Anda di halaman 1dari 52

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak lainnya yang
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Singkawang, Oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan patologi yang dapat


mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Untuk menghadapi kehamilan risiko
harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif
sampai dengan waktunya harus diambil sikap tegas dan cepat untuk
menyelamatkan ibu dan janinnya (Manuaba, 2007).

Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk
diperhatikan dalam sikus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang
masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan. Setiap
ibu hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh
karena itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya
(Salmah, 2007).

Penyebab dari kejadian kehamilan risiko pada ibu hamil adalah karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status
sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. Dengan adanya pengetahuan ibu
tentang tujuan atau manfaat pemeriksaan kehamilan dapat memotivasinya
untuk memeriksakan kehamilan secara rutin. Pengetahuan tentang cara
pemeliharaan kesehatan dan hidup sehat meliputi jenis makanan bergizi,
menjaga kebersihan diri, serta pentingnya istirahat cukup sehingga dapat
mencegah timbulnya komplikasi dan tetap mempertahankan derajat
kesehatan yang sudah ada. Umur seseorang dapat mempengaruhi keadaan
kehamilannya. Bila wanita tersebut hamil pada masa reproduksi, kecil
kemungkinan untuk mengalami komplikasi di bandingkan wanita yang hamil
dibawah usia reproduksi ataupun diatas usia reproduksi (Rikadewi,2010).

1
Usia reproduksi sehat untuk hamil berkisar antara 25-30 tahun. Jika
kurang atau melebihi usia tersebut, maka mempengarui faktor kesuburan
reproduksi yang juga berpengaruh terhadap risiko kehamilan. Banyak cara
untuk mengatasi masalah kehamilan berisiko tinggi. Salah satu caranya
adalah mempersiapkan mental saat menjalani kehamilan tersebut, ibu hamil
juga harus rajin melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kondisi ibu
dan janin. Biasanya ibu hamil yang rajin memeriksakan kehamilan secara
rutin merasa lebih sehat. Dengan memeriksakan kehamilan secara teratur,
komplikasi serta ganguan kehamilan dapat teratasi dibandingkan ibu hamil
yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil juga perlu
mengosumsi gizi yang baik tepat dan seimbang, salah satunya asam folat,
guna mengoptimalkan perkembangan janin dan kesehatan ibu sendiri.
(Judi,2010).

Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan


perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
resiko tinggi ?
2. Bagaimana diagnosa keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan resiko
tinggi ?
3. Bagaimana intervensi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
resiko tinggi ?
4. Bagaimana implementasi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
resiko tinggi ?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan resiko
tinggi ?

2
C. Tujuan
1. Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada ibu hamil
dengan resiko tinggi.
2. Mengindentifikasi diagnosa keperawatan keluarga pada ibu hamil
dengan resiko tinggi.
3. Dapat menyusun intervensi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
resiko tinggi.
4. Melakukan implementasi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
resiko tinggi.
5. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan resiko
tinggi.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,
1998).
Keluarga merupakan kesatuan dari orang+orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah/adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998)

2. Bentuk-bentuk keluarga
Menurut Maclin (1988) :
 Keluarga Tradisional
- Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
- Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah
atau ditinggalkan
- Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
- Bujang dewasa yang tinggal sendirian
- Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah dan istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja
- Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan
dalam daerah geografis

 Keluarga Non-Tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa menikah
b) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
c) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
d) Keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah

4
e) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih
satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber, dan memiliki pengalaman
yang sama

Menurut Susman Anderson Carter :

 Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari


suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat
 Keluarga besar (ekstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah
 Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti
 Keluarga duda/janda (single family) yaitu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat
yang disebabkan karena perceraian atau kematian
 Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama
 Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat
beberapa 3ungsi keluarga menurut Setiawati & Dermawan (2005) yaitu:
a) Fungsi afektif; merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga.
Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang
dialami tiap anggota keluarga mengekspresikan kasih sayang.
b) Fungsi sosialisasi; Tercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini
anak, memberikan batasan-batasan perilaku yang boleh dan tidak
boleh pada anak, meneruskan nilai & budaya keluarga.
c) Fungsi perawatan kesehatan; merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik,

5
mental, spiritual dengan cara memelihara dan merawat anggota
keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d) Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui
keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber & penghasilan
guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
akan datang (pendidikan anak dan jaminan hari tua).
e) Fungsi biologis; bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk memelihara dan membebaskan anak untuk
kelanjutan generasi.
f) Fungsi psikologis; terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga,
memberikan identitas keluarga.
g) Fungsi pendidikan; diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak
sesuai dengan tingkat perkembangannya.

4. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
Lima tugas keluarga yang dimaksud :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga mera'at anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

5. Tahapan Kemandirian Keluarga


Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat
keluarga dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan
mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai
dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV menurut
DepKes(20016) sebagai berikut :
 Tingkat Kemandirian I (keluarga mandiri tingkat 1/KM 1)

6
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan kepera'atan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
 Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat 2/KM 2)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.

 Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat 3/KM 3)


a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
 Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat 4/KM 4)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan kepera'atan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif

7
B. Teori Penyakit
1. Definisi
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang memiliki resiko
meninggalnya bayi, ibu atau melahirkan bayi yang cacat atau terjadi
komplikasi kehamilan, yang lebih besar dari resiko pada wanita normal
umumnya.
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di
dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat
gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik. (Sawono, 2010).
Kehamilan resiko tinggi adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan
kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Untuk menentukan suatu
kehamilan resiko inggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk
menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan
dia atau janinya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan
atau cirri tersebut disebut factor resiko) (Mochtar: 2001)
Penyebab kehamilan risiko pada ibu hamil adalah karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial
ekonomi dan pendidikan yang rendah. Pengetahuan ibu tentang tujuan atau
manfaat pemeriksaan kehamilan dapat memotivasinya untuk
memeriksakan kehamilan secara rutin.

2. Kriteria Kehamilan Berisiko


Kehamilan berisiko terbagi menjadi tiga kriteria yang dituangkan
dalam bentuk angka atau skor. Angka bulat yang digunakan dalam
penilaian yaitu 2, 4 dan 8 pada setiap variabel dan kemudian dijumlahkan
menjadi total skor akhir. Berdasarkan total skor kehamilan berisiko
dibedakan menjadi:

a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR)


Kehamilan risiko rendah dimana ibu seluruh ibu hamil berisiko
terhadap kehamilanya untuk ibu hamil dengan kehamilan risiko
rendah jumlah skor 2 yaitu tanpa adanya masalah atau faktor risiko.

8
Persalinan dengan kehamilan risiko rendah dalam dilakukan secara
normal dengan keadaan ibu dan bayi sehat, tidak dirujuk dan dapat
ditolong oleh bidan.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah skor 6 - 10, adanya satu
atau lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari pihak ibu
maupun bayi dalam kandungan yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT memiliki
risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)
Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12.
Ibu hamil dengan dua atau lebih faktor risiko meningkat dan
memerlukan ketepatan waktu dalam melakukan tidakan rujukan serta
pertolongan persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditantangani
oleh Dokter spesialis.19 Hasil penelitian menunjukan bahwa KRST
merupakan kelompok risiko terbanyak penyebab kematian maternal.

3. Batasan Faktor Resiko


a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor atau
kriteria – kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi tua,
primi tua sekunder, anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤ 145
cm, riwayat penyakit, kehamilan hidramnion dan riwayat tindakan ini
merupakan faktor fisik pertama yang menyebabkan ibu hamil berisiko.
1) Primi muda ibu yang hamil pertama kali pada usia ≤ 16 tahun,
dimana pada usia tersebut reproduksi belum siap dalam menerima
kehamilan kondisi rahim dan panggul yang masih kecil, akibat dari
ini janin mengalami gangguan. Disisi lain mental ibu belum siap
menerima kehamilan dan persalinan. Bahaya yang terjadi jika usia
terlalu muda yaitu premature, perdarahan anterpartum, perdarahan
post partum. Hasil penelitian disalah satu Rumah Sakit, ibu hamil
yang dikategorikan dalam primi muda sangat rendah yakni hanya
mencapai angka 1,7%. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya komplikasi persalinan adalah ibu yang berumur <20
tahun.

9
2) Primi tua
a) Lama perkawinan ibu ≥ 4 tahun dan mengalami kehamilan
pertama setelah masa pernikahan dan pasangan tidak
mengguanakan alat kontrasepsi KB.
b) Pada umur ibu ≥ 35 tahun dan mengalami kehamilan. Usia
tersebut dikategorikan usia tua, ibu dengan usia tersebut mudah
terserang penyakit, kemungkinan mengalami kecacatan untuk
bayinya dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), cacat bawaan
sedangkan komplikasi yang dialami oleh ibu berupa pre-
eklamsi, mola hidatidosa, abortus. Menurut hasil penelitian usia
≥ 35 tahun kemungkinan 2,954 kali mengalami komplikasi
persalinan.
3) Primi tua sekunder.
Ibu yang mengalami kehamilan dengan jarak persalinan
sebelumnya adalah ≥ 10 tahun. Dalam hal ini ibu tersebut seolah
menghadapi kehamilan yang pertama lagi. Kehamilan dapat terjadi
pada ibu yang mempunyai riwayat anak pertama mati atau ibu
yang mempunyai anak terkecil hidup berumur 10 tahun, serta pada
ibu yang tidak menggunakan KB.
4) Anak terkecil ≤ 2 tahun, ibu yang mempunyai anak pertama
terkecil ≤ 2 tahun namun tersebut telah mengalami kehamilan
berikutnya. Jarak kehamilan ≤ 2 tahun kondisi rahim belum
kembali seperti semula selain itu ibu masih dalam proses
menyusui. Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan
setelah bayi lahir, bayi lahir namun belum cukup umur sehingga
menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) < 2.500.25
Jarak kehamilan ≤ 2 tahun dan ≥ 5 tahun mempunyai kemungkinan
1,25 kali mengalami komplikasi persalinan, ibu hamil yang
pemeriksaan kehamilannya kurang kemungkinan mengalami 0,396
kali komplikasi pada saat persalinan, ibu dengan deteksi dini
kehamilan risiko tinggi kategori kurang kemungkinan 0,057 kali
mengalami komplikasi persalinan.

10
5) Multigrande yaitu Ibu yang pernah mengalami persalinan sebanyak
4 kali atau lebih, komplikasi yang mungkin terjadi seperti anemia,
kurang gizi, dan kekendoran pada dinding rahim. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan kelainan letak janin, persalinan lama,
perdarahan pasca persalinan, dan rahim robek pada kelainan letak
lintang.19 Sedangkan grandemultipara adalah ibu yang pernah
melahirkan lebih dari 6 kali atau lebih baik bayi dalam keadaan
hidup atau mati.
6) Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu hamil pada usia ini dapat
menglami komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD),
hipertensi, partus lama, partus macet dan perdarahan post partum.
Komplikasi tersebut mungkin dialami oleh ibu hamil pada usia
tersebut dikarenakan organ jalan lahir sudah tidak lentur dan
memungkinkan mengalami penyakit. Kejadian kehamilan risiko
tinggi dipengaruhi oleh umur dan paritas. Kehamilan resiko tiinggi
mayoritas berumur ≥ 35 tahun dan terjadi pada grandemultipara.
7) Tinggi Badan (TB) 145 cm atau kurang komplikasi yang mungki
terjadi yaitu ukuran panggul ibu sebagai jalan lahir sempit namun
ukuran kepala janin tidak besar atau ketidak sesuaian antara janin
dan jalan lahir. Kemungkinan ukuran panggul ibu normal,
sedangkan ukuran kepala janin besar.19 Komplikasi yang terjadi
yaitu BBLR, prematur, bayi mati dalam kandungan (IUFD).
8) Ibu hamil dengan riwayat obstetric jelek dengan kondisi : Ibu
hamil kedua dimana kehamilan pertama mengalami
keguguran,meninggal di dalam kandungan, lahir dalam keadaan
belum cukup umur, lahir mati, dan lahir hidup kemudian mati pada
usia ≤ 7 hari, kehamilan sebelumnya pernah keguguran sebanyak ≥
2 kali. Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan kehamilan
dan meninggalnya janin dalam kandungan, pada ibu adalah adanya
penyakit seperti ; diabetes mellitus, radang saluran kencing, dan
lain-lain. Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan
kehamilan dan meninggalnya janin dalam kandungan pada ibu

11
adalah adanya penyakit seperti ; diabetes mellitus, radang saluran
kencing, dan lain-lain.
9) Persalinan yang lalu dengan tindakan persalinan ditolong oleh alat
bantu seperti: cunam/forcep/vakum, uri manual (manual plasenta),
pemberian infus / tranfusi pada saat proses persalinan dan operasi
sectio caesars pada persalinan.
b. Ada Gawat Obstetri tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan
nifas. Beberapa penyakit ibu hamil yang dikategorikan sebagai gawat
obstetri yaitu: anemia, malaria pada ibu hamil, penyakit TBC, payah
jantung, diabetes militus, HIV/AIDS, toksoplasmosis.
1) Pre-eklamsia ringan, tiga gejala preeklamsi yaitu oedema pada
muka, kaki dan tungkai, hipertensi dan urin protein positif.
Komplikasi yang dapat terjadi seperti kejang, IUFD, dan IUGR.
2) Kehamilan kembar (gemeli) dengan jumlah janin 2 atau lebih.
Komplikasi yang terjadi seperti hemoroid, prematur, BBLR,
perdarahan antepartum.
3) Hidramnion atau kelebihan jumlah air ketuban dari normalnya (> 2
liter). Faktor yang mempengaruihi hidramnion adalah penyakit
jantung, spina bifida, nefritis, aomali kongenital pada anak, dan
hidrosefalus.
4) Intra Uteri Fetal Deat (IUFD) dengan tanda-tanda gerakan janin
tidak terasa lagi dalam 12 jam, perut dan payudara mengecil, tidak
terdengar denyut jantung.
5) Hamil serotinus usia kehamilannya ≥ 42 minggu. Pada usia
tersebut fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah akan
menurun. Maka akan menyebabkan ukuran janin menjadi kecil,
kulitnya mengkerut, berat badan bayi saat lahir akan rendah, dan
kemungkinan janin akan mati mendadak dalam kandungan dapat
terjadi.
6) Letak sungsang keadaan dimana letak kepala janin dalam rahim
berada di atas dan kaki janin di bawah. Kondisi ini dapat
menyebabkan bayi sulit bernapas sehinga menyebabkan kematian
dan letak lintang. Letak janin dalam rahim pada usia kehamilan 8
sampai 9 bulan melintang, dimana kepala berada di samping kanan

12
atau kiri ibu. Bayi yang mengalami letak lintang tidak bisa
melahirkan secara normal kecuali dengan alat bantu. Bahaya yang
dapat terjadi apabila persalinan tidak dilakukan dan ditangani
secara benar dapat terjadi robekan pada rahim ibu dan ibu dapat
mengalami perdarahan, infeksi, syok, dan jika fatal dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan janin.
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan
bayi yaitu perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi.

4. Faktor penyebab terjadinya risiko tinggi


a. Faktor Non-Medis
Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu
kemiskinan, ketidaktahuan, pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi,
kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi yang rendah, kebersihan
lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur,
fasilitas dan saranan kesehatan yang serba kekurangan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendapatan ibu
dan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan kejadian Kekurangan
Energi Kronis (KEK). Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan.
b. Faktor Medis
Penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,
gangguan tali pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus dan kelainan
genetik.

5. Tanda Bahaya dalam Kehamilan


a. Muntah terus menerus, tidak bisa makan, keadaan ini akan
membahayakan ibu.
b. Perdarahaan, Perdarahan pada hamil muda dapat menyebabkan
keguguran.
c. Pucat, Pucat pada conjungtiva, muka, telapak tangan menunjukkan
anemia (kekurangan darah).
d. Bengkak di kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala kadang kala
disertai kejang, kondisi ini dapat membahayakan keselamatan ibu dan
bayi dalam kandungan.

13
e. Demam tinggi, biasanya karena infeksi. Demam yang tinggi bisa
membahayakan keselamatan jiwa ibu, menyebabkan keguguran atau
kelahiran kurang bulan.
f. Keluar air ketuban sebelum waktunya, merupakan tanda adanya
gangguan pada kehamilan, dapat membahayakan bayi dalam
kandungan.
g. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak
bergerak, keadaan ini merupakan tanda bahaya pada janin.

6. Pencegahan Kehamilan Resiko Tinggi


a. Pemeriksaan kehamilan secara berkala
b. Pelayanan yang didapatkan oleh ibu hamil pada saat memeriksakan
kehamilannya.
 Penimbangan berat badan
 Pemeriksaan tekanan darah
 Pengukuran fundus uteri
 Imunisasi TT
 Tablet tambah darah
 Penyuluhan kesehatan
c. Perawatan diri selama hamil : nutrisi, perawatan payudara, kebersihan
diri, aktivitas, senam hamil.
d. Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah,
maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang menyebabkan
kematian ibu, yaitu :
 Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi
 Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga
 Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
 Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara
memadai.
7. Penanganan Kehamilan Resiko Tinggi
Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-beda
tergantung dari penyakit apa yang sudah di derita sebelumnya dan efek
samping penyakit yang dijumpai nanti pada saat kehamilan. Tes penunjang
sangat diharapkan dapat membantu perbaikan dari pengobatan atau dari
pemeriksaan tambahan. Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani
oleh ahli kebidanan yang harus melakukan pengawasan yang intensif,
misalnya dengan :

14
 Mengatur frekuensi pemeriksaan prenatal.
 Konsultasi diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama
ahli penyakit dalam dan ahli kesehatan anak.
 Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja tim antara berbagai ahli.
 Keputusan untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu
dipertimbangkan oleh tim tersebut dan juga dipilih apakah
perlu di lakukan induksi persalinan atau tidak

C. Teori Asuhan Keperawatan


1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.
Tahapan dari proses keperawatan keluaarga meliputi :
1. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga
a. Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah:
1) Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga
b. Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota
keluarga adalah:
1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosial
5) Spirtual
2. Perumusan diagnosis keperawatan
3. Penyusun perencanaan
Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan
tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi
keperawatan.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan
memobilisasi sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat
dan pemerintah
5. Evaluasi

15
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan.

2. Tahap – Tahap Asuhan Keperawatan


a. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil data/informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian
dapat menggunakan metode :
1) Wawancara keluarga
2) Observasi fasilitas rumah
3) Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
4) Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray dan
sebagainya.

Hal2 yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:

1. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a) Nama kepala keluarga (KK)
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi Keluarga
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah2 yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut.
g) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yg dapat mempengaruhi kesehatan.
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu status sosial ekonomi ditentkan pula oleh

16
kebutuhan2 yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang2
yg dimiliki oleh keluarga , siapa yg mengatur keuangan.
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga
pergi bersama2unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu
namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga ini.
Contoh: Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama
berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga
bapak A berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia
anak sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap
pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic
tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2) Karateristik tetangga dan komunitas RW

17
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana
interaksinya dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup
fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota
keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,
yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana

18
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit,
sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah:
(1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
(2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji
adalah:
(a) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah
(b) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga
(c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
di alami
(d) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit

19
(e) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap
masalah kesehatan
(f) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada
(g) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan
(h) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah
(3) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya (sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara
perawatannya)
(a) Sejauh mana keluar mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang di butuhkan
(b) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
yang di perlukan untuk perawatan
(c) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada
dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab,
sumber keuangan/Finansial, fasilitas fisik, psikososial)
(d) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
(4) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu
dikaji adalah:
(a) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga yang
dimiliki
(b) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat
pemeliharaan lingkungan
(c) Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene
sanitasi
(d) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga
(5) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat, hal
yang perlu dikaji adalah:
(a) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan
(b) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang dapat
di peroleh dari fasilitas kesehatan

20
(c) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan
(d) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang baik
terhadap petuga kesehatan
(e) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
(1) Berapa jumlah anak
(2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
(3) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlsh anggota keluarga
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
(1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan
(2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
f. Stress dan Koping keluarga
1) Stresor Jangka pendek dan panjang
(1) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang di alami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6
bulan
(2) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi /stressor
3) Strategi koping yang di gunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di
gunakan bila menghadapi permasalahan
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik klinik.
h. Harapan Keluarga

21
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

B. Tahap Diagnosa
1. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah
keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari
pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:
a) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi
defisit/gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan. Sebagai contoh:
(a) Gangguan nutrisi
Kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga
Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan masalah kekurangan
nutrisi.
(b) Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu S) keluarga
Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
( rematik).
(c) Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) Berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran
sebagai suami.
b) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan. Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih,
pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang
yang tidak adekuat. Sebagai contoh:
(a) Risiko terjadi konflik pada keluarga Bapak I berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
komunikasi.

22
(b) Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N)
keluarga Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga melakukan stimulasi terhadap balita.
(c) Risiko gangguan pergerakkan pada lansia ( Ibu Y) keluarga
Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
c) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk
diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak
menggunakan etiologi. Sebagai contoh:
(a) Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil
(Ibu M) keluarga Bapak K.
(b) Potensial peningkatan status kesejahteraan pada bayi
keluarga Bapak X.
(c) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru
menikah keluarga Bapak I.
c. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (menurut
Ballon dan Maglaya, 1978).

No
Kriteria Skor Bobot
.
Sifat Masalah 1
Skala : Aktual 3
1
Resiko 2
Keadaan Sejahtera 1
Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala : Mudah 2
2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala :
Masalah dirasakan dan harus segera 2
ditangani
1
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
0

23
Masalah tidak dirasakan

Skoring:

Tentukan skor untuk setiap kriteria.

Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.

Nilai : Skor X Bobot


Angka Tertinggi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:


Kriteria 1: Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada
tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan
segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

Kriteria 2: Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu


memperhatikan terjangkaunya faktor2 sebagai berikut:

1. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk


menangani masalah.
2. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan
tenaga.
3. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan
dan waktu
4. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat.

Kriteria 3: Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang


perlu diperhatikan adalah:
1. Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah .
2. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada

24
3. Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
4. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.

Kriteria 4: Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi


atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai
Skor yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keperawatan keluarga.

C. Tahap Intervensi/Tahap Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,


yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

D. Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga


berdasarkan perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat
sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal
dibawah ini:

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah


dan kebutuhan kesehatan dengan cara:

a) Memberikan informasi

b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

25
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:

a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang


sakit, dengan cara:

a) Mendemonstrasikan cara perawatan

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat


lingkungan menjadi sehat, dengan cara:

a) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga

b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang


ada, dengan cara:

a) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada

b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

E. Tahap Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan
penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai.

26
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam
satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan
nyerinya berkurang.
O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi .
Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kasus
Ny. T berusia 18 tahun sedang hamil anak pertamanya dengan usia
kandungan 28 minggu BB ny.T pada saat sebelum hamil 50 kg, pada saat
hamil menjadi 65 kg. TD 180/150mmhg, R 26x/mnt, N 118x/mnt. Ny.T
tinggal bersama suami nya yang bernama Tn.K, Tn.K berusia 30 tahun dan
bekerja sebagai buruh kuli bangunan yang berpenghasilan sekitar 300-
500rb/bulan. Karena keterbatasan biaya Ny. T tidak memeriksakan
kandungannya ke dokter ataupun ke bidan, sehingga mengakibatkan kurang
terkontrolnya kandungan Ny. T ini. Mereka tinggal di sebuah kamar kontrakan
yang berukuran 3x3 meter dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik. Ny. T
mengatakan bahwa ibu nya dulu sewaktu mengandung mengalami hal yang

27
sama dengan diri nya saat ini, yaitu hipertensi dan udem. Ny. T mengaku
bahwa selama hamil tidak pernah mengontrol makanan yang dia makan, dia
juga mengatakan bahwa dia lebih suka pada makanan yang asin dibandingkan
dengan makanan yang manis.

B. Pembahasan
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. K
2. Alamat : Jl. Valley No. 128
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Buruh kuli bangunan
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SD
5. Komposisi keluarga :

no Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan


kelamin dengan KK
1 Ny. T Perempuan Istri 18thn SD

6. Tipe Keluarga : Keluarga inti (Nuklear)

7. Suku bangsa : Sunda

8. Agama : Islam

9. Status sosial ekonomi keluarga : Dibawah UMR

10. Aktifitas rekreasi keluarga : Nonton tv

II. Genogram

Ana Susi
Amir Ari
69 thn 71 thn
70 thn 75 thn

28
Andri Nana
23 thn 17 thn

Keterangan:

: Laki-laki

: Laki-laki sudah meninggal

: Perempuan

: Perempuan sudah meninggal

: Ibu hamil

: Identifikasi keluarga

: Tinggal dalam satu rumah

III. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga baru/pemula


(beginning family)

b. Tahap kembangan keluarga yang belum terpenuhi :

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan : dari hasil


wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
komunikasi yang terjalin antara Ny. T dan Tn. K kurang baik,
karena Tn. K merupakan seorang yang keras sehingga tidak
memberikan kesempatan kepada Ny. T untuk berpendapat.

29
2) Membangun jaringan keluarga yang harmonis : meskipun Tn.
K ini keras tetapi Tn. K masih menjaga hubungan antara
keluarga nya dengan keluarga istri nya begitu pun Ny. T.
sehingga bisa disimpulkan bahwa mereka sudah bisa
menjalankan fungsi sosialisasi keluarga.

3) Merencanakan Keluarga : karena Tn. K keras dan tidak


memberikan kesempatan pada Ny. T untuk berpendapat, maka
untuk masalah KB ini keputusan nya diambil oleh Tn. K yang
menginginkan untuk segera mempunyai anak. Padahal Ny. T
ingin nya menunda kehamilannya dikarenakan dia merasa
belum mampu untuk merawat anak dengan kondisi ekonomi
seperti sekarang ini. Dengan kondisi nya yang sekarang Ny. T
kurang mengetahui bagaimana cara nya melakukan parawatan
pada dirinya yang sedang hamil.

30
c. Riwayat Keluarga Inti :

Selama 6 bulan terakhir ini, Ny. T mengatakan belum


pernah memeriksakan kandungannya ke bidan di karenakan tidak
ada uang untuk membayarnya. Sehingga Ny. T tidak menyadari
bahwa kenaikan berat badannya tidak normal dan tekanan darah
nya juga tidak normal. Untuk Tn.K selama 6 bulan terakhir ini
hanya pernah merasakan flu dan batuk selama 4hari. Dan sembuh
dengan mengkonsumsi obat warung.

d. Riwayat Keluarga Sebelumnya :

Tn. K mengatakan, keluarga Tn. K dan Ny. T tidak


mempunyai riwayat penyakit yang berbahaya seperti kencing
manis, TBC, Jantung, hipertensi, hepatitis.

IV. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
Kondisi kamar kontrakan permanent dengan lantai yang
memakai ubin, luas kamar ± 3x3 meter 2 dan hanya terdiri dari
sebuah kamar. Ventilasi dan pencahayaannya cukup baik yang
berasal dari jendela dan ventilasi. Di kamar kontrakan nya ini
kamar mandi terletak di luar kamar dan dipergunakan bersama-
sama dengan tetangga kontrakan lainnya. Sedangkan sumber air
minum keluarga berasal dari ledeng. Denah rumah Tn. C dalah
sebagai berikut.

31
2

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Tn. K mengatakan bahwa hubungan seluruh anggota


keluarga dengan masyarakat lainnya cukup harmonis, dalam
melakukan suatu kegiatan dilakukan dengan gotong royong, jarak
rumah dengan tetangga cukup dekat, disini tidak ada budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c. Mobilisasi geografis keluarga

Tn. K mengatakan bahwa keluarga mempunyai kebiasaan


berpindah tempat karena keluarga belum memiliki rumah tetap.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Tn. K mengatakan sering berkumpul dan berinteraksi pada


malam hari setelah makan malam sambil menonton TV. Dalam
keluarga sering mengalami masalah serta konflik dalam
berinteraksi

V. STRUKTUR KELUARGA

a. Sistem pendukung keluarga

Yang merawat Ny. T hanya suaminya, Ny. T mengatakan


bila ada sisa dari kebutuhan sehari-hari, ditabung untuk biaya
persalinan.

b. Pola komunikasi keluarga

32
Tn. K mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Sunda. Komunikasi berlangsung
dengan kurang baik karena yang dilakukan Tn. K ini sering kali
adalah komunikasi 1 arah dan ini yang membuat Ny. T kurang
nyaman sehingga tidak dapat berdiskusi dengan baik untuk
kesehatan kandungannya dengan Tn.K.

c. Struktur kekuatan keluarga

Tn. K mengatakan apabila ada masalah maka dia sendiri


yang akan mengambil keputusan tanpa mendiskusikannya terlebih
dahulu dengan istri.

d. Struktur peran

Tn. K mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai


pencari nafkah dan Ny. T sebagai ibu rumah tangga.

e. Nilai dan norma keluarga

Ny. T sangat mempercayai kebiasaan pada orang sunda


pada saat sedang hamil. Dia selalu membawa-bawa gunting,
penitik, benang dan panglai kemana pun dia pergi. Dia percaya
bahwa itu semua dapat melindungi dirinya dan kandungannya.

VI. FUNGSI KELUARGA

33
a. Fungsi Afektif

Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan


mereka saling membutuhkan satu sama lain. Setiap anggota
keluarga selalu membina kehangatan dalam rumah tangganya dan
setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul
dengan anggota keluarga.

b. Fungsi sosial

Tn. K mengatakan bahwa hubungan semua anggota


keluarga baik, norma budaya dan perilaku sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di keluarga dan yang berlaku di masyarakat.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Tn. K mengatakan jika ada keluarga yang sakit, cukup


dengan mengkonsumsi obat warung saja, karena alasan ekonomi.

d. Fungsi reproduksi

Ny. T mengatakan bahwa tidak dia tidak mengetahui


bagaimana cara nya merawat kandungan dan tidak pernah
memeriksakan kandungannya tersebut ke bidan dikarenakan
masalah ekonomi.

e. Fungsi ekonomi

Tn. K mengatakan penghasilan yang didapat hanya


mencukupi kebutuhan makan sehari-hari dan keluarga hanya
mampu menyajikan makanan seadanya seperti : nasi putih, sayur-
sayuran, tahu, tempe, telor, ikan laut, kadang-kadang daging.
Anggota keluarga mempunyai pakaian ganti walaupun sangat
sederhana. Keluarga belum bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada karena hawatir harus membayar, sehingga apabila ada

34
anggota keluarga nya yang sakit cukup dengan mengkonsumsi obat
warung saja.

VII. STRES DAN KOPING KELUARGA

a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

1) Stressor jangka pajang : Tn. K mengatakan masalah dalam


keluarganya yang sampai saat ini masih dirasakan adalah
masalah ekonomi. Ny. T mengatakan penghasilan di
keluarganya hanya pas-pasan bahkan kadang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2) Stressor jangka pendek : Ny. T merasakan kebingungan


merawat kandungannya ini. Dia tidak tahu bagaimana cara
merawat kandungannya tersebut.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :

Tn. K mengatakan bila ada masalah dalam keluarga, maka segera


dibicarakan dengan anggota keluarga untuk mencari pemecahan
masalah.

c. Strategi koping yang digunakan

Tn. K mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan


hal-hal yang menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang
ada seperti menyelesaikan masalah dengan menggunakan
kekerasan dan selalu menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.

d. Strategi adaptasi disfungsional

35
Tn. K mengatakan anggota keluarganya tidak ada
yang menggunakan cara-cara diluar cara umum seperti
kekerasan dalam menghadapi masalah.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

No Pemeriksaan fisik Tn. K Ny. T


1. Keadaan umum Baik, tampak kurus Baik, gemuk
2. TTV TD :130/100 mmhg TD : 180/150 mmhg
Nadi : 90x/mnt Nadi : 118x/mnt
Suhu : 36,5 Suhu : 36,7
RR : 20 x/mnt RR : 26x/mnt
3. Antropometri BB : 50 kg BB : 65 kg
TB : 160 cm TB : 155 cm
4. Kepala :
Bentuk Lonjong, simetris Lonjong, simetris
Rambut Merata, tidak rontok Merata, sedikit rontok
Kulit kepala Tidak ada luka Tidak ada luka
Kelainan Tidak ada Tidak ada

5. Mata :
Konjungtiva Merah Pucat
Simetris Simetris Simetris
Visus 6/6 6/6
6. Hidung :
Tulang hidung Tidak bengkok Tidak bengkok
Septum nasi Tidak berdarah Tidak berdarah
Kelainan Tidak ada Tidak ada
7. Telinga :

36
Ukuran telinga Sedang Sedang
Lubang telinga Tidak berdarah Tidak berdarah
Pendengaran Baik Baik
8. Mulut dan faring : Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
9. Leher : kelenjar tiroid Tidak membesar Tidak membesar
10. Integument dan kuku
Integument Tidak ada luka dan Tidak ada luka dan
penyakit kulit penyakit kulit
Kuku Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
11. Thorak
Paru-paru Tidak ada suara Tidak ada suara
tamabahan tambahan
Jantung Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran jantung
Mamae jantung Terjadi pembesaran
Tidak ada keluhan karena produksi air
susu
12. Abdomen Tidak ada benjolan, Palpasi :
tidak ada nyeri, tidak Leopold 1 : TFu 30
ada acites cm, usia janin ± 28
minggu, pada fundus
teraba keras, bulat
dan lunak (bokong).
Leopold 2 : Punggung
janin terletak di
bagiart perut kanan
dan bagian keci-kecil
(ekstremitas), teraba
pada perut sebelah
kiri
Leopold 3 : Teraba
bulat, melenting dan

37
keras (kepala) dan
bagian terbawah
masih dapat
digoyang-goyangkan.
Leopold 4 : Kepala
janin belurn masuk
PAP.

Auskultasi : DJJ
100x/mnt
13. Ekstermitas :
Gerakan Dapat digerakan Dapat digerakan
Udeme Tidak ada udeme Udeme

IX. HARAPAN KELUARGA

Ny. T berharap bisa memantau lebih lanjut kondisi kadungannya


ini hingga proses melahirkan nanti. Ny. T juga berharap agar bisa
mendapat keringanan biaya dalam hal pemeriksaan kehamilan dan
proses melahirkan nantinya.

38
ANALISA DATA

N Data Masalah Diagnosa keperawatan


o Kesehatan
1. Data subjektif : Hipertensi pada Hipertensi pada kehamilan
Klien manyatakan kehamilan berhubungan dengan tidak
dirinya sedang (pre eklamsia tahuan ibu dalam merawat
hamil. klien berat) kandungan.
mengeluh bahwa dia
merasa nyeri leher
dan kepala. Sebelum
hamil klien
menyatakan bahwa
klien tidak tahu apa
itu hipertensi, serta
tidak mengetahui apa
diri nya sebelum
hamil juga hipertensi
atau tidak. Klien
tidak pernah
menjalani diet
apapun sehingga
klien hanya makan
makanan
kesukaannya saja
(makanan asin)

Data objektif :
TD : 180/150 mmhg
Suhu : 36,7

39
Nadi : 118x/menit
RR : 26x/menit
BB asal 50 kg
Bb sekarang 65 kg

2. Data subjektif : Anemia Ny. T berhubungan


BUMIL, resti/
Ny. T mengatakan denganketidakmampuankeluarga
kehamilan
usianya saat ini 18 merawatanggota keluargadengan
diusiamuda
tahun dan sedang BUMIL resti
hamil 28 minggu.
Ny. T mengatakan
sejak dulu tidak suka
makan sayur-sayuran
Ny.T mengatakan
tidak tahu ba-haya
kehamilan diusia
muda.
Ny.T mengeluh tidak
dapat mengontrol
kandungannya
karena masalah
ekonomi, sehingga
tidak terpantau
perkembangan
kandungannya.
Ny.T mengatakan
kadang-kadang pusin
g

Data objektif :
Konjungtiva anemis

40
TD = 110/90 Mmhg
N = 82x/menit
S = 36,8°C
RR = 23x/menit
CRT = 3 detik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertensi pada kehamilan berhubungan dengan ketidaktahuan ibu dalam


merawat kandungan.

2. Anemia Ny. T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat


anggota keluarga dengan BUMIL resti

SKALA PRIORITAS MASALAH

MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

41
No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3 1 Saat ini Ny. T hamil
x1
3
Potensial =1 28 minggu pada usia 18
tahun kehamilan usia
muda adalah keadaan
dimana seorang
mengalami masa konsepsi
dengan usia < 20
tahunyang akan dapat
menyebabkan
komplikasi pada eklamsi
dan preeklamsi
Kemungkinan masalah dapat diubah dalam persalinan Ny. T
Mudah = 2
0
2. Sebagian = 1 x2 0 tidak dapat mengontrol
2
Tidak dapat = 0 kandungannya karena
masalah ekonomi
Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi = 3
1
x1
3. Sedang = 2 3 1 Kehamilan usia muda
3
Rendah = 1 dapat dicegah dengan
tingkat pengetahuan tinggi
dan perekonomian yang
memadai. Dengan
tingkat pendidikan SD
pada keluarga Ny. T maka
mereka tidak mengetahui
cara mencegah bahaya
Menonjolnya masalah kehamilan usia muda
Segera ditangani = 2 1
x1
2 1
4. Dirasakan tapi tidak segera ditangani Harus ditangani segera
2
=1 supaya keluarga dapat
Masalah tidak dirasakan= 0 memutuskan tindakan
perawatan yang tepat pada
anggota keluarga
42 yang
sakit.
JUMLAH SKOR 5
1
6
SKALA PRIORITAS MASALAH

MASALAH KESEHATAN PADA BUMIL RESTI

43
No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3 1 Saat ini Ny. T hamil
x1
3
Potensial = 1 28 minggu pada usia 18
Resiko = 2 tahun kehamilan usia
Aktual = 3 muda adalahkadaan
dimana seorangmengalami
masa konsepsi dengan
usia < 20 tahunyang akan
dapat menyebabkan
komplikasi pada eklamsi
dan preeklamsi
dalam persalinan Ny. T

¿0
2. Kemungkinan masalah dapat diubah x2 tidak dapat mengontrol
2
Mudah = 2 0 kandungannya karena
Sebagian = 1 masalah ekonomi
Tidak dapat = 0

¿1
x1
3. Potensi masalah untuk dicegah 3 Kehamilan usia muda
Tinggi = 3 1 dapatdicegah dengan
3
Sedang = 2 tingkat pengetahuan tinggi
Rendah = 1 dan perekonomian
yangmemadai.Dengan
tingkat pendidikan SD
padakeluarga Ny. T
makamereka tidak
mengetahuicara mencegah
bahayakehamilan usia
¿ muda
1
x1
2
4. Menonjolnya masalah Keluarga
¿1
Segera ditangani = 2 mengatakanmasalah
2
Dirasakan tapi tidak segera ditangani BUMIL resti perlu untuk
=1 segera ditangani karena
Masalah tidak dirasakan= 0 dikhawatirkan
dapatmembahayakankesel
amatan jiwa BUMILdan
44
janinnya
JUMLAH SKOR 5
1
6
Prioritas diagnosa adalah :

1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang preeklamsi berat


2. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat dan mengontrol kandungan
karena masalah ekonomi.

PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

No
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Keperawatan
.
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Keluarga

45
1. - Keluarga - Memberikan
Hipertensi pada Keluarga Kognitif
mengetahui sejumlah informasi
kehamilan memiliki
bahwa mengenai
berhubungan pengetahuan
penyakit penyakit, gejala
dengan penanganan
hipertensi dan penyebabnya
ketidaktahuan ibu dan kontrol
merupakan dan bahaya
dalam merawat penyakit.
penyakit yang komplikasi yang
kandungan.
disebabkan krn ditimbulkan
gaya hidup tentang resiko pre-
yang salah. Afektif eklampsi terhadap
istri dan calon
bayinya

- Memberikan
- Keluarga tidak
daftar menu
membiarkan
bagi ibu hamil
Ny. T
dengan pre-
memakan ikan
Afektif eklampsi
asin dan
daging.

- Anjurkan keluarga
untuk memisahkan
- Keluarga
makanan anggota
memisahkan
keluarga dengan
makanan
makanan Ny. T.
anggota
keluarga
dengan
makanan Ny.T.

46
2. 1. Gali
Anemia Ny. Setelah Setelah diberikan Kognitif Keluarga
pengetahuan
T berhubungan diberikan asuhan selama 30 mampu
keluarga tentang
dengan asuhan menit diharapkan: mengenal
anemia yang
ketidakmampuan keperawatan 1. Keluarga faktor pe
dialami ibu.
keluarga merawat selama 2 mengenal nyebab, 2. Jelaskan pada
anggota keluarga minggu faktor penyebab gejala keluarga
dengan BUMIL diharapkan , gejala dan dan tentang pengertia
resti keluarga dampak dari dampak n, gejala dan
dapat anemia pada dari dampak buruk
mencegah ibuhamil. anemia akibat anemia pada
terjadinya pada ibu ibu.
Afektif 3. Jelaskan kembali
penyulit hamil
pada saat hal-hal
kehamilan yang belum
dan
dimengerti
persalinan

Keluarga
1. Sarankan KK
Afektif dapat
untuk tetap
mengam
2. Keluarga
memeriksakan
bil
dapat
kehamilan istrinya
keputusa
mengambil
dengan teratur
n yang
keputusan yang
ketempat
tepat
tepat
pelayanan
untuk perawata
kesehatan.
n kehamilan
istrinya. Keluarga
mampu
1. Sarankan pada
merawat
3. Keluarga KK
dan
mampu untuk member
memperb
merawat ibu perhatian yang

47
hamil dengan lebih pada ibu.
aiki 1. Anjurkan ibu
anemia.
kondisi untuk mengurangi
ibu hamil aktivitas
dengan yang berlebihan.
anemia 2. Anjurkan ibu
untuk makan
makanan yang
sehat dan bergizi.
3. Anjurkan ibu
untuk selalu
memeriksakan
kehamilannya dan
memeriksakan
kadar hemoglobin
darahnya
di pelayanan
kesehatan

48
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan
masyarakat yang mana dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada
didunia maupun di Indonesia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan
sistolik sedikitnya 140mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik,
usia, keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, obat,
Hormonal, Neurologik ,dll. Orang yang sudah terkena hipertensi dapat
juga mengalami banyak komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke,
kebutaan, angina pectoris, CHF,gagal ginjal, infark miokard, dll.

B. Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita
selaku petugas medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan juga tidak
mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji kesehatannya.

49
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/61637963/KEHAMILAN-RESIKO-TINGGI

https://www.academia.edu/11381891/134343478-52996339-LP-Askep-Keluarga-
Dengan-Ibu-Hamil

https://www.scribd.com/doc/154439005/Deskripsi-Kasus-Askep-Keluarga-
Dengan-Ibu-Hamil-Resiko-Tinggi

https://www.scribd.com/document/367247352/Laporan-Pendahuluan-Hipertensi-
Pada-Kehamilan

https://www.academia.edu/5654886/Konsep_keluarga_DAN_LP_HIPERTENSI

http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwju
yp3ysqXcAhVKTn0KHZoQDS0QFggtMAA&url=http%3A%2F
%2Frepository.ump.ac.id%2F3908%2F2%2FHELMI%2520FUADI%2520BAB
%2520I.pdf&usg=AOvVaw1pfarN3YvQCdT0Cv0pjSjq

50

Anda mungkin juga menyukai