Anda di halaman 1dari 7

Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi


Syifa Alkaf
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Abstrak
Terapi paliatif merupakan bentuk perawatan yang bertujuan mengurangi gejala penyakit dan memperbaiki kualitas hidup
pasien, tanpa dipengaruhi stadium dan keparahan penyakit. Terapi paliatif terdiri dari tiga fase yaitu fase pertama yang
terfokus pada peningkatan kualitas hidup, fase kedua yang berorientasi menghilangkan gejala, dan fase terminal yang
bertujuan mengurangi penderitaan pasien menjelang kematian. Pendekatan terapi paliatif pada pasien keganasan ginekologi
terutama bertujuan mengurangi gejala yang umum antara lain kelelahan, nyeri, mual dan muntah, diare, sesak nafas, dan
konstipasi. Keganasan ginekologi juga dapat mencetuskan gangguan fungsi seksual dan gangguan tidur yang dapat diatasi
dengan terapi sulih hormon dan anti depresan. Pembedahan paliatif dapat dilakukan pada kasus obstruksi usus maligna,
sedangkan radioterapi dan kemoterapi paliatif biasa digunakan baik sebagai terapi definitif maupun ajuvan. Radioterapi
mengurangi edema limfe dan mengatasi pendarahan ginekologik, sedangkan kemoterapi dikatakan dapat memperpanjang
overall survival dan progression free survival. Perawatan paliatif juga dapat dilakukan dengan perawatan rumah.Perawatan
rumah terutama dilakukan pada pasien stadium dengan usia harapan hidup kurang dari enam bulan. Komunikasi adalah
penting bagi dokter untuk menyampaikan berita buruk (breaking bad news) dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat.
Pada pasien menjelang ajal, penting untuk membuat pasien merasa nyaman. Bila perlu, segala bentuk pengobatan yang
berlebihan dan sia-sia sebaiknya dihentikan. Simpulan, terapi paliatif pada penderita keganasan ginekologi dapat diberi
bersamaan ataupun setelah terapi definitif. Terapi paliatif ditujukan untuk mengurangi gejala penyakit dan memperbaiki
kualitas hidup pasien. [JK Unila. 2016; 1(2): 436-442]

Kata kunci: keganasan ginekologi, perawatan rumah, terapi paliatif

Paliative Therapy for Gynecological Cancer Patient


Abstract
Paliative therapy is a kind of therapy directed to reduce disease symptoms and promote patient’s quality of living, despite
severity of illness. Paliative therapy consists of three phase, first phase focuses on improving life’s quality, second is oriented
to lessen symptomps, and the last phase is terminal phase which aim is to ease patients suffering before death. Paliative
approach in gynecologic cancer patients mainly intends to common signs and symptomps such as fatique, pain, nausea and
vomitus, gastroenteritis, dispnoe, and constipation. Gynecologic cancer can also trigger sleep and sexual disturbance which
could be managed by hormonal therapy and antidepressants. Paliative surgery could be performed in the case of malignant
colon obstruction, while paliative radiotherapy and chemotherapy may be used both as definitive and adjuvant
therapy.Radiotherapy decrease lymph engorgement and cope the gynecologic bleeding, while chemotherapy is belived to
lenghten overall survival and progression free survival. Paliative care can also be conducted at home (hospice care). Hospice
care is held in terminal stage patient with life expectancy less than six month. Communication is another important thing to
breaking bad news in proper time and manner. For dying patients, it is crucial to provide comfort, unnecessary medications
should not be continued. In conclusion, paliative therapy in gynecologic cancer patients could be given along or after
definitive treatment. Paliative therapy is addressed to reduce disease symptomps and improve quality of life. [JK Unila.
2016; 1(2): 436-442]

Keywords: gynecology cancer, hospice care, paliative therapy

Korespondensi: dr. Syifa Alkaf, SpOG | Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Jl. Dr. M. Ali Km 3,5 Palembang | HP
082176482220 | e-mail: dear.syifa@gmail.com

Pendahuluan sebagian besar stadium yang tidak dapat


Semakin tingginya jumlah penderita disembuhkan tersebut, pendekatan yang
kanker pada tahun-tahun belakangan, diberikan adalah paliatif, yang terutama
terutama mereka yang didiagnosis pada bertujuan meningkatkan kualitas hidup
stadium lanjut, membuat semakin rumit dan penderita dan mengurangi gejala penyakit.1,2
kompleks terapi yang harus diberikan. Berbagai Terapi paliatif atau perawatan paliatif
modalitas pengobatan kanker juga membuat merupakan perawatan yang terutama
efek samping dan toksisitas menjadi berlipat bertujuan untuk mencegah, mengurangi, atau
ganda yang pada akhirnya terakumulasi dan menghilangkan gejala ataupun gangguan akibat
menyebabkan berbagai gangguan dan penyakit tanpa bertujuan menyembuhkan
disabilitas pada penderita kanker sendiri. Pada penyakitnya sendiri.Tujuan terapi paliatif adalah

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 436


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

untuk mengantisipasi, mencegah, dan Berbagai penelitian acak terkontrol


mengurangi penderitaan pasien dan sedapat menunjukkan perbaikan tingkat kelelahan
mungkin meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengkoreksi anemia dengan epoetin
dan keluarganya, tanpa dipengaruhi stadium alfa. Dari penelitian terhadap 375 pasien
penyakit ataupun kebutuhan terhadap terapi keganasan non myeloid, pemberian epoetin alfa
lainnya.1,3,5 tiga kali seminggu dapat meningkatkan level
Perawatan paliatif memiliki tiga fase energi penderita, kemampuan melakukan
yang berbeda. Fase pertama adalah fase aktifitas, dan kualitas hidup secara umum.7
terfokus pada penyakit dengan tujuan Pemberian kortikosteroid dosis rendah
memperpanjang usia penderita dan dikatakan dapat mengurangi kelelahan pada
mempertahankan kualitas hidup dengan penderita penyakit lanjut. Pendekatan lain yang
mencoba mengobati keganasan yang paling penting adalah non farmakologi,
mendasari. Fase kedua adalah pendekatan misalnya pengaturan tempat dan waktu tidur
berorientasi gejala. Fase ini dimulai ketika yang lebih berkualitas, latihan fisik secara
terapi antitumor dihentikan karena kurang teratur setidaknya 6 jam sebelum waktu tidur
efektif atau menimbulkan efek samping yang dikatakan dapat mengurangi gejala kelelahan
berat. Fokus fase ini adalah meningkatkan pada pasien.1
kualitas hidup dan stabilisasi penyakit serta Pasien kanker seringkali menderita nyeri
pencegahan gejala. Sedangkan fase terakhir akibat berbagai modalitas pengobatan dan
atau fase terminal adalah ketika penyakit pembedahan. Nyeri dapat mempengaruhi
menjadi semakin progresif dan kematian telah mood, aktifitas, kegembiraan, serta
menjelang. Dalam fase ini, tujuannya terutama berhubungan dengan fungsi fisik dan sosial.
untuk membiarkan pasien menuju kematian Karena itu penting bagi klinisi untuk dapat
dengan nyaman dengan mengatasi gejala dan menilai nyeri, yaitu dengan menentukan lokasi,
mengurangi penderitaan dengan penerimaan intensitas, dan etiologi. Terapi dengan obat
terhadap hilangnya fungsi kognitif, emosional, adalah yang utama dalam manajemen nyeri.
ataupun fungsi sosial.6 Pemberian secara oral biasanya lebih digemari
Pendekatan terapi paliatif adalah karena mudah, nyaman, dan lebih murah. Jika
berorientasi gejala, antara lain kelelahan, nyeri, tidak dapat secara oral, maka pemberian yang
mual dan muntah, diare, anoreksia, gangguan lebih tidak invasif biasanya dipilih, misalnya
tidur, dan gangguan fungsi seksual. Kelelahan pemberian perrektal ataupun transdermal.1,2,7
adalah salah satu gejala yang paling sering Ada tiga tahapan pemberian analgetik
dijumpai pada pasien kanker, dengan prevalesi untuk nyeri menurut World Health Organization
mencapai 78%. Kelelahan tidak hanya dijumpai (WHO). Filosofinya adalah dengan
pada pasien yang menjalani pengobatan meningkatkan kekuatan terapi dari analgesik
antineoplasia, tetapi juga pada pasien kanker non opioid ke analgesik jenis opioid sesuai
stadium lanjut yang tidak sedang menjalani persistensi nyeri. Tahap pertama adalah
pengobatan anti kanker. Seperti anemia, analgetik yang paling ringan, yaitu
kelelahan juga dapat mengurangi kualitas asetaminofen dengan dosis maksimal 3g/hari.
hidup penderita. Gejala ikutan yang dapat Selain itu beberapa NSAID yang non selektif
menambah kelelahan adalah dehidrasi, maupun COX-2 selektif inhibitor dapat menjadi
malnutrisi, infeksi, gangguan tidur, depresi, dan pilihan. 2,7
ansietas.Anemia mungkin merupakan Tahap dua adalah analgesik yang
penyebab terbesar kelelahan terkait kanker.1,7 mengandung opioid yang dikombinasi dengan
Pendekatan terbaik mengatasi kelelahan analgetik non opioid seperti asetaminofen,
terkait kanker adalah etiologi, termasuk misalnya kodein, hidrokodon, dan oksikodon.
mengurangi penggunaan obat-obatan yang Kombinasi dengan analgesik non opioid dapat
tidak berguna, mengatasi gangguan tidur, mengurangi atau meminimalisir dosis opioid
memperbaiki anemia dan abnormalitas yang diperlukan. Tahap ketiga apabila nyeri
metabolik lainnya, memperbaiki hidrasi dan masih persisten adalah menggunakan analgetik
status nutrisi pasien. Pasien dengan kelelahan dengan opioid kuat. Misalnya morfin,
terkait depresi dapat diberikan antidepresan, hidromorfin, oksikodon, dan fentanil. Pada
misalnya dengan selective serotonin reuptake nyeri kronik, tujuan utama terapi adalah
inhibitors (SSRI) ataupun antidepresan menjaga pasien dalam status bebas nyeri
trisiklik.1,6,7 dengan dosis analgetik seminimal mungkin.2,7

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 437


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

Pada nyeri neuropatik akut, penggunaan mencegah sekresi gastrointestinal,


kortikosteroid dosis tinggi ataupun memperlambat motilitas usus, dan
antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit, serta
menjadi pilihan. Beberapa agen non mencegah proses inflamasi di usus.
farmakologis juga dapat digunakan untuk Penting juga untuk mencari adanya bukti
meredakan nyeri pada pasien kanker, misalnya infeksi misalnya oleh Salmonella, Shigella, atau
masase, kompres hangat/ dingin, serta mentol Eschericia coli, ataupun Clostridium difficile,
topikal. 7 terutama pada pasien immunocompromised
Mual dan muntah adalah efek samping ataupun yang pernah mendapat terapi
yang paling ditakuti oleh pasien yang menjalani antibiotik sebelumnya.
kemoterapi ataupun radioterapi. Mual dan Pada pasien yang mendapat terapi
muntah juga menyebabkan banyak pasien opioid, laksansia harus disandingkan karena
tidak melanjutkan pengobatan. Nausea terkait 90% opioid akan menyebabkan konstipasi.
kemoterapi dikategorikan menjadi onset akut Laksansia dapat berupa pelunak tinja (seperti
(terjadi kurang dari 24 jam setelah pemberian sodium dokusanoat), stimulan usus (misalnya
kemoterapi dan berlangsung beberapa jam) senna) dua tablet pada malam hari, dan
serta onset lambat (jika terjadi lebih dari 24 pembentuk massa tinja (misalnya laktulosa).
jam setelah kemoterapi dan berakhir sampai 6- Jika masih berlanjut, sodium dokusanoat
7 hari setelah pengobatan) dan onset awal enema dapat digunakan.2,5
(terjadi sebelum dimulai kemoterapi, diduga Cacheksia pada pasien keganasan dapat
merupakan efek kemoterapi sebelumnya serta terjadi secara independen melalui sitokin
akumulasi). Sedangkan penyebab lain mual- proinflamasi dan faktor penanda tumor lainnya
muntah antara lain stasis gatrik, obstruksi usus yang menyebabkan proteolisis. Cacheksia
parsial ataupun komplit, serta gangguan akhirnya mengakibatkan kelemahan,
motilitas usus pada penyakit terminal.1,7 hipoalbuminemia, gangguan sistim imun,
Pendekatan pertama untuk mual- disfungsi metabolik, dan gangguan otonom.
muntah pada pasien kanker adalah mengurangi Pasien dengan cacheksia dinilai derajat
sekresi gastrointestinal menggunakan obat- beratnya kehilangan berat badan, lalu atasi
obatan antikolinergik ataupun analog beberapa penyakit penyerta, misalnya
somatostatin, misalnya ocreotide. Yang kedua stomatitis, mukositis, mual-muntah, konstipasi,
adalah menggunakan obat-obatan antiemetik. dispnea, nyeri, ataupun gangguan pola makan.
Penggunaan kombinasi obat-obatan dengan Perlu juga menilai adanya gangguan sistem
mekanisme aksi yang berbeda dapat endokrin (misalnya adanya hipotiroid), dan
meningkatkan efektifitas pengobatan. abnormalitas metabolik (misalnya
Antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron, hiperkalsemia). Pemberian perangsang nafsu
granisetron, dolasetron) adalah obat pilihan makan dapat digunakan, misalnya megesterol
untuk mual-muntah pada pasien kanker. Obat asetat 400-800 mg perhari, ataupun prednison
ini bekerja dengan memblok reseptor serotonin 10-20 mg dua kali sehari. Beberapa nutrisi
chemoreceptor trigger zone (CTZ) untuk tambahan, baik enteral maupun parenteral
mencegah muntah. Sedangkan harus dipertimbangkan dengan baik, karena
metoklopramide dan ondansetron berperan sebagian kanker stadium terminal mengalami
untuk memperbaiki motilitas usus akibat stasis kesulitan dalam metabolism, dan adanya cairan
gastrik. Beberapa agen neuroleptik (misalnya serta infeksi yang dapat mempercepat
haloperidol dan klorpromazin) ataupun kematian. Pemberian nutrisi parenteral total
antihistamin (misalnya dimenindrate atau hanya dipertimbangkan pada pasien dengan
siklizine) juga dapat digunakan. Agen terapi harapan hidup beberapa bulan hingga tahun.5
baru, yaitu antagonis reseptor neurokinin-1, Banyak diantara penderita kanker
dapat mencegah mual akibat obat kemoterapi menderita gangguan tidur, sebagian karena
yang sangat emetogenik.1,2,6,7 depresi yang tidak teratasi, sebagian lagi karena
Diare merupakan komplikasi yang umum efek samping dan gejala putus pengobatan,
terjadi pada pasien yang mendapatkan radiasi serta akibat gangguan lain yang mendasari.
pelvis. Manajemen umum adalah pemberian Intervensi yang diberikan tergantung juga
antisekretori yang sama yang digunakan untuk dengan usia harapan hidup pasien, pada pasien
mencegah muntah, misalnya ocreotide. dengan harapan hidup bulan sampai tahun,
Ocreotide mencegah pelepasan berbagai intervensinya adalah dengan pemberian
hormon gastrointestinal sehingga dapat antidepresan, pengobatan insomnia dengan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 438


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

zolpidem 5-10 mg, lorazepam 0,5-1 mg, atau lain dengan bronkodilator, antisekresi
trazodone 25-100 mg peroral menjelang tidur. (antikolinergik), diuresis, steroid, dan antibiotik
Atasi juga penyebab primer misalnya sesuai etiologi yang mendasari.5 Untuk dispnea
obstructive sleep apnea (OSA), atau periodic yang diinduksi nyeri, dapat diberikan opioid
limb movement disorder (PLMD). Untuk restless misalnya morfin 2,5-10 mg peroral tiap 4 jam
leg syndrome dapat diberikan Ropinirole 0,25-4 atau intravena 1-3 mg jika perlu. Sedangkan
mg peroral menjelang tidur. Pada pasien obat-obatan penenang dapat diberikan
menjelang kematian, dengan keluhan golongan benzodiazepin misalnya lorazepam
insomnia, dapat dipilih sedasi kuat misalnya 0,5-1 mg tiap 4 jam.5
chlorpromazine 25-100 mg peroral atau per Pembedahan palitif pada kanker
rectal, atau quetiapine 25-50 mg peroral ginekologis dilakukan pada kasus obstruksi usus
sebelum tidur.5 maligna yang disebabkan penekanan oleh
Gangguan fungsi seksual dapat terjadi massa tumor diluar usus, ataupun karena
pada pasien kanker ginekologi karena tiga hipoperistalsis akibat adanya implantasi sel-sel
alasan, yaitu fisiologis, anatomis, dan kanker ke usus ataupun mesenterium.
psikologis, ataupun kombinasi ketiganya. Gejalanya antara lain kolik usus, nyeri perut
Wanita yang menjalani ooforektomi mengalami kontinyu, mual dan muntah.1,8
berkurangnya produksi hormon estrogen dan Jenis pembedahan yang dilakukan antara
testosteron sehingga dapat terjadi kekeringan lain Percutaneous endoscopic gastrotomy (PEG),
vagina, hot flushes, menurunnya libido, sten endoskopik, maupun enterokolostomi.
kurangnya tenaga, serta menurunnya Studi yang dilakukan oleh Tamar L dkk.10
kemampuan sensasi genital dan orgasme.1,7 membedakan etiologi maligna dan jinak pada
Secara anatomis, 4-100% wanita yang pasien kanker ginekologi yang mengalami
menjalani histerektomi radikal melaporkan obstruksi usus.8,
vagina yang memendek dan 17-58% Pasien yang mengalami asites
melaporkan berkurangnya lubrikasi. Selain itu malignaakibat penyebaran kanker ke rongga
wanita yang menjalani radioterapi pelvis juga peritoneum dapat dilakukandekompresi cairan
rentan menderita stenosis vagina dan asites melalui parasintesis. Pasien tersebut
gangguan fungsi ovarium. Kepercayaan diri harus diawasi terhadap kemungkinan imbalans
pasien kanker ginekologi juga banyak menurun cairan dan elektrolit.1Fistula traktus urinarius
karena hilangnya fungsi reproduktif, alasan dan kolon merupakan komplikasi dari
kosmetik, serta akibat efek samping keganasanginekologi progresif. Karena fistula
kemoterapi seperti alopesia. Hal ini dapat dapat mengakibatkan dampak yang signifikan
menyebabkan berkurang sampai hilangnya pada kualitas hidup, terapi pembedahan berupa
libido, mengakibatkan dispareuni, ansietas, diversi urin ataupun fekal dapat menjadi pilihan
sampai depresi.1,7 untuk mengurangi gejala inkontinensia. Ligasi
Pengobatan pada pasien dengan ureter bersamaan dengan nefrostomi
gangguan fungsi ovarium dapat berupa terapi merupakan pilihan lain.
sulih hormon. Kekeringan vagina dapat dibantu Untuk fistula kolovaginal/ rektovagina
dengan gel lubricasi, minyak vitamin E, maupun dapat dipaliasi dengan kolostomi melalui mini
preparat estrogen krim. Stenosis vagina dapat laparotomi. Sedangkan pada fistula
diatasi dengan pemakaian dilator vagina enterokutan, dapat dilakukan pendekatan
ataupun pasien dapat disarankan melakukan konservatif dengan obat antisekretori,
hubungan seksual teratur dengan pasangan. penggunaan kantung stoma, ataupun krim
Yang paling penting adalah melakukan edukasi penahan untuk melindungi kulit disekitar fistula
dan konseling pada pasien dan pasangan, tersebut.1,2
meningkatkan kepercayaan diri pasien Efusi pleura banyak juga banyak
terhadap pasangan, dan mencegah depresi dan ditemukan pada penderita kanker ovarium,
frustasi.1,2,7 menyebabkan gejala sesak nafas disertai nyeri.
Pasien keganasan dengan gejala dispnea, Manajemennya terutama mengatasi penyakit
harus dinilai intensitas gejalanya, Selanjutnya, yang mendasari, apabila disebabkan edema
komorbiditas yang mendasari harus dicari dan pulmonum dan gagal jantung, biasanya akan
diatasi, baik dengan kemoterapi, terapi radiasi, membaik dengan retriksi cairan. Akan tetapi
bronkoskopi, ataupun prosedur invasif pada untuk efusi pleura maligna, ada beberapa
toraks, pleura, kardiak, cairan ascites, dll. pilihan terapi yang tersedia, yaitu sklerosis
Terapi farmakologis yang dapat dipilih antara langsung dengan obat kemoterapi melalui chest

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 439


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

tube. Pilihan lain adalah dengan video-assisted gangguan gastrointestinal, dan neuropati
thoracoscopic surgery (VATS) dan pleurodesis perifer.3,12
untuk memasukkan agen sklerosis seperti talk Pada kasus kanker stadium
ke rongga pleura, 90% efektif dalam mengatasi terminal,kemoterapi salah satunya ditujukan
gejala efusi pleura.2,11 untuk mengurangi gejala akibat kanker, selain
Selain untuk pengobatan definitif dan untuk memperpanjang overall survival (OS) dan
ajuvan, radioterapi juga bisa digunakan sebagai progression free survival (PFS). Akan tetapi
terapi paliatif pada pasien keganasan pertimbangan manfaat dan risiko toksisitas dan
ginekologi stadium lanjut. Tujuannya terutama penurunan kualitas hidup harus menjadi
untuk mengurangi ataupun memperbaiki pertimbangan mendasar terhadap pemilihan
gejala. Dua gejala yang paling banyak kemoterapi paliatif.18 Studi oleh David Moore,
terkontrol pada radioterapi adalah nyeri dan dkk.19 menilai efektifitas cisplatin disbanding
pendarahan pervaginam. Gejala lain akibat kombinasi cisplatin- paclitaksel untuk
penekanan aliran limfe, edema, obstruksi usus, pengobatan karsinoma serviks stadium IVB yang
serta metastase pada tulang dan otak juga rekuren atau persisten, hasilnya ada perbedaan
menunjukkan perbaikan paska bermakna pada progression free survival (PFS),
radioterapi.12,13,14 namun tidak pada overall survival (OS). Tidak
Studi fase I oleh Luciana C dkk.15 menilai terdapat bukti peningkatan neuropati perifer
efektifitas pemberian radioterapi dan pada penambahan paclitaxel terhadap cisplatin
maksimum dosis yang dapat ditolerir. Hasilnya, untuk pengobatan kanker servik, dengan
pemberian radioterapi rentang pendek dengan meningkatnya respon terapi dan PFS dibanding
dosis 18 Gy dibagi 4 fraksi jangka pemberian kemoterapi kombinasi lainnya.20
selama dua hari dengan jarak minimal 8 jam Berdasarkan studi oleh kelompok
menunjukkan remisi gejala (komplit maupun Ginekologi Onkologi (2008), efek myelosupesi
parsial) sebesar 88,9% dengan tingkat toksisitas akibat kemoterapi berbasis cisplatin dikatakan
yang masih bisa ditolerir (level 1-2 dari skala lebih dapat ditolerir oleh wanita kulit hitam
toksisitas RTOG). dengan PFS yang ditemukan lebih
Penggunaan radioterapi sebagai terapi baik.Beberapa studi juga menunjukkan manfaat
paliatif untuk menghilangkan gejala pada kemoterapi sebagai radiosensitisizer pada
pasien stadium terminal, dapat menjadi radioterapi paliatif. Dari studi kohort terhadap
pilihan, karena baiknya respon terapi dan 43 pasien karsinoma endometrium yang
minimalnya toksisitas jika dibandingkan dengan mendapat paclitaksel-carboplatin sebelum
kemoterapi, selain itu apabila disandingkan radiasi pelvis mendapatkan hasil disease-free
dengan kemoterapi, radioterapi hiperfraksi survival rata-rata sebesar 50 bulan, dengan PFS
dosis rendah (80 cGy perkali sebanyak dua kali dan OS tiga tahunnya sebesar masing-masing
sehari dengan total 2600-3040 cGy) dapat 53% dan 68%.21,22
bermanfaat pada kanker ovarium rekuren dan Pada pasien kanker stadium terminal,
persisten.16 fokus terapiadalah membuat pasien merasa
Sebuah tinjauan sistematik dilakukan nyaman dan tenang, oleh karena itu perawatan
Chow dkk.17mengenai radioterapi paliatif untuk rumah adalah pilihan yang lebih baik untuk
menghilangkan gejala nyeri pada kanker pasien dan keluarganya.Di Indonesia,perawatan
ginekologi yang metastase ke tulang. Hasilnya, paliatif di rumah biasanya memerlukan
dari 16 studi yang didapat, tidak terdapat kunjungan tim kesehatan secara teratur di
perbedaan bermakna terhadap rerata respons rumah. Tim dapat terdiri dari dokter, perawat,
terhadap nyeri antara pemberian radioterapi atau bidan yang melakukan pemeriksaan dan
fraksi tunggal dibanding multi fraksi, begitu penilaian kesehatan penderita. Selain itu,
juga dengan tingkat toksisitas akut yang terjadi. diperlukan relawan ataupun pekerja sosial baik
Efek samping radioterapi, terutama dari lembaga swadaya masyarakat, lingkungan
apabila diberikan sinambung dengan tempat tinggal, atau keluarga pasien sendiri
kemoterapi perlu difikirkan. Efek samping juga yang dapat membantu menjaga dan merawat
bertambah signifikan dengan penggunaan penderita di rumah.23,24
whole abdominal irradiation sehingga sekarang Di Amerika, program perawatan rumah
jarang digunakan. Meskipun pada umumnya untuk pasien kanker terminal disebut hospice
ditemukan pada derajat rendah (grade I dan II care. Hospice care adalah program perawatan
RTOG radiotherapy related toxicity), berkualitas untuk orang-orang yang menderita
radioterapi juga dapat menimbulkan netropeni, penyakit yang tak dapat disembuhkan, dengan

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 440


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

memberikan pelayanan berupa terapi menemui kematiannya dengan nyaman dan


kedokteran professional, penanggulangan tenang, bila perlu dengan menghentikan segala
nyeri, dan dukungan emosional dan spiritual bentuk tindakan dan intervensi medis yang
sesuai keinginan dan kebutuhan pasien dan tidak bermanfaat.
keluarganya.Program ini diregulasi pemerintah
melalui NPHCO (National hospice and palliative Kesimpulan
care organization) dan ditujukan untuk pasien Terapi paliatif pada penderita keganasan
dengan ketentuanusia harapan hidup kurang ginekologi dapat diberi bersamaan ataupun
dari enam bulan, adanya keinginan pasien setelah terapi definitif. Terapi paliatif ditujukan
sendiri untuk dirawat di rumah.23,24 untuk mengurangi gejala penyakit dan
Penting untuk mengetahui dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Pada pasien
mempraktekkan ketrampilan menyampaikan stadium terminal, intervensi medis yang
berita buruk, baik pada pasien maupun berlebihan dan sia-sia sebaiknya dihindari untuk
keluarganya. Isunya adalah bagaimana kenyamanan pasien.
menyampaikan kondisi pasien secara jujur dan Daftar Pustaka
terbuka dengan tetap menjaga optimisme dan 1. Monk BJ, Wenzel L. Palliative Care and
harapan pasien.1,10 Quality of Life. In DiSaia PJ, Creasman WT,
Pemilihan waktu kapan saat yang tepat editors. Clinical Gynecologic Oncology.
menyampaikan informasi menentukan Edisi ke-7. Elsevier. 2007.
keberhasilan, terutama jika kematian sudah 2. Cappucini F, Petty W, Cain J. Palliative care:
menjelang. Dengan melibatkan pihak dan A critical component of care. Current
professional lain, dokter dapat menghindari Obstet Gynaecol. 2003: 13; 166-72.
dari beban menjadi satu-satunya tumpuan 3. Penson RT, Wenzel LB, Vergote I, Cella D.
pasien dan keluarganya terhadap penyakit Quality of life consideration in gynecologic
yang sudah progresif dan terminal.1,10,17Ketika cancer. Int Fed of Gynecol and Obstet.
penyakit semakin progresif dan kematian 2006; p.S247-57.
sudah menjelang, tujuan utama perawatan 4. Bakitas M, Lyons KD, Hegel MT, Balan S,
paliatif adalah membuat pasien merasa Brokaw FC, Seville J, et al. Effects of a
nyaman menemui kematiannya, dan keluarga palliative care intervention on clinical
yang ditinggalkan juga dapat melalui proses outcomes in patients with advanced
kehilangan tersebut dengan baik. Pengobatan cancer. J Am Medical Association. 2009;
yang sudah tidak memiliki manfaat dan 302(7): 741-9.
mengurangi rasa nyaman pasien sebaiknya 5. Levy MH, Adolph MD, Back A, Block S,
dihentikan. Beberapa intervensi dan tindakan Codada SN, Dalal S. Paliative care; NCCN
yang tidak diinginkan tidak perlu dilakukan, Clinical Guidelines in Oncology. 2012: 2.
meskipun batasan dari ‘kesia-siaan’ 6. Trajkovic M, Vidakovic M, Graeff AD, Voest
pengobatan tersebut belum ada kesepakatan E, Teunissen S. Symptoms tell it all: A
yang jelas dari para ahli.17,23 systematic review of the value of symptom
assessment to predict survival in advanced
Ringkasan cancer patients. Oncology Hematology.
Terapi paliatif bukan bertujuan 2012; 84:130-48.
menyembuhkan, tapi lebih pada mengatasi 7. Wenzel L, Vergote I, Cella D. Quality of life
gejala dan meningkatkan kualitas in patients receiving treatment for
hidup.Pendekatannya adalah mengatasi gejala gynecologic malignancies: Special
simptomatik akibat penyakit kanker sendiri considerations for patient care.
ataupun efek samping dari pengobatan International Fed of Gynecol and Obstet.
antikanker yang diterima pasien, misalnya 2006; 211-29.
kelelahan, nyeri, mual-muntah, diare dan 8. Pothuri B, Hoskins WJ. Role of palliative
konstipasi, gangguan tidur, dsb. surgery in ovarian cancer. Gynaecol
Beberapa intervensi pembedahan, Practice. 2002; 2: 23-8.
radioterapi, dan kemoterapi dapat diberikan 9. Ripamonti CI, Easson AM, Gerdes H.
baik untuk mengatasi gejala yang menganggu Management of malignant bowel
maupun untuk memperpanjang usia harapan obstruction. Europ J Cancer. 2008; 44:
hidup pada kanker stadium lanjut yang tidak 1105-15.
dapat disembuhkan. Ketika sudah mendekati 10. Mirensky TL, Schuter KM, Ali UA, Reddy V,
akhir, adalah penting untuk membantu pasien Schwartz PE, Longo WE. Outcomes of small

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 441


Syifa Alkaf | Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi

bowel obstruction in patients with gynecologic oncology group study. J


previous gynecologic malignancies. Am J Gynecol Oncology. 2010; 119: 531-7.
Surgery. 2012; 203: 472-9 21. Plaxe SC, Brooks SE, Tian C, Bloss JD,
11. Whitworth JM, Schneider KE, Fauci JM, Moore DH, Long HJ. Influence of race on
Bryant AS, Cerfolio RJ, Straughn M. tolerance of platinum-based chemotherapy
Outcomes of patients with gynecologic and clinical outcomes in women with
malignancies undergoing video-assisted advanced and recurrent cervical cancer; A
thoracoscopic surgery (VATS) and pooled analysis of 3 gynecologic oncology
pleurodesis for malignant pleural effusion. group studies. Am J Obstet gynecol. 2008;
Gynecologic Oncology. 2012; 125: 646-8. 99: 539.e1-6.
12. Smith SC. Pallative radiation therapy for 22. LupeK, D'Souza DP, Kwon JS, Radwan JS,
gynaecological malignancies. Best practice Harle IA, Hammond JA, et al. Adjuvant
& Research Clinical Obstet Gynaecol. carboplatin and paclitaxel chemotherapy
2001; 15(2): 265-78. interposed with involved field radiation for
13. Tinger A, Waldron T, Peluso N, Katin MJ, advanced endometrial cancer. Gynecol
Dosorotez DE, Blitzer PH, et al. Effective Oncology. 2009; 114:94-8.
palliative radiation therapy in advanced 23. National Hospice and Palliative Care
and recurrent ovarian carcinoma. Int J Organization. Hospice care in America.
Radiation Oncology. 2001; 51(5); 1256-63. 2012.
14. Choan E, Quon M, Gallant V, Samant R. 24. Suhatno. Perawatan Paliatif. Dalam Aziz
Effective palliative radiotheraphy for MF, Andrijono, Saifuddin AB, editor. Buku
symptomatic recurrent or residual ovarian Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi
cancer. Gynecol Oncology. 2006; 102: 204- ke-1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
9. Sarwono Prawiroharjo; 2006
15. Caravatta L, Padula G, Macchia G,
Ferrandina G, Bonomo P, Deodato F, et al.
Short-course accelerated radiotherapy in
palliative treatment of advanced pelvic
malignancies: A phase I study. Int J
Radiation Oncology. 2012; 83(5): e627-31.
16. Lonkhuijzen LV, Thomas G. Palliative
radiotherapy for cervical carcinoma, a
systematic review. Radiotheraphy and
Oncology. 2011; 98: 287-91.
17. Chow E, Harris K, Fan G, Tsao M, Sze WM.
Palliative radiotherapy for bone
metastases: A systematic review. J Clin
Oncology. 2007; 25(11): 1423-36.
18. Dodwell DJ, Rathmell AJ, Ash DV.
Assesment of palliative chemotherapy: A
step beyond response. Clin Oncology.
1993; 5: 114-7.
19. Moore DH, Blessing JA, McQuellon RP,
Thaler HT, Cella D, Benda j. Phase III study
of cisplatin with or without paclitaxel in
stage IVB, recurrent, or persistent
squamous cell carcinoma of the cervix: A
gynecologic oncology group study. J Clin
Oncology. 2004; 22(15): 3113-9.
20. Cella D, Huang HQ, Monk BJ, Wenzel L,
Benda J, McKeekin DS. Health-related
quality of life outcomes associated with
four cisplatin-based doublet
chemotherapy regimens for stage IVB
recurrent or persistent cervical cancer: A

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 442

Anda mungkin juga menyukai