Anda di halaman 1dari 4

Mekanisme Expansi Perlite

Av. A. Varuzhanyan | Ar. A. Varuzhanyan | H. A. Varuzhanyan

Sari
Perlit diketahui mengalami proses ekspansi pada suhu mulai dari 1200 K hingga 1370 K
dan pada tekanan (3.3 – 16.0) x 105 Pa. Hasil penelitian ini memeperlihatkan bahwa pada tahap
awal pemanasan ditrandai dengan peningkatan kuat tekan perlit, penurunan viskositas dan
ekspansi pada bagian tengah sampel karena terganggunya ikatan atom di dalamnya, sehingga
mampu menahan air yang ada di dalam batuan tanpa mengalami retak atau pecah.
Pendahuluan
Glas vulkanik hirdous ekspansif seperti perlit, merupakan solid solution dengan susunan
atom dan gugus atom yang tidak teratur. Pemanasan menyebabkan perlit kehilangan kandungan
airnya, yang disertai dengan penyusunan ulang atom-atomnya. Selama pemanasan terjadi
peningkatan kuat tekan yang terus-menerus, sehingga batuan mampu menahan tekanan uap air
yang tinggi selama pelepasan air. Kenaikan tekanan air tersebut mengurangi viskositas perlit.

Pemanasan perlit secara cepat dengan menggunakan aliran gas panas menyebabkan
ekspansi yang tidak teratur, dimana sering menimbulkan rekahan yang menurunkan kuat tekan
perlit dan membuatnya rapuh. Oleh karena itu, upaya untuk membuat perlit ekspansif dalam
bentuk kerikil sejauh ini tidak berhasil, dan insdustri bahan bangunan menggunakan perlit dengan
campuran batuan haydit.
Percobaan

Sampel perlit diteliti di bawah tekanan 3.3. x 105, 6.5 x 105, 11 x 105, dan 16 x 105 pada
suhu dari 1170 K hingga 1370 K (dengan pemanasan bertahap setiap 50 K). Dimensi sampel 3 x
4 x 2,5 cm.
Pada gambar 4 terlihat bahwa pada 30 menit pertama pemanasan, perlit mengalami
penurunan UCS (Unaxial Compressive Strength) dengan rata-rata 280 Pa, ytang disertai dengan
penghilangan kandungan air. Pemanasan selama 60 menit meningkatkan kuat tekan hingga 330 Pa
yang disebabkan oleh pemindahan uap air dan gas.

Berdasarkan uji pada batuan basah selama pemanasan, kuat tekan maksimum dapat dicapai
pada suhu yang lebih rendah dengan meningkatkan laju pemanasan. Selain itu, mineral menjadi
mampu menahan air yang ada di batuan sehingga tidak mengalami retak atau pecah.
Retensi uap air dalam gkas vulkanik di bawah pengaruh atmosfer gas disertai dengan pemecahan
banyak ikatan valensi antara SiO4 tetrahedra yang menyebabkan pembentukan jembatan hydrogen
yang tidak stabil.
Peningktaan proporsi ikatan ionic yang tidak stabil dengan meningkatnya tekanan uap
berpengaruh terhadap kemampuan ekspansi yang lebih baik pada suhu yang lebih rendah.
Peningkatan konsentrasi ikatan ionic dalam jaringan silicon-oksigen tiga dimensi mengurangi
stabilitasnya yang menyebabkan penurunan viskositas perlit dengan adanya uap air di bawah
tekanan.

Pada gambar 7 terlihat bahwa penurunan tekanan uap dari 5 x 105 ke 0.1 -0.2 x 105 Pa
menyebabkan peningkatan viskositas perlit secara signifikan dalam kisaran suhu ekspansi. Ini
menunjukkan fakta bahwa setelah pemanasan yang relative tinggi, perlit mampu mempertahankan
struktur berpori tanpa menempel pada lapisan dan tanpa agregasi pertikel. Sebagai hasilnya
diperoleh material ringan dengan densitas 0.1 g/cm3
Untuk menghitung efek tekanan uap air terhadap viskositas perlit Aragat, digunakan rumus:
𝐵′
log η = A’ + 𝑇 2 ; dimana A’ dan B’ merupakan konstanta dan T merupakan suhu mutlak.

Viskositas perlit Aragat merupakan fungsi tekanan pada suhu yang konstan:
log η = a + b log p + c log2 p ; dimana η = viskositas (p), p = tekanan uapa (Pa), dan a, b,
c merupakan suhu.
Dalam menyiapkan bahan dengan densitas konstan pada tekanan yang berbeda (3.3 × 10
5, 6.6 × 10 5, dan 11.0 × 10 Pa) dan suhu (1430, 1413, 1370, dan 1345 K), viskositas berubah
menjadi konstan pada awal ekspansi perlit (penurunan tekanan uap air), misalnya, ηlog [P] = 7,43
pada γ = 0,3 g / cm3 (Tabel 3).
Selain mengurangi viskositas, uap air meningkatkan kualitas bahan yang dihasilkan karena
mengurangi "kejutan termal" karena ekspansi kehadiran air yang dalam batuan. Untuk alasan ini,
dengan adanya uap air, penghilangan air "berlebih" dari perlit tidak diperlukan. Memang,
menggunakan perlit halus Jraber dan Aragats (kurang dari 150 µm dalam ukuran butir), dapat
diperoleh sampel dengan γ = 0,10-0,18 g/cm3 pada tekanan tidak lebih tinggi dari 5 × 105 Pa
Pemisahan ukuran yang akurat tidak diperlukan dalam produksi perlit ekspansif melalui
pemanasan uap air, berbeda dengan proses flash heating. Butiran monolitik (tanpa retak) perlit
Aragat dan Jraber yang diekspansi pada tekanan uap lebih kuat dibandingkan dengan yang
dipanaskan dengan metode flash heating di udara pada tekanan atmosfir (Tabel 5). Struktur mikro
butir yang diekspansi bereplikasi biji perlit mentah, tanpa retak (Gambar 9).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pemanasan, ekspansi perlit dimulai di bagian
tengah sampel yang deisertai dengan peningkatan kuat tekan. Pelepasan air dari perlit secara tajam
meningkatkan viskositasnya, mencegah material melunak, menempel ke dinding reaktor, dan
aglomerasi. Sampel dengan bulk density yang sama memiliki viskositas yang sama, tidak
tergantung pada suhu dan tekanan proses. Pada tekanan uap air yang meningkat, meningkatkan
laju pemanasan menggeser viskositas perlit ke suhu yang lebih rendah

Anda mungkin juga menyukai