PENDAHULUAN
Kanker paru-paru merupakan salah satu masalah kanker terbanyak di
dunia. Kanker paru-paru dapat berujung kepada kematian. Kanker paru-paru
merupakan penyakit dengan adanya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada
jaringan paru-paru. Penyebab paling utama dari kanker paru-paru adalah rokok.
Selain rokok juga terdapat beberapa faktor seperti halnya genetik, gas radon,
polusi udara, radiasi, asbestos dan juga perokok pasif. Kanker paru-paru memiliki
gejala batuk yang tidak kunjung selesai dan makin memarah, batuk darah, sering
keleahan, hilang berat badan dan sesak napas.1 Di Indonesia menurut data WHO
tahun 2010 menunjukkan bahwa laki-laki yang rentan menderita kanker paru-
paru. Jenis kanker yang terbanyak di Indonesia adalah kanker paru.2
Tindakan terapi untuk kanker paru-paru yaitu pembedahan, kemoterapi
dan radioterapi. Namun terapi untuk kanker paru-paru sendiri tidak menjamin
kesembuhan 100% pada pasien karena tindakan pembedahan, kemoterapi dan
radioterapi sendiri hanya menghilangkan sel-sel kanker yang terlihat pada keadaan
diterapi. Menurut Gadgeel et al,3 risiko untuk berangiogenesis dari sel kanker
sangat bebas setelah diterapi. Hal tersebut terjadi dikarenakan sel kanker
bermetastasis sehingga tidak terdeteksi. Oleh karena itu, diperlukan terapi adjuvan
yang berfungsi membunuh sel-sel kanker yang masih ada didalam tubuh pasien
dan mencegah sel-sel kanker untuk tumbuh serta bermetastasis. Terapi adjuvan
yang penulis anjurkan yaitu pemanfaatan zerumbone pada jahe liar dengan
celecoxib dan AIBP-mediated cholesterol efflux dalam mengatasi kanker paru-
paru.
KANKER PARU-PARU
Kanker paru merupakan keganasan paru yang berasal dari epitel
(karsinoma). Terdapat empat tipe histologik utama karsinoma paru yaitu
karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar dan karsinoma sel
kecil. Namun karsionoma paru dapat dibagi menjadi 2 untuk tujuan pengobatan
karsinoma paru yaitu Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non Small Cell Lung
Cancer (NSCLC).4 SCLC dan NSCLC selain berbeda dalam morfologi,
karakteristik imunoterapi dan respon terhadap pengobatan terdapat juga perbedaan
dalam susunan genetiknya. Misalnya gen SCLC ditandai adanya mutasi gen TP 53
dan RB sedangkan NSCLC ditandainya adanya mutasi p16/CDKN2A. Kanker
paru juga dapat disebabkan karena adanya metastasis dari sel kanker lainnya.5
Diperkirakan sekitar 30% metastasis dari neoplasma sekunder menuju ke paru.
Dalam hal ini penulis merujuk pada lung cancer pathway, menurut
6
penelitian Gold et al, mereka menyimpulkan bahwa terjadinya kanker paru
diakibatkan karena adanya mutasi gen, peningkatan molekul dan peningkatan
angiogenesis. Dalam penulisan kali ini, penulis menekankan pada terapi adjuvan
yang bisa menghambat peningkatan dari suatu molekul. Molekul yang meningkat
berupa NF-κB, COX-2 dan terjadinya angiogenesis akibat overekspresi dari
VEGF/VEGFR.
ADMINISTRASI ZERUMBONE
Penulis juga menekankan dalam hal dosis pada ketiga molekul tersebut
sebagai terapi adjuvan untuk kanker paru-paru supaya menghindari dari sifat obat
yang memiliki kemampuan meniadakan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh
Murakami et al, 9 mereka melaporkan bahwa pemberian zerumbone dengan dosis
16
10 mikroM pada sel kanker. Penelitian tersebut serupa dengan fang et al,
mereka melaporkan bahwa AIBP dapat diberikan dengan dosis 4 mikroM pada sel
kanker seperti terlihat pada gambar berikut.
KESIMPULAN
Kanker paru-paru terjadi ditandai dengan adanya angiogenesis akibat
overekspresi dari VEGF, adanya peningkatan NF-κB dan COX-2. Oleh karena itu,
penulis mengajukan bahwa ketiga perubahan molekul tersebut harus dihambat
oleh kombinasi ketiga zat molekul yang penulis ajukan yaitu zerumbone dari
ekstrak jahe liar, celecoxib dan AIBP-mediated cholesterol efflux. Mekanisme
kerja zerumbone adalah menghambat aktivitas NF-κB dan dapat menurunkan
angiogenesis dari VEGF. Mekanisme kerja dari celecoxib adalah menghambat
aktivitas dari COX-2. Sedangkan mekanisme kerja dari AIBP-mediated
cholesterol efflux adalah mengontrol angiogenesis yang masih fungsional dalam
perkembangan sel alveolar. Namun, kombinasi dari ketiga molekul tersebut, perlu
kajian lebih lanjut tentang penggunaan bersama-sama atau tidak, dosis, cara
pemberian, dan efek samping pada hewan coba atau pada manusia bila masih
diperlukan.
REFERENSI