Anda di halaman 1dari 3

ETIK SUSTAINABILITY

Sustainability atau keberlanjutan dinyatakan sebagai kesetaraan dari waktu ke waktu.


Sebagai sebuah nilai, keberlanjutan berarti memberi bobot yang sama dalam keputusan yang
diambil untuk masa depan dan juga saat ini (Robert Gilman dalam Kibert, Thiele, Peterson &
Monroe, 2011). Pada mulanya, sustainability dipandang sebagai hubungan antara manusia
dengan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun Va¨rldsmedborgaren (dalam
Nyholm, Salmela, Nystrom & Koskinen, 2018) menyatakan bahwa konsep keberlanjutan
harus dikembangkan dan tidak cukup hanya dengan tiga dimensi, sehingga ia menyatakan
bahwa prinsip keberlanjutan berada dalam dimensi ekonomi, sosial, lingkungan serta dimensi
etik.

Dalam lingkup keperawatan, sustainability memiliki makna tersendiri. Profesi keperawatan


diharapkan mampu berespon terhadap segala perubahan dan kebutuhan serta tuntutan baik
yang datang dari dalam tubuh keperawatan itu sendiri, maupun yang muncul dari luar seperti
perubahan budaya, perkembangan penyakit, perubahan sosial ekonomi, dan lain-lain. Selain
itu, profesi keperawatan diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan di
dunia medis seperti perkembangan jenjang karir, hingga munculnya kondisi yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Dalam hal ini, pandangan tentang nilai keberlanjutan menjadi
dasar dalam upaya pembuatan keputusan keperawatan berdasarkan nilai etik. Sustainability
(keberlanjutan) dinyatakan sebagai bagian dari prinsip etik-moral dalam proses pembuatan
keputusan keperawatan (Riedel, 2016). Terdapat empat prinsip etik berkelanjutan, yaitu: 1)
koheren atau saling berkaitan secara teoritis, 2) memiliki interpretasi yang jelas, 3) menjawab
pertanyaan tentang hak atau kepentingan, dan 4) layak atau praktis (dapat diterapkan)
(Kibert, dkk., 2011)

a. Sustainability sebagai prinsip praktik keperawatan yang bertanggungjawab.


Prinsip keberlanjutan menjadi sebuah konteks yang banyak digunakan dibanyak aspek,
termasuk sistem pelayanan kesehatan. Prinsip keberlanjutan menjadi semakin signifikan
dalam praktik profesional, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam memandu
praktik keperawatan (Riedel, 2016). Nilai sustainability memberikan sisi sensitif kepada
perawat terkait tanggungjawab mereka dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan.
Konflik etik yang mungkin muncul berulang kali dalam situasi kerja dapat menimbulkan
distres moral bagi perawat, dan jika terjadi berulang-ulang dapat menganggu performa
perawat. Namun, dikarenakan beberapa faktor seperti kebutuhan personil dan jam kerja
yang tinggi, menyebabkan upaya pengadaan konferensi kasus khusus secara berkala
untuk membahas kasus etik dilingkungan kerja seringkali sulit untuk dilakukan. Untuk
itu, dipertimbangkan untuk mengembangkan kebijakan etik yang dapat digunakan secara
berulang saat munculnya permasalahan etik pada situasi kerja perawat sehari-hari. Untuk
memastikan bahwa kebijakan etik tersebut dapat menjadi landasan yang tepat dalam
pengambilan keputusan etik, maka diperlukan sebuah kebijakan yang tidak hanya
berfokus pada saat ini, namun juga dapat menyesuaikan pada banyak kondisi di masa
akan datang. Oleh karena itu, pertimbangan berkelanjutan menjadi prinsip penting dalam
menjalankan praktik keperawatan yang bertanggungjawab (Riedel, 2016).
Sebagai contoh, perawat setelah menyelesaikan shift dinas hari ini, perawat melakukan
pengecekan ulang untuk memastikan apakah terdapat cukup kasa steril untuk digunakan
pada shift berikutnya. Perawat juga mempertimbangkan apabila saat pada shift
berikutnya tidak terdapat kasa yang cukup untuk melakukan perawatan, apakah dampak
yang akan ditimbulkan bagi perawat? Apakah akan mempengaruhi kualitas kerja
perawat, dan akhirnya mempengaruhi kondisi kesehatan pasien? Apakah akan
memunculkan konflik diwaktu yang akan datang? Pikiran-pikiran inilah yang menjadi
dasar bagi perawat dalam bersikap etik dan bertanggungjawab, serta nilai keberlanjutan
diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan dan prinsip dalam bertindak serta menjadi
nilai etik/moral dalam menjalankan praktik keperawatan profesional. Etika menjadi
kerangka kerja bagi perawat terhadap tanggungjawab apa yang harus dilakukan, dan
konteks keberlanjutan membantu perawat untuk mengidentifikasi tanggungjawab
tersebut tidak hanya saat ini namun juga konsekuensinya di waktu yang akan datang.

Sustainability seringkali dikaitkan dengan proses berkembang. Pengembangan


keberlanjutan dinyatakan sebagai pengembangan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan
saat ini tanpa menutup kemungkinan bagi generasi yang akan datang untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Dalam arti lain, pengembangan keberlanjutan diharapkan tidak hanya
memenuhi kebutuhan saat ini, namun juga kebutuhan di masa yang akan datang
(berlanjut). Dalam praktik keperawatan, sustainability dinyatakan sebagai merancang
dan memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan kesehatan dan
pelayanan kesehatan individu dan populasi saat ini tanpa menutup kemungkinan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan pelayanan kesehatan generasi
yang akan datang (Riedel, 2016; Anaker, 2014).

b. Sustainability sebagai isu dalam pertimbangan etik dan pengambilan keputusan


etik.
Upaya keberlanjutan menuntut akuntabilitas dan tanggungjawab dalam praktik
keperawatan, serta kemampuan mengantisipasi potensi akan konsekuensi di waktu yang
akan datang. Makna keberlanjutan tidak hanya mengenai kondisi pasien saat ini, tetapi
lebih dimaksudkan kepada seluruh pasien dimasa datang, tidak hanya keperawatan dan
praktik keperawatan yang ada saat ini, tetapi juga melihat kemungkinan yang terjadi
dalam praktik keperawatan di masa depan. Oleh karena itu, konsep fairness atau keadilan
sangat menentukan dalam hal ini. Dalam etika sosial, prinsip yang paling penting untuk
keberlanjutan menyangkut keadilan dan kewajiban untuk masa mendatang (Kibert, dkk.,
2011). Persyaratan keberlanjutan yang lain yaitu kemampuan berfikir jangka panjang.
Hal ini menjadi tantangan karena dibutuhkan kepekaan terkait keputusan yang
berkelanjutan dengan memperhatikan hubungan antara konsekuensi jangka panjang
dengan keputusan yang dilakukan hari ini. Agar kepekaan ini semakin efektif, perawat
perlu dilatih untuk menganalisis, mempertimbangkan dan menimbang konsekuensi yang
potensial yang mungkin terjadi dalam pendidikan keperawatan. Selain itu dalam praktik
keperawatan sehari-hari, perawat dituntut agar selalu melakukan pengambilan keputusan
berorientasi pada keberlanjutan (Riedel, 2016). Pengambilan keputusan yang
berkelanjutan tentunya akan melibatkan sejumlah faktor.

Referensi:
Anaker, A. (2014). Sustainability in nursing: a concept analysis. Scsndinacian Journals of
Caring Sciences. 28: 381-389.
Kibert, C. J., Thiele, L., Peterson, A. & Monroe, M. (2011). The Ethics od Sustainability.
http://rio20.net/wp-content/uploads/2012/01/Ethics-of-Sustainability-Textbook.pdf
Nyholm, L., Salmela, S., Nystrom, L. & Koskinen, C. (2018). Sustainability in care through
an ethical practice model. Nursing Ethics. 25(2) : 264-272.
Riedel, A. (2016). Sustainability as an ethical principle: ensuring its systematic place in
professional nursing practice. Healthcare. 4(2).

Anda mungkin juga menyukai