LAPORAN KASUS
Adenotonsilitis Kronis
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
Adenotonsilitis Kronis
Disusun Oleh :
Mengesahkan :
NIP 197206082010011008
BAB 1
PENDAHULUAN
Adenotonsilitis kronis adalah radang kronis pada tonsila palatina dan adenoid.
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer
terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat didalam rongga mulut, yaitu : tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah),
tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring/gerlanch’s tonsil). Hipertrofi dari tonsil
bisa menyebabkan tidur ngorok, nafas melalui mulut, gangguan tidur, dan sleep apnoe
syndrom, selama pasien berhenti bernafas dan pasokan oksigen dalam darah berkurang,
tonsilektomi bisa menjadi pengobatan. Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets),
tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak.
Adenoid ialah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terletak pada dinding
posterior nasofaring, termasuk dalam rangkaian cincin Waldeyer. Secara fisiologik adenoid
ini membesar pada anak usia 3 tahun dan kmudian akan mengecil dan hilang sama sekali
pada usia 14 tahun.
Faktor predisposisi tonsillitis kronis adalah rangsangan kronis (rokok, makanan),
pengaruh cuaca, pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat, higiene mulut yang buruk,
dan kelelahan fisik. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang
kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif. Sedangkan faktor predisposisi untuk
adenoiditis kronik adalah sering terjadinya infeksi saluran nafas bagian atas, yang dapat
menimbulkan sumbatan koana dan sumbatan tuba eustachius.
Tujuan pembuatan laporan tentang adenotonsilitis kronis adalah melaporkan suatu
kasus sehingga mengetahui dan dapat mendiagnosa hingga mengelola penderita dengan kasus
serupa, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan pengetahuan tentang penyakit
adenotonsilitis kronis dari mulai anamnesa, dan pemeriksaan fisik untuk penulis khususnya
dan klinisi pada umumnya.
Adenoid
Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang terletak di fosa tonsilaris pada kanan kiri
orofaring. Batas fosa tonsilaris adalah bagian depan plika anterior yang dibentuk oleh otot-
otot palatoglosus dan bagian belakang plika posterior yang dibentuk oleh otot
palatofaringeus, terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan
tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
FUNGSI
1. Adenoid
Adenoid merupakan jaringan limfoid yang pada keadaan normal berperan membantu sistem
imunitas tetapi bila telah terjadi infeksi kronis maka akan terjadi pengikisan dan fibrosis dari
jaringan limfoid. Pada penyembuhan jaringan limfoid tersebut akan diganti oleh jaringan
parut yang tidak berguna.
2. Tonsil
Fungsi tonsil yang sesungguhnya belum jelas diketahui tetapi ada beberapa teori yang dapat
diterima antara lain :
· Membentuk zat-zat anti dalam sel plasma pada waktu terjadi reaksi seluler.
Adenotonsilitis Kronis
Adenotonsilitis kronis adalah infeksi yang menetap atau berulang dari tonsil dan adenoid.
Definisi adenotonsilitis kronis yang berulang terdapat pada pasien dengan infeksi 6x atau
lebih per tahun. Ciri khas dari adenotonsilitis kronis adalah kegagalan dari terapi dengan
antibiotik.
1. Etiologi
Penyebab yang tersering pada adenotonsilitis kronis adalah bakteri Streptococcus ß
hemoliticus grup A, selain karena bakteri tonsiliti sdapat disebabkan oleh virus.
Kadang-kadang tonsillitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti spirochaeta, dan
Treponema Vincent.
2. Patofisiologi dan Patogenesis
Adenoid merupakan kumpulan jaringan limfoid di sepanjang dinding posterior dan
nasofaring, fungsi utama dari adenoid adalah sebagai pertahanan tubuh, dalam hal ini
apabila terjadi invasi bakteri melalui hidung yang menuju ke nasofaring, maka sering
terjadi invasi sistem pertahanannya berupa sel-sel leukosit. Apabila sering terjadi
invasi kuman maka adenoid semakin lama akan membesar karena sebagai kompensasi
bagian atas maka dapat terjadi hiperplasi adenoid, akibat dari hiperplasi ini akan
timbul sumbatan koana dan sumbatan tuba eustachius.
Akibat sumbatan tuba Eustachius akan terjadi otitis media akut berulang, otitis media
kronik dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik.
Akibat hiperplasia adenoid juga akan menimbulkan gangguan tidur, tidur ngorok,
retardasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang.
Pada tonsillitis kronis karena proses radang yang berulang maka epitel mukosa dan
jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan
sehingga kripte melebar. Secara klinik kripte tampak diisi oleh detritus, proses ini
berjalan terus sampai menembus kapsul dan terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar
fosa tonsilaris.
Gejala tonsilitis kronis adalah pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan
permukaan yang tidak rata, kriptus melebar, dan beberapa kripti terisi oleh detritus.
Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, dirasakan kering di tenggorok dan napas
berbau.
Gejala adenotonsilitis kronis adalah sering sakit menelan, hidung tersumbat sehingga
nafas lewat mulut, tidur sering mendengkur karena nafas lewat mulut sedangkan otot-
otot relaksasi sehingga udara menggetarkan dinding saluran nafas dan uvula, sleep
apnea symptoms, dan maloklusi. Facies adenoid : mulut selalu membuka, hidung
kecil tidak sesuai umur, tampak bodoh, kurang pendengaran karena adenoid terlalu
besar menutup torus tubarius sehingga dapat terjadi peradangan menjadi otitis media,
rhinorrhea, batuk-batuk, palatal phenamen negatif. Pasien yang datang dengan
keluhan sering sakit menelan, sakit leher, dan suara yang berubah, merupakan tanda-
tanda terdapat suspek abses peritonsiler.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi x-foto soft tissue nasofaring radio adenoid, untuk melihat
adanya pembesaran pada adenotonsilitis kronis.
2. Pemeriksaan ASTO.
Diagnosa
Terapi
Terapi tonsilitis kronis adalah terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan
berkumur atau obat isap. Pada hipertrofi adenoid dilakukan terapi bedah
adenoidektomi dengan cara kuretase memakai adenotom.
Pada keadaan dimana terdapat adenotonsilitis kronis berulang lebih dari 6 kali per
tahun selama dua tahun berturut-turut, maka sangat dianjurkan melakukan operasi
adenotonsilektomi dengan cara kuretase.
Indikasi adenotonsilektomi :
- Fokal infeksi
- Keberadaan adenoid dan tonsil sudah mengganggu fungsi-fungsi yang lain, contoh :
sakit menelan.
Indikasi tonsilektomi :
The American Academy of Otalaryngology-Head and Neck Surgery Clinical
Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan :
1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun wallaupun telah mendapatkan
terapi yang adekuat.
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofasial.
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas,
sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.
4. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan.
5. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus beta
hemolyticus
6. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
7. Otitis media efusa / otitis media supuratif
Indikasi adenoidektomi
1. Sumbatan
- Sumbatan hidung yang menyebabkan bernapas melalui mulut
- Sleep apnea
- Gangguan menelan
- Gangguan berbicara
- Kelaianan bentuk wajah muka dan gigi (adenoid face)
2. Infeksi
-Adenoiditis berulang / kronik
- Otitis media efusi berulang / kronik
- Otitis media akut berulang
Komplikasi
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. M
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Krajan 02/01 Semarang
Tanggal Masuk : 29 Mei 2013
Pekerjaan :-
No. RM : 036587
Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Normocephal.
Mata : T.A.K (Tidak ada kelainan)
Mulut-Gigi : Lengkap, mulut basah
Daun telinga N N
Discharge - -
Tumor - -
Mastoid N N
Hidung luar N N
Tumor - -
Concha N N
Tenggorokan :
Sianosis :-
Hiperemis + +
Detritus - -
Leher : T.A.K
Thorax
Pulmo : Vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (+)
Abdomen : T.A.K
Punggung : T.A.K
Ekstremitas : T.A.K
Limfonodi : T.A.K
Pemeriksaan Reflex
Patologis : T.A.K
Fisiologis : T.A.K
IV. DD
- Adenotonsilitis kronis
- Tonsilitis Kronis
- Tonsilofaringitis kronis
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal : 29 Mei 2013
Darah lengkap
PCT 0,31%
PTT 13,7`
Golongan Darah A
APTT 33`
PEMBAHASAN
III.1 Subjektif
Pasien An.M, laki-laki 8 tahun datang ke klinik THT dengan keluhan nyeri telan
berulang. Dengan anamnesis kepada ibu pasien didapatkan juga keluhan bahwa An.M sering
rewel, panas berulang, ada bau yang tidak enak keluar dari mulut dan juga tidur mendengkur.
Berdasarkan anamnesis, ibu pasien menyangkal adanya riwayat asma, alergi obat, dan
riwayat pasien operasi sebelumnya.
III.2 Objektif
Pada pemeriksaan fisik An.M, ditemukan tanda-tanda vital dalam batas normal. Dari
status generalis pasien tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan lokalis tenggorok pasien,
didapatkan tonsil T4-T4, hiperemis (+), massa tidak rata (berbenjol benjol), permukaan
mukosa tonsil warna merah muda, kripte melebar, dan hipertrofi adenoid (+). Tidak ada
keluhan dan kelainan lain selain tonsil maupun adenoid.
III.3 Assesment
Persiapan pre operatif meliputi pemeriksaan lab untuk skrinning darah, penilaian
fungsi koagulasi sebagai persiapan pre operatif. Hasil pemeriksaan lab didapatkan dengan
hasil nilai hemoglobin yang rendah, namun fungsi koagulasi dalam batas normal. Pasien
kemudian dikonsulkan ke Sp.An.
Pasien baru masuk ruang perawatan pada tanggal 29 Mei 2013, jam 16.00, dan
sebelumnya diminta untuk puasa sejak jam 24.00, follow up pre-opeatif menunjukkan tanda
vital pasien dalam batas normal, dan keluhan yang dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri telan.
Ibu pasien mengatakan pasien rewel dan bernafas seperti ada tarikan. Hal ini mungkin
disebabkan oleh tersumbatnya saluran pernafasan oleh adenoid dan tonsil sehingga
menyebabkan gangguan pernafasan pasien.
Operasi dimulai pada pukul 09.30, dr. Sp.THT masuk dengan kondisi pasien sudah
dalam posisi terlentang dengan GA. Kemudian melakukan desinfeksi tempat operasi dan
menutup pasien dengan duk steril kecuali pada bagian yang akan di operasi. Operasi dimulai
dengan pemasangan mouth gauge, pada pasien dan memperluas lapang pandang operasi.
Kemudian, operator melakukan kuret adenoid dengan menggunakan adenotom, menilai ada
tidaknya perdarahan, lalu rawat perdarahan. Lalu melakukan tonsilektomi sinistra dengan
menggunakan ballanger no. 3 dan mengangkat tonsil hingga tonsil terangkat in toto. Nilai
perdarahan, rawat perdarahan. Setelah dipastikan perdarahan ditangani dengan baik, lepaskan
mouth gate, operasi selesai. Operasi berlangsung selama 15 menit.
III.4. Plan
Kontrol post op pada tanggal 5 Juni 2013,saat obat yang diresepkan setelah post op
sudah habis. Pasien sudah membaik tidak ada nyeri telan, tapi masih ada demam saat malam,
oleh karena itu diberi Paracetamol Syrup, dan untuk mengantisipasi adanya infeksi diberikan
Cefadroxyl Syrup.