kepentingan
umum; dan meperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Munculnya internet juga telah meberikan kesempetan baru bagi


publik untuk beraparisipasi dalam debat politik, seperti blogging dan
“citizen journalism”. Situs-situs web seperti YouTube dapat juga menjadi
sarana bagi kelompok politik dalam meberikan pernyataan dalam skala
global.

Pers dan media siaran (broadcast media), dari dasar fungsi dan
perannya memiliki intervensi politik yang cukup berbeda. Pers terkensan
sangat gencar dalam pendekatannya pada masalah-masalah politik, dan
peran pers lebih diartikulasikan berdasarkan opini. Contohnya pada saat
pemilu, padangan-pandangan diekspresikan sesuai dengan preferensi
partai, misalnya koran-koran secara aktif mengempanyekan partai yang
lebih diminati oleh mereka dab merendahkan atau mengkritik partai yang
lainnya. Pers yang tergolong populer akan akan melakukan semua hal
tersebut secara propaganda, diikuti dengan beberapa derajat dari distorsi,
ketidakbenaran, dan sensasionalisme, sementara media siaran akan

5
memaparkan garis besar dari pandangan mereka dengan alsan yang lebih
masuk akal.

2.2 Keberadaan Dan Peranan Media Massa Dalam Komunikasi Politik


Mc. Luhan menguraikan bahwa media secara umum adalah
perpanjangan alat indera manusia. Dengan media kita memperoleh
informasi tentang benda, orang, dan tempat yang tidak kita pahami secara
langsung termasuk berbagai pesan tentang lingkungan sosial dan politik.
Semua pesan yang mengandung muatan politik dapat membentuk atau
mempertahankan citra politik dan pendapat umum. Mc. Luhan juga
menyebut bahwa media atau medium adalah pesan (the medium is the
message). Artinya, media saja sudah menjadi pesan. Menurutnya, yang
mempengaruhi khalayak adalah bukan apa yang disampaikan oleh media,
tetapi jenis media komunikasi yang dipergunakan, yaitu antarpersona, media
cetak, at au media elektronik.

Kehadiran Media Massa


Pada prinsipnya media adalah segala sesuatu sebagai saluran bagi
seseorang yang menyatakan gagasan, isi jiwa, atau kesadarannya. Atau
media adalah alat untuk mewujudkan gagasan manusia.

Peranan Media Massa (Arifin 2003:4)

Penyalur ucapan Menyalurkan


(the spoken words) gambar hidup
Penyalur tulisan
(the printed writing)

Bagan 1.1 Peranan media massa.

Komunikasi politik dengan menggunakan media massa, disebut


komunikasi massa, dengan ciri-ciri dasar yang bersifat umum, terbuka, dan
aktual. Menurut Bittner (1980:10) komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah orang. Sedangkan

6
Maletze (1963) menulis bahwa komunikasi massa diartikan sebagai setiap
bentuk komunikasi yang menyatakan pernyataan secara terbuka melalui
media penyebaran teknis secara langsung dan satu arah kepada publik
yang tersebar. Ciri lain dari media massa adalah penggunaan dan isinya
bersifat terbuka dan umum, selain itu pesan komunikasi massa bersifat
aktual dari segi waktu dan substansi. Itulah sebabnya komunikasi massa
sangat erat kaitannya dengan politik dan komunikasi politik.

No. Arifin (2203:96) Charles Wright Mills (1988)


1 Fungsi informasi Fungsi pengawasan lingkungan
(surveillance)
2 Fungsi mendidik pendapat Fungsi hubungan (correlation)
umum.
3 Fungsi hiburan Fungsi hiburan

4 Fungsi menghubungkan Fungsi transmisi budaya

5 Fungsi kontrol sosial

6 Fungsi membentuk

Tabel 1.1 Fungsi media massa menurut para ahli.

Pentingnya Media Massa


Media massa, mulai dari pers, televisi, radio dan lain-lain, serta
proses komunikasi massa (peran yang dimainkan) semakin banyak dijadikan
sebagai objek studi. Memahami komunikasi massa ini ada beberapa asumsi
yang menjadi titik tolak bahwa media memiliki fungsi penting. Asumsi
tersebut ditopang oleh lima contoh seperti ditulis McQuail (1987;3).
 Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan
industri lain yang terkait.

7
 Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen,
dan inovasi dalam masyarakat.
 Media merupakan lokasi (atau forum) yang semakin berperan untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat.
 Media sering berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan,
bukan saja dalam pengertian perkembangan bentuk seni dan simbol,
tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya
hidup, dan norma-norma.
 Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas, tetapi juga bagi masyarakat
dan kelompok secara kolektif.

Peran media massa dapat dirumuskan secara ringkas antara lain:

 Media massa memberikan informasi dan membantu kita mengetahui


secara jelas ikhwal tentang dunia sekelilingnya kemudian
menyimpannya ke dalam ingatan kita.
 Media massa membantu kita menyusun agenda, menyusun jadwal
kehidupan setiap hari.
 Media massa berfungsi membantu berhubungan dengan berbagai
kelompok masyarakat lain di luar masyarakat kita.
 Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia. Media
mengajarkan berbagai sistem nilai baru yang harus dianut dan ditolak.
 Media digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari kentungan
dari pesan-pesan yang diterimanya.
 Media massa sebagai media hiburan, sebagian besar media melakukan
fungsi sebagai media yang memberikan hiburan.

8
2.3 Peran Media Massa Membentuk Citra Politikus Dan Mendukung
Kegiatan Komunikasi Politik

Peran Media Massa Membentuk Citra Politikus


Dalam komunikasi politik mekanistis, politikus dan aktivis disebut
sebagai komunikator politik oleh Dan Nimmo (1999:30-37). Politikus
adalah pekerja politik yang melakukan aktifitas politik, baik di dalam
pemerintahan maupun di luar atau di dalam parlemen. Sedangkan aktivis
adalah para penggiat atau pemimpin organisasi masyarakat yang memiliki
perhatian dan kegiatan yang berkitan dengan politik. Politikus dan aktivis
harus melakukan komunikasi politik untuk memperoleh dukungan massa
atau pendapat umum.
Media massa di negara demokrasi dan negara otoriter memiliki
perbedaan, di negara otoriter media massa di gunakan pemerintah sebagai
alat politik untuk mengendalikan opini rakyatnya hal ini sebagaimana dapat
di lihat pada negara unisoviet serta keberlangsungan media massa
tergantung kebijakan yang ada pada pemerintah.
Sedangkan di negara demokrasi peran media massa lebih luas karena
memiliki kepribadian sendiri berdasarkan latar belakang redaktur dan
wartawan yang melakuan peliputan berita, sehingga hal ini bagaikan koin
yang tidak dapat di pisahkan. Di satu pihak dapat mendukung program
pemerintah, dilain pihak dapat menimbulkan opini publik yang dapat
menghambat program pemerintah. Dalam hal ini pejabat atau pemerintah
dapat memanfaatkan media massa sebagai alat politik untuk menimbulkan
opini baru di masyarakat sehingga kepentingan pemerintah dapat berjalan
dengan baik atau pejabat dapat memanfaatkan pemberitaan di media massa
untuk memperoleh dukungan publik. Pada penyusunan berita kadang media
massa lebih mengedepankan kepentingan profitnya yakni dengan
memberitakan peristiwa di luar fakta yang terjadi sehingga menimbulkan
spekulasi baru di masyarakat. Sehingga perlu adanya koordinasi antara

9
narasumber dengan pencari berita sehingga tidak menimbulkan persepsi
baru yang akan merugikan berbagai pihak.

Peranan Media Masa Mendukung Kegiatan Komunikasi Politik


Bentuk komunikasi politik sangat terkait dengan perilaku politikus
atau aktivis politik untuk mencapai tujuan politiknya. Tekhnik komunikasi
yang digunakan untuk mencapai dukungan legitimasi (otoritas sosial)
meliputi tiga level, yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku khalayak.
Kegiatan komunikasi politik meliputi juga upaya untuk mencari,
mempertahankan, dan meningkatkan dukungan politik. Media massa juga
berperan membentuk citra politikus dan kegiatan komunikasi politik.
Dengan demikian disimpulkan bahwa media massa sangat mendukung
kegiatan komunikasi politik. Hal ini berkaitan dengan fungsi komunikasi
massa.
Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai
decoder, interpreter, dan encoder. Komunikasi massa mencode lingkungan
sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi
terjadinya persetujuan dan efek hiburan. Komunikasi massa
mengintrepetasikan hal-hal yang dikode sehingga dapat mengambil
kebijakan terhadap effek, menjaga berlangsungnya interaksi, serta
membantu masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga
mencode pesan-pesan yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat
lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada masyarakat.

2.3.2.1 Retorika Politik


Retorika berasal dari bahasa Yunani rhetorica yang berarti seni
bicara. Retorika adalah komunikasi yang bersifat dua arah atau dialogis,
yaitu antara satu dengan yang lain. Atau satu orang berbicara kepada satu
orang atau beberapa orang, untuk saling mempengaruhi dengan secara
persuasive dan timbal balik (dua arah).

10
Dale Carnage mengatakan “we are judged each day by our speech”
yang artinya setiap hari kita dihakimi oleh perkataan kita sendiri. Cara
bicara mengungkapkan apakah anda orang terpelajar atau kurang ajar.

2.3.2.2 Agitasi Politik


Agitasi berasal dari bahasa Latin yaitu agitare (bergerak,
menggerakkan). Menurut Herbert Blumer (1969) agitasi adalah beroperasi
untuk membangkitkan rakyat pada gerakan tertentu terutama gerakan
politik. Dengan kata lain, agitasi adalah upaya untuk menggerakkan massa
dengan lisan atau tulisan, dengan cara merangsang dan membangkitkan
emosi khalayak. Orang yang melakukan agitasi itu dinamakan agitator.
Napheus Smith menyebut agitator sebagai orang yang berusaha
menimbulkan ketidakpuasan, kegelisahan, atau pemberontakan orang lain.
Dengan demikian, agitasi bersifat negatif karena sifatnya yang menghasut,
mengancam, menggelisahkan, membangkitkan rasa tidak puas khalayak,
dan mendorong adanya pemberontakan.

2.3.2.3 Propaganda Politik


Propaganda berasal dari kata latin propagare (menyemai tunas
tanaman). Propagandis adalah orang yang melaksanakan kegiatan
propaganda, yang mampu menjangkau khalayak kolektif yang lebih besar.
Propagandis merupakan politikus atau kader partai politik yang memiliki
kemampuan dalam melakukan sugesti kepada khalayak dan menciptakan
suasana yang mudah terkena sugesti (suggistible). Propaganda menurut para
ahli:
1. Lenin, propaganda yaitu mengemukakan banyak gagasan atau pikiran
secara mendalam kepada sedikit orang. Propaganda di lakukan dalam
bentuk pendidikan dikelas atau ceramah-ceramah yang jumlah
khalayaknya sangat terbatas dan terpilih.
2. Leonard W. Dobb (1966), dipahami sebagai individu atau kelompok
yang berkepentingan mengontrol sikap kelompok individu lain dengan
menggunakan sugesti.

11
3. Harbert Blumer (1969) propaganda dianggap sebagai kampanye politik
yang dengan sengaja mengajak dan membimbing untuk
mempengaruhi/membujuk orang guna menerima pandangan, sentimen,
atau nilai tertentu.
4. Jacques Ellul (1965) membagi propaganda ke dalam dua tipe, yaitu:
a. Propaganda politik adalah kegiatan yang di lakukan oleh
pemerintah, partai politik (strategis atau taktis) dengan pesan-pesan
yang khas yang lebih berjangka pendek.
b. Propaganda sosiologis biasanya kurang kentara dan lebih berjangka
panjang, dengan pesan-pesan cara hidup, yang selanjutnya akan
mempengaruhi lembaga-lembaga sosial, ekonomi, dan politik.
5. Doob (1966) membedakan:
a. Propaganda Tersembunyi terjadi jika propagandis menyelubungi
(membungkus) tujuan-tujuannya ketika berbicara.
b. Propaganda Terang-terangan menyingkap tujuan politiknya tatkala
berusaha memperoleh dukungan suara.
c. Propaganda Disengaja adalah propaganda yang memang
dipersiapkan dengan cermat untuk memperoleh dukungan politik.
d. Propaganda Tidak Disengaja adalah propaganda yang terjadi secara
spontan, dalam suasana atau kondisi yang tidak direncanakan
sebelumnya.
6. Ellul (1965) juga membedakan antara propaganda vertikal dan
propaganda horizontal.

2.3.2.4 Public Relations Politik


Secara umum public relations dipahami sebagai usaha atau
kegiatan atau badan atau organisasi untuk menciptakan dan menjaga
hubungan yang harmonis dan menguntungkan dengan golongan-
golongan tertentu atau masyarakat, guna mendapat dukungan dan
penghargaan. Hartono (1966:45) menguraikan bahwa public relations
adalah fungsi manajemen dengan tugas melakukan penelitian terhadap

12
pendapat, keinginan dan sikap publik, melakukan usaha-usaha
penerangan dan hubungan-hubungan untuk mencapai saling pengertian,
kepercayaan, dukungan, dan integrasi dengan publik.
Public relations politik dilakukan baik di dalam partai politik
(internal public) maupun di luar partai politik (external public) seperti
masyarakat luas. Kegiatan yang bersifat internal adalah: (1) mengadakan
analisis terhadap kebijakan partai politik yang sudah maupun sedang
berjalan, dan (2) mengadakan perbaikan sebagai kelanjutan analisis yang
dilakukan terhadap kebijaksanaan partai politik, baik yang sedang bejalan
maupun tcrhadap perencanaan kebijakan baru.

2.3.2.5 Kampanye Politik


Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu
tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat.
Kampanye politik merupakan kegiatan yang bersifat formal dalam
perebutan jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam kampanye politik,
biasanya semua bentuk komunikasi politik dikembangkan seperti agitasi
politik, propaganda politik, public relations politik, dan retorika politik.
Namun, dapat diingat pula bahwa di Negara demokrasi termasuk Indonesia
penggunaan agitasi politik dan propaganda politik yang mengabaikan nilai-
nilai kebenaran, etika, dan moral harus ditinggalkan.

2.3.2.6 Lobi Politik


Menurut Dan Nimmo (1999), karakteristik percakapan politik
yang terjadi dalam lobi politik, antara lain adalah koorientasi, yaitu orang
saling bertukar pandangan tentang suatu masalah. Dalam pertukaran
pandangan itu diperlukan kemampuan negosiasi karena pesan yang
dipersoalkan itu memiliki dimensi isi maupun dimensi hubungan yang
memerlukan kesepakatan.
Dalam lobi politik itu pengaruh pribadi sangat penting. Dalam hal
ini kompetensi, penguasaan masalah, jabatan, dan kepribadian (kharisma)

13
politikus sangat berpengaruh. Lobi politik merupakan gelanggang
terpenting pembicaraan para politikus atau kader partai politik tentang
kekuasaan, pengaruh, otoritas, konflik, dan konsensus. Tidak salah jika
para pakar seperti Laswell dan Kaplan menyebut bahwa pembicaraan
dibelakang layar para politik itu lebih memberi gambaran tentang kondisi
politik yang sesungguhnya, ketimbang yang dikatakan melalui media.

2.3.2.7 Pola Tindakan Politik


Sesungguhnya lobi politik, retorika politik, dan kampanye politik
merupakan peristiwa-peristiwa politik yang dapat diamati dari waktu ke
waktu, yang dalam waktu lama membentuk pola. Dengan demikian, lobi
politik, retorika politik, dan kampanye politik, dapat disebut sebagai
tindakan politik.

Tindakan politik dalam peristiwa komunikasi politik bertujuan


membentuk citra (image) politik bagi khalayak (masyarakat), yaitu
gambaran tentang realitas politik yang memiliki makna. Secara umum citra
adalah peta seseorang tentang realitas. Citra merupakan gambaran tentang
realitas, kendatipun tidak harus selalu sesuai dengan realitas yang
sesungguhnya, citra adalah dunia menurut persepsi kita. Walter Lippman
(1965) menyebutnya picture in pada dasarnya citra politik terbentuk
berdasarkan informasi (verbal dan nonverbal) yang kita terima baik
langsung maupun melalui media politik termasuk media massa yang
bekerja untuk menyampaikan pesan politik.

Peran Wartawan/Media Massa Dalam Komunikasi Politik


Wartawan merupakan gambaran dari peran penting media dalam
suatu pemilihan umum (election) seperti dikemukakan oleh Oskamp &
Schultz (1998), yakni memusatkan perhatian pada kampanye, menyediakan
informasi akan kandidat dan isu seputar pemilu. Pertanyaan besar yang
sering dilemparkan ialah, bagaimana media mempengaruhi wawasan politik,

14
sikap dan perilaku masyarakat, berikut empat pengaruh media dalam politik
bagi masyarakat yaitu:
a. Penambahan Informasi
Wartawan memiliki peran yakni memberi informasi politik kepada
masyrakat mengenai pilihan mereka akan perilaku politiknya, Hampir
sebagian besar orang dewasa menyatakan bahwa mereka mendapatkan
hampir seluruh informasi tentang berbagai peristiwa dunia maupun
nasional dari media massa.
b. Kontrol Masyarakat
Wartawan memberi informasi kepada masyrakat mengenai kondisi
politik sehingga masyrakat mampu mengontrol situasi politik yang ada
c. Perilaku Memilih
Wartawan lebih cenderung menguatkan tujuan-tujuan yang ada dalam
pemungutan suara daripada merubahnya. Seperti telah disinggung
diawal bahwa peran utama media dalam suatu pemilihan umum ialah
menfokuskan perhatian masyarakat pada kampanye yang sedang
berlangsung serta berbagai informasi seputar kandidat dan isu politik
lainnya. tetap mampu mempengaruhi banyaknya suara yang terjaring
dalam suatu pemilu.
d. Efek Dalam Sistem Politik
Wartawan tidak hanya mempengaruhi politik dengan fokus tayangan,
kristalisasi atau menggoyang opini publik, namun secara luas
berdampak pada para politisi yang memiliki otoritas dalam memutuskan
kebijakan publik. Dengan publisitas, pemasangan iklan dan ulasan
beritanya, wartawan juga memiliki kemampuan yang kuat untuk secara
langsung mempengaruhi meningkatnya jumlah dana dalam suatu
kamanye politik.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah eksekutif, legislatif dan
yudikatif. pers sebagai kontrol atas ketiga pilar itu dan melandasi
kinerjanya dengan check and balance. untuk dapat melakukan
peranannya perlu dijunjung kebebasan pers dalam menyampaikan
informasi publik secara jujur dan berimbang.
2. Peran media massa dapat dirumuskan secara ringkas antara lain:
 Media massa memberikan informasi dan membantu kita mengetahui
secara jelas ikhwal tentang dunia sekelilingnya kemudian
menyimpannya ke dalam ingatan kita.

16
 Media massa membantu kita menyusun agenda, menyusun jadwal
kehidupan setiap hari.
 Media massa berfungsi membantu berhubungan dengan berbagai
kelompok masyarakat lain di luar masyarakat kita.
 Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia. Media
mengajarkan berbagai sistem nilai baru yang harus dianut dan
ditolak.
 Media digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari kentungan
dari pesan-pesan yang diterimanya.
 Media massa sebagai media hiburan, sebagian besar media
melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan.
3. Pejabat atau pemerintah dapat memanfaatkan media massa sebagai alat
politik untuk menimbulkan opini baru di masyarakat sehingga
kepentingan pemerintah dapat berjalan dengan baik atau pejabat dapat
memanfaatkan pemberitaan di media massa untuk memperoleh
dukungan publik. Pada penyusunan berita kadang media massa lebih
mengedepankan kepentingan profitnya yakni dengan memberitakan
peristiwa di luar fakta yang terjadi sehingga menimbulkan spekulasi
baru di masyarakat. Sehingga perlu adanya koordinasi antara
narasumber dengan pencari berita sehingga tidak menimbulkan persepsi
baru yang akan merugikan berbagai pihak. Bentuk komunikasi politik
sangat terkait dengan perilaku politikus atau aktivis politik untuk
mencapai tujuan politiknya. Tekhnik komunikasi yang digunakan untuk
mencapai dukungan legitimasi (otoritas sosial) meliputi tiga level, yaitu
pengetahuan, sikap, dan perilaku khalayak. Kegiatan komunikasi politik
meliputi juga upaya untuk mencari, mempertahankan, dan meningkatkan
dukungan politik. Media massa juga berperan membentuk citra politikus
dan kegiatan komunikasi politik.

17
3.2 Saran
Saran saya kepada Pers dan Media Massa, pada politikus tidak
terlalu melebih-lebihkan fakta dan opini dalam pembentukan citra pada
masyarakat.

DAFTAR ISI

Afdjani Hadiono.(2012). Peranan Pers dalam Komunikasi Politik.

Tersedia : http://catatan-anakfikom.blogspot.com/2012/03/peranan-pers-
dalam-komunikasi-politik.html (3 Desember 2018).

Anonim (2011). Peranan Media Massa Dalam Komunikasi Politik.

Tersedia : https://www.scribd.com/doc/52638697/Peranan-Media-Massa-
Dalam-Komunikasi-Politik (3 Desember 2018).

18

Anda mungkin juga menyukai