Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Pertemanan dengan Kelompok Sebaya dan

Sosialisasinya
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu membutuhkan orang
lain, dan tidak ada manusia yang berdiri sendiri tanpa peran orang lain. Seperti pada saat
seseorang lahir pasti seseorang itu membutuhkan peran orang lain dalam hal ini bisa dokter atau
bidan agar sang anak dan ibu bisa selamat. Oleh karena itu, manusia diharuskan dirinya untuk
bisa atau pandai berinteraksi dengan yang lain. Dan mau tidak mau manusia harus berinteraksi
karena manusia adalah makhluk sosial.
Berinteraksi adalah suatu hal yang sangat penting dan mutlak diperlukan. Berinteraksi
bisa dengan siapa saja, baik orang tua, keluarga, teman sebaya, tetangga, dll. Namun pada
kenyataannya seseorang biasanya lebih dekat pada temannya yang sebaya dibanding dengan
yang lain. Ada beberapa hal seseorang bisa menganggap seseorang menjadi teman. Awalnya
secara kebetulan “by accident” karena seseorang tersebut dekat rumahnya, mempunyai hobi
yang sama, atau karena seseorang tersebut sekelas. Dan seiring berjalannya waktu seseorang
menganggap orang lain sebagai teman adalah karena memilih “by choosing”. Memilih disini
bisa karena seseorang tersebut satu profesi, satu organisasi, satu pendapat, dll.
Namun pada hubungan pertemanan sebaya pasti ada suatu problem yang dialami, seperti
adanya kecemburuan ketika seseorang yang dianggap sahabat lebih memilih orang lain untuk
dijadikan sahabatnya, kemudian terjalinnya hubungan persahabatan diantara seseorang juga
menyebabkan kecenderungan diantara anak-anak untuk membentuk kelompok-kelompok atau
geng tertentu yang sesuai dengan kenyamanan anak, pembentukan kelompok ini tidak selamanya
menimbulkan dampak positif bagi perkembangan seseorang, tetapi sebagian besar adanya
kelompok-kelompok tertentu itu mengakibatkan dampak negatif bagi seseorang.
Terbukti, saat seseorang menganggap hubungannya dengan kelompok lebih penting dari
apapun. Maka terlihat suatu keganjalan akibat hubangan sosial ini, ternyata anak-anak sedikit
demi sedikit terlihat menjauh dari keluarganya, dan kebersamaan yang terjalin dengan
keluarganya semakin terlupakan. Akibatnya banyak diantara anak-anak yang terjerumus pada
berbagai kenakalan remaja, disebabkan karena kurangnya kontrol dari keluarga.
Bila sudah terjadi masalah seperti ini, maka sebenarnya siapakah yang akan kita
salahkan? Kita tidak bisa menyalahkan keluarga sebagai penyebab rentangnya hubungan anak
dengan keluarganya, karena sebenarnya seiring perkembangan kedewasaan seorang anak. Anak-
anak sendirilah yang menjauh dari lingkungan keluarganya dan memilih jalan hidupnya, bukan
hanya karena masalah geng dan kelompok-kelompok yang memberikan dampak negatif pada
anak, tetapi seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat, kini telah banyak situs-situs
jejaring sosial yang menawarkan hubungan silaturahmi lewat dunia maya seperti facebook dan
twitter, dua situs ini ternyata telah menyihir anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Facebook dan twitter memang banyak memberikan hal-hal yang positif bagi
perkembangan anak, terutama dalam hubungan sosialisasi. Tetapi karena sebagian orang
menggunakan dua situs ini terlalu berlebihan sehingga menyebabkan banyak dampak negatif
bagi penggunanya. Masalah-masalah diatas sering terjadi dalam proses sosialisai. Oleh karena
itu, penyusun menganggap masalah tersebut penting dan perlu dikaji, dengan demikian penyusun
memberikan judul “Hubungan Pertemanan dengan Kelompok Sebaya dan Sosialisasinya”

B. Rumusan Masalah
Penyusun membatasi beberapa hal untuk lebih mengarahkan permasalahan ini kepada hal-hal
sebagai berikut.
1. Apa definisi pertemanan dan kelompok teman sebaya?
2. Bagaimana hubungan teori-teori sosial dalam mengkaji masalah sosialisasi kelompok teman sebaya?
3. Bagaimana hubungan sosialisasi dan pengaruh positif serta negatif dengan adanya kelompok atau group
bagi perkembangan kepribadian anak-anak, remaja, dan dewasa?
4. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah dalam hubungan sosialisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan pertemanan yang baik antara kelompok sebaya.
2. Mengetahui bagaimana hubungan teori sosial dalam mengkaji kelompok teman sebaya.
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak negative dan positif hubungan atara kelompok dan group
4. Untuk mengetahui solusi dampak negative dari hubungan sosialisasi dengan teman sebaya.

D. Metode Penulisan
Penulis dalam pembuatan makalah ini menggunakan metode deskriptif. metode yang
berdasarkan pengumpulan buku-buku (study kepustakaan) dan media komunikasi lainnya yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas dan nantinya menjadi pegangan dan sumber.

BAB II
Landasan Teoritis

A. Pengertian Pertemanan dan Kelompok Teman Sebaya


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata teman mempunyai makna kawan, sahabat,
orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan), lawan (bercakap-cakap), yang menjadi
pelengkap (pasangan).
(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, Diunduh pada hari kamis, 18 oktober 2012 pkl.
17:30 WIB). Di dalam islam berteman pun dianjurkan seperti yang dijelaskan dalam surat al-
Hujurat ayat 13, Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kata mengenal dalam surat di atas bukan hanya mengenal sekedar nama, tetapi mengenal
karakteristik, kepribadian satu sama lain. Karena setiap bangsa, setiap suku mempunyai watak
yang berbeda-beda. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa dua orang cenderung menjadi
kenal jika faktor-faktor eksternal (misalnya, lokasi kamar asrama, tempat duduk di kelas, meja
kerja, dll) menyebabkan mereka menjadi sering mengadakan kontak. Kontak semacam ini adalah
akibat dari proksinitas atau kedekatan (proximity) fisik. Semakin dekat jarak fisik, semakin besar
kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang dan dengan demikian
mengalami paparan berulang terhadap suatu stimulus baru (wajah asing, lukisan abstrak, suatu
produk, atau apapun) biasanya akan berakibat pada evaluasi yang semakin positif terhadap
stimulus tersebut atau bisa juga di sebut repeated exposure (Zajonc, 1968).
Hubungan awal pertemanan ini juga bisa timbul karena adanya rasa saling suka yang di
dasarkan pada efek positif (lydon, jamieson, dan holmes,1997). Secara umum, memiliki teman
adalah positif sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress,
tetapi teman juga bisa memiliki efek negatif jika mereka antisosial, menarik diri, tidak suportif,
argumentatif, atau tidak stabil (Hartup dan stevens,1999).
Jadi dapat dikatakan sebuah komponen dasar dari sosialisasi adalah adanya proses
pertemanan. Hal ini melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih yang memiliki tujuan dan
berbagai kesamaan dalam presepsinya. Dalam proses pertemanan, seseorang biasanya lebih
memilih berteman dengan seseorang yang sebaya dengan dirinya, karena biasanya teman yang
sebaya lebih membuat dirinya nyaman.
Kelompok teman sebaya adalah sekelompok teman-teman dengan usia yang sama dan
status sosial yang sama, kelompok sebaya mempunyai peranan penting dalam penyesuain diri
seseorang. Pada usia remaja, kelompok sepermainan berkembang menjadi kelompok
persahabatan yang lebih luas. Dalam istilah sosiologi, kelompok bermain atau teman sebaya
dikenal dengan sebutan “peer group”. Teman atau persahabatan merupakan pengelompokan
sosial yang melibatkan orang-orang yang berhubungan relatif akrab satu sama lain. Kelompok
teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja merupakan peranan yang penting bagi
perkembangan prilaku dan kepribadiannya.
Biasanya pada kelompok-kelompok sebaya ini, mereka mempunyai identitas dan
penampilan sendiri. Mereka mempunyai lambang kebiasaan dan filsafat khusus, tetapi ada pula
kelompok sebaya yang memiliki cara penampilan diri dan prilaku yang berbeda dengan
kelompok yang lain. Kelompok-kelompok sebaya ini dapat terbentuk, karena kebutuhan
seseorang akan rasa bebas dari orang dewasa atau orang tuanya. Apabila semakin besar
keinginan untuk bebas, maka semakin terikat hatinya pada kelompok teman sebaya yang dapat
memberikan kepuasan dan kebebasan. Hal seperti ini lah yang seringkali dirisaukan oleh orang
tua, karena sikap mereka yang semakin menjauh dan semakin jarang berinteraksi dengan
keluarganya.

B. Penggunaan Teori-Teori Sosial Dalam Mengkaji Pertemanan


1. Teori Struktural Fungsional
Pada pertemanan sebaya atau sosialisasi, teori T. Parsons sangat relevan dengan pokok bahasan
penyusun. Menurut Parsons setiap sistem sosial (besar atau kecil ukurannya) harus memenuhi
empat kriteria/persyaratan fungsional yang olehnya disingkat menjadi AGIL yang mempunyai
arti dari masing-masing huruf yaitu “A” = “Adaptation”, “G” = “Goal Attainment”, “I” =
“Integration”, dan “L” = “Latern Pattern Maintenance”. Dalam pertemanan sebaya, keempat
fungsi teori T. Parsons masing-masing dilaksanakan oleh subsistem-subsistem berikut beserta
penafsirannya:
a. A (adaptasi yaitu menyesuaikan diri)
Dalam hubungan pertemanan, penyesuaian pribadi dengan sosial merupakan hal yang sangat
penting. Oleh karena itu, seseorang harus pandai beradaptasi dengan lingkungannya, dengan
teman sebaya sekaligus karakteristiknya. Sebab kelompok teman sebaya merupakan lingkungan
sosial pertama tempat seorang belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota
keluarganya.
b. G (pencapaian tujuan)
Hubungan pertemanan pada kelompok sebaya terjalin karena adanya tujuan yang sama diantara
anggotanya. Sehingga pemikiran mereka sepaham dan sejalan. Namun, pencapaian tujuan dari
hubungan pertemanan itu ada positif dan negatifnya.
c. I (integrasi)
Setiap keluarga pastinya ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi pada anggota-anggota
keluarga tersebut. Hal ini tentunya berkesinambungan dengan pertemanan sebaya, karena
keluarga juga berperan dalam pembentukkan karakter si anak dalam proses anak memilih teman-
temannya.
d. L (mempertahankan pola)
Maksud dari subsistem ini adalah jangan sampai anak-anak ketika menjalin suatu hubungan
pertemanan keluar dari kaedah-kaedah keluarga, pendidikan, dan agama.
Menurut Robert King Merton seorang tokoh sosiologi modern, tokoh struktural fungsional
bahwa seseorang harus berhati-hati dalam bertindak dan memilih teman, karena bisa jadi
keberhasilan dalam bertindak justru menciptakan masalah yang berat. Seperti seseorang telah
menemukan teman yang sangat cocok dan dia sangat dekat dengan temannya, sehingga dapat
mencurahkan segala yang di rasa terhadap temannya (fungsional) akan tetapi jika seseorang
sangat dekat dengan temannya maka secara tidak sadar seseorang tersebut lambat laun menjadi
jauh dengan keluarganya sendiri yang dimana posisi keluarga adalah sebagai agen sosialisasi
yang pertama (disfungsional). Oleh karena itu, seseorang harus pandai bersosialisasi baik dengan
keluarganya, teman, dan masyarakat sekitar agar tidak terjadi disfungsional yang sangat besar.
2. Teori Konflik
Setiap individu menginginkan perubahan, dan tentunya perubahan tersebut ke arah yang lebih
positif. Awalnya seorang anak begitu dekat dengan keluarganya karena memang keluarga adalah
agen sosialisasi pertama dalam kehidupannya. Akan tetapi, setelah dia menginjak dunia luar,
seorang anak tersebut merasa asing karena memang belum mengenal dunia luar dan seorang
anak hanya mengenal keluarganya. Lambat laun, karena seorang anak sering berinteraksi,
bersosialisasi dengan dunia luar maka seorang anak tersebut akan mendapat kenyamanan, dan
biasanya kenyaman tersebut didapat dari seorang teman, baik anak tetangga ataupun teman
sekelasnya di sekolah. Karena anak tersebut sudah merasa nyaman dengan kehadiran teman-
temannya maka secara perlahan anak tersebut menggeser fungsi keluarga dengan fungsi teman.
Dan teman adalah agen sosialisasi yang kedua setelah keluarga.
Menurut Pierre Bourdieu bahwa setiap individu mempunyai pertimbangan tersendiri mengenai
berbagai hal. Seperti halnya dalam berteman, seseorang lebih nyaman dengan si A daripada si B,
dan seseorang lebih nyaman dengan si C daripada si A. Perbedaan ini sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang mencari teman yang nyaman dengan dirinya. Dan hal ini dapat
terjadi karena setiap individu mempunyai pandangan, mempunyai pertimbangan masing-masing
terhadap temannya.
3. Teori Pertukaran (Exchange)
Manusia selalu berusaha mencari keuntungan dalam interaksi atau berhubungan dengan sesama.
Dalam hubungan dengan teman tidak ada seorang pun yang dirugikan karena manusia selalu
memperhitungkan untung dan rugi dalam segala aspek kehidupan. Jika seseorang ingin
mendapatkan keuntungan maka akan ada sesuatu yang dipertukarkan, baik itu berupa barang,
perasaan ataupun jasa. Sebagai contoh pertukaran dengan teman yaitu, jika seseorang merasa
nyaman dengan temannya dan tiba-tiba seseorang tersebut mendapatkan nilai yang bagus dalam
ujian karena seseorang tersebut belajar kepada temannya. Dan temannya juga merasa senang
telah berhasil membantu seseorang tersebut sehingga mendapatkan nilai yang memuaskan.
4. Teori Labelling
Menurut teori Labelling bahwa setiap tatanan masyarakat mempunyai label atau julukan masing-
masing seperti kelompok “rajin”, “tukang usil”, dsb. Hal ini juga terjadi pada hubungan
pertemanan. Dalam hubungan pertemanan kita dapat menjumpai adanya kelompok-kelompok
seperti “gang”. Kelompok-kelompok tersebut bersosialisasi dengan kelompoknya sendiri,
kelompok yang lain, dan masyarakat. Kelompok tersebut biasanya mempunyai julukan atau label
tersendiri, seperti kelompok “rempong”, kelompok “rajin”, kelompok “centil”. Julukan ini
berdasarkan atas pengamatan orang lain terhadap suatu kelompok.

C. Hubungan Sosialisasi dan Pengaruh Positif serta Negatif dengan adanya Kelompok atau Group
bagi Perkembangan Kepribadian Anak-anak, Remaja, dan Dewasa.
1. Masa Anak-anak
Perkembangan dan pertumbuhan seorang anak, disamping memperhatikan individualiatas
juga harus diperhatikan bagaimana anak tersebut dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.
Karena lingkungan sosial inilah yang memberikan fasilitas dan arena bermain untuk pelaksanaan
realisasi diri. Tanpa adanya bantuan dari orang lain anak tidak akan bisa mengembangkan
dirinya. Anak akan menemukan dirinya sendiri dalam realisasinya dengan manusia lain, anak
tidak akan bisa hidup tanpa adanya bantuan dari lingkungan sosial tertentu.
Hubungan yang terjalin pada masa taman kanak-kanak, adalah hubungan sosialisasi dalam
kelompok bermain. Bermain adalah salah satu metode pembelajaran yang biasanya di gunakkan
untuk anak pada usia 4/5 tahun, dengan menggunakkan metode bermain anak harus belajar
bagaiamana bersosialisasi dengan teman sebayanya, sehingga dari sini dimulailah proses
pengenalan anak terhadap lingkungan sekitarnya.
Dalam proses sosialisasi anak usia dini, biasanya anak masih cenderung memiliki sikap
egoisentris sehingga dalam prakter sosialnya anak pada masa ini sering mengalami berbagai
problem dalam hubungan interaksinya dengan teman sebayanya.
Dampak positif hubungan pertemanan sebaya pada masa anak-anak adalah sebagai
berikut. Pertama, anak yang pintar dalam bersosialisasi biasanya pemikiran mereka cenderung
lebih mandiri dan lebih luas, mereka juga cenderung lebih aktif, karena lewat hubungan
interaksi dengan teman sebayanya anak bisa banyak belajar sehingga secara tidak langsung
hubungan sosialisasi ini menimbulkan suatu kemajuan bagi anak. Kedua, Hubungan atara teman
sebaya dapat memberikan pengalaman baru bagi anak, mereka tidak hanya mengenel lingkungan
keluarganya tetapi mereka juga mengetahui bagaimana kondisi lingkungan sekitarnya.
Ketiga,dengan adanya hubungan sosialisasi anak dapat mengembangkan kognitifnya.
Sedangkan dampak negatif hubungan pertemanan sebaya pada masa anak-anak adalah
sebagai berikut. Pertama, kelompok sebaya yang salah satu anggotanya memiliki kepribadian
kurang baik, maka akan menyebar kepada anak-anak lainnya pada kelompok tersebut contohnya;
kata-kata “kasar” bisa cepat menyebar di dalam kelompok sebaya tersebut. Kedua, kelompok
sebaya pada anak-anak bisa merubah dengan cepat adat dan kebiasaan yang didapat dalam
keluarga dari seorang anak.Ketiga, kelompok sebaya pada anak-anak juga dapat membuat
seorang anak tidak patuh terhadap perintah orang tuanya.
2. Masa Remaja
Pada usia tujuh sampai empat belas tahun, perkelompokan anak-anak pun cenderung lebih
luas dan teroganisasi dengan baik. Pada masa ini mereka sudah mengenal hubungan kelompok
atau geng. Semboyan-semboyan rahasia, symbol-simbol dan aturan-aturan untuk anggota,
tempat-tempat khusus untuk pertemuan, pemilihan orang-orang kepercayaan, dan maksud-
maksud atau kegiatan-kegiatan tertentu merupakan sifat khusus dari pengelompokan–
pengelompokan sosial anak-anak pada masa ini . Kesetiaan terhadap kawan-kawan seanggota
menjadi sedemikian mendalam. Pengalaman-pangalaman anak didalam kelompok memberikan
perasaan bebas kepadanya, namun demikian sangat patuhnya pada apa yang diperintahkan oleh
pemimpin kelompoknya.
Pembentukan berbagai kelompok pada hal ini akan menjadi penting dalam penggalangan
persahabatan di sekolah dan perguruan tinggi. Pada saat anak menemukan jadi dirinya dalam
suatu kelompok maka lambat laun perhatiannya tercurah pada kelompok tersebut, kegiatan-
kegiatan permainannya cenderung merupakan segala apa yang pernah dilakukannya dirumah. Ia
masih membutuhkan pengalaman yang dapat memberi kepuasan dan rasa aman yang berupa
kasih sayang dari orang dewasa, khususnya orang tua dan para guru.
Dampak positif hubungan pertemanan sebaya pada masa remaja adalah sebagai
berikut: Pertama, Membantu peranan sosial yang baru,
kelompok sebaya memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.
Misalnya, anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik, Kedua, kelompok teman
sebaya merupakan sumber informasi bagi orang tua tentang hubungan sosial individu serta
sebagai sumber informasi kalau salah satu anggotanya berhasil maka di mata orang lain,
kelompok sebaya itu berhasil.
Ketiga, dalam kelompok sebaya, individu dapat mengembengkan potensi dirinya. Karena
dengan teman sebaya anak cenderung terbuka dalam mengekspresikan
kemampuannya. Keempat, Dalam kelompok teman sebaya, individu dapat mencapai kebebasan
sendiri, kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau
menemukan identitas diri. Karena dalam suatu kelompok, anggota-anggotanya juga mempunyai
tujuan dan keinginan yang sama. Kelima, dalam kelompok sebaya, anak-anak mempunyai
organisasi sosial yang baru dan mereka belajar tentang bagaimana manjadi teman, bagaimana
mereka berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok yang lain dan
bagaimana menjadi seorang pemimpin dan pengikut.
Dampak negatif hubungan pertemanan sebaya pada masa remaja adalah.Pertama,
Cenderung menutup diri bagi orang-orang yang bukan merupakan anggota kelompoknya, anak-
anak yang membetasi lingkungan bermainnya dalam suatu kelompok tertentu, maka hubungan
sosialisasinya dengan masyarakat umum akan terhambat.Kedua, timbulnya pertentangan dan
masalah-masalah antara kelompok sebaya, di sebabkan karena adanya berbagai perbedaan
pendapat anatara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya.Keempat, anak yang terlalu
mengedepankan kepentingan kelompok teman sebayanya, biasanya hubungan mereka dengan
keluarga menjadi renggang, karena terlalu nyaman dengan lingkungan teman sebayanya anak
jadi jarang bersosialisasi dengan orang tua, sehingga timbullah berbagai kenakalan remaja akibat
kurang kontrol dari orang tua.
3. Masa Dewasa
Seiring dengan perkembangan kedewasaan seseorang, maka cara bersosialisasi mereka
juga berbeda dengan masa anak-anak dan remaja, biasanya pada masa ini seseorang sudah
mampu bersosialisasi dengan lingkungan sebaya dengan baik. Desakan yang kuat untuk
menyesuaikan diri dan untuk berperilaku tertentu biasanya pada masa dewasa lebih banyak
memberikan manfaat bagi orang mereka
Pada masa dewasa biasanya seseorang sudah mempunyai banyak relasi sehingga terjadi
dampak positif yang memungkin terjadinya kerja sama didalam bidang bisnis dan bidang-bidang
lainya. Sedangkan dampak negatif pada dewasa biasanya seseorang yang aktif dalam organisasi
baik formal maupun non formal dalam lingkungan teman sebayanya, pengabdian mereka
terhadap organisasi tersebut sangatlah tinggi sehingga menyebabkan mereka mengabaikan
sosialisasi dalam keluarga.
1. Dampak teknologi terhadap sosialisasi pada anak-anak, remaja, dan dewasa.
Seiring dengan perkembangan teknologi ternyata proses sosialisasi tidak hanya dilakukan
lewat interaksi langsung tetapi dapat juga bersosialisasi lewat dunia maya, seperti facebook dan
twitter. Dua jejaring sosial ini telah menyihir semua orang dari berbagai kalangan, seperti pada
saat sekarang di dalam jejaring sosial facebook dan twitter tidak hanya digunakan oleh remaja
dan orang dewasa, melainkan anak sekolah dasar pun sekarang sudah hanyut dalam dunia maya.
Hubungan via situs pertemanan facebook maupun twitter tidak terjadi dengan teman sebaya
saja, akan tetapi terjadi juga di antara anak dan saudara, bapa, ibu, dsb. Facebook, twitter,
maupun situs pertemanan dunia maya lainnya tidak selamanya buruk. Di dalam dunia maya
seseorang bisa menjalin silaturahmi dengan keluarga yang jauh (baik itu di luar daerah maupun
di luar negeri) bisa juga sebagai sarana untuk seseorang berdakwah, mengajak kebaikan, sebagai
wadah untuk seseorang menulis, sebagai wadah untuk berdiskusi, dan bisa juga sebagai wadah
untuk orang tua mengawasi anaknya (jika orang tua menjalin hubungan pertemanan dengan
anaknya di facebook).Karena begitu besar pengaruhnya maka hubungan sosial via situs
pertemanan perlu diwaspadai.
Akan tetapi di dalam hubungan sosial via situs pertemanan ada juga efek negatifnya. Seperti
yang belakangan terjadi di Indonesia bahwa ada seseorang yang menikah dengan perempuan
yang dimana dia itu temannya di facebook. Dan setelah ditelusuri ternyata perempuan itu
berjenis kelamin laki-laki. Di facebook juga ternyata digunakan sebagai ajang untuk penculikan,
pembohongan, dan dapat membuat seseorang kecanduan dengan facebook, dan menjadikan
seseorang jauh dari bersosialisasi dengan kehidupan nyata dan akhirnya seseorang tersebut tidak
pandai bersosialisasi dalam kehidupan nyata. Di salah satu website ada yang menjelaskan akibat-
akibat dari facebook, yakni :
a. Memicu perceraian
Pengacara menyalahkan facebook untuk satu dari lima petisi perceraian online. Situs yang
bisa mempertemukan teman lama dan membuat penggunanya bisa saling bicara melalui
aplikasi chatting ini, disebut sebagai latar belakang meningkatnya kehancuran pernikahan dan
godaan untuk berselingkuh.
b. Memicu anak bunuh diri
Kepala gereja katolik di Inggris dan Wales, Archbishop Vincent Nichols, memeringatkan
bahwa facebook bisa mendorong remaja memiliki pandangan bahwa pertemanan adalah sebuah
komoditas. Hal itu bisa memicu keinginan untuk bunuh diri, ketika hubungan tidak berjalan lagi.
c. Lenyapkan ungkapan tradisional
Survei yang dilakukan sebuah perusahaan peneliti pasar pada 4.000 orang yang usianya
dibawah 30 tahun, mengungkap bahwa banyak ungkapan tradisonal yang tidak lagi diungkapkan
karena facebook. Misalnya kalau di negeri kita silaturahim saling kunjung mengunjungi
berkurang, karena sudah digantikan oleh ucapan lebaran lewat facebook, demikian juga saling
kirim kartu lebaran juga sudah tergantingan ucapan lebaran lewat facebook.
d. Memicu gangguan tulang
Facebook juga sering disalahkan karena gangguan tulang yang terjadi pada anak-anak.
Penelitian dalam British Medical Journal menemukan bahwa situs jejaring sosial dan permainan
komputer, merupakan pemicu penyakit seperti kekurangan vitamin D yang akibatnya bisa
membuat tulang mudah rapuh. Hal ini pasti karena dengan adanya facebook, banyak anak-anak
tidak berolah gerak karena keasyikan berinteraksi dengan jejaring sosial ini, bahakan main game
pun lewat facebook.
e. Membuat orang menjadi tertutup
Penelitian dari Mintel, sebuah perusahaan penelitian pasar, menemukan lebih dari setengah
orang dewasa yang menggunakan situs jejaring sosial seperti facebook, lebih menghabiskan
waktu di internet dibandingkan berbicara dengan teman atau anggota keluarga lainnya.
f. Membuat pasangan cemburu
Tim peneliti dari University of Guelph, Kanada, menemukan bahwa penggunaan Facebook
meningkatkan rasa cemburu pasangan. Mereka menemukan bahwa makin sering seseorang
menghabiskan waktu untuk online pada situs jejaring sosial dan melihat pasangannya, maka
tingkat kecurigaannya sangat tinggi.
g. Dijadikan ajang menantang hukum
Pada beberapa kasus hukum di Inggris, facebook dijadikan ajang untuk menantang hukum.
Pihak yang tersangkut kasus hukum membuat grup, yang namanya sangat provokatif dan
melawan hukum. Misalnya upaya rame-rame para pengguna facebook yang menolak bayar pajak
akibat kasus Gayus Tambunan dengan membuat “group sejuta facebooker boikot pajak”.
h. Membuat banyak orang tua jatuh cinta
Sebuah badan pembuat regulator komunikasi, menemukan lebih banyak orang setengah baya
yang menjadi anggota situs jejaring sosial sepertifacebook. Hal itu menunjukkan fenomena situs
jejaring sosial telah “tumbuh”, dengan pengguna yang berusia 35 hingga 54 tahun melonjak
sebesar 25 persen sepanjang tahun 2009.
i. Membuat penggunanya merasa tidak menarik
Jutaan pengguna facebook mengatakan menghindari menggunggah foto dan menghapus
nama dari berbagai foto, karena merasa terlalu gemuk, tua, atau terlihat jelek. Hal itu menurut
survei yang dilakukan perusahaan yang memproduksi produk penurunan berat badan,
LighterLife, pada 2000 orang.
j. Mengungkap kehidupan pribadi
Banyak orang yang memajang foto-foto pribadinya di facebook tanpa menyadari bahaya
yang sedang mengintainya. Seperti kasus istri seorang kepala agen rahasia Inggris, Sir John
Sawers, yang memajang foto-foto keluarganya secara detail di Facebook saat berlibur bersama
keluarganya. Selain hal-hal tersebut diatas, ternyata ada beberapa dampak buruk facebook yang
lain, yaitu sebagai ajang berjudi, sebagai sarana trafficking dan juga pelecehan agama.
k. Sebagai Ajang Berjudi
Program poker yang ada di facebook sebenarnya hanya sekadar untuk bermain sambil
berhubungan lewat jejaring sosial tersebut. Namun, dalam perkembangannya, permainan tersebut
oleh sebagian orang dimanfaatkan untuk memperkaya diri. Kondisi itu terus berkembang hingga
menjadi konsumsi berbagai kalangan yang gemar bermain judi. Jadi sekarang ini Facebookpun
telah dimanfaatkan untuk sarana berjual.
l. Sebagai Sarana Trafficking
Facebook juga disalahgunakan sebagai sarana untuk memantau calon-calon korban
penculikan anak dan perempuan dan akhirnya menjebaknya.Misalnya kasus mutakhir yang
menimpa siswa SMPN di Sidoarjo berinisial MNT dan siswi SMA 22 Surabaya berinisial SA.
Akibat berfacebook ria, mereka dibawa kekasihnya
m. Sebagai sarana Pelecehan Agama.
Modus operandi para penista agama dengan menggunakan facebook adalah kebanyakan
menggunakan facebook sebagai sarana mereka ber-”iklan” tentang propaganda mereka yang
berbau atau mengandung penistaan agama. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Abudabi Uni
Emirat Arab. Ini sungguh keterlaluan dan sekaligus merupakan penghinaan dan penistaan
terhadap agama Islam, betapa tidak. dia yang mengaku sebagai atheis membuka akun Facebook
mengatasnamakan Allah dan menyebarkan isi postingnya yang ia klaim sebagai kandungan
kitab suci Al - Qur’an.

(http://media.kompasiana.com/new-media/2010/03/28/inilah-13-akibat-buruk-facebook/ oleh
Ahmad Mustafa, 28 maret 2010
diunduh pada hari Kamis, 18 oktober 2012. Pkl:14.00 WIB)

BAB III
SOLUSI

A. Solusi dalam Mengatasi Dampak Negatif dari Adanya Hubungan sosialisasi antara Kelompok Teman
Sebaya
1. Menguatkan hubungan dengan orangtua dan keluarga
Jangan ragu untuk berkomunikasi dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Karena
keluarga akan selalu mendidik kita dengan nilai-nilai yang dianutnya. Ini membuat kita lebih kuat untuk
menghadapi dampak yang negatif dan mengurangi ketergantungan terhadap kelompok.
2. Pentingnya peranan orangtua
Peran orangtua sangatlah penting, agar ssosialisasi antar teman sebaya bisa berjalan dengan baik.
Karena biasanya banyak terjadi konflik dalam kelompok teman sebaya terutama pada kelompok remaja.
Disinilah peranan dari orangtua untuk mengontral kestabilan emosi anak. Disamping itu, orang tua juga
harus bersikap fleksibel dalam bertindak dan berbicara.
3. Kontrol diri
Tidaklah salah bila seseorang aktif dalam suatu kelompok sosial. Tetapi kita harus tahu
sampai dimana proses pergaulan kita. Jangan sampai kita berlebihan dalam menentukan sikap,
ketika suatu kelompok mengajarkan hal-hal yang negatif kepada kita, maka kita harus mampu
mengontrol diri agar dapat terjalin keseimbangan.
4. Percaya diri
Hidup kita adalah pilihan kita, bukanlah untuk bergantung pada suatu kelompok atau
teman sebaya. Jangan sampai teman sebaya dapat memengaruhi diri kita untuk melanggar
prinsip yang kita yakini benar.
B. Solusi dalam mengatasi Dampak teknologi terhadap sosialisasi pada anak-anak, remaja, dan
dewasa.
1. Pengawasan dari orangtua
Pada dewasa ini, perkembangan teknologi semakin maju. Namun, dari kemajuan
perkembangan teknologi itu tentu ada dampak positif dan negatifnya. Oleh karena itu, orangtua
harus memberikan pengawasan dan memberikan batasan dalam menggunakan sosial media
tersebut kepada anak-anaknya. Selain itu, orangtua juga harus mengetahui kegiatan-kegiatan
anak pada dunia maya. Karena dengan seiring perkembangan zaman, kebanyakan remaja lebih
sering mengeluarkan segala ekspresi perasaannya lewat dunia maya yaitu jejaring sosial, baik
facebook, twitter, dll.
2. Kontrol diri
Manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain. Pertemanan dalam jejaring
sosial cakupannya sangat luas. Kita boleh berteman dengan siapa saja, dari kalangan mana saja. Namun,
kita harus perspektif dalam mencari teman dekat atau sahabat terutama dalam jejaring sosial. Orang-
orang yang ada dalam jejaring sosial beragam kepribadian, status sosial, agama, dll. Sehingga kita harus
bisa mengontrol diri dan menjaga pergaulan kita dalam jejaring sosial.

DAFTAR PUSTAKA

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, Diunduh pada hari kamis, 18 oktober 2012 pkl. 17:30


WIB
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2116015-teori-konflik, Diunduh tanggal 23 Oktober 2012
pkl.14.30
Ahmadi Abu . 2007. Sosiologi Pendidikan. Rineka cipta.
Haryanto Deny, Nugrohadi Edwi, 2011. Pengantar Sosiologi dasar . Anak Prestasi Pustaka: Jakarta.
Cahyaningsih, Sri. dkk. 2007. Ilmu pengetahuan sosiologi 1 untuk SMP/MTs klas VII. Aneka Ilmu
: Semarang.
http://media.kompasiana.com/new-media/2010/03/28/inilah-13-akibat-buruk-facebook/diunduh pada
hari Kamis, 18 oktober 2012. Pkl:14.00 WIB
Kartono Kartini . 1995. Psikologi anak. Mandar Maju: Bandung
Baron,Roberta dkk. 2004. Psikologi social .jilid 1 . Erlangga : Jakarta.
Roberta.B.D.B . 2005. Psikologi social . jilid 2 . Erlangga : Jakarta.
Soekanto Soerjono . 1990. Sosiologi suatu pengantar . Rajawali pers : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai