Anda di halaman 1dari 20

1.

Penggaris Manual

MISTAR BAJA
KEGUNAAN MISTAR BAJA
1. Untuk mengukur benda krja
2. Mengukur panjang, lebar,tingi
3. Pengukuran dengan satuan millimeter,centimeter,inchi

BAGIAN MISTAR BAJA


1. Bagian muka
2. Bagian belakang

CARA PERAWATAN
1. Bilas dgn oli atau minyak stelah d gunakan
2. Lalu di lap dgn kain
3. Simpanlah di tempat yg tidak lembab

CARA PENGGUNAAN
1. Tempelkan pada benda kerja

2. lalu paskan dan lihat berapa ukuran yg di inginkan

GAMBAR MISTAR BAJA

GAMBAR SKETSA MISTAR BAJA

2. Jangka Sorong
Dalam dunia otomotif, kita mengenal banyak alat ukur, yang mana kita harus dapat
menggunakannya. Salah satu alat ukur yang sering digunakan adalah jangka sorong atau sering
disebut dengan vernier caliper atau juga dapat disebut dengan mistar geser.

Alat ukur jangka sorong memiliki dua skala pengukur yaitu skala ukur utama (main scale) dan skala
ukur vernier (vernier scale) atau juga sering disebut skala nonius. Untuk membaca hasil pengukuran
yaitu dengan membaca dua skala ini. Skala satuan ukur yang digunakan pada jangka sorong
terdapat dua satuan yaitu satuan metris dan satuan inchi. Untuk tingkat ketelitian satuan metris
antara lain 0,1 mm, 0,05 mm dan 0,02 mm. Sedangkan tingkat ketelitian satuan inchi antara lain
1/1000 inchi dan 1/128 inchi.
Fungsi jangka sorong
Fungsi dari jangka sorong ada tiga fungsi utama yaitu:
1. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter luar suatu benda
2. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter dalam suatu benda
3. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur kedalaman dari suatu benda
Prinsip pengukuran
Skala utama dan skala vernier digunakan untuk menukur jarak yang kecil dengan mencari
perbedaan antara dua skala tadi. Cara ini disebut prinsip pengukuran menggunakan jangka sorong.
Contohnya, jarak setiap garis pada skala utama adalah 1 mm, sedangkan jarak setiap garis pada
skala vernier adalah 0,9 mm sehingga jarak garis di skala utamanya lebih besar 0,1 mm
dibandingkan dengan garis pada skala verniernya.

Sebelum melakukan pengukuran dengan jangka sorong, pastikan garis "0" pada skala utamanya
segaris dengan garis "0" pada skala verniernya.

Cara pembacaan jangka sorong


Pembacaan jangka sorong sangat mudah, tapi memerlukan ketelitian ya ng tinggi. Cara untuk
membaca jangka sorong antara lain:
1. Baca angka yang ditunjukkan pada skala utamanya terlebih dahulu. Angka pada skala
utama yang dibaca adalah angka yang berada sebelum angka "0" pada skala verniernya
2. Baca angka pada skala verniernya, dengan cara carilah angka garis antara skala utama
dan skala vernier yang segaris, kemudian baca angkanya.
3. Jumlahkan kedua angka tersebut, dari angka pada skala utama dan angka pada skala
vernier.
Contoh:
Skala metris (tingkat ketelitian 0,1)

 Skala utama (lingkaran biru) menunjukkan hasil 53 mm


 Skala vernier (lingkaran merah) menunjukkan garis ke 5 karena tingkat ketelitiannya 0,1 maka
5 x 0,1 = 0,5 mm
 Hasil pembacaannya adalah 53 + 0,5 = 53,5 mm
Skala metris (tingkat ketelitian 0,05)

 Skala utama (lingkaran biru) menunjukkan hasil 46 mm


 Skala vernier (lingkaran merah) menunjukkan garis ke 8 karena tingkat ketelitiannya 0,05
maka 8 x 0,05 = 0,40 mm
 Hasil pembacaannya adalah 46 + 0,40 = 46,40 mm
Skala metris (tingkat ketelitian 0,02)
 Skala utama (lingkaran biru) menunjukkan hasil 75 mm
 Skala vernier (lingkaran merah) menunjukkan garis ke 20 karena tingkat ketelitiannya 0,02
maka 20 x 0,02 = 0,40 mm
 Hasil pembacaannya adalah 17 + 0,40 = 17,40 mm
Skala inchi (tingkat ketelitian 1/128)

Skala utama 1 inchi dibagi dalam 16 garis sehingga 1 garis pada skala utama senilai 1/16 inchi dan
kemudian 1 garis skala utama dibagi menjadi 8 skala vernier sehingga nilai setiap satu garis skala
vernier adalah 1/16 : 8 = 1/128 inchi
 Skala utama pada bagian bawah (lingkaran biru) menunjukkan garis ke 7 sehingga 7 x 1/16 =
7/16 inchi
 Skala vernier pada bagian atas (lingkaran merah) menunjukkan garis ke 7 karena tingkat
ketelitiannya 1/128 maka 7 x 1/128 = 7/128 inchi
 Hasil pembacaannya adalah 7/16 + 7/128 = 56/128 + 7/128 = 63/128 inchi
Skala inchi (tingkat ketelitian 1/128)

Pada skala utama 1 inchi dibagi menjadi 40 garis sehingga 1 garis pada skala utama senilai 1/40
inchi dan 1 garis skala utama dibagi menjadi 25 garis pada skala vernier sehingga nilai 1 garis pada
skala vernier adalah 1/40 : 25 = 1/1000 inchi

 Skala utama pada bagian bawah (lingkaran biru) menunjukkan garis ke 12 sehingga 12 x 1/40
= 12/40 inchi
 Skala vernier pada bagian atas (lingkaran merah) menunjukkan garis ke 8 karena tingkat
ketelitiannya 1/000 maka 8 x 1/1000 = 8/1000 inchi
 Hasil pembacaannya adalah 12/40 + 8/1000 = 300/1000 + 8/1000 = 308/1000 inchi atau
0,308 inchi
Catatan:
 Sebelum menggunakan jangka sorong maka yang perlu diperhatikan yaitu jangka sorong dan
benda kerja harus bersih dari kotoran maupun oli.
 Pastikan skala verniernya dapat bergeser dengan bebas tanpa hambatan dan pastikan bahwa
angka "0" antara skala utama dan skala vernier segaris.
 Usahakan saat mengukur, benda didekatkan sedekat mungkin pada skala utama. Hal ini
bertujuan agar hasilnya akurat.
 Saat pengukuran harus dilakukan secara tegak lurus antara benda kerja dengan jangka sorong.
 Setelah melakukan pengukuran, segera kunci jangka sorong agar hasil pengukuran tidak
berubah saat dibaca
 Untuk merawat agar jangka sorong tidak cepat rusak, maka bersihkan jangka sorong setelah
digunakan dan kemudian simpan ditempat yang seharusnya. Hal ini agar jangka sorong tidak cepat
berkarat.
3. Mikrometer Sekrup
 Mikrometer merupakan salah satu alat ukur yang presisi melihat tingkat
ketelitiannya yang dapat mengukur hingga 0,01 mm dan 0.001 mm. Mikrometer
lebih presisi dibandingkan dengan jangka sorong. Mikrometer sendiri terbagi
menjadi 2 macam, yaitu mikrometer dalam (inside micrometer) dan mikrometer luar
(outside micrometer). Pada kesempatan kali ini, kita bahas mengenai mikrometer
luar (outside micrometer).


 Mikrometer luar terdapat beberapa macam ukuran yaitu dari ukuran 0 - 25 mm,
ukuran 25 - 50 mm, ukuran 50 - 75 mm, dan ukuran 75 - 100 mm. Untuk ukuran
mikrometer selain 0 - 25 mm, perlu dilakukan set “0” sebelum menggunakannya
dengan menggunakan batang standar (standar gauge) untuk memperoleh ukuran
yang tepat.

 Cara melakukan set “0”


 Pemeriksaan :


 Pasangkan standar gauge diantara anvil dan spindel pada mikrometer. Putarkan
thimble sampai spindel menyentuh standar gauge, setelah itu putarkan rachet
stopper sampai berbunyi 2 – 3 dan kunci dengan lock clamp kemudian bacalah titik
standar “0”. Untuk mikrometer yang ukurannya 0 - 25 mm tidak perlu menggunakan
standar gauge karena spindel dapat merapat dengan anvil untuk mengecek titik
standar “0”.

 Penyetelan :


 Bila titik “0” tidak tepat maka lakukan penyetelan. Bila perbedaan antara harga
standar “0” dengan hasil pembacaan kurang dari 0,02 mm, maka lakukan langkah
penyetelan dengan menggunakan kunci penyetel dengan cara masukan ujung dari
kunci penyetel pada lubang di bagian outer sleeve kemudian tepatkan titik “0” pada
thimble segaris dengan garis pada outer sleeve. Bila perbedaan melebihi 0,02 mm,
maka gunakan kunci penyetel untuk mengendorkan rachet stopper,hal ini akan
membuat thimble dapat bergerak bebas kemudian tepatkan titik “0” pada thimbe
agar segaris dengan garis pada outer sleeve. Setelah itu, tahan thimble agar tidak
berputar dan kencangkan kembali rachet stopper dengan kunci penyetel.

 Cara Pengukuran


 Untuk mikrometer luar dengan tingkat ketelitian 0,01 mm.
 Pada skala thimble terdiri dari 50 buah strip. Jika thimble berputar satu kali putaran
maka akan menunjukkan nilai 0,50 mm sehingga 1 strip thimble sama dengan 0,01
mm. Setiap kali thimble berputar satu kali putaran maka akan menunjukkan nilai
0,50 mm dan hal ini ditunjukkan oleh strip bagian bawah garis pada outer sleeve
(pada skala utama). Ketika thimble berputar sebanyak 2 kali putaran mak
menunjukkan nilai 1 mm (pada skala utama), hal ini akan ditunjukkan pada skala
strip bagian atas garis pada outer sleeve. Jadi setiap strip pada bagian atas outer
sleeve nilainya 1 mm.

 Untuk mikrometer luar dengan tingkat ketelitian 0,001.


 Pada skala thimble ada yang terdiri dari 25 buah strip dan ada yang terdiri dari 50
strip. Untuk skala thimble yang terdiri 25 strip, maka jika thimble berputar satu kali
putaran maka akan menunjukkan nilai 0,25 mm sehingga 1 strip thimble sama
dengan 25 : 0,25 = 0,01 mm. Setiap kali thimble berputar satu kali putaran maka
akan menunjukkan nilai 0,25 mm. Pada skala utamanya terdapat 4 buah strip, 1
strip nilainya 0,25 mm.

 Sedangkan untuk skala thimble yang terdiri 50 strip, maka jika thimble berputar satu
kali putaran maka akan menunjukkan nilai 0,50 mm sehingga 1 strip thimble sama
dengan 50 : 0,50 = 0,01 mm. Setiap kali thimble berputar satu kali putaran maka
akan menunjukkan nilai 0,50 mm. Pada skala utamanya terdapat 2 buah strip, 1
strip nilainya 0,50 mm.

 Pada skala sleeve, ada yang memiliki 5 strip dan ada yang memiliki 10 strip. Yang
hanya terdapat 5 strip maka nilai 1 stripnya adalah 0,002 mm sedangkan untuk yang
terdapat 10 strip maka nilai 1 stripnya adalah 0,001 mm.

 Untuk langkah pengukuran, letakkan benda yang akan diukur diantara thimble dan
anvil, putarkan thimble sampai spindel menyentuh benda yang akan diukur, setelah
putarkan rachet stopper 2 sampai 3 kali putaran untuk mencegah kerusakan
spindel. Setelah itu kunci spindel agar tidak bergerak menggunakan lock clamp.
Kemudian bacalah hasil pengukurannya.

 Untuk lebih jelasnya lihat contoh soal dibawah ini :
 Soal :


 Perhatikan gambar diatas. Berapakah nilai ukuran yang ditunjukkan pada gambar
mikrometer diatas?
 Jawaban :
 Pada skala utama : 5,00 mm
 Pada skala thimble : 0,20 mm
 Jumlah : 5,20 mm

 Soal :


 Perhatikan gambar diatas. Berapakah nilai ukuran yang ditunjukkan pada gambar
mikrometer diatas?
 Jawaban :
 Pada skala utama : 3,75 mm
 Pada skala thimble : 0,00 mm
 Pada skala sleeve : 0,008 mm
 Jumlah : 3,758 mm

4. Pisau perata

5. Penyiku
6. Pengukur Sudut

7. PENGUKURAN SUDUT
kali ini saya akan membahas lagi apa yang di maksud pengukuran sudut dan untuk lebih jelanya
langsung kita lihat saja..

Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk
panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai
dimensi sudut. Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat
diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur berbentuk ekor burung, sudut ketirusan
poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip
pengukuran yang digunakan untuk pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut.

Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu derajat.
Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60 menit (1° = 60’), dan satu menit = 60 detik (1’ =6’’).
Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan untuk system
metrik, satuan sudut adalah radian.

Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca hasil
pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak bisa
langsung dibaca hasil engukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran sudut
akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta alat dan cara
menggunakannya.

Alat Ukur Sudut Langsung dan Cara Menggunakannya.

Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut secara langsung adalah busur
baja (pretractor), busur bilah (universal bevel protractor) dan proyektor bentuk (profile projector).

Busur Baja (Protractor)

Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada
skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang
pemegang serta pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah dicantumkan skala ukuran
sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang berskala ini kita sebut dengan
piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan batang penegang dihubungkan
dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk mematikan gerakan dari piringan skala utama
waktu mengukur.

Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah lingkaran diberi
skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1°.
Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat
dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-
sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk
mengukur sudut- sudut yang kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini
dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja
dan contoh-contoh penggunaannya.

Gambar 3.1 Busur baja protractor.

Gambar 3.2. Mengukur sudut benda ukur.

Busur Bilah (Universal Bevel Protractor)


Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja. Gambar 3.4 menunjukkan
sebuah busur bilah. Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian-bagian dari busur bilah adalah
piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama, badan/landasan, kunci nonius dan
kunci bilah. Skala utama mempunyai tingkat kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala
nonius maka busur bilah ini mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk
menyetel skala nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama dengan piringan
skala utama.

Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini dapat digunakan untuk mengukur
sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi. Untuk hal-hal tertentu biasanya dilengkapi pula
dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa digeser-geserkan posisinya
sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran
yang betul.

Gambar 3.3. Busur bilah (universal bevel protractor)

2.1. Cara Membaca Skala Ukur Busur Bilah

Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan prinsip pembacaan mistar ingsut,
hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius dalam menit. Yang harus
diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan arah pembacaan skala
utama. Jadi, harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari nonius terhadap garis
skala utama.
Sebagai contoh lihat Gambar 3.4. di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut
sebesar 50° 55’ (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol skala nonius berada di
antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51. Ini berarti penunjukkan
skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat kita baca besarnya dengan melihat garis
skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah
garis angka 55 dari skala nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis
di sebelah kiri garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50
derajat ditambah 55 menit = 56 derajat 55 menit (50° 55’).

Gambar 3.4. Pembacaan skala busur bilah.

3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)

Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya menggunakan sistem optis dan
mekanis. Sistem optis digunakan untuk memperbesar bayangan dari benda ukur. Sedang sistem
mekanis digunakan pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda ukur bisa dilihat
pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat pada skala
mikrometer atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor bentuk ini bisa digunakan untuk
mengukur bentuk, mengukur panjang dan mengukur sudut. Karena komponen-komponen
utamanya banyak menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur dengan proyektor bentuk
harus mempunyai dimensi ukuran yang relative kecil. Hal ini perlu guna menghindari rusaknya
permukaan lensa tempat meletakkan benda ukur.

Bagan dari proyektor bentuk dapat dilihat pada Gambar 3.5. Dari gambar tersebut dapat
dijelaskan disini beberapa komponen penting dari proyektor bentuk antara lain yaitu lampu, lensa
kondensor, filter penyerap panas, filter berwarna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin datar dan
layar. Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur diletakkan di atas kaca
alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur. Lampu dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang
sinarnya diarahkan ke benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan kaca/cermin datar maka
sinar dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka bayangan dari benda ukur akan
dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan dengan dimensi ukuran yang lebih
besar dari pada dimensi sesungguhnya. Hal ini terjadi karena proyektor bentuk ini dilengkapi
dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran dapat dilihat pada skala mikrometer ataupun skala
sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai
skala utama dan skala nonius. Untuk pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa diperoleh
dengan proyektor bentuk adalah 6 menit (6’).

Gambar 3.5 Bagan d

Gambar 3.5 Bagan dari proyektor bentuk

Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: dengan
menggunakan layar yang berskala dan dengan memutar meja di mana skala sudut berada. Bila
yang digunakan layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang ada
pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut adalah dengan memutar meja
(rotary table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas
meja putar tersebut.
Alat Ukur Sudut Tak Lansgung

Dalam pengukuran sudut sering juga dijumpai bahwa kita tidak bisa membaca langsung hasil dari
pengukuran tersebut karena alat ukur yang digunakan tidak memungkinkan untuk maksud di
atas. Dengan demikian alat ukur yang digunakan dapat disebut dengan alat ukur sudut tak
langsung. Beberapa alat ukur sudut tersebut antara lain adalah : pelingkup sudut, blok sudut,
batang sinus, senter sinus, rol dan bola baja.

Pelingkup Sudut

Konstruksi dari pelingkup sudut terdiri dari beberapa bilah yang disusun sedemikian rupa
sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan bentuk dari benda ukur. Gambar 3.6.
menunjukkan konstruksi sederhana dari pelingkup sudut. Pengukuran sudut dengan pelingkup
sudut tidak bisa diketahui secara langsung besarya sudut yang diukur, melainkan harus dicek
dulu dengan busur baja atau busur bilah. Oleh karena itu, sebelum dicek dengan busur baja atau
busur bilah maka kedudukan dari masing-masing bila dari pelingkup sudut harus
dikeraskan/dikunci dulu dengan penguncinya agar posisinya tidakberubah waktu diambil dari
benda ukur. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran sudut.

Gambar 3.6. Pelingkup sudut.

Blok Sudut (Angle Gauge)

Pada pengukuran linier tak langsung sudah dibicarakan tentang blok ukur (gauge block). Pada
pengukuran sudut secara tak langsung pun ada alat-alat ukur yang berupa balok baja yaitu yang
disebut dengan blok sudut. Blok sudut biasanya mempunyai ukuran panjang lebih kurang 75 mm
dan lebar biasanya 16 mm. Bagian tebalnya tidak sejajar karena kedua ujung memanjangnya
membentuk sudut. Dua permukaan dari sisi yang membentuk sudut tadi mempunyai bentuk yang
rata dan halus sehingga memungkinkan dapat dilekatkan dengan permukaan blok sudut lainnya.
Karena kedua sudut dari sisi-sisi yang rata dan halus itu membentuk sudut maka sudut yang
mengecil biasanya diberi tanda minus (“ – “) dan sudut untuk ujung yang lebih besar diberi tanda
plus (“ + “). Tanda-tanda seperti itu diperlukan guna menghindari terjadinya kesalahan
perhitungan. Bila dua atau lebih blok sudut disusun dengan tanda-tanda yang sama pada satu
ujungnya maka berarti sudutnya makin menjadi besar yang nilainya adalah jumlah angka-angka
yang tercantum pada setiap blok sudut. Akan tetapi, bila yang disusun pada satu ujung susunan
tanda-tandanya tidak sama maka besarnya sudut adalah jumlah yang bertanda plus (+) dikurangi
dengan jumlah yang bertanda minus (–).

Biasanya blok sudut ini disusun dalam satu kotak yang terdiri dari beberapa blok sudut dengan
tingkat perbedaan sudut yang bermacam-macam. Dengan demikian kita dapat menyusun
bermacam-macam susunan blok sudut dengan variasi yang bermacam-macam pula. Yang
banyak terdapat adalah blok ukur yang dalam satu set terdiri 15 blok rinciannya adalah sebagai
berikut:

Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 9°, 27°, 41° = 5 blok

Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 9’, dan 27’ = 4 blok

Blok sudut dalam menit : 3”, 6”, 20” dan 30” = 4 blok

Jumlah = 15 blok

Adapula yang dalam satu setnya terdiri dari 16 blok, yaitu blok sudut yang dibuat oleh
pabrik Starret, rinciannya adalah sebagai berikut :

Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 5°, 50°, 45° = 6 blok

Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 5’, 20’, dan 30’ = 5 blok

Blok sudut dalam menit : 1”, 3”, 5”, 20” dan 30” = 5 blok

Jumlah = 16 blok
Gambar 3.7. Satu set blok sudut

Berikut ini sebuah contoh penyusunan blok sudut dan cara mengecek benda ukur dengan blok
sudut yang sudah disusun. Misalnya akan membentuk sudut 36 ̊ 23 5 ‫ ” ׳‬dan 26 ̊ 12 16 ‫” ׳‬.
Contoh susunannya lihat Gambar 3.8. di bawah ini:

Gambar 3.8 Contoh susunan blok sudut

Batang Sinus (Sine Bar)

Batang sinus ini merupakan pelat baja yang sudah diproses dengan perlakuan panas tertentu,
pada bagian dari kedua ujungnya dilengkapi dengan semacam silinder atau rol yang diameternya
sama. Jarak antara senter dari kedua rol tersebut bermacam-macam, ada yang 100 mm, ada
yang 25 mm, dan ada pula yang berjarak 300 mm. Jarak inilah yang digunakan sebagai dasar
perhitungan dalam menggunakan batang sinus.

Dalam penggunaannya, biasanya harus dilengkapi/dibantu dengan jam ukur dan blok ukur. Jam
ukur digunakan untuk mengecek kedataran permukaan benda ukur, sedangkan blok ukur
digunakan untuk sebagai landasan guna membuat permukaan benda ukur menjadi data sejajar
dengan meja tempat pengukuran (surface table). Lihat Gambar 3.9. dibawah ini.

Gambar 3.9. Pengecekan sudut benda ukur dengan batang sinus.

Pengukuran dengan batang sinus akan banyak dijumpai kesalahan pengukuran bila proses
pengukuran tidak dilakukan menurut prinsip-prinsip pengukuran yang benar. Dalam penyusunan
blok ukur, bila kurang memahami sifat dan cara menyusun blok ukur berarti sudah satu
kesalahan. Kemudian kurang cermat dalam menggunakan batang sinus dalam pengukuran sudut
harus diperhatikan betul bagaimana menyusun blok ukur dan bagaimana cara menggunakan jam
ukur dengan cara yang betul pula. Biasanya kesalahan sinus dapat terjadi pada waktu
pengukuran dengan alat-alat sinus seperti halnya dengan penggunaan batang sinus.

Perlu juga diingat bahwa untuk memastikan bahwa posisi muka ukur benda ukur betul-betul
sejajar dengan meja ukur maka perlu diperhatikan posisi dari jarum penunjuk jam ukur. Bila jarum
penunjuk itu masih bergerak ke kiri atau ke kanan pada waktu jam ukur digeser ke kiri dan ke
kanan berarti posisi muka ukur belum sejajar dengan permukaan meja rata. Bila kesejajaran ini
belum diperoleh maka perhitungan sudut belum bisa dilakukan.

Senter Sinus (Sine Center)

Untuk poros-poros yang berbentuk tirus (konis) maka pengukuran sudutnya kurang tepat kalau
dilakukan dengan batang sinus karena batang sinus sangat cocok untuk benda ukur yang
berbentuk balok. Alat ukur sudut dengan prinsip sinus lain yang bisa digunakan untuk mengukur
sudut ketirusan poros adalah sine center atau senter sinus.
Gambar 3.10 menunjukkan bagan dari senter sinus. Prinsip dan perlengkapan bantu yang
digunakan dalam pengukuran dengan senter sinus sama saja dengan batang sinus yaitu
diperlukan blok ukur dan jam ukur. Pengukuran sebaiknya dilakukan di atas meja rata. Pasanglah
poros konis pada senter sinus dengan jalan mengendorkan dan mengencangkan poros senter
sebagai pemegang benda ukur. Susunlah blok ukur sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
Untuk memperkirakan tingginya susunan blok ukur bisa dilakukan dengan bantuan jam ukur.
Benda ukur diberi batas pada kedua ujungnya dengan maksud untuk menunjukkan batas dari
pergeseran jam ukur. Kita setel posisi nol pada garis batas di bagian diameter kecil, lalu
digeserkan ke arah garis batas pada bagian diameter yang besar. Dicatat perubahan dari jarum
penunjuk jam ukur dengan maksud untuk digunakan sebagai dasar menentukan tingginya
susunan blok ukur yang kira-kira mendekati tinggi sebenarnya. Cara ini agaknya lebih cepat dari
pada disusun blok secara perkiraan saja satu per satu. Untuk dapat menghitung sudut poros
konis maka syarat pertama adalah muka ukur benda ukur harus sejajar dengan permukaan meja
rata. Bila perhitungan tetap dilakukan tanpa memperhatikan kesejajaran muka ukur dan muka
meja rata, maka kesalahan pengukuran tentu akan terjadi.

Gambar 3.10 Penggunaan senter sinus

Perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu meletakkan susunan blok ukur di bawah salah satu
ujung landasan senter sinus sebaiknya blok ukur yang tipis diletakkan paling bawah sehingga
menempel pada permukaan meja rata. Hal ini dimaksudkan agar terjadinya pembengkokan blok
ukur dapat dihindari.

Rol dan Bola Baja


Pengukuran sudut untuk poros atau lubang yang berbentuk tirus selain bisa dilakukan dengan
senter sinus juga bisa dilakukan dengan menggunakan rol dan bola baja. Dengan bantuan rol
dan bola baja maka

pengukuran sudut konis poros atau lubang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di samping
poros dan lubang maka sudut-sudut benda ukur yang lain ukur yang lain pun bisa diukur dengan
menggunakan rol dan bola baja, misalnya sudut dari permukaan benda yang berbentuk ekor
burung (dove tail).

5.1. Mengukur Sudut Luar dan Dalam dengan Rol dan Bola Baja

Untuk melakukan pengukuran sudut dengan bantuan rol dan bola baja maka diperlukan alat-alat
perlengkapan yang lain yaitu meja rata, mistar ingsut atau mikrometer, mistar ketinggian, blok
ukur, rol dan bola baja serta alat-alat pembersih. Di samping itu, karena ini pengukuran tidak
langsung maka pengetahuan tentang trigoneometri perlu dikuasai. Pengentahuan ini sangat
penting karena sangat membantu di dalam perhitungan-perhitungan radius dan sudut.

8. Pengukur Radius
9. Pengukur Ulir

Alat ukur yang digunakan dalam dunia otomotif sangatlah banyak salah satunya adalah
alat pengukur jarak ulir atau screw pitch gauge. Alat ini dibuat untuk mengukur jarak ulir
dari suatu baut atau mur.

Alat pengukur jarak ulir memiliki beberapa bilah dengan ukuran ulir yang berbeda-beda,
dan untuk nilainya tertulis atau tercantum disetiap bilahnya.

Untuk cara pengukurannya dan penggunaannya, ambil baut atau mur yang akan
diperiksa nilai jarak ulirnya. Setelah itu, ambil alat pengukur jarak ulir. Periksa jarak ulir
pada baut atau mur dengan pengukur jarak ulir atau screw pitch gauge pada setiap
bilah-bilahnya. Carilah sampai didapat ukuran yang cocok antara ulir baut atau mur
dengan ulir di bilah alat pengukur jarak ulir. Jika sudah sesuai berarti jarak ulirnya atau
pitch yang ditunjukkan pada bilah alat pengukur jarak ulir ini nilainya sama dengan ulir
jarak baut atau mur yang diperiksa.
Pengukuran jarak ulir ini sangat diperlukan mengingat banyaknya komponen pada
bidang otomotif yang sambungannya menggunakan sambungan baut dan mur. Apabila
ulir antara baut dan mur untuk pengikat tidak sama, maka dapat merusak kedua ulir
tersebut dan hasilnya baut atau mur dapat dol atau tidak kencang.

10. Pengukur Celah

Alat ukur yang digunakan dalam dunia otomotif sangatlah banyak salah satunya adalah feeler
gauge. Feeler gauge juga dapat dikenal dengan sebutan puller gauge atau thickness gauge.
Feeler gauge ini digunakan untuk mengukur jarak celah atau gap dibagian-bagian komponen
otomotif yang bersinggungan.

Feeler gauge ini terdiri dari beberapa lembaran baja tipis dan setiap bagian-bagian lembaran
baja tipis tersebut memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran ketebalan dari lembaran baja
tipis tersebut ditulis disetiap samping lembaran.

Feeler gauge ini memiliki tingkat ketelitian sampai 1/1000 mili meter atau 0,01 mili meter.
Namun pada umumnya untuk nilai ukur yang dapat diukur dengan alat ini hanya sebesar
0,05 mili meter sampai 1,00 mili meter.

Cara penggunaan atau pengukurannya adalah siapkan celah benda yang akan diukur,
kemudian siapkan alat feeler gauge. Ukur celah komponen dengan feeler gauge dari
lembaran yang terkecil hingga terbesar yang dapat masuk ke dalam celah komponen.
Indikator bila ukurannya telah sesuai adalah feeler gauge bila dimasukkan ke dalam celah
mudah namun ketika ditarik seperti ada hambatannya. Tebal lembaran feeler gauge kurang
lebih sama dengan celah komponen yang diukur.

Catatan:
1. Sebelum melakukan pengukuran dengan feeler gauge, bersihkan feeler gauge,
celah yang diukur dan tangan anda dari kemungkinan terdapat oli dan kotoran.
Karena oli dan kotoran dapat menyebabkan kesalahan dalam pengukuran
2. Bila pengukuran menggunakan satu lembar feeler gauge belum cukup, maka
anda dapat menggabungkan lembar feler gauge menjadi dua atau beberapa lembar.
Namun, jumlahnya kalau bisa sedikit saja lembar feeler gauge yang digabungkan.
3. Ukur celah komponen dengan feeler gauge dengan posisi lurus, jangan sampai
melengkung karena akan membuat hasil pengukuran yang tidak tepat. Selain itu,
feeler gauge dapat bengkok dan rusak. Bila hal itu terjadi dan kemudian feeler gauge
rusak maka buanglah feeler gauge dan jangan digunakan lagi.
4. Bila feeler gauge sudah berkarat jangan digunakan lagi. Simpan feeler gauge
pada tempat yang benar

11. Meja Perata


12. Dial Indikator

Alat ukur yang dipakai dalam dunia otomotif sangatlah banyak. Salah satu alat ukur yang
sering digunakan adalah dial indikator atau bisa disebut juga dial test indikator. Dial
indikator merupakan alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian yang kecil yaitu sebesar 0,01
mm. Dial indikator selalu digunakan oleh alat penopang (supporting tool) yaitu sebuah
stand yang memiliki magnet. Magnetic stand ini berfungsi sebagai pemegang saat dial
indikator digunakan untuk mengukur komponen. Magnetic stand sendiri dapat diatur
panjang pendeknya, tinggi rendahnya dan kemiringannya.

Dial indikator berfungsi untuk mengukur run out atau keolengan poros, kebengkokan poros,
kerataan, end play dan back lash.

Untuk penggunaannya sendiri, dial indikator dikatakan mudah, tetapi tidak sedikit orang
yang belum dapat menggunakan dial indikato ini. Cara penggunaannya sendiri antara lain:
1. Tempatkan dial indikator ke tempat yang rata dan terbuat dari bahan logam,
setelah itu aktifkan magnetic switchnya agar stand dapat menempel dengan erat.
2. Atur posisi dial indikator agar spindle dapat menyentuh objek yang akan diukur
secara tegak lurus.
3. Tempelkan spindle pada objek sampai spindle tertekan sedikit, kemudian set
"0" dial indikatornya dengan memutar outer ringnya sehingga jarum menunjuk ke
angka "0".
4. Setelah itu, kunci outer ringnya dengan sekrup pengikat, hal ini dilakukan agar
outer ring tidak bergeser atau berputar.
5. Gerakkan benda kerja perlahan-lahan, sesuai apa yang hendak diukur.
6. Sambil diputar, baca penyimpangan terbesar pada jarum penunjuknya.
Catatan
 Pasang dial indikator dengan posisi spindle harus tegak lurus pada benda kerja, jangan
sampai miring.

 Baca hasil pengukuran secara lurus agar hasil yang dibaca tidak salah.
 Dial indikator harus dipasang dengan tepat pada standnya, jangan sampai berputar
atau jatuh.
 Ketika dial indikator telah diset "0", coba gerakkan spindle naik turun. Periksa bahwa
jarum penunjuk harus kembali ke angka "0".
 Jangan pernah memberikan oli pada spindle dan tangkainya karena dapat
menyebabkan gerakan spindle menjadi tidak lancar karena oli dan kotoran.
Pembacaan skala dial indikator
Pada alat ukur dial indikator ini memiliki 2 skala, yaitu skala dengan jarum besar dan skala
dengan jarum kecil. Skala dengan jarum besar memiliki tingkat ketelitian untuk 1 strip nya
senilai 0,01 mm. Pada skala dengan jarum besar memiliki 100 strip jika berputar 1 putaran,
sehingga jika jarum panjang berputar 1 putaran nilainya 1,00 mm. Untuk skala dengan
jarum pendek, setiap 1 strip nilainya 1,00 mm, sehingga jika jarum panjang berputar 1
putaran maka jarum pendek bergerak 1 strip.

Contoh pengukuran dengan dial indikator


Jarum panjang bergerak sejauh 6 strip dan jarum pendek bergerak 2 strip maka hasilnya?
 Skala jarum besar adalah 6 strip x 0,01 mm = 0,06 mm
 Skala jarum pendek adalah 2 strip x 1,00 mm = 2,00 mm
 Hasilnya adalah skala jarum panjang ditambah skala jarum pendek maka 0,06 mm + 2
mm = 2,06 mm

13. Roughness Tester


14. Pengukur Massal lainnya

Anda mungkin juga menyukai