Sinonim Aethoform
Nama Kimia Ethyl p-aminobenzoae; benzoic acid, 4-amino ethyl esterEthoform.
Pemerian Hablur kecil atau serbuk hablur putih, tidak berbau, stabil di udara,
bersifat anastesi lokal di lidah
Kelarutan Larut dalam 1: 2500 air, larut dalam 1:8 etanol, dalam 1:2 kloroform,
dalam 1:4 eter dan larut dalam 1:50 minyak
Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan
dalam eter, agak sukar larut dalam minyak zaitun
Titik leleh 148°C
Inkompatibilitas
Struktur Kimia
Struktur Kimia
b. Osmolaritas
Perhitungan : Tidak ada perhitungan osmolaritas karena sediaannya berupa volume yang
kecil.
c. Kesimpulan :
Sediaan bersifat hipo-iso-Hipertonis : Tidak dilakukan perhitungan tonisitas.
Perhatian yang harus dicantumkan dalam informasi obat : Tidak boleh digunakan lebih dari
28 hari setelah dibuka
d. Dapar
Jenis -
dapar/kombinasi
Target pH -
Kapasitas dapar -
b. Wadah
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Vial 1 Autoklaf pada suhu 121ºc, 15 menit
X. Pembahasan
Tetes telinga benzokain digunakan sebagai anastesi local yang digunakan dalam bentuk
esternya. Pada pembuatannya, obat tetes telinga benzokain tidak dibuat isotonis atau pH nya
tidak 7 karena digunakan tidak bersentuhan langsung dengan bagian tubuh dalam. Pada
proses pembuatan untuk formulasi awal tidak digunakan dapar karena pH kestabilan
benzokain memiliki rentang yang cukup panjang. Namun pada dasarnya pH kestabilan paling
baik benzocaine pada pH 7 dan akan lebih baik jika ditambahkan dapar fosfat.
Pada pembuatan obat tetes telinga benzokain menggunakan buret berwarna coklat dan
alat – alat yang digunakan seperti gelas kimia yang dilapisi dengan aluminium foil dan
menggunakan buret berwarna coklat. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan benzokain dari
cahaya karena benzocaine memiliki sifat tidak tahan terhadap cahaya. Selain itu, kelarutan
benzokain dalam air sangat kecil sehingga digunakan etanol 95% karena kelarutannya 1:8.
Namun, pada percobaan benzokain sukar larut dalam etanol dengan adanya serbuk pada
dinding gelas kimia. Hal ini terjadi karena etanol mudah menguap pada suhu ruang sehingga
berkurang volumenya. Dalam formulasi digunakan pula gliserin sebagai pengental agar
meningkatkan kontak antara sediaan dengan permukaan yang akan diobati. Namun pada
penggunaanya, benzokain sukar larut dalam gliserin sehingga masih terdapat banyak serbuk
yang tidak larut sehingga tidak diusulkan menggunakan formulasi gliserin dan etanol ini.
Pada pembuatannya digunakan pengawet berupa benzentonium klorida karena sediaan
dibuat multidose.
Pada pembuatan sediaan obat tetes telinga dengan menggunakan formulasi etanol dan
gliserin tidak dapat diteruskan ke proses selanjutnya karena zat aktif tidak dapat larut dalam
pelarut dan pembawa tersebut. Selain itu penggunaan etanol dalam jumlah besar tidak
dieprbolehkan pada sediaan tetes telinga karena dapat merusak membran telinga. Oleh
karena itu dicoba beberapa formula pada praktikum. Formula pertama dibuat dengan
menambah jumlah gliserin menjadi 50 gram ( sekitar 63 mL ), sehingga benzokain dan
benzetonium klorida dilarutkan dalam etanol kurang lebih 37 mL. Formula ini tidak berhasil
karena masih didapatkan benzokain yang tidak larut. Formula kedua digunakan glycerin
sebagai pelarut utama. Maka benzokain dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sesuai
kelarutannya ( kurang lebih 8 mL) dan kemudian ditambahkan gliserin hingga 80 mL dan
didapatkan hasil yang sama, benzokain kembali mengendap pada penambahan gliserin.
Setelah dicari pada pustaka, terdapat sebuah paten yang melakukan percobaan tentang
kelarutan benzokain dalam etanol dan gliserin. Benzokain tidak dapat larut pada gliserin.
Penggunaan gliserin pada sediaan benzokain harus dilakukan bersamaan dengan pelarutan
menggunakan etanol. Pelarutan juga harus dilakukan sambil dipanaskan untuk
mempermudah proses pelarutan. Namun penggunaan komposisi gliserin dan etanol menjadi
pelarut dan pembawa menjadi sulit digunakan karena harus dengan komposisi yang tepat dan
pemanasan yang lama. Komposisi yang tidak tepat akan membuat benzokain akan kembali
terendapkan meskipun pelarutan dilakukan dengan pemanasan.
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, berikut formula obat tetes telinga
benzokain 1 % yang kami usulkan
No Bahan Jumlah Fungsi
1. Benzokain 1% Anastesi lokal (zat aktif)
Bahan pengawet (Handbook of
2. Benzentonium klorida 0,02%
Pharmaceutical Excipients, hal 59).
8 : 1 dengan
3. Etanol 95% Pelarut benzokain
benzokain
4. Propilen Glikol Add to 100 Pelarut/pembawa
Pengajuan formula ini didasarkan pada kelarutan benzokain yang lebih baik pada propilen
glikol ( 146 mg/mL ) serta dengan melihat bahwa tidak ada inkompabilitas antara benzokain,
etanol, dan propilen glikol Namun penambahan propilen glikol harus diikuti pengadukan yang
cukup lama untuk melarutkan benzokain.
V. Kesimpulan