Buku CSR Bidang Cipta Karya PDF
Buku CSR Bidang Cipta Karya PDF
Sambutan
Direktur Jenderal Cipta Karya
NAP diharapkan dapat menjadi acuan bagi Pemerintah, baik di tingkat Pusat
maupun Kota/Kabupaten, dalam melaksanakan berbagai program dan kegiatan
pembangunan yang menekankan pada beberapa sektor, yakni manajemen,
perbaikan dan pengembangan bidang sarana/prasarana, pembangunan
dengan alternatif teknologi yang lebih efisien, serta sistem kelembagaan dan
pengembangan sumber daya manusia. Untuk itu, dibutuhkan komitmen dan
upaya fisik maupun non-fisik dari berbagai unsur terkait, seperti Pemerintah,
swasta, masyarakat, hingga LSM.
Kami berharap buku ini dapat memberikan gambaran tentang berbagai peluang
kerja sama yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk menyalurkan dana
sosialnya di bidang pembangunan infrastruktur permukiman.
Budi Yuwono
Direktur Jenderal Cipta Karya
4
Kata Pengantar
Direktur Bina Program
Program tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan CSR (Corporate
Social Responsibility), khususnya program pemberdayaan dan pelibatan
masyarakat, juga memiliki tujuan yang sama. Semakin banyak perusahaan yang
kini melakukan kegiatan CSR di bidang air minum, sanitasi, penataan bangunan
dan lingkungan dan pengembangan Permukiman.
Buku ‘Mewujudkan Permukiman Layak Huni Melalui Kerja sama CSR Bidang
Cipta Karya’ diharapkan dapat menjembatani pihak perusahaan pelaksana CSR
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga melahirkan program bersama
yang sinergis dan berdampak lebih luas dan berkelanjutan. Selanjutnya Ditjen
Cipta Karya, Kementerian PU, akan memberi fasilitas berupa konsultasi teknis,
supervisi teknis, pedoman dan petunjuk teknis, serta bila perlu mensinergikan
dana APBN dan sumber dana lainnya untuk menjamin kualitas lingkungan
permukiman yang layak huni.
Antonius Budiono
Direktur Bina Program
5
Daftar Isi
Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya 3
Kata Pengantar Direktur Bina Program
Pendahuluan 7
• Latar Belakang
• Maksud dan Tujuan
Peluang Kerja Sama CSR dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya 11
• Bidang Kegiatan yang Bisa Dikerjasamakan
• Dukungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam Program CSR
Manfaat dan Tantangan Kemitraan 17
Kerja Sama dalam Program CSR 19
• Prinsip Kerja Sama
• Inisiasi Kerja Sama
• Persiapan
• Perencanaan
• Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Proyek
• Pelaporan
• Umpan Balik dan Perbaikan
6
Lampiran 29
Contoh MOA antara
PT ADARO Indonesia dengan Pemerintah Kabupaten Tabalong
Lampiran CD:
• Pedoman/Petunjuk Teknis
Pendahuluan
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti beberapa perusahaan sekarang ini sangat beragam,
pentingnya keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan termasuk kegiatan CSR dalam pembangunan infrastruktur
lingkungan (Profit-People-Planet), kini, semakin banyak permukiman (bidang Cipta Karya). Di antaranya, program
perusahaan yang memenuhi tanggung jawab sosialnya penyediaan air minum dan sanitasi, program pengelolaan
(CSR). Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut sampah, penataan bangunan dan lingkungan, serta
diwujudkan dalam beragam bentuk kegiatan, dengan pengembangan permukiman. Sesuai dengan visi
perusahaan sebagai pelaksana yang melibatkan mitra- Direktorat Jenderal Cipta Karya , Kementerian Pekerjaan
mitra yang kompeten di bidangnya. Dukungan mitra kerja Umum, yaitu “Terwujudnya permukiman perkotaan dan
sama menjadi salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan perdesaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan
program-program CSR. melalui penyediaan infrastruktur yang andal dalam
pengembangan permukiman, pengembangan sistem
Program CSR tidak selalu diwujudkan dalam bentuk penyediaan air minum, pengembangan penyehatan
kegiatan amal (charity). Melainkan, juga dapat lingkungan permukiman dan penataan bangunan dan
dilaksanakan dalam program-program pemberdayaan lingkungan.”
masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara
langsung sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Kegiatan CSR di bidang Cipta Karya ini didasari pada
masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan CSR yang dilakukan cara pandang perusahaan terhadap ketersediaan dan
kelayakan infrastruktur yang merupakan kebutuhan
dasar masyarakat, tak terkecuali karyawan perusahaan
itu sendiri. Bahkan, beberapa perusahaan telah
8 mengembangkan kegiatan di bidang Cipta Karya ini
sebagai salah satu upaya melestarikan dan menjaga
kualitas sumber daya alam, seperti air dan tanah, yang
merupakan bahan baku produksi.
Namun, peluang yang ada hanya dapat termanfaatkan 3. Transmisi Air Minum
dengan baik jika didukung oleh semua pihak terkait serta a. Pengadaan dan pemasangan pompa transmisi air
kesiapan dan komitmen perusahaan selaku pelaksana minum
CSR dalam mengembangkan program-program di b. Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air
bidang Cipta Karya. minum
c. Pembangunan bak pelepas tekan
Bidang Kegiatan yang Bisa 4. Distribusi Air Minum
Dikerjasamakan a. Pembangunan reservoir distribusi
b. Pengadaan dan pemasangan pompa distribusi
A. Sektor Pengembangan Air Minum (PAM) c. Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa
Pada sistem penyediaan air minum, kegiatan yang distribusi
ditawarkan untuk kerja sama CSR adalah sebagai berikut: d. Pengadaan dan pemasangan sambungan rumah
1. Air Baku e. Pengadaan dan pemasangan hidran umum
a. Kegiatan untuk mendapatkan air baku sesuai de
ngan jenis sumbernya adalah: B. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan
- Pembangunan broncaptering/bangunan pe Pemukiman (PPLP)
nangkap mata air Sektor PPLP terdiri dari 3 (tiga) subsektor yaitu Persam
- Pembangunan intake (sumber air permukaan) pahan, Air Limbah, dan Drainase, dimana kegiatan yang
- Pembangunan sumur bor (sumber air tanah) dapat ditawarkan untuk ketiga subsektor tersebut adalah:
b. Pembangunan bak penampung/reservoir air baku 1. Subsektor persampahan
c. Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air a. Komponen Pengumpulan dan Pengangkutan ke
12 baku
2. Pengolahan Air Minum
Tempat Penampungan Sementara (TPS)
- Pengadaan tempat sampah-sampah seperti
a. Pembangunan instalasi pengolahan air minum bin dan tong sampah
b. Pembangunan reservoir air minum
- Pengadaan gerobak sampah, becak motor a. Pembangunan prasarana dan sarana drainase
sampah, mini truck untuk pengumpulan dan baru:
pengangkutan. - Saluran terbuka dan tertutup
- Pembangunan TPS - Bangunan persilangan: gorong-gorong, dan
b. Komponen Pengangkutan ke Tempat Pemro-sesan siphon
Akhir - Bangunan terjun
- Pengadaan loader - Tanggul
- Pengadaan dump truck, arm roll truck, trailer - Bangunan penangkap pasir
truck, dan compactor truck - Pintu air
c. Komponen Pengolahan - Kolam retensi
- Pembangunan tempat pemrosesan akhir - Pompa dan rumah pompa
- Pembangunan instalasi pengomposan - Trash Rack
- Pengadaan mesin pemilah sampah dan daur - Sumur resapan dan kolam resapan
ulang b. Rehabilitasi/normalisasi/peningkatan jaringan
2. Subsektor air limbah drainase yang ada
Pengolahan air limbah dibagi menjadi 2 (dua) sistem,
yaitu sistem off site (pengolahan terpusat) dan sistem C. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
on site (pengolahan setempat) Kegiatan yang dapat dikerjasamakan antara lain:
a. Kegiatan pengolahan sistem off site: 1. Penyediaan prasarana dan sarana untuk Ruang
- Pembangunan instalasi pengolahan air limbah Terbuka Hijau
(skala kota/komunal) 2. Revitalisasi kawasan sejarah/tradisional
- Pengadaan dan pemasangan pipa/saluran air 3. Pembangunan sarana dan prasarana pemukiman
limbah (skala kota/komunal) tradisional
- Pengadaan dan pemasangan sambungan
rumah (skala kota/komunal) D. Sektor Pengembangan Permukiman
b. Kegiatan pengolahan sistem on site: Kegiatan yang dapat dikerjasamakan antara lain:
- Pembangunan MCK 1. Penataan kawasan perkotaan:
- Pembangunan tangki septik komunal - Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan
- Pembangunan instalasi pengolahan lumpur lingkungan permukiman kumuh
tinja (IPLT) - Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan
- Pengadaan truk tinja lingkungan permukiman baru
3. Subsektor drainase 2. Penataan kawasan perdesaan:
Kegiatan pembangunan prasarana dan sarana
drainase terdiri dari bangunan-bangunan sebagai
- Pembangunan sarana dan prasarana kawasan
perdesaan potensial
13
berikut:
Peluang Kerja Sama CSR
dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya
Dukungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
dalam Program CSR
5. Fasilitasi Kerja Sama dengan Pemangku Kepen d. Kementerian lain yang terkait (Kementerian Kesehatan,
tingan Lain
Kementerian PU memiliki peran penting seba
Kementerian Sosial)
e. Lembaga Swadaya Masyarakat
15
gai fasilitator yang dapat mempertemukan per Melalui fasilitasi pertemuan multi pihak ini, diharapkan
usahaan dengan para pemangku kepentingan- tercipta kolaborasi/kemitraan, yang memungkinkan pihak
nya, khususnya di bidang Cipta Karya. Para yang bermitra menemukan solusi kreatif untuk masalah
pemangku kepentingan tersebut antara lain: yang kompleks, karena kemitraan memungkinkan berte
a. Pemerintah Kabupaten/Kota (Bappeda, Dinas munya berbagai pemikiran dan strategi bersama untuk
PU, Dinas Kesehatan dan dinas terkait lainnya) memecahkan masalah.
16
Manfaat dan Tantangan
Kemitraan
Secara singkat kerja sama multipihak tugas dan tanggung jawab antara lain; menyediakan
antara perusahaan dengan Direktorat dokumen Rencana Program Investasi Jangka Me
Jenderal Cipta Karya, Kementerian PU dan nengah yang selanjutnya disebut RPIJM sebagai
Pemerintah Daerah (provinsi/kab/kota) dapat dilihat pedoman strategi pembangunan prasarana dan
dalam tabel di bawah ini. Setiap pihak memiliki peran sarana bidang Cipta Karya; menyediakan pedoman
masing-masing untuk mensinergikan kegiatan, sebagai teknis mengenai pembangunan prasarana dan
berikut: sarana bidang Cipta Karya; melakukan koordinasi
baik di tingkat pusat maupun Provinsi/Kabupaten/
1. Direktorat Jenderal Cipta Karya Kota dalam keterpaduan penyusunan bidang Cipta
Direktorat Jenderal Cipta Karya (Ditjen Cipta Kar Karya; serta melakukan pendampingan terhadap
ya), khususnya Direktorat Bina Program akan program, sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat
mengevaluasi usulan kegiatan dari Pemerintah Jenderal Cipta Karya.
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan mengacu pada
dokumen RPIJM. Evaluasi akan menghasilkan 2. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
daftar sementara usulan potensi kegiatan CSR, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam kerja
sebagai acuan awal dalam berkomunikasi dengan sama multipihak ini bertanggung jawab untuk
perusahaan. Ditjen Cipta Karya selanjutnya akan memberikan usulan kegiatan kepada Direktorat Bina
mengatur alokasi pendanaan untuk kegiatan- Program, Ditjen Cipta Karya. Pemerintah Provinsi/
kegiatan yang telah disinkronkan antara perusaha Kabupaten/Kota kemudian harus menyiapkan
an dan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, sesuai rencana rinci usulan kegiatan, khususnya untuk
dengan kebutuhan. Kesepakatan semua pihak me kegiatan yang telah disepakati bersama antara
ngenai jenis kegiatan dan pendanaan kemudian di Ditjen Cipta Karya dengan pihak perusahaan untuk
ikat dalam Nota Kesepakatan (MoA–Memorandum of dikerja samakan.
Agreement).
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah memiliki tugas dan
Setelah Nota Kesepakatan (MoA) ditandatangani, tanggung jawab antara lain; menyediakan dokumen
Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki peran Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
penting dalam pelaksanaan kerja sama ini dengan Daerah yang selanjutnya disebut RPIJMD Bidang
20
Cipta Karya sebagai pedoman strategi pemba di bidang tersebut, memiliki ke
sempatan untuk
ngunan prasarana dan sarana Bidang Cipta Karya memperbesar dampak dan pe ne
rima manfaat
di Provinsi/Kabupaten/Kota; melakukan fasilitasi dari program CSR yang telah direncanakannya,
pendampingan teknis sesuai pedoman teknis dengan mensinkronkannya dengan kegiatan dan
yang disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum pendanaan Pemerintah (Pusat dan Daerah).
mengenai pembangunan prasarana dan sarana
Bidang Cipta Karya; melakukan koordinasi dengan Akan halnya Ditjen Cipta Karya dan Pemerintah
instansi terkait di lingkungan Provinsi/Kabupaten/ Daerah, Perusahaan juga memiliki tugas dan
Kota yang bersangkutan; melakukan pemantauan tanggung jawab dalam hubungan kerja sama
dan evaluasi sesuai metode yang disepakati dalam ini. Tugas dan tanggung jawab tersebut antara
kemitraan multipihak; menyediakan sumber daya lain; berpartisipasi aktif dalam perancangan,
dalam proses pelaksanaan program yang meliputi
perancangan, pelaksanaan dan pemantauan
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program
sesuai kesepakatan dalam kemitraan multipihak;
21
serta evaluasi program; menyediakan dana untuk menyediakan dukungan material baik dalam bentuk
implementasi program sesuai kesepakatan dalam pembiayaan pembangunan maupun dalam bentuk
kemitraan multipihak baik dicairkan dalam bentuk barang/material untuk implementasi program.
barang/material ataupun non material. Jumlah, jenis dan penggunaan dukungan tersebut
akan diatur dalam suatu kesepakatan tertulis
3. Perusahaan tersendiri dengan Pemerintah Daerah, dengan tetap
Perusahaan yang belum melakukan kegiatan CSR memperhatikan kesepakatan dalam kemitraan
di bidang air minum, sanitasi, penataan bangunan multipihak; memfasilitasi pertukaran pengetahuan
dan lingkungan, serta pengembangan permukiman dan keahlian diantara para pihak untuk mendukung
dapat memilih kegiatan yang dita war kan oleh penguatan kapasitas masyarakat; mempublikasikan
Ditjen Cipta Karya untuk didanai. Sementara dan mensosialisasikan program kepada masyarakat/
untuk perusahaan yang telah memi liki program untuk dapat dijadikan contoh keberhasilan program.
Kerja Sama dalam
Program CSR
22
Untuk memenuhi mekanisme kerja sama tersebut di atas, perlu dilakukan beberapa tahapan
sebagaimana diagram berikut:
perusahaan
Kesepakatan (MOA)
23
24
Inisiasi Kerja Sama Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menggunakan
Kerja sama pelaksanaan program penyediaan air minum, RPIJM sebagai dasar kerja sama dengan perusahaan.
sanitasi, penataan bangunan dan lingkungan dan pe Perusahaan dapat menggunakan rencana CSR yang
ngembangan permukiman ini, dapat dimulai dari siapa
saja, baik perusahaan, Ditjen Cipta Karya, Kementerian
telah disusun perusahaan, sebagai dasar pembicaraan
de ngan Pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk wilayah
25
PU, maupun Pemerintah daerah setempat. kerja yang lebih luas dan mitra kerja yang lebih bera
gam, perusahaan dan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat
Perusahaan dapat bekerja sama langsung dengan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Ditjen
instansi terkait di Pemerintah Kabupaten/Kota di lokasi Cipta Karya, Kementerian PU.
pabrik dan/atau kantor operasinya, namun apabila per
usahaan menginginkan kerja sama dengan pemangku
kepentingan yang lebih luas dan menghasilkan program Persiapan
yang berdampak lebih besar dan lebih luas, perusahaan Sebelum memulai kerja sama, penting bagi semua pihak
dapat mempertimbangkan untuk bekerja sama langsung untuk saling memahami kelebihan dan kekurangan
dengan Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU. masing-masing, dan memahami kompetensi masing-
masing di bidang infrastruktur keciptakaryaan.
Kerja Sama dalam
Program CSR
Baik perusahaan, maupun Ditjen Cipta Karya, perlu terbu v. Kesiapan perijinan (termasuk AMDAL/UKL/UPL
ka satu sama lain akan kondisi eksisting dan pemahaman vi. Ketersediaan dana selain dana perusahaan: Pemerin
masing-masing mengenai: tah pusat, Pemerintah daerah, pihak lain
a. Persepsi mengenai CSR b. Pemangku Kepentingan lain yang akan dilibatkan
b. Rencana lokasi kegiatan dan (Pemerintah kota/kabupaten, lembaga swadaya masya
penerima manfaat program rakat, perguruan tinggi, sekolah, penduduk, dll.)
c. Kebutuhan masyarakat dan target pencapaian Setelah terdapat kesepakatan mengenai:
d. Kebijakan dan prosedur pengajuan usulan program i. jenis kegiatan,
dan penganggarannya ii. lokasi,
e. Sistem pelaporan dan audit (bila ada) iii. target pencapaian,
f. Kompetensi dan potensi kontribusi dari setiap pe iv. indikator keberhasilan,
mangku kepentingan yang terlibat v. jadwal kegiatan, dan
vi. kontribusi setiap pihak yang terlibat, maka para pihak
Untuk informasi lebih lanjut, perusahaan dapat meng bisa mengikatkan diri dalam “Nota Kesepakatan
hubungi: (MOA)” dan bila perlu dengan “Perjanjian Kerja sama
Direktorat Bina Program Lanjutan” yang memuat kesepakatan yang lebih
Direktorat Jenderal Cipta Karya rinci dan terukur.
Kementerian Pekerjaan Umum
Gedung B-Ic, lantai 4
Jl. Pattimura 20 Kebayoran Baru Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi
Jakarta 12110 Proyek
Telp/Fax. 021 – 7279 6588 Direktorat Bina Program, Ditjen Cipta Karya, Kementerian
http://ciptakarya.pu.go.id PU berperan sebagai fasilitator antara perusahaan dengan
semua pihak yang terkait, baik di tingkat pusat, daerah
Apabila perusahaan dan Ditjen Cipta Karya, Kemente maupun dengan pihak ketiga. Dalam pelaksanaannya,
rian PU telah menemukan kesamaan tujuan memahami program akan ditangani langsung oleh Direktorat terkait:
peran masing-masing dan sepakat untuk bekerja sama, a. Direktorat Pengembangan Air Minum
maka para pihak dapat mengikatkan diri dalam “Nota b. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkung an
Kesepahaman (MOA)”. Permukiman
c. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
d. Direktorat Pengembangan Permukiman
Perencanaan e. Sementara Direktorat Bina Program akan melaku
26 Tahap selanjutnya adalah menyusun perencanaan ber
sama. Kedua belah pihak perlu membahas lebih lanjut:
kan pemantauan/monitoring terhadap jalannya kerja
sama.
a. Kesiapan program:
i. Rencana program CSR perusahaan: Dalam tahapan pelaksanaan, para pihak perlu melakukan
• Sejauh mana perencanaan telah dilakukan inspeksi, monitoring, pertemuan dan bentuk komuni
• Alokasi anggaran kasi lain secara rutin guna memantau perkembangan
• Bentuk pelaksanaan program: partisipasi masyara proyek dan mengatasi permasalahan yang mungkin
kat, dikerjakan sendiri oleh perusahaan atau diker timbul di lapangan. Beberapa kegiatan dan lokasi kegi
jakan oleh kontraktor atan mungkin perlu diubah untuk mengantisipasi per
• Pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat masalahan yang muncul.
ii. Apakah program tercantum dalam RPIJM
iii. Kesiapan lahan dan penerima manfaat Di akhir proyek semua pihak perlu duduk bersama untuk
iv. Kesiapan perencanaan teknis (DED – detailed engine mengevaluasi jalannya pencapaian proyek dan meng
ering design) evaluasi kerja sama antar pihak.
Beberapa hal yang perlu dievaluasi adalah:
30
31
Lampiran
32
33
Lampiran
34
35
Lampiran
36
37
Lampiran
38
39
Lampiran
40
41
Lampiran
42
43