Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) berlangsung selama 6 minggu, dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Saifuddin (2002) menyatakan bahwa masa nifas merupakan
masa kritis dalam kehidupan ibu dan bayi karena sekitar 60% kematian ibu
terjadi segera setelah kelahiran dimana 50% dari kematian tersebut terjadi
dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Lebih dari 65% dari kematian
tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan pada ibu serta
penyuluhan kepada ibu dan keluarganya agar komplikasi nifas tidak terjadi
(Saroha,2009).
Pemantauan yang ketat serta penyuluhan oleh tenaga kesehatan pada ibu
dan keluarga akan sangat membantu dalam mencegah kematian ibu. Semua ibu
nifas dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nifas ke fasilitas kesehatan atau
dikunjungi di rumahnya walaupun pertolongan persalinan dilakukan oleh
dukun atau keluarganya. Kunjungan nifas dilakukan untuk menilai keadaan
ibu, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang mungkin terjadi
(Depkes, 1998).
Dalam memberikan pelayanan nifas, bidan harus mampu menerapkan
pelayanan nifas yang berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dimensi mutu pelayanan kebidanan
tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien yang dilayani oleh bidan. Hal
ini sesuai dengan Permenkes No. 900/SK/VII/2002 yang menyebutkan bahwa
bidan memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan kebidanan yang
meliputi: pelayanan pranikah, kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
balita. ( Syafrudin, 2009).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian masa nifas pada kunjungan 6 hari sampai dengan 6
minggu post partum?
2. Apa tindakan yang lakukan oleh Bidan jika ibu mengalami keluhan atau
terdapat tanda- tanda bahaya nifas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian masa nifas pada kunjungan 6 hari sampai
dengan 6 minggu post partum.
2. Untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan oleh Bidan jika ibu
mengalami keluhan atau terdapat tanda- tanda bahaya nifas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1) Kunjungan Masa Nifas I (Kunjungan 6-8 Jam)


Tujuan :
1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal 2 jam
pertama setelah kelahiran sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

Pengkajian:
1. Mencegah Perdarahan Masa Nifas Akibat Atonia Uteri
 Mengajukan Pertanyaan
- Apakah ibu masih merasakan kontraksi?
- Apakah ibu merasa lemas?
- Apakah perut ibu terasa kencang/tegang atau lembek?
- Sudah berapa kali ibu mengganti pembalut?
 Data Subjektif

- Ibu mengatakan masih merasakan kontraksi uterus sampai saat


ini.
- Ibu mengatakan bahwa ibu merasakan lemas.
- Ibu mengatakan bahwa perut ibu masih terasa tegang tidak
lembek.
- Ibu mengatakan bahwa ibu sudah ganti pembalut 1x.

3
- Ibu mengatakan tidak ada bau yang tidak normal saat
pengeluaran darah.

 Data Objektif

- Memeriksa kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri ibu.


Pemeriksaan Tinggi fundus uteri meliputi :
1. Pemeriksaan Kontraksi Uterus.
Pemeriksaan kontraksi uterus ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya atonia uterus yang dapat menyebabkan
perdarahan. Cara memeriksanya dengan meraba perut ibu
dan lakukan masase.
2. Penentuan ukuran/tinggi uterus.
Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan
menggunakan meteran atau pelvimeter. Untuk meningkatkan
ketepatan pengukuran sebaikanya dilakukan oleh orang yang
sama. Dalam pengukuran tinggi uterus ini perlu diperhatikan
apakah kandung kemih dalam keadaan kosong atau penuh
dan juga bagaimana keadaan uterus apakah dalam keadaan
kontraksi atau rileks. Cara penempatan meteran untuk
mengukur tinggi fundus uteri (TFU) :
 Meteran dapat diletakkan di bagian tengah abdomen dan
pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas atas
symphisis pubis sampai bagian atas fundus. Meteran
pengukuran ini menyentuh kulit sepanjang uterus.
 Salah satu ujung meteran diletakkan di batas atas
symphisis pubis dengan satu tangan, tangan lain
diletakkan di batas atas fundus. Meteran diletakkan di
antara jari telunjuk dan jari tengah dan pengukuran
dilakukan sampai titik dimana jari mengapit meteran.

4
3. Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba
sekeras batu dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa
mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan
masasse pada uterus. Dalam mengkaji konsistensi perhatikan
juga apa ada rasa nyeri. Bila uterus mengalami atau terjadi
kegagalan dalam involusi tersebut disebut subinvolusi.
Subinvolusi sering disebabkan infeksi dan tertinggalnya sisa
plasenta dalam uteus sehingga proses involusi uterus tidak
berjalan dengan normal atau terlambat, bila sub involusi
uterus tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan
perdarahan yang berlanjut atau post partum hemorrhage.
Ciri – ciri sub involusi atau proses involusi yang
abnormal diantaranya: tidak secara progresif dalam
pengembalian ukuran uterus. Uterus teraba lunak dan
kontraksi buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik
yang konsisten, perdarahan pervaginam abnormal seperti
perdarahan segar, lokia rubra banyak, persisten dan berbau
busuk.

5
4. Prosedur Pengkajian Tinggi Fundus Uteri
o Persiapan alat :
1. Sebuah bantal
2. Matras atau Tempat tidur
3. Pita centimeter
o Persiapan dan pemeriksaan pasien:
1. Ibu diminta untuk berkemih terlebih dahulu.
2. Posisikan ibu datar di tempat tidur dengan kepala
diletakkan pada posisi yang nyaman dengan sebuah
bantal.
3. Tentukan kekerasan dan konsistensi uterus.
4. Ukur tinggi fundus uteri dengan menggunkan metlin
5. Catat hasil pengukuran.
 Interpretasi Data
A. Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas 6 jam
normal dengan Fundus uteri berada di pusat.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas jam ke
ke 6 normal dengan warna lochea merah, lochea rubra.
B. Masalah
Tidak ada
C. Diagnosa Potensial
Tidak ada
D. Tindakan segera
Tidak ada
 Perencanaan
1. Beritahu ibu tentang kondisinya
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
3. Beritahu ibu tentang kenormalan hasil pemeriksaan
 Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya baik

6
2. Beritahu ibu tentang
TFU : TFU tepat di pusat
Lochea : Berwarna merah segar bercampur sisa vernixdan
mekonium ( lochea rubra) dan tidak terdapat bau yang abnormal
pada lochea tersebut.
3. Beritahu ibu, bahwa semua yang didapati pada hasil
pemeriksaan lochea dan TFU ibu sesuai dengan kenormalan
pada nifas 6 jam.
 Evaluasi
1. Ibu memahami bahwa kondisinya dalam keadaan baik
2. Ibu memahami dari hasil pemeriksaan yang didapati
3. Ibu merasa tidak cemas lagi terhadap hasil pemeriksaan yang
didapati.

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk bila perdarahan


berlanjut
 Mengajukan pertanyaan
Apakah ibu merasakan nyeri/perih di daerah jalan lahir?
Apakah ibu merasakan keluarnya darah dari robekan jalan lahir?
Apakah ibu merasakan nyeri pada perinium?
 Data subjektif
- Ibu mengatakan terasa sedikit nyeri di daerah jalan lahir.
- Ibu mengatakan merasakan adanya pengeluaran darah.
- Ibu mengatakan periniumnya sedikit nyeri.
 Data objektif
- Periksa penyebab nyeri, dan sumber pengeluaran darah. Terjadinya
pendarahan postpartum dapat saja dikarenakan :
 Atonia uteri adalah kondisi hilangnya tonus otot rahim sehingga
tidak dapat berkontraksi dan menekan pembuluh dan mengurangi
aliran darah. Situasi ini menjadi penyebab utama perdarahan post
partum.

7
 Tertahannya jaringan plasenta atau janin (retensi plasenta) di
dalam rahim.
 Plasenta previa: kondisi saat plasenta bayi menutup seluruh atau
sebagian leher rahim yang menghubungkannya dengan bagian
atas vagina.
 Trauma: adanya cedera pada jalur-jalur persalinan, seperti pada
perineum, leher rahim, vagina, dan rahim.

 Thrombin: gangguan perdarahan sehingga terjadi kegagalan


pembekuan darah.

 Jalan lahir yang robek: perdarahan post partum dapat terjadi


akibat robekan ataupun sayatan episiotomi yang lebar pada
perineum atau vagina.

 Rahim yang terbalik atau pecah (ruptur) juga dapat menyebabkan


perdarahan post partum. Meski demikian, ini merupakan kondisi
yang jarang terjadi.

- Periksa perineum ibu, sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua


tungkai dilebarkan.saat melakukan pemeriksaan perineum
periksalah:
 Jahitan laserasinya
Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih
dahulu bersihkan pada bagian jahitan laserasi.
- Periksa adanya :
 Oedema atau tidak
 Hemoroid pada anus
 Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
 Interpretasi Data
A. Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas 6 jam
normal dengan perdarahan normal.

8
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas jam ke
ke 6 normal dengan warna lochea merah, lochea rubra. Sumber
keluarnya darah pasti dari uterus ibu, bukan dari infeksi atau
robekan jalan lahir.
B. Masalah
Tidak ada
C. Diagnosa Potensial
Tidak ada
D. Tindakan segera
Tidak ada
 Perencanaan
1. Beritahu ibu tentang kondisinya
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
3. Beritahu ibu tentang kenormalan hasil pemeriksaan
 Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya baik
2. Beritahu ibu tentang
Lochea: Berwarna merah segar bercampur sisa vernixdan
mekonium ( lochea rubra) dan tidak terdapat bau yang abnormal
pada lochea tersebut.
Pengeluaran darah ini normal dari uterus bukan merupakan darah
yang terinfeksi atau darah dari robekan jalan lahir atau bahkan
hemroid.
3. Beritahu ibu, bahwa semua yang didapati pada hasil pemeriksaan
normal.
 Evaluasi
1. Ibu memahami bahwa kondisinya dalam keadaan baik
2. Ibu memahami dari hasil pemeriksaan yang didapati
3. Ibu merasa tidak cemas lagi terhadap hasil pemeriksaan yang
didapati.

9
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
 Mengajukan pertanyaan
Apakah ibu sudah mengetahui bagaimana cara mengetahui bahwa
kontraksi ibu baik?
Apakah ibu sudah mengetahui bagaimana cara masase agar kontraksi
ibu baik?
 Data subjektif
- Ibu mengatakan ibu sudah tahu jika kontraksi ibu baik. Ibu
mengatakan bahwa ia sudah diberitahu saat selesai melahirkan
bahwa kontraksi itu akan terasa mules, tegangnya perut, dan tidak
lembek.
- Ibu mengatakan sudah diajarkan sewaktu setelah melahirkan.
 Data objektif
- Uterus ibu kencang dan tinggi fundusnya normal.
- Pengeluaran plasenta lengkap dengan ukuran normal.

 Interpretasi Data
A. Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas 6 jam
normal dengan teraba uterusnya kencang dan tingginya se pusat.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas jam ke
ke 6 normal butuh konseling tentang masase uterus.
B. Masalah
Tidak ada
C. Diagnosa Potensial
Tidak ada
D. Tindakan segera
Tidak ada
 Perencanaan

1. Beritahu ibu tentang kondisinya

10
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
3. Beritahu ibu tentang kenormalan hasil pemeriksaan
4. Konseling kepada ibu dan keluarga mengenai masase uterus.

 Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya baik


2. Beritahu ibu tentangbagaimana kontrasi yang baik
3. Mempraktikan langsung bagaimana masase uterus yang baik
- Mengevaluasi bagaimana cara ibu masase uterus, dan memberi
tahu keluarga cara masase yang benar yaitu: Letakkan telapak
tangan pada fundus uteri
1. Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin
merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan.
Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam, perlahan serta
rileks.
2. Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah
memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika
uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri.
3. Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk
memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum
berkontraksi dengan bai, ulangi masase fundus. Ajarkan pada
ibu dan keluarga cara melakukan masae fundus uteri sehingga
mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi
dengan baik.
4. Periksa kontraksi uterus tiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit satu jam kedua
pascapersalinan.

 Evaluasi
1. Ibu memahami bahwa kondisinya dalam keadaan baik

11
2. Ibu memahami dari hasil pemeriksaan yang didapati
3. Ibu merasa tidak cemas lagi terhadap hasil pemeriksaan yang
didapati.

4. Pemberian ASI Awal


 Mengajukan Pertanyaan
- Apakah Ibu sudah memberikan ASI terhadap bayi ibu?
- Sudah berapa kali ibu memberikan ASI?
- Bagaimana pengeluaran ASI ibu apakah lancar?
- Apakah ada keluhan saat pemberian ASI ke bayi?
 Data Subjektif

- Ibu mengatakan ibu sudah memberikan ASI ke bayinya. Kira kira


sudah 4 atau 5x.
- Ibu mengatakan bahwa pengeluaran ASI ibu masih belum lancar.
 Data Objektif

- Amati bagaimana ibu memberikan ASI kepada bayinya


- Periksa payudara ibu dengan cara inspeksi jika ada luka/lecet di
puting ibu
- Lakukan palpasi dengan meraba halus payudara ibu, kaji rasa nyeri
jika ada serta konsistensi payudaara ibu.
 Interpretasi Data
A. Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas 6 jam dengan
ASI kurang lancar.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas jam ke
ke 6 normal butuh konseling tentang cara menyusui yang benar.
B. Masalah
ASI tidak lancar
C. Diagnosa Potensial
Bendungan ASI

12
D. Tindakan segera
Perawatan payudara dan konseling cara menyusui yang benar.

 Perencanaan

1. Beritahu ibu tentang kondisinya


2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
3. Beritahu ibu tentang sebab mengapa ASI nya tidak lancar
4. Konseling kepada ibu dan keluarga mengenai Perawatan Payudara
dan Cara Pemberian ASI

 Pelaksanaan
Memberi tahu Ibu Tentang Cara Pemberian ASI
 Sebelumnya, amati cara ibu menyusui bayinya. Kemudian beri
tahu sesuai dengan masalah yang ditemukan.
 Anjuran pemberian ASI eksklusif untuk bayi muda
 Makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan adalah
ASI. Menyusui secara eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI, tidak
diberi tambahan makanan atau cairan lain. Berikan ASI sesuai
keinginan bayi paling sedikit 8 kali sehari, pagi, siang, sore maupun
malam.
 Pada hari-hari pertama kelahiran apabila bayi dibiarkan menyusu
sesuai keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka akan
dihasilkan secara bertahap 10 – 100 mL ASI per hari. Produksi ASI
akan optimal setelah hari 10-14. Bayi sehat akan mengkonsumsi
700-800 mL ASI per hari (kisaran 600-1000 mL).
 Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak
langsung ibu-bayi dan anjurkan untuk menyusui bayinya sesering
mungkin untuk merangsang produksi ASI sehingga mencukupi
kebutuhan bayi. Yakinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum
(susu beberapa hari pertama kelahiran) adalah zat bergizi dan
mengandung zat-zat kekebalan tubuh. Minta ibu untuk memberi

13
ASI sesuai dengan keinginan atau tanda dari bayinya. Biarkan bayi
menyusu pada satu payudara hingga puas/ bayi melepas sendiri
puting susu ibu (sekitar 15-20 menit). Berikan payudara sisi
lainnya hanya bila bayi masih menunjukkan tanda ingin menyusu.
Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu akan
mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan
menurunkan produksi susunya. Anjurkan ibu untuk bertanya
mengenai cara pemberian ASI dan kemudian beri jawaban lengkap
dan jelas. Pesankan untuk mencari pertolongan bila ada masalah
dengan pemberian ASI.
A. Cara Menyusui yang Benar

 Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga


menyusui efektif.
 Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)
 Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah ke sisi
lain setelah mengosongkan payudara yang sedang disusukan.
Keuntungan pengosongan payudara adalah:
 Mencegah pembengkakan payudara
 Meningkatkan produksi ASI
 Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan
akhir)

Posisi Menyusui
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan
pemberian ASI dan mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu
memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan
jika ibu memerlukan, terutama jika ibu pertama kali menyusui atau
ibu berusia sangat muda.
Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa
nyaman selama ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu
bayi melakukan isapan yang efektif.

14
Posisi menyusui yang benar adalah:
 Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung
bersandar dan kaki tidak menggantung.
 Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar
hidung bayi tidak tertutup.
Kemudian tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi.
Ibu hendaknya :
 Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.
 Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
 Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa
sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.

Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana


ibu telah memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan
mobilisasi secukupnya. Masih ada beberapa posisi alternatif lain yang
disesuaikan dengan kemampuan ibu setelah melahirkan anaknya,
misalnya posisi berbaring telentang, miring kiri atau miring kanan,
dan sebagainya. Posisi ibu berbaring telentang dan setengah duduk
mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.

Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk


melekat dengan baik pada payudara ibu.

15
Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik:
 Dagu bayi menempel payudara ibu
 Mulut bayi terbuka lebar
 Bibir bawah bayi membuka keluar
 Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak

Apabila posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka


bayi akan mengisap dengan efektif. Tanda bayi mengisap dengan
efektif adalah bayi mengisap secara dalam, teratur yang diselingi
istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara bayi
menelan.

B. Mengajari Ibu Cara Meningkatkan Produksi ASI.

 Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui


sesering mungkin.
 Menyusui lebih sering akan lebih baik karena merupakan
kebutuhan bayi.
 Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian.
 Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah
ke payudara lainnya.
 Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam, bangunkan dan langsung
disusui.
 Evaluasi
 ASI ibu masih belum lancar
 Ibu sudah mengerti mengenai perawatan payudara
 Ibu sudah mengerti bagaimana posisi menyusui yang benar
 Ibu sudah mengerti perlekatan yang baik pada bayi

16
5. Melakukan Hubungan antara Ibu dengan Bayi Baru Lahir
 Mengajukan Pertanyaan
Bagaimana respon ibu dan keluarga mengenai kelahiran anaknya?
 Data Subjektif
Ibu mengatakan ibu, suami serta keluarga merasa senang atas kelahiran
anaknya ini
 Data Objektif
- Perhatikan ekspresi ibu, saat melihat anaknya.
- Amati respon suami dan keluarga mengenai kelahiran anak
tersebut.
 Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas 6 jam dengan
kondisi normal tanpa Post partum blues atau pun Depresi Post
Partum.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas jam ke
ke 6 normal butuh konseling tentang bonding attachment
 Masalah
Tidak Ada
 Diagnosa Potensial
Tidak Ada
 Tindakan Segera
Tidak Ada
 Perencanaan
- Membantu ibu untuk bonding attachment
- Memberi konseling tentang Bonding Attachment
 Pelaksanaan

1. Membantu ibu dengan cara melakukan rawat gabung


2. Memberi tahu ibu bagaimana cara bonding attachment, yaitu :
1. Kontak mata
2. Suara
3. Aroma

17
4. Entrainment
5. Bioritme
6. Inisiasi Dini
7. Kesehatan emosional orang tua
8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk
merawat anak
9. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
10. Kedekatan orang tua ke anak
11. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis
kelamin)

 Evaluasi
- Ibu mngerti tentang bonding attachment
- Ibu mulai mempraktikan cara untuk bonding attachment

6. Menjaga Bayi Tetap Sehat dengan Mencegah Hipotermi


 Mengajukan Pertanyaan
Apakah ibu tahu bagaimana menjaga suhu bayi tetap hangat?
 Data Subjektif
Ibu mengatakan ibu belum mengerti tentang merawat bayi agar tetap
hangat.
 Data Objektif
- Mengamati bagaimana ibu menjaga kehangatan bayi.
- Mengukur/Evaluasi Suhu bayi secara rutin dengan termometer
 Interpretasi Data
A. Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 H1 dalam masa nifas jam ke
ke 6 normal butuh konseling tentang menjaga bayi tetap hangat.
B. Masalah
Tidak Ada
C. Diagnosa Potensial

18
Tidak Ada
D. Tindakan segera
Tidak Ada

 Perncanaan
- Membantu ibu untuk menjaga kehangatan bayi
- Memberi konseling tentang bagaimana menjaga kehangatan bayi
dan faktor-faktor yang membuat bayi hilang panas.
 Pelaksanaan
Beri konseling bagaimana cara menjaga bayi tetap hangat. Setelah bayi
dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uterin, bayi
harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
menjaga bayi tetap hangat adalah:

 Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangat
penting untuk menjaga bayi tetap sehat
 Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih. Bayi
memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki
 Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti
 Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah
menjangkau bayinya
 Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi
menggunakan pakaian yang hangat dan diselimuti
 Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulit
ke kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang
 Jaga ruangan tetap hangat

 Evaluasi
Ibu mngerti tentang bonding attachment

7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal 2 jam


pertama setelah kelahiran sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

19
Hal-hal yang harus dipantau pada saat ini :
 Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. sesudah partus
dapat naik kurang dari 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak akan
melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu
badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38°C, mungkin
terjadi infeksi pada klien.
b) Nadi dan pernafasan
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/meni setelah partus,
dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau
ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut
nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti
keadaan semula.(Saleha, 2009; h. 61)Pernafasan normal orang dewasa
adalah 16-24 kali per menit. ( Yanti dkk, 2011; h.68)
c) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit –
penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa
pengobatan.(Saleha, 2009; hal. 61).
Tekanan darah normal pada orang dewasa adalah sistolik 90-100
mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.
 Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
a. Nutrisi dan cairan
Energi
 Ibu nifas mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500
kkal
 Makanan diet berimbang, cukup protein, mineral, mineral, dan
vitamin
 Minum sedikitnya 3 liter / hari, terutama satelah menyesui

20
 Mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas
 Minum kapsul vitamin A ( 200.000 unit ) sebanyak 2 kali yaitu
pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI Ibu nifas
membutuhkan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi
kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta memenuhi
produksi air susu. Ibu nifas membutuhkan tambahan makanan
kurang lebih 500 kalori tiap hari.

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,


terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang
sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
Kebutuhan kalori ibu rata-rata ibu menggunakan kira-kira
640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan
kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus
mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang
dikonsumsi perlu memenuhi syarat, seperti : susunannya harus
seimbang, porsinya cukup, dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan
pengawet, dan pewarna.
Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan
normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500
kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan
pergantian sel-sel yang rusak atau mati.
Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam
bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran
metabolisme didalam tubuh.

21
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet
yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein, dan banyak mengandung cairan.

b. Ambulasi dini
Ambulasi adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya berjalan. Ambulasi dini tidak dianjurkan pada
pasien dengan penyakit – penyakit seperti penyakit demam,
anemia, jantung, paru – paru dan keadaan lain yang membutuhkan
istirahat.
Keuntungan dari ambulasi dini adalah penderita merasa
lebih sehat dan lebih kuat, faal tubuh dan kandung kemih menjadi
lebih baik, memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan
kepada ibu mengenai cara merawat bayinya.
Macam – macam gerakan ambulasi adalah gerakan dan jalan
– jalan sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien
dari jam ke jam sampai hitungan hari, gerakan ini dilakukan secara
meningkat secara berangsur – angsur frekuensi dan intensitas
aktivitasnya sampai pasien dapat melakukan nya sendiri tanpa
pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.
c. Eliminasi
BAK

Dalam 6 jam postpartum pasien sudah harus dapat buang air


kecil. Jika semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih, dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi.
Bidan harus dapat meyakinkan pasien bahwa kencing sesegera
mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi

22
postpartum. Berikan dukungan mental pada pasien bahwa bia pasti
mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air
kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang untuk melahirkan
bayinya.

BAB

Buang air besar harus ada dalam 3 hari post partum, bila ada
obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang
mengeras) tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi febris. Bila
terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per
os (melalui mulut).

d. Kebersihan
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post
partum

 Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi


kulit pada bayi
 Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ib u
mengerti cara membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari
depan kebelakang, baru kemudian membersikan anus
 Ganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali dalam
sehari. Apabila dibiarkan dan tidak diganti, akan menyebabkan luka
pada daerah vagina, dan menjadi penyebab infeksi
 Cuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan
daerah kemaluan
 Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah
luka. Apalagi, pasien kurang memerhatikan kebersihan tangannya
sehingga tidak jarang terjadi infeksi sekunder.

23
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur maupun lingkungan.

e. Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan
untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang
cukup sebagai persiapan untuk menyusui bayinya nanti.
Kerugian kurang istirahat adalah mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi, memperlambat proses involusi dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari.
f. Perawatan Luka Perineum
Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi
organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat
dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan
penampung lochea (pembalut).
a. Mencegah kontaminasi dari rektum
b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

Waktu Perawatan
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada

24
cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu
dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu,
untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan
besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari
anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan
proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

g. Tanda Bahaya Saat Nifas

1. Perdarahan setelah melahirkan Merupakan perdarahan yang terjadi


dengan jumlah darah melebih 500 ml setelah bayi lahir. Menurut
waktu dibagi menjadi dua yaitu Perdarahan primer yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir dan perdarahan sekunder yang
terjadi setelah 24 jam anak lahir. Hal-hal yang menyebabkan
perdarahan setelah melahirkan adalah atonia uteri atau rahim tidak
berkontraksi, perlukaan jalan lahir, tertinggalnya sebagian ari-ari,
dan terlepasnya sebagian ari ari dari rahim.
2. Suhu Tubuh Meningkat Suhu tubuh ibu mungkin akan mengalami
peningkatan pada hari pertama setelah melahirkan. Ini merupakan
hal yang wajar dan mungkin disebabkan oleh dehidrasi selama
proses persalinan, usahakan untuk memperbanyak minum air untuk
mengganti cairan yang hilang. Namun apabila setelah 24 jam suhu
ibu tetap mengalami peningkatan, maka bisa jadi ini merupakan
tanda bahaya masa nifas yang menunjukkan adanya infeksi setelah
persalinan.

25
3. Sakit Kepala, Penglihatan Kabur, Pembengkakan Wajah Jika hal
tersebut terjadi maka kemungkinan pada saat hamil, ibu mengalami
penyulit kehamilan berupa preeklampsia dan eklampsia. Pada
umumnya gejala tersebut akan berkurang secara perlahan setelah ibu
melahirkan, namun apabila masih terjadi hal ini merupakan tanda
yang harus diwaspadai dan memerlukan pemeriksaan segera.
4. Subinvolusi Uterus Merupakan proses involusi uteri atau pengecilan
rahim yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga
pengecilan rahim menjadi terhambat. Waspadai kemungkinan
adanya subinvolusi uteri apabila darah setelah melahirkan
mengeluarkan bau yang sangat tidak enak dan keluar gumpalan
darah yang besar atau banyak dalam darah nifas.
5. Tromboflebitis & Emboli Paru Rasa sakit yang muncul di tempat
tertentu, misalnya perasaan lemah dan hangat di daerah betis atau
paha dengan disertai atau tanpa disertai kemerahan, dengan bengkak
dan nyeri pada saat menggerakkan kaki, kemungkinan tanda adanya
gumpalan darah pada pembuluh darah di kaki. Rasa sakit juga dapat
dirasakan di dada, yang bisa merupakan tanda adanya gumpalan
darah pada paru-paru.
6. Depresi Setelah Persalinan Periode nifas juga merupakan waktu
dimana ibu dapat mengalami stres yang terjadi pasca persalinan,
terutama pada ibu yang baru melahirkan untuk pertama kali. Tanda
adanya depresi pasca persalina antara lain perasaan sedih, kecewa,
sering menangis, gelisah, cemas, kehilangan ketertarikan terhadap
hal menyenangkan, nafsu makan berkurang, kehilangan energi dan
kehilangan motivasi, dan tidak bisa tidur. Depresi ini merupakan
salah satu bahaya masa nifas yang sering tak disadari, padahal
kondisi ini harus diwaspadai karena dapat mempegaruhi ibu
sehingga ibu mungkin akan mengabaikan si bayi.

26
2) Kunjungan Masa Nifas II (Kunjungan Nifas 2 Hari)
Pengkajian
 Mengajukan pertanyaan
- Nyeri abdomen ?
- Tanyakan tentang luka Robekan atau episiotomy?
- Apakah ibu letih, mengantuk, sakit kepala, kehilangan nafsu makan ,
mual dan muntah ?
- Tanyakan apakah ibu mengkonsumsi zat besi ?
- Tanyakan apakah ibu Kesulitan dalam menyusui?
- Tanyakan apakah ibu ada kesulitan dalam merawat bainya?
 Data Subjektif
- Ibu mengatakan masih merasakan kontraksi uterus sampai saat ini.
- Ibu mengatakan bahwa ibu merasakan lemas.
- Ibu mengatakan bahwa perut ibu masih terasa tegang tidak lembek.
- Ibu mengatakan tidak ada bau yang tidak normal saat pengeluaran
darah.
- Ibu mengatakan luka robekan perineum tidak berbau
- Ibu mengatakan bahwa ibu mengkonsumsi tablet zat besi
- Ibu masih kesulitan dalam menyusui anaknya
- Ibu masih belum berani untuk merawat bayinya sendiri
 Data Objektif
- Memeriksa kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri ibu.
- Memeriksa adanya tanda- tanda bahaya pada ibu nifas.
- Memeriksa payudara ibu ada atau tidaknya bendungan asi,
mengajarkan posisi menysui
 Interpretasi Data Dasar
- Diagnosa Ibu post partum hari ke 2 dengan ASI lancar, kondisi lemas
dan mengantuk
- Ibu takut untuk merawat anaknya.
- Penyuluhan tentang posisi menyusui.
- Ibu sudah siap untuk pulang. Penkes ibu sebelum pulang

27
- Ibu kelelahan dan terlihat lemas.
 Kebutuhan Tindakan Segera
Tidak ada
 Rencana Management
- Evaluasi kondisi ibu saat ini.
- Anjurkan ibu melakukan mobilisasi dini.
- Anjurkan ibu slalu menjaga personal hygiene
- Beritahu dan ajari ibu bagaiman merawat anak nya yang benar .jangan
biarkan tali pusat bayi lembab dan tertutup.
- Menganjurkan pada ibu untuk selalu melaksanakan anjuran dari petugas.
- Anjurkan ibu mencukupi istirahat ibu
- Susukan bayi sesering mungkin ,minimal 1x stiap 2 jam
- Beritahu dan ajari ibu bagaiman merawat anak nya yg benar
- Promkes pasien pulang
- Promkes KB
 Implementasi Langsung
- Mengevaluasi kondisi ibu saat ini. Dengan melakukan TTV pada ibu
memeriksa TD,Nadi, Suhu, Pernafasan
- TFU 2 jari dibawah pusat , kontraksi baik.
- Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, misalnya seperti gerakan miring
kiri dan kanan atau duduk di temapt tidur. Atau ibu Sudah mulai berjalan-
jalan disekitar ruanganya dan pergi kekamar mandi sendiri dengan pelan-
pelan dan di pantau oleh tenaga kesehatan atau keluarga ibu
- Anjurkan ibu slalu menjaga personal hygiene , ganti duk ibu jika sudah
penuh dan setiap ibu mandi.
- Anjurkan ibu menganti pakaian dalam yang basah. Serta anjurkan ibu
untuk merjaga kebersihan kewanitaan nya. Dan anjurkan juga ibu
merawat payudaranya , bersihkan payudara ibu sebelum dan sesudah
menyusui bayinya dengan kain hangat dan kain lap yang bersih. Serta
anjurkan ibu memeakai bra yang menyokong payudara ibu.

28
- Beritahu dan ajari ibu bagaiman merawat anak nya yang benar .jangan
biarkan tali pusat bayi lembab dan tertutup. Jika bayi BAK atau BAB
serta lembab oleh BAKnya segera bersihkan bayi dang anti pakaian bayi
yang kering,karena jika bayi tidak terjaga kebersihanya, bayi akan mudah
terserang penyakit n terinfeksi.
- Menganjurkan pada ibu untuk selalu melaksanakan anjuran dari petugas
dengan banyak makan untuk mencukupi nutrisi ibu dan bayi yang
menyusu . mengandung karbohidrat,protein dan berserat tinggi serta
buah-buahan. anjuran dari petugas.Minum 8-10 gelas perhari dan air
hangat dan istirahat cukup.
- Anjurkan ibu mencukupi istirahat seperti apa yang telah diberitahu
kepada ibu sebelumnya
- Susukan bayi sesering mungkin minimal 1x stiap 2 jam supaya
pertumbuhan anak terus tumbuh dan berkembang serta untuk mencegah
bayi dari serangan penyakit (sebagai anti bodi tubuh bayi). Ini dilakukan
selama 6 bulan, hanya ASI saja.
- Beritahu dan ajari ibu bagaiman merawat anak nya yg benar seperti yang
telah diberitahu sebelumnya , jangan biarkan bayi lembab dan basah atau
kotor , serta perawatan tali pusat bayi tetap kering dan tidak boleh di tutup
atau diberi obat-obatan. Mandikan bayi 2 kali sehari jaga kesehatan kulit
bayi dari iritasi baik gata-gatal atau karena basah. Jika bayi panas atau
sakit segera bawa ketenaga kesehatan untuk cepet mandapat pertolongan.
- Promkes pasien pulang . beritahu ibu tentang bahaya masa nifas. Beritahu
ibu tentang kunjungan ulang untuk pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi
ke pelayanan kesehatan serta membawa bayi ke posyandu untuk
mendapatkan imunisasi.
- Promosi kesehatan untuk ibu tentang keluarga berencana dan pemakaian
alat kontrasepsi yang akan di pakai ibu untuk menjarakan kehamilan ibu
dan untuk kesehatan ibu juga.
 Evaluasi

29
- Ibu telah dilakukan pemeriksaan, Ibu mengerti dengan apa yang
disampaikan dan ibu mengerti dengan keadaannya saat ini. Ibu terlihat
tenang. Dan merasa telah pulih dan mulai mampu malukan aktifitas
untuk dirinya dan bayi
- Ibu mengerti dan akan mencukupi nutrisinya dan apa yang diberiakan
petugas rumah sakit tentang makanan ibu, ibu selalu menghabiskanya
dan makan makanan yang diberikan keluarganya. Dan beristirahat .
- Ibu selalu menjaga dan berusaha istirahat cukup disela-sela waktunya
untuk bayi dan keluarga. Ibu bisa mebagi waktunya sendiri.
- Ibu meberikan ASI saja kepada bayinya dan akan meberikan ASI saja
kepada bayi nya selama bulan untuk tumbuh kembang bayinya serta
kesehatan bayi.
- Ibu akan melakukan saran dari petugas dan ibu sudah melakukan peran
nya sebagai orang tua, merawat bayinya tidak kotor dan basah. Serta
selalu menyusukan bayinya hingga bayi tertidur. Dan menjaga kesehatan
bayinya.
- Ibu mengerti dan ibu bisa menyebutkan kembali apa yang harus
dilakukannya untuk kesehatan ibu dan bayinya, dan apa saja tanda
bahaya ibu setelah ibu pulang kerumah. Dan kapan ibu untuk kembali ke
pelayanan kesehatan.
- Ibu menegrti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu akan
mempertimbangkan apa alat kontrasepsi yang di pakainya

 Planning:
1. Bimbingan sebelum pulang
Kebanyakan ibu nifas yang sehat dan bayinya pulang kerumah 2 hari
– 5 hari setelah persalinan. Sebelum memulangkan ibu, bidan/ perawat
seharusnya memberikan informasi dan bimbinganga leaflet-leaflet yang
diperlukan bagi ibu pada saat dirumah.
Informasi dan bimbingan perawatan nifas bidan/perawat dirumah
yang seharusnya di sampaikan mencangkup hal-hal berikut :

30
a. Diet
 Ibu di anjurkan untuk mencukupi :
 Kebutuhan akan makanan yang seimbang, banyak mengandung
protein, makanan berserat dan iir banyak 8-10 gelas perhari
untuk mencegah konstipasi.
 Kebutuhan akan jumlah kalori yang lebih besar perhari untuk
mendukung laktasi.
 Kebutuhan akan makanan yang mengandung zat besi, suplemen
dan asam folat serta vitamin sesuai indikasi.

b. Istirahat
 Ibu dianjurkan untuk :
 Untuk cukup tidur siang dan malam
 Pada saat bayi tidur, ibu ikut tidur/istirahat
 Minta anggota keluarga yang lain untuk mengurusi masak-
memasak, cuci setrika, dll
 Untuk mengusahakan agar pada malam hari segala kebutuhan
bayi dipenuhi.

c. Kebersihan
 Ibu dianjurkan untuk :
 Menjaga agar tetap bersih, segar dan wangi dengan sedikitnya 2
kali sehari, bila perlu menggunakan air hangat.
 Merawat pirenium, vagina, putting susu wajah dan bagian tubuh
lainya.
 Selama 2-3 minggu selalu memakai pembalut wanita
 Menjaga agar pakaian dan tempat tidur tetap bersih
 Mencuci tangan dengan sabun dan air

d. Perawatan Luka Episiotomi


 Ibu diajarkan untuk :

31
 Menganti pembalut setiap buang air besar dan buang air kecil
 Membersihkan daerah kemaluan/vagina dengan cara
berjongkok perlahan-lahan sehingga daerah daerah vagina dapat
bersih secara seluruh.
 Perawatan luka operasi

Bagi ibu yang mengalami operasi seksio caesaria, ibu dianjurkan


untuk :

 Menjaga agar luka operasinya jangan sampai basah atau kotor


 Memperhatikan bila tanda-tanda infeksi seperti warna
kemerahan, bengkak-bengkak, dan tumpah cairan/nanah yang
menembus balutan luka untuk segera menghubungi dokter

e. Latihan
 Ibu dianjurkan untuk :
 Menghindari jalan cepat, jalan mendaki atau menaiki tangga
pada minggu pertama
 Melakukan senam nifas pada minggu kedua jika cairan lokiea
sudah berkurang dan tergantung keadaan ibu

f. Bekerja
 Ibu dianjurkan untuk :
 Menghindari kerja berat
 Mengambil cuti sedikitnya 8 minggu setelah melahirkan bagi
ibu yang bekerja dikantor

g. Hubungan Suami Istri


 Ibu dianjurkan untuk :

32
 Berkonsultasi ke dokter/petugas kesehatan sebelum melakukan
ini atau biasanya dapat dilakukukan setelah 6 minggu bila
vagina telah bersih dan jahitan luka telah sembuh
 Mengatur posisi yang nyaman menggunakan jelly (kalau perlu)
untuk mengurangi rasa nyeri

h. Kontrasespsi
 Ibu dianjurkan untuk :
 Menggunakan alat kontra sepsi sebeluma melakukan hubungan
suami istri
 Memilih alat dan metoda kontra sepsi yang cocok dengan
konsultasi dengan tenaga kesehatan

i. Tanda- Tanda Bahaya


 Ibu dianjurkan untuk :
 Menghubungi bidan atau petugas kesehatan lain bila ada
merasakan ada gangguan atau tanda-tanda bahay setelah nifas
agar mendapatkan asuhan darurat/tindak lanjut
 Kontorl ulang/perjanjian untuk pertemuan berikutnya sangat
penting untuk mengevaluasi perkembangan kesehatan ibu dan
bayi

j. Menambah Pengetahuan
 Ibu dianjurkan untuk :
 Meningkatkan kesehatan mengenai kesehatan ibu dan bayi
dengan memanfaatkan buku, majalah, dan sumber ilmu yang
lain seperti petugas kesehatan dan seminta-seminar tentang
kesehatan ibu dan bayi. (maryunani,2009)

2. Interfensi
a. Evaluasi kondisi ibu saat ini.

33
b. Anjurkan ibu melakukan mobilisasi dini.
c. Anjurkan ibu selalu menjaga personal hygiene.
d. Beritahu dan ajari ibu bagaimana merawat anak yang benar, jangan
biarkan tali pusat bayi lembab dan tertutup.
e. Menganjurkan pada ibu untuk selalu melaksanakan anjuran dari
petugas.
f. Anjurkan ibu mencukup istirahat ibu.
g. Susukan bayi sesering mungkin (on demand) minimal 1x setiap 2 jam.
h. Beritahu dan ajari ibu bagaimana merawat anaknya yang benar.
i. Pronkes pasien pulang.
j. Promkes KB.

3. Implementasi
a. Mengevaluasi kondisi ibu saat ini.
TTV: Nadi, Suhu, Pernafasan
b. TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik.
c. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, misalnya seperti gerakan
miring kiri dan kanan atau duduk di temapt tidur. Atau ibu Sudah
mulai berjalan-jalan disekitar ruanganya dan pergi kekamar mandi
sendiri dengan pelan-pelan dan di pantau oleh tenaga kesehatan atau
keluarga ibu.
d. Anjurkan ibu slalu menjaga personal hygiene , ganti duk ibu jika
sudah penuh dan setiap ibu mandi.
e. Anjurkan ibu menganti pakaian dalam yang basah. Serta anjurkan ibu
untuk merjaga kebersihan kewanitaan nya. Dan anjurkan juga ibu
merawat payudaranya , bersihkan payudara ibu sebelum dan sesudah
menyusui bayinya dengan kain hangat dan kain lap yang bersih. Serta
anjurkan ibu memeakai bra yang menyokong payudara ibu.
f. Beritahu dan ajari ibu bagaiman merawat anak nya yang benar .jangan
biarkan tali pusat bayi lembab dan tertutup. Jika bayi BAK atau BAB
serta lembab oleh BAKnya segera bersihkan bayi dang anti pakaian

34
bayi yang kering,karena jika bayi tidak terjaga kebersihanya, bayi
akan mudah terserang penyakit n terinfeksi.
g. Menganjurkan pada ibu untuk selalu melaksanakan anjuran dari
petugas dengan banyak makan untuk mencukupi nutrisi ibu dan bayi
yang menyusu . mengandung karbohidrat,protein dan berserat tinggi
serta buah-buahan. anjuran dari petugas.Minum 8-10 gelas perhari
dan air hangat dan istirahat cukup.
h. Anjurkan ibu mencukupi istirahat seperti apa yang telah diberitahu
kepada ibu sebelumnya.
i. Susukan bayi sesering mungkin minimal 1x stiap 2 jam supaya
pertumbuhan anak terus tumbuh dan berkembang serta untuk
mencegah bayi dari serangan penyakit (sebagai anti bodi tubuh bayi).
Ini dilakukan selama 6 bulan, hanya ASI saja.
j. Beritahu dan ajari ibu bagaiman merawat anak nya yg benar seperti
yang telah diberitahu sebelumnya , jangan biarkan bayi lembab dan
basah atau kotor , serta perawatan tali pusat bayi tetap kering dan tidak
boleh di tutup atau diberi obat-obatan. Mandikan bayi 2 kali sehari
jaga kesehatan kulit bayi dari iritasi baik gata-gatal atau karena basah.
Jika bayi panas atau sakit segera bawa ketenaga kesehatan untuk cepet
mandapat pertolongan.
k. Promkes pasien pulang . beritahu ibu tentang bahaya masa nifas.
Beritahu ibu tentang kunjungan ulang untuk pemeriksaan kesehatan
ibu dan bayi ke pelayanan kesehatan serta membawa bayi ke posyandu
untuk mendapatkan imunisasi.
l. Promosi kesehatan untuk ibu tentang keluarga berencana dan
pemakaian alat kontrasepsi yang akan di pakai ibu untuk menjarakan
kehamilan ibu.

3) Kunjungan Masa Nifas III (Kunjungan Nifas 6 Hari)

35
Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah
bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
c. Menilai adanya tanda-tanda demam dan mengukur tanda-tanda vital
lainnya.
d. Memastikan kecukupan nutrisi, cairan dan istirahat ibu.
e. Personal Hygiene, terutama putting susu dan perineum.
f. Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu.
g. Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
h. Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada
tanda-tanda bahaya.
i. Perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

Pengkajian kunjungan ke-3 pada masa nifas :


A. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
Mengajukan pertanyaan:
“ Apakah ibu masih merasakan kontraksi diperut ibu dengan baik sampai
saat ini?”
“ Apakah warna darah yang keluar saat ini?”
“ Apakah ada bau yang tidak normal terhadap darah yang keluar?”

 Data Subjektif
- Ibu mengatakan masih merasakan kontraksi uterus sampai saat
ini.

36
- Ibu mengatakan darah yang dikeluarkan berwarna merah
kecoklatan dan terdapat lendir
- Ibu mengatakan tidak ada bau yang tidak normal saat
pengeluaran darah

 Data Objektif
- Memeriksa kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri ibu
Pemeriksaan Tinggi fundus uteri meliputi :

1. Penentuan lokasi/letak uterus.


Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada
diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada
digaris tengah abdomen/bergeser ke salah satu sisi.
Hasil: didapati lokasi fundus berada digaris tengah
abdomen
2. Penentuan ukuran/tinggi uterus.
Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan
dengan menggunakan meteran atau pelvimeter. Untuk
meningkatkan ketepatan pengukuran sebaikanya dilakukan
oleh orang yang sama. Dalam pengukuran tinggi uterus ini
perlu diperhatikan apakah kandung kemih dalam keadaan
kosong atau penuh dan juga bagaimana keadaan uterus
apakah dalam keadaan kontraksi atau rileks. Cara
penempatan meteran untuk mengukur tinggi fundus uteri
(TFU) :
 Meteran dapat diletakkan di bagian tengah abdomen
dan pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas
atas symphisis pubis sampai bagian atas fundus.
Meteran pengukuran ini menyentuh kulit sepanjang
uterus.

37
 Salah satu ujung meteran diletakkan di batas atas
symphisis pubis dengan satu tangan, tangan lain
diletakkan di batas atas fundus. Meteran diletakkan di
antara jari telunjuk dan jari tengah dan pengukuran
dilakukan sampai titik dimana jari mengapit meteran.

Hasil: didapati tinggi fundus pada hari keenam ini


adalah 2 jari diatas simpisis.
3. Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba
sekeras batu dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa
mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan
masasse pada uterus. Dalam mengkaji konsistensi
perhatikan juga apa ada rasa nyeri. Bila uterus mengalami
atau terjadi kegagalan dalam involusi tersebut disebut
subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan infeksi dan
tertinggalnya sisa plasenta dalam uteus sehingga proses
involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau
terlambat, bila sub involusi uterus tidak ditangani dengan

38
baik, akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau
post partum hemorrhage.
Ciri – ciri sub involusi atau proses involusi yang
abnormal diantaranya: tidak secara progresif dalam
pengembalian ukuran uterus. Uterus teraba lunak dan
kontraksi buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada
pelvik yang konsisten, perdarahan pervaginam abnormal
seperti perdarahan segar, lokia rubra banyak, persisten dan
berbau busuk.
4. Prosedur Pengkajian Tinggi Fundus Uteri
Persiapan alat :
 Sebuah bantal
 Matras atau Tempat tidur
 Pita centimeter

Persiapan dan pemeriksaan pasien:

1. Ibu diminta untuk berkemih terlebih dahulu.


2. Posisikan ibu datar di tempat tidur dengan kepala
diletakkan pada posisi yang nyaman dengan sebuah
bantal.
3. Tentukan kekerasan dan konsistensi uterus.
4. Ukur tinggi fundus uteri dengan menggunkan metlin
5. Catat hasil pengukuran.
5. Memeriksa warna lochea yang dikeluarkan
Hasil: Terdapat Lokia sanguilenta yang berwarna merah
kecoklatan, berisi darah dan lendir
6. Memeriksa bau dari lochea
Terdapat bau lokea yang normal yaitu bau amis/anyir
hampir mirip dengan bau menstruasi tetapi tidak terlalu
menyengat.

39
Hasil: didapati bau lokea yang normal dan tidak
berbau busuk

 Interpretasi Data
E. Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan Fundus uteri berada ditengah abdomen.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan Tinggi Fundus Uteri setinggi 2 jari diatas
simpisis.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan warna lochea merah kecokelatan atau
lochea sanguinolenta dan tidak terdapat bau busuk pada lochea.
F. Masalah
Tidak ada
G. Diagnosa Potensial
Tidak ada
H. Tindakan segera
Tidak ada
 Perencanaan
4. Beritahu ibu tentang kondisinya
5. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
6. Beritahu ibu tentang kenormalan hasil pemeriksaan
 Pelaksanaan
4. Memberitahu ibu bahwa kondisinya baik
5. Beritahu ibu tentang
TFU : 2 jari diatas simpisis
Lochea :Berwarna merah kecokelatan (lochea sanguinolenta)
dan tidak terdapat bau yang abnormal pada lochea
tersebut.

40
6. Beritahu ibu, bahwa semua yang didapati pada hasil
pemeriksaan lochea dan TFU ibu sesuai dengan kenormalan
pada nifas hari keenam.
 Evaluasi
4. Ibu memahami bahwa kondisinya dalam keadaan baik
5. Ibu memahami dari hasil pemeriksaan yang didapati
6. Ibu merasa tidak cemas lagi terhadap hasil pemeriksaan yang
didapati.

B. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan


tanda-tanda penyulit.
Mengajukan pertanyaan :
“Apakah ibu mengalami keluhan dalam hal menyusui?”
“Apakah payudara ibu mengalami pembengkakan dan terdapat rasa
sakit?”
 Data Subjektif
- Ibu mengatakan belum terlalu mengerti posisi menyusui dan
perlekatan saat menyusui yang benar.
- Ibu mengatakan payudaranya mengalami pembengkakan.

 Data Objektif
- Melakukan pemeriksaan terhadap payudara
 Terdapat payudara yang sedikit bengkak akibat pemberian ASI
yang tidak kontinui.
 Terdapat nyeri tekan saat dipalpasi.
 Terdapat puting susu yang agak lecet
- Meminta ibu untuk menyusui bayinya dan sekaligus mengobservasi
bagaimana teknik menyusui yang ibu lakukan.
 Terdapat teknik menyusui yang kurang benar
 Interpretasi Data
A. Diagnosa Kebidanan

41
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan kurangnya tingkat pengetahuan tentang
teknik menyusui yang benar.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan terdapat bendungan ASI.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan puting susu yang lecet.
B. Masalah
- Teknik Menyusui yang kurang benar
- Teknik Perlekatan yang kurang benar sehingga menimbulkan
puting susu yang lecet
- Posisi menyusui yang kurang benar
- Payudara yang bengkak akibat bendungan ASI
C. Diagnosa Potensial
Bendungan ASI
D. Tindakan segera
- Lakukan perawatan payudara
- Konseling
 Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan
yang telah dilakukan.
2. Jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami.
3. beritahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini.
4. beritahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini.
5. Beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan.
6. Ajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara.
7. Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik.
8. Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara.

 Pelaksanaan

42
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan
pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu
mengalami bendungan ASI.
2. Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI
yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga
kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa
nyeri serta ASI tidak keluar.
3. Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini
adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan
diberikan pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu
rasakan.
4. Memberitahu ibu tentang teknik perlekatan yang benar
Teknik Perlekatan yang benar saat menyusui

5. Beritahu ibu tentang posisi menyusui yang benar


Posisi menyusui yang benar

43
6. Memberitahu dan melakukan teknik perawatan payudara dan
massase payudara
Massase Payudara
1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.
2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah
putting susu selama 2 menit (10kali) untuk masing-masing
payudara.
3) Handuk bersih 1-2 buah.
4) Air hangat dan air dingin dalam baskom.
5) Waslap atau sapu tangan dari handuk.

Langkah-langkah pengurutan payudara:

a. Pengurutan yang pertama Licinkan kedua tangan dengan


minyak tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua
payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah atas lalu
arah sisi samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan
terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua
tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali
untuk setiap satu payudara.
b. Pengurutan yang kedua Menyokong payudara kiri dengan
tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan mulai
dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu.
Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking

44
dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan gerakan 20-30
kali.
c. Pengurutan yang ketiga Menyokong payudara dengan satu
tangan, sedangkan tangan lain mengurut dan menggenggam
dari pangkal menuju ke putting susu.
d. Langkah gerakan 20-30 kali.

Pengompresan Alat-alat yang disiapkan:

a. 2 buah kom sedang yang masing-masing diisi dengan air


hangat dan air dingin.
b. 2 buah waslap.

Langkah Kerja:

Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit,


kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit.
Kompres bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan
kompres air hangat.

 Evaluasi
1. Ibu telah mengerti tentang kondisinya
2. Ibu telah mengetahui dan memahami teknik menyusui dan posisi
perlekatan
3. Ibu telah mengetahui tentang perawatan,massase, dan
pengompresan payudara.

C. Menilai adanya tanda-tanda demam dan mengukur tanda-tanda vital


lainnya.
Mengajukan pertanyaan:
“ Apakah ibu pernah mengalami demam setelah proses persalinan?”
 Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami demam selama masa nifas ini.
 Data Objektif

45
- Melakukan pengukuran suhu ibu saat kunjungan ini.
Terdapat suhu ibu 36,5◦c, suhu ibu masih dalam batas normal.
- Melakukan pengukuran tanda-tanda vital ibu.
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 60 kali/menit
Pernapasan : 16 kali/menit
 Interpretasi data
A. Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan tanda-tanda vital normal.
B. Masalah
Tidak ada
C. Diagnosa Potensial
Tidak ada
D. Tindakan segera
Tidak ada tindakan segera
 Perencanaan
Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu
 Pelaksanaan
Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu baik dan tidak ada
ketidaknormalan dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

D. Memastikan kecukupan nutrisi, cairan dan istirahat ibu.


Mengajukan pertanyaan:
“ Bagaimana makanan yang dikonsumsi ibu selama masa nifas ini?”
“Bagaimana kebutuhan cairan ibu selama masa nifas ini?”
“Bagaimana istirahat ibu selama masa nifas ini? Apakah sudah
tercukupi?”
 Data Subjektif

46
- Ibu mengatakan selama masa nifas ini makan dengan menu yang
sudah dijadwalkan setiap harinya dan sudah disesuaikan dengan gizi
kebutuhan ibu.
- Ibu mengatakan meminum air setiap harinya sebanyak 8 gelas
ukuran 500ml sehari.
- Ibu mengatakan kebutuhan istirahatnya tercukupi, walaupun sedikit
berkurang dari sebelum memiliki bayi.
 Data Objektif
- Memeriksa jadwal menu makanan khusus yang ibu buat apakah
sudah sesuai gizi yang ibu butuhkan.
No. Pagi Siang Malam Camilan
- Roti 3 lembar
- 6 sendok makan
dengan mentega
nasi - 4 sendok makan - buah
dan keju atau
- sayur ( sayur nasi - biskuit/crackers
- Sandwich (
1 bayam, kangkung, - sayur - Jus buah
berisi daging,
brokoli,dll) atau -ikan/daging/ayam Roti gandum
sayur dan keju)
- sup
- Susu sapi 500ml
-ikan/daging/ayam

- Memeriksa keadaan kulit, kulit dahi dan mulut/bibir ibu.


Dahi : tidak terdapat ‘finger print’ pada kulit dahi.
Kulit : tidak terdapat sisik atau kulit yang kering
Bibir : tidak terdapat bibir yang pecah-pecah atau bibir yang
kering.
- Memeriksa keadaan fisik ibu.
Ibu tidak terlihat lelah atau lesu dan tidak terdapat mata yang
berkantung karena kurang istirahat.
 Interpretasi data
A. Diagnosa Kebidanan

47
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan menu makanan yang sudah terjadwalkan
dengan baik.
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan kebutuhan cairan yang terpenuhi dengan
baik.
B. Masalah
Tidak ada
C. Diagnosa Potensial
Tidak ada
D. Tindakan segera
Tidak ada
 Perencanaan
1. Memberitahu tentang hasil pemeriksaan menu makan ibu.
2. Memberitahu tentang hasil pemeriksaan cairan yang dikonsumsi
ibu.
3. Memberitahu ibu tentang kondisi fisik ibu.
 Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa menu makanan yang ibu konsumsi sangat
baik
2. Memberitahu Ibu bahwa ia tidak mengalami dehidrasi karena
setiap hari meminum 4 liter air, dan itu sudah mencukupi
kebutuhan cairan ibu dalam sehari.
3. Memberitahu ibu bahwa tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau
kelelahan sesuai dengan pemeriksaan fisik ibu.
 Evaluasi
Ibu memahami setiap apa yang diberitahu tentang kondisinya dan menu
makanannya
E. Personal hygiene, terutama pada putting susu dan perineum.
Mengajukan pertanyaan:
“ Bagaimana personal hygiene ibu”

48
“Berapa kali ibu mandi setiap hari?”
“Bagaimana cara membersihkan payudara ibu?”
“Bagaimana cara ibu menjaga kebersihan vulva dan perineum?”
 Data Subjektif
- Ibu mengatakan mandi dan mengganti pakaian setiap harinya
sebanyak 2 atau 3 kali sehari.
- Ibu mengatakan membersihkan payudaranya dengan air hangat
setelah menyusui dan saat mandi.
- Ibu mengatakan mengganti pembalut 3 kali sehari dan
membersihkan vagina serta daerah perineumnya setiap kali habis
BAK/BAB dan saat mandi.
 Data Objektif
- Memeriksa pakaian yang dipakai ibu apakah menyerap keringat atau
tidak.
Ibu memakai pakaian yang berbahan cotton, dan menyerap keringat.
- Memeriksa Personal Hygiene ibu
 Kebersihan rambut : rambut ibu bersih, tidak ada lesi dan
tidak berminyak.
 Kebersihan tubuh : ibu tidak memiliki bau badan yang
tidak sedap.
 Kebersihan payudara : payudara ibu bersih dan kulit
payudara tidak kering.
 Kebersihan vulva : tidak terdapat infeksi pada vulva dan
tidak terdapat bau yang tidak sedap.
 Interpretasi data
A. Diagnosa Kebidanan
- Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan personal higiene yang baik.
B. Masalah
Tidak ada
C. Diagnosa Potensial

49
Tidak ada
D. Tindakan segera
Tidak ada
 Perencanaan
1. Memberitahu ibu tentang personal higienenya
2. Memberitahu ibu tentang kebersihan perineumnya
3. Memberitahu Ibu tentang kebersihan payudaranya
 Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa personal higiennya sudah baik dan bagus
2. Memberitahu ibu bahwa perineumnya dalam keadaan bersih
3. Memberitahu ibu bahwa payudaranya dalam keadaan bersih
 Evaluasi
1. Ibu memahami bahwa ia harus melakukan perawatan sesuai
dengan perawatan yang selalu ia lakukan, karena sudah benar.

F. Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi
ibu.
Mengajukan pertanyaan:
“Apakah ibu sudah melakukan senam kegel untuk mengencangkan otot-otot
panggul bagian bawah?”
“Apakah ibu sudah mengetahui cara melakukan senam kegel?”
 Data Subjektif
Ibu mengatakan belum pernah melakukan senam kegel dan tidak
mengetahui bagaimana senam kegel itu.
 Data Objektif
- Menurunnya kekuatan otot ibu, terutama saat ingin BAK, membuat
ibu kadang kurang bisa mengontrol BAK dan seperti rasa ingin
berkemih tetapi tidak bisa.
 Interpretasi Data
A. Diagnosis Kebidanan

50
Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan dengan Retensio Urine Postpartum
B. Diagnosa Potensial
Retensio Urine Postpartum
 Perencanaan
1. Memberitahu sebab ibu mengalami masalah dalam BAK
2. Memberitahu ibu apa yang dialami
3. Memberitahu ibu cara menangani masalahnya
 Pelaksanaan
1. Memberitahu sebab ibu mengalami masalah pengontrolan urine
dikarenakan memang suatu perubahan yang fisiologis yang
terjadi pada ibu postpartum, biasanya terjadi beberapa jam
sampai beberapa hari postpartum dan jika terjadi pada pasien
yang mengalami kelahiran normal sebagai akibat dari peregangan
atau trauma dari dasar kandung kemih .
2. Memberitahu ibu bahwa yang ia alami adalah retensio urine yaitu
keadaan dimana ibu merasa ingin berkemih tetapi tidak dapat
mengosongkan kandung kemih dengan mudah.
3. Memberitahu ibu cara menangani masalahnya dengan
memperbanyak latihan senam kegel, agar otot-otot ibu dapat
kembali seperti semula.
 Evaluasi
- Ibu memahami penyebab dari penyebab dari masalah BAK yang
dialaminya
- Ibu memahami cara latihan senam kegel

G. Mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues dan dukungan


keluarga pasca melahirkan.
Mengajukan pertanyaan:
“Apakah ibu mengalami kecemasan dalam mengurus bayi?”
“Apakah ibu merasakan senang atau sedih dalam mengurus bayi?”

51
“Apakah ibu merasa kurang percaya diri dalam mengurus bayi?”
“Apakah ibu merasakan kekhawatiran yang tidak jelas selama masa nifas
ini?”
“Bagaimana dukungan suami dan keluarga terhadap kelahiran bayi ibu?”
 Data Subjektif
- Ibu mengatakan merasa senang dan bahagia terhadap kelahiran
bayinya dan tidak merasakan perasaan yang khawatir atau gelisah
selama mengurus bayi.
- Ibu mengatakan sedang belajar untuk merawat bayinya dengan
baik.
- Ibu mengatakan suami dan keluarga memberikan dukungan penuh
dan mengerti keadaannya.
- Ibu mengatakan suami dan keluarga membantu dalam merawat
bayi.
 Data Objektif
- Memeriksa keadaan fisik ibu
 Ibu terlihat bahagia dan senang saat menceritakan
kebahagiannya memiliki bayi.
 Ibu terlihat antusias saat menceritakan dukungan keluarga dan
suami selama masa nifas ini
 Tidak terlihat raut kesedihan dan kegelisahan di wajah ibu.
 Interpretasi Data
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan keadaan psikologi baik setelah kelahiran.
B. Diagnosa Potensial
Tidak ada
 Perencanaan
1. Memberitahu ibu tentang kondisinya
2. Memberitahu ibu kondisi apa yang harus ia pertahankan
 Pelaksanaan

52
1. Beritahu ibu bahwa kondisinya sangat baik, karena ibu merasa
senang dalam merawat bayinya dan tidak merasa khawatir atau
kesulitan dalam mengurus bayi.
2. Beritahu ibu bahwa kondisi ibu seperti ini harus dipertahankan, ibu
harus terus menikmati setiap moment dalam merawat bayinya agar
tidak menimbulkan postpartum blues dan depresi postpartum
blues.
 Evaluasi
Ibu dapat memahami bahwa ia harus mempertahankan kondisinya
yang seperti ini agar tidak menimbulkan postpartum blues atau sampai
ke depresi postpartum.

H. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas


Mengajukan pertanyaan:
“Apakah ibu sudah mengetahui tanda bahaya pada masa nifas?”
“Apakah ibu sudah mengetahui kapan menghubungi bidan atau petugas
kesehatan saat terjadi tanda bahaya?”
 Data Subjektif
- Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda bahaya pada masa
nifas dan sudah mengetahui kapan waktu ia harus menghubungi
bidan atau petugas kesehatan.
 Data Objektif
- Memastikan ibu apakah benar mengetahui tanda-tanda bahaya apa
saja yang terjadi pada masa nifas.
- Meminta ibu untuk menyebutkan tanda bahaya pada masa nifas.
Ibu hanya mengetahui dan menyebutkan beberapa beberapa tanda
bahaya pada masa nifas.
 Perencanaan
1. Memberitahu ibu beberapa tanda bahaya pada masa nifas
2. Mengevaluasi ibu
 Pelaksanaan

53
1. Menyebutkan beberapa tanda bahaya yang ibu harus ketahui
selama masa nifas, seperti:
Tanda dan gejala adanya infeksi pada masa nifas:
a. Suhu tubuh ibu yang tinggi atau lebih dari 38◦C secara tiba-tiba
dan berturut-turut selama 2 hari.
b. Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan,
di area abdominal bawah usai beberapa hari melahirkan.
c. Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah
beberapa hari pertama.
d. Depresi selama masa nifas
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada
penderita depresi postpartum adalah: Perasaan sedih dan kecewa,
sering menangis, merasa gelisah dan cemas, kehilangan
ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan, nafsu makan
menurun, kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan
sesuatu, tidak bisa tidur (insomnia).

Gejala :
1. Tekanan darah naik atau turun
2. Lemah
3. Anemia
4. Napas pendek atau cepat
5. Nafsu makan turun
6. Kemampuan berkonsentrasi kurang
7. Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong
8. Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak se
orang pun mengerti
9. Serangan cemas
10. Merasa takut
11. Berpikir obsesif
12. Hilangnya rasa takut
13. Control terhadap emosi hilang

54
14. Berpikir tentang kematian
e. Payudara bengkak
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat
menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, dan
akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya
kuman dan terjadinya payudara bengkak. BH/bra yang terlalu ketat
mengakibatkan engorgement segmental. Bila payudara ini tidak
disusukan dengan adekuat, dapat terjadi mastitis. Kelainan pada
payudara pada masa nifas diantaranya:
 Bendungan ASI.
Disebabkan oleh pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan
secara sempurna atau karena kelainan pada puttingsusu. Keluhan
mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat.Penanganan sebaiknya dimulai sejak hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegahterjadinya kelianan-kelainan.
Bila terjadi juga berikan terapi simtomatis untuk sakitnya
(analgetika), sebelum menyusukan pengurutan dahulu atau
dipompa sehingga sumbatan hilang.
 Mastitis dan abses mamae.
Adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan
kuman, terutama staphylococcus aureus melalui luka pada putting
susu, atau melalui peredaran darah. Mastitis yang tidak segera
diobati akan menyebabkan abses payudara yang bisa pecah
ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhan
nya adalah payudara membesar, keras, nyeri kulit memerah, dan
membisul (abses), dan akhirnya pecah dengan borok serta
keluarnya cairan nanah bercampur dengan air susu.Ibu yang
dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami
infeksi. Gejala gangguan ini meliputi:
o Bengkak dan nyeri pada seluruh payudara atau lokal

55
o Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
o Payudara keras dan berbenjol-benjol
o Panas badan dan rasa sakit Masih terdapat darah yang
berwarna merah segar (lochea rubra) setelah hari ke 3.
f. Terdapat Lochea yang berbau busuk dan lochea bernanah (lochea
purulenta), disertai nyeri perut bagian bawah kemungkinan
diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi radang
miometrium setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu, metritis ini terjadi setelah endometritis terlebih
dahulu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
abses pelvik, peritonitis, syok septik
g. Uterus tidak berkontraksi dengan baik atau terasa lembek.
h. Nyeri perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi
nifas seperti: Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari
seluruh kematian karena infeksi.Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium yang merupakan pembungkus visera dalamrongga perut.
Menurut Rustam Mochtar (2012) gejala klinis peritonitis dibagi 2
yaitu :
a. Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis. Tanda dan gejalanya
demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik,
pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada
abses.
b. Peritonitis umum. Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat
dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin,
anorexsia, kadang-kadang muntah.
i. Pusing dan Lemas yang berlebih
Menurut Manuaba (2007), pusing merupakan tanda bahaya pada
nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah. Pusing
dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila

56
kadar haemoglobin 9. Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-
tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya
istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.
j. Sakit kepala hebat dan penglihatan kabur.
Sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit
kepala yang hebat disebabkan karena terjadinya edema pada otak dan
meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat,
yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan
gangguan penglihatan.
k. Pembengkakan wajah atau ekstermitas
Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan
pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau
kaki mengalami oedema Udem adalah tertimbunnya cairan dalam
jaringan , akibat adanya gannguan keseimbangan.
l. Nyeri berkemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
saluran kemih. Kejadianinfeksi saluran kemih pada masa nifas
relative tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih
akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam
yang sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau katerisasi yang
sering.

Tanda dan Gejala

Tanda-tanda ISK tidak khas, sebagian diantaranya bahkan tanpa


gejala. Biasanya, keluhanyang sering dijumpai antara lain:
 Nyeri saat kencing (disuria)
 Kencing sedikit-sedikit dan sering (polakisuria) dalam bahasa
jawa: anyang-anyangen
 Nyeri di atas tulang kemaluan atau perut bagian bawah
(suprapubik)

57
 Evaluasi
Ibu mengerti dan bisa mengulang terhadap apa yang disebutkan
mengenai tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
I. Perjanjian untuk kunjungan berikutnya.

Mengajukan pertanyaan:

“Apakah ibu sudah mengetahui kunjungan berikutnya setelah kunjungan


ini?”

 Data Subjektif
Ibu belum mengetahui kapan kunjungan berikutnya.
 Data Objektif
- Menjelaskan kepada ibu bahwa kunjungan berikutnya akan
dilakukan 1 minggu setelah ini atau dilakukan 2 minggu setelah
persalinan, karena ada pemeriksaan yang akan dilakukan kembali
pada kunjungan ketiga tersebut.
 Interpretasi data
A. Diagnosa kebidanan
Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari
ke 6 normal dengan

4) Kunjungan Masa Nifas IV (Kunjungan Nifas 2 Minggu)

Kunjungan ketiga dilakukan setelah dua minggu setelah persalinan, dimana untuk
teknis pemeriksaannya sama seperti dengan pemeriksaan pada kunjungan yang
kedua.
Untuk lebih jelasnya tujuan kunjungan ketiga yaitu :
1. Memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan yang aman
2. Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusui tanpa kesulitan dan bertambah
berat badannya
3. Memastikan bahwa ikatan batin antara ibu dan bayi sudah terbentuk

58
4. Memprakarsai penggunaan kontrasepsi
5. Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk kontrol ke rumah sakit/rumah
bersalin atau posyandu
Pengkajian kunjungan ke-3 pada masa nifas :
Mengajukan pertanyaan:
“Bagaimana perasaan ibu termasuk suasana hati dan perasaan menjadi orang
tua ?”
“Apakah ibu ada masalah dalam menyusui?”
“Apakah ibu mengalami perubahan berat badan?”
“Apakah ada kesulitan dalam buang air kecil atau buang air besar?”
“Apakah ibu mengkonsumsi zat besi?”
“Apakah yang ibu makan?”
“Berapa sering ibu makan?”
“Apakah Ibu merasa letih, mengantuk, sakit kepala, kehilangan nafsu
makan?”
“Apakah ibu merasakan demam dan kesulitan tidur?”
“Apakah payudara ibu sangat sakit pada saat disentuh dan terjadi
pembengkakan?”
“Apakah ibu sudah melakukan senam kegel untuk mengencangkan otot-otot
panggul bagian bawah?”
“Apakah ibu sudah mengetahui cara melakukan senam kegel?”

““Apakah ibu sudah mengetahui kunjungan berikutnya setelah kunjungan


ini?”

 Data Subjektif
- Ibu mengatakan bahwa ibu merasa senang setelah melahirkan bayinya
- Ibu mengatakan masih ada masalah dalam menyusui yaitu payudara
agak sedikit bengkak, nyeri pada payudara
- Ibu mengatakan mengalami perubahan berat badan menjadi naik 1 kg
yaitu dari 72 kg ke 73 kg

59
- Ibu mengatakan tidak mengalami kesulitan pada Buang Air Kecil dan
Buang Air Besar
- Ibu mengatakan bahwa ibu mengkonsumsi tablet fe sebanyak 1x1 hari
- Ibu mengatakan bahwa ibu memakan roti 3 lembar dengan mentega dan
keju atau sandwich yang berisi daging, sayur dan keju serta meminum
susu sapi 500ml (Pagi), 5 sendok makan nasi dengan sayur bayam,
kangkung, brokoli atau sup dengan lauk ikan/daging/ayam serta minum
segelas sedang air putih (Siang), 4 sendok makan nasi, sayur bayam
dengan lauk ikan/daging/ayam serta minum segelas sedang air putih
(Malam), cemilan berupa buah, biskuit (crackers) dan roti gandum serta
minum jus buah
- Ibu mengatakan bahwa ibu tidak mengalami kehilangan nfsu makan
malah bertambah nafsu makannya, tidak mengalami letih
- Ibu mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur
- Ibu mengatakan mengalami sedikit pembengkakan pada payudara ibu
dan terasa nyeri pada saat ditekan
- Ibu mengatakan bahwa ibu belum pernah melakukan senam kegel
- Ibu mengatakan bahwa ibu sudah mengetahui cara senam kegel tetapi
tidak pernah melakukannya
- Ibu mengatakan belum mengetahui kapan kunjungan berikutnya
 Data Objektif
- Melakukan pemeriksaan terhadap payudara
 Terdapat payudara yang sedikit bengkak akibat pemberian ASI yang
tidak kontinui
 Terdapat nyeri tekan saat dipalpasi
 Terdapat puting susu yang agak lecet
- Meminta ibu untuk menyusui bayinya dan sekaligus mengobservasi
bagaimana teknik menyusui yang ibu lakukan :
 Terdapat teknik menyusui yang kurang benar

Teknik Perlekatan yang Benar Saat Menyusui

60
Posisi menyusui yang benar

- Melakukan pengukuran suhu ibu saat kunjungan ini.

61
Terdapat suhu ibu 36,5◦c, suhu ibu masih dalam batas normal.
- Melakukan pengukuran tanda-tanda vital ibu.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 70 kali/menit
Pernapasan : 18 kali/menit
- Memeriksa jadwal menu makanan khusus yang ibu buat apakah sudah
sesuai gizi yang ibu butuhkan.
N
o Pagi Siang Malam Camilan
.
- Roti 3
- 5 sendok
lembar
makan
dengan
nasi
mentega - 4 sendok
- sayur
dan keju makan - buah
bayam,
atau nasi -
kangkung,
- - sayur biskuit/cra
brokoli
Sandwic - ckers
1 atau
h ( berisi ikan/dagin - Jus buah
- sup
daging, g/ayam Roti
-
sayur dan Segelas gandum
ikan/dagin
keju) sedang air
g/ayam
- Susu putih
Segelas
sapi
sedang air
500ml
putih

- Memeriksa keadaan kulit, kulit dahi dan mulut/bibir ibu.


Dahi : tidak terdapat ‘finger print’ pada kulit dahi.
Kulit : tidak terdapat sisik atau kulit yang kering
Bibir : tidak terdapat bibir yang pecah-pecah atau bibir yang kering.

62
Ibu tidak mengalami dehidrasi karena setiap hari meminum 4 liter air, dan
itu sudah mencukupi kebutuhan cairan ibu dalam sehari.
- Memeriksa keadaan fisik ibu.
Ibu tidak terlihat lelah atau lesu dan tidak terdapat mata yang berkantung
karena kurang istirahat.
- Memeriksa pakaian yang dipakai ibu apakah menyerap keringat atau tidak.
Ibu memakai pakaian yang berbahan cotton, dan menyerap keringat.
- Memeriksa Personal Hygiene ibu
 Kebersihan rambut : rambut ibu bersih, tidak ada lesi dan tidak
berminyak.
 Kebersihan tubuh : ibu tidak memiliki bau badan yang tidak
sedap.
 Kebersihan payudara : payudara ibu bersih dan kulit payudara tidak
kering.
 Kebersihan vulva : tidak terdapat infeksi pada vulva dan tidak
terdapat bau yang tidak sedap.
- Menurunnya kekuatan otot ibu, terutama saat ingin BAK, membuat ibu
kadang kurang bisa menahan BAK.
- Memeriksa keadaan fisik ibu
 Ibu terlihat bahagia dan senang saat menceritakan kebahagiannya
memiliki bayi.
 Ibu terlihag antusias saat menceritakan dukungan keluarga dan suami
selama masa nifas ini
 Tidak terlihat raut kesedihan dan kegelisahan di wajah ibu.
- Memastikan ibu apakah benar mengetahui tanda-tanda bahaya apa saja
yang terjadi pada masa nifas.
- Meminta ibu untuk menyebutkan tanda bahaya pada masa nifas.
- Menjelaskan kepada ibu bahwa kunjungan berikutnya akan dilakukan 8
hari setelah ini atau dilakukan 6 minggu setelah persalinan, karena ada
pemeriksaan yang akan dilakukan kembali pada kunjungan keempat
tersebut.

63
 Interpretasi Data
- Diagnosa Kebidanan
Ny. “A” umur 22 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas minggu ke 2
dengan keadaan umum baik
- Masalah
Payudara ibu sedikit bengkak, puting susu lecet dan nyeri tekan pada
payudara
- Kebutuhan
Melakukan perawatan payudara, massase payudara dan kompres air
hangat

 Perencanaan dan Evaluasi


- Memberitahu ibu hasil pemeriksaan fisik
Evaluasi : (ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
- Menganjurkan ibu istirahat cukup untuk memulihkan keadaan
Evaluasi : (ibu mengerti dan mau beristirahat)
- Menjelaskan kepada ibu akibat kurang istirahat akan mengurangi
produksi ASI dan memperbanyak perdarahan yang dapat menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
Evaluasi : (Ibu mengerti penjelasan dan mau istirahat cukup)
- Memberikan penjelasan mengenai manfaat ASI yang mengandung
bahan-bahan, zat antibodi yang sangat diperlukan oleh bayi, mudah
dicerna, memberikan perlindungan terhadap infeksi, selalu segar,
bersih, siap untuk minum dan hemat biaya serta ibu untuk tidak
memberikan makanan tambahan atau susu formula sampai bayi berusia
6 bulan, sehingga ibu rutin memberikan ASI.
Evaluasi : (Ibu mengerti penjelasan dan mau memberikan ASI)
- Memberikan konseling tentang perawatan payudara yaitu menjaga
payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu dengan cara
membersihkan payudara 2x sehari setiap mandi menggunakan baby oil,
menggunakan bra yang menyokong payudara, apabila puting susu lecet

64
oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar payudara setiap
kali selesai menyusui serta melakukan pengurutan seperti yang
diajarkan untuk memperlancar ASI keluar
Evaluasi : (Ibu mengerti dan mau melakukannya)
- Mengajarkan ibu untuk massase payudara dan menjelaskan fungsi dari
massase payudara
Evaluasi : (ibu mengerti dan mau melakukan massase payudara)
- Mengajarkan ibu untuk mengompres payudara dengan air hangat untuk
mengurangi rasa nyeri pada payudara
Evaluasi : (ibu mengerti dan mau mengulangi mengompres
payudaranya)
- Memberitahu ibu untuk makan yang banyak dan bergizi seperti lauk
pauk dan sayur-sayuran agar produksi air susu ibu tetap banyak dan ibu
juga harus banyak minum air putih setiap kali ingin menyusui serta agar
tidak dehidrasi
Evaluasi : (Ibu mengerti dan mau melakukannya)
- Memberikan ibu terapi tambah darah pencegahan perdarahan dan
memperlancar ASI
Evaluasi : (Ibu mengatakan mau meminumnya)
- Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada 4 minggu ke
depan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi baik, tidak ada perdarahan, menilai adanya tanda-tanda
infeksi, demam atau perdarahan abnormal serta pemakaian KB secara
dini
Evaluasi : (Ibu mau melakukan kunjungan ulang)

 Penatalaksanaan
- Melakukan pemeriksaan fisik terhadap ibu :
a. Tanda- Tanda Vital
1) Tekanan Darah

65
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistol dan diastol, yang kembali secara
spontan tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari bidan
bertanggung jawab mengkaji risiko preeklampsi pascapartum,
komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan
tekanan darah signifikan.
2) Suhu
Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama
periode intepartum dan stabil dalam 2 minggu pascapartum.
 Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali
normal selama beberapa jam pascapartum. Haemoragi, demam
selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
memengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi di atas 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan
adanya infeksi atau haemoragi pascapartum lambat.
 Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal selama 2 minggu
pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi- kondisi seperti kelebihan
cairan, seperti eksaserbasi asma dan emboli paru.
 Kepala, Wajah, dan Leher
Periksa ekspresi wajah, adanya oedema, sklera dan konjungtiva
mata, mukosa mulut, adanya pembesaran limfa, pembesaran
kelenjar thiroid dan bendungan vena jugularis.
 Dada dan Payudara
Auskultasi jantung dan paru- paru sesuai indikasi keluhan ibu,
atau perubahan nyata pada penampilan atau tanda- tanda vital.
Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan dan integritasi puting, posisi bayi pada payudara,

66
adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu, dan adanya
sumbatan duktus, kongesti dan tanda- tanda mastitis potensial.
 Genetalia dan Perineum
Setelah persalinan, vagina meragang dan membentuk lorong
berinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan
mengecil, tapi jarang kembali ke ukuran nullipara. Terkadang
pada persalinan lama ditemukan oedema dan memar pada dinding
vagina. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga. Hymen
muncul sebagai beberapa potongan kecil, merupakan ciri khas
pada wanita yang pernah melahirkan.
 Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan
atau panas pada betis adanya tanda homan, refleks. Tanda homan
didapatkan dengan meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan
lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus.
Dorsifleksi tungkai tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka
tanda homan positif..
 Uterus
Setelah janin lahir, fundus uteri kira- kira setinggi pusat. Segera
setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat.
Pada hari ke-5 post partum, uterus kurang lebih setinggi 7 cm di
atas simpisis. Dinding uterus kurang lebih 5 cm, sedangkan pada
bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian
bekas implantasi plasenta merupakan penangan suatu luka yang
kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah
persalinan. Otot- otot uterus berkontraksi setelah post partum.
Pembuluh- pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan.
 Kandung Kemih

67
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan,
karena refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh
tekanan pada kandung kemih selama melahirkan. Ibu mungkin
merasa kurang nyaman ketika diuresis muncul setelah
melahirkan. Kehamilan menyebabkan dilatasi dan peregangan-
peregangan pelvis renalis dan ureter, tetapi akan kembali normal
pada minggu keempat. Jika terjadi incontinencia urine, sehingga
ibu tidak berkemih selama 6 jam pertama, maka diperlukan
katerisasi. Relaksasi otot kandung kemih baru menghilang setelah
waktu 3 minggu.
- Memberikan penkes mengenai istirahat cukup
untuk memulihkan keadaan dan menjelaskan kepada ibu akibat kurang
istirahat akan mengurangi produksi ASI dan memperbanyak perdarahan
yang dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
- Memberikan penkes mengenai manfaat ASI eksklusif
yang mengandung bahan-bahan, zat antibodi yang sangat diperlukan oleh
bayi, mudah dicerna, memberikan perlindungan terhadap infeksi, selalu
segar, bersih, siap untuk minum dan hemat biaya serta ibu untuk tidak
memberikan makanan tambahan atau susu formula sampai bayi berusia 6
bulan, sehingga ibu rutin memberikan ASI.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam
organik yang diekskresikan oleh kelenjar payudara ibu dan merupakan
makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan
bayi baik gizi, imunologi, atau lainnya, pemberian ASI memberikan
kesempatan bagi ibu untuk mencurahkan cinta kasih dan perlindungan
kepada anaknya. ASI Eksklusif diberikan sejak 0 hari sampai 6 bulan.
- Memberikan konseling tentang perawatan payudara yaitu menjaga
payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu dengan cara
membersihkan payudara 2x sehari setiap selesai mandi dengan
menggunakan baby oil, menggunakan bra yang menyokong payudara,

68
apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar payudara setiap kali selesai menyusui serta melakukan pengurutan
seperti yang diajarkan untuk memperlancar ASI keluar
- Mengajarkan ibu untuk massase payudara dan mengompres
payudara dengan air hangat serta menjelaskan fungsi dari massase
payudara.

Fungsi Masase Payudara :

a. Menjaga bentuk payudara

Pijat berguna menjaga bentuk payudara dan mencegahnya agar tidak


kendur. Hal ini karena pijat payudara dapat merangsang sirkulasi yang
diperlukan dalam menjaga jaringan payudara sehat, serta memperkuat
ketahanan jaringan otot dan membangun ketahanan pada ligamen. Selain
itu, pijat ini dapat membuat payudara menjadi lebih kencang sehingga
tidak melorot, hasilnya akan memiliki garis payudara yang lebih menarik.

b. Manfaat terapi

Pijat payudara dapat menjadi teknik penyembuhan yang baik untuk rasa
sakit atau nyeri di payudara termasuk yang terkait dengan jaringan parut,
karena sentuhan lembut dan pijat bisa bersifat terapeutik atau terapi. Pijat
ini dapat mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan di payudara serta
melemaskan kekakuan atau ketegangan pada ligamen.

c. Manfaat kesehatan

69
Manfaat kesehatan yang didapat dari pijat payudara adalah dapat
menghilangkan racun dari sistem limfatik tubuh, karena racun ini
menghambat sirkulasi sehat di payudara. Pijat ini dapat merangsang
drainase sistem limfatik yang menghasilkan produk limbah bahaya dan
memungkinkan lebih banyak nutrisi ke jaringan payudara.

d. Bentuk pencegahan dan deteksi dini

Pijat payudara diketahui dapat membantu deteksi dini jika ada benjolan
atau suatu kelainan di payudara. Deteksi dini akan menjadi kunci untuk
menyelamatkan hidup. Untuk itu pijatlah payudara secara teratur dan
ditambah pemeriksaan penunjang jika sudah berusia di atas 40 tahun
sebagai bentuk pencegahan.

e. Memperlancar ASI

Pemijatan payudara pada masa nifas, bertujuan untuk menguatkan dan


melenturkan puting susu dan merangsang kelenjar-kelenjar air susu agar
dapat memproduksi ASI yang banyak dan lancar.

Cara Perawatan/Masase Payudara

Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan


3 macam cara :

a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara


kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan
melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian
lepaskan tangan dari payudara.

70
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling
dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara
dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari
tangan kanan dikepalkan kemudian buku- buku jari tangan kanan
mengurut dari pangkal ke arah puting.
- Memberitahu ibu untuk makan yang banyak dan bergizi seperti lauk
pauk dan sayur-sayuran agar produksi air susu ibu tetap banyak dan ibu
juga harus banyak minum air putih setiap kali ingin menyusui agar tidak
dehidrasi
Bidan berperan dalam penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya
selama masa nifas yang metrinya meliputi :
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b. Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi dapat diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari persalinan
- Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada 4 minggu
ke depan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi baik, tidak ada perdarahan, menilai adanya tanda-
tanda infeksi, demam atau perdarahan abnormal serta pemakaian
KB secara dini

5) Kunjungan Masa Nifas V (Kunjungan Nifas 6 Minggu)


Tujuan:
1. Menanyakan ibu tentang penyulit yang dialami ibu atau bayinya.
2. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini, senam
nifas dan imunisasi untuk bayinya.

71
Pengkajian:
 Mengajukan Pertanyaan:
- Apakah ibu sudah pernah mendapat konseling mengenai KB?
- Apakah ibu sudah menggunakan KB sebelumnya?
- Apakah ibu sudah memiliki rencana untuk menggunakan KB?
- Jenis KB apa yang ibu ingin ibu gunakan?

 Data Subjektif:
- Ibu mengatakan belum pernah mendapat konseling mengenai KB
sebelumnya.
- Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB sebelumnya/
- Ibu mengatakan berencana ingin menggunakan KB.
- Ibu mengatakan belum menentukan jenis KB apa yang akan
digunakan.

 Data Objektif:
- Memeriksa status kesehatan ibu.
- Melihat bagaimana ibu cara menyusui bayinya (apakah ibu
memberikan ASI eksklusif atau tidak).

Penanganan:
1. Memeriksa status kesehatan ibu.
2. Memberikan konseling KB kepada ibu mengenai keuntungan dan
kelebihan setiap jenis KB.
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
MAL dapat dipakai apabila ibu:
 Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding) dan sering;
lebih efektif bila pemberian ≥ 8 kali sehari.
 Ibu belum haid.
 Umur bayi kurang dari 6 bulan.

72
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
efektivitas MAL optimal:

 Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (bayi


hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/ minuman pada upacara
adat/agama).
 Perdarahan sebelum 56 hari pascasalin dapat diabaikan (belum
dianggap haid).
 Bayi menghisap payudara secara langsung.
 Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi
lahir.
 Kolostrum diberikan pada bayi.
 Pola menyusui on demand (menyusui setiap bayi
membtuhkan) dna dari kedua payudara.
 Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.

Untuk mendukung keberhasilan menyusui dan MAL maka ibu


perlu mengerti cara menyusui yang benar meliputi posisi,
perlekatan dna menyusui secara efektif.

Keuntungan:
 Mendorong pola menyusui yang benar, sehingga membawa
manfaat bagi ibu dan bayi.
 Tidak memiliki risiko bagi kesehatan.

b. Kontrasepsi Mantap
 Tubektomi

73
o Mekanisme:
Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum.
o Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat
mengurangi risiko kanker endometrium.
o Risiko bagi kesehatan:
Komplikasi bedah dna anastesi.
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga
kesehatan terlatih.

 Vasektomi
o Mekanisme:
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan okulasi vasa deferens sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses filtrasi tidak terjadi.
o Risiko bagi kesehatan:
Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di okasi operasi
(sangat jarang), dan hematoma (jarang). Vasektomi tidak
mempengaruhi hasrat seksual, fungsi seksual pria, ataupun
maskulinitasnya.

74
o Keuntungan:
Menghentikan kesuburan secara permanen, prosedur
bedahnya aman dan nyaman, efek saping lebih sedikit
dibanding metode- metode yang dilakukan wanita, pria ikut
mengambil peran, dan meningkatkan kenikmatan serta
frekuensi seks.

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


AKDR merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman dan
efektif untuk ibu yang ingin menjarangkan atau membatasi
kehamilan. AKDR dapat dipasang segera setelah bersalin ataupun
dalam jangka waktu tertentu. Angka ekspulsi AKDR berdasarkan
waktu pemasangan adalah sebagai berikut:
Waktu Definisi Angka Keterangan
Pemasangan Ekspulsi
AKDR
Pascaplasenta Dalam 10 9,5 – 12,5% Ideal; angka
menit ekspulsi
seelah rendah
melahirkan
plasenta

75
Segera Setelah 10 25 – 37% Masih aman
Pascasalin menit
(Immediate hingga 48
Postpartum) jam pasca
salin
Pascasalin Setelah 48 TIDAK Risiko
Tertunda jam – 4 DIANJURKAN perforasi dan
(Late minggu ekspulsi
Postpartum) pasca salin meningkat
Interval- Setelah 4 3 – 13% Aman
Pasca salin minggu
Lanjutan pasca salin
(extended
Postpartum)

Meskipun angka ekspulsi pada pemasangan AKDR segera


pascasalin lebih tinggi dibandingkan teknik pemasangan masa
interval (lebih dari 4 minggu setelah persalinan), angka ekspulsi
dapat diminimalisasi bila:
 Pemasangan dilakukan dalam waktu 10 menit setelah
melahirkan plasenta.
 AKDR ditempatkan cukup tinggi pada fundus uteri.
 Pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih khusus.
Keuntungan pemasangan AKDR segera setelah lahir (pasca
plasenta) antara lain:
 Biaya lebih efektif dan terjangkau.
 Lebih sedikit keluhan perdarahan dibandingkan dengan
pemasangan setelah beberapa hari/minggu.
 Tidak perlu mengkhawatirkan kemungkinan untuk hamil
selama menyusui dan AKDR pun tidak mengganggu
produki air susu dan ibu yang menyusui.

76
 Mengurangi angka ketidakpatuhan pasien.
Namun demikian, terdapat beberapa risiko dan hal- hal
yang harus diwaspadai saat pemasangannya:
 Dapat terjadi robekan pada dinding rahim.
 Ada kemungkinan kegagalan pemasangan.
 Kemungkinan mengalami nyeri setelah melahirkan hingga
beberapa hari kemudian.
 Kemungkinan terjadi infeksi setelah pemasangan AKDR
(pasien harus kembali jika demam, bau amis/anyir dari
cairan vagina dan sakit perut terus menerus).
AKDR juga dapat dipasang setelah persalinan dengan
risiko dengan seksio sesarea. Angka ekspulsi pada
pemasangan setelah seksio sesarea kurang lebh sama
dengan pada pemasangan interval.

d. Implan
o Mekanisme:
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan
mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah
kulit dan dapat bertahan hingga 3-7 ahun, tergantung jenisnya.

77
o Keutungan:
 Implan berisi progestin, dan tidak mengganggu produksi
ASI.
 Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascasalin,
pemasangan implan dapat dilakukan setiap saat tanpa
kontrasepsi lain bila menyusui penuh (full breastfeeding).
 Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid,
pemasangan dapat dilakukan kapan saja tetapi
menggunakan kontrasepsi lain atau jangan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari.
 Masa pakai dapat mencapai 3 – 5 tahun.

o Efek samping:
Perubahan pola haid (pada beberapa bulan: haid sedikit dan
singkat, haid tidka teratur dan lebih dari 8hari, haid jarang atau
tidak teratur, dan haid jarang), sakit kepala, pusing, perubahan
suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat
membaik atau memburuk). Nyeri payudara, nyeri perut, dan
mual.

o Kerugian:
 Saat dipegang oleh tangan terasa.

78
e. Suntikan Progestin
o Mekanisme:
Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga penetrasi sprema terganggumenjadikan selaput
rahim tipis dan artrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh
tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA).
o Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko kanker endometrium dan fibroid uterus.
Dapat mengurangirisiko penyakit radang panggul simptomatk
dan anemia defisiensi besi. Mengurangi gejala endometritis dan
krisis sel sabit pada ibu dengan gangguan anemia sel sabit.
o Efek samping:
Perubahan pola haid(haid tidak teratur atau memanjan dalam 3
bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam 1
tahun), sakit kepala, pusing, kenaikan berat perut kembung atau
tidak nyaman,perubahan suasana perasaan, dan penurunan
hasrat seksual.

f. Minipil
o Mekanisme:

79
Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir seviks
sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba
sehingga transportasi sperma terganggu. Pil diminum setiap hari.
o Keuntungan:
Keuntungan khsuus bagi kesehatan tidak ada.
Dapat diminum saat menyusui.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
o Efek samping:
Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu
menyusui, haid tidak teratur, haid memanjang atau sering, haid
jarang atau tidak had), sakit kepala, pusing, perubahan suasana
perasaan, nyeri payudara, nyeri puat dan mual.

g. Kondom
Pilihan kontrasepsi untuk pria.
Sebagai kontrasepsi sementara.
o Mekanisme:
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
o Keuntungan khusus bagi kesehatan:

80
Mencegah penularan penyakit menular seksual dan
konsekuensinya (misal: kanker serviks).

o Risiko bagi kesehatan:


Dapat memicu reaksi alergi pada orang- orang alergi lateks.

Planning dan Evaluasi


1. Membertitahu kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan dan
mengevaluasi ibu, apakah ibu menerimanya atau tidak, dan bagaimana
ekspresi ibu saat mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memeriksa status kesehatan ibu.
3. Memberikan konseling KB kepada ibu mengenai keuntungan dan
kelebihan dari setiap jenis KB, dan mengevaluasi ibu apakah ibu sudah
paham megenai jenis- jenis KB yang sudah dijelaskan atau belum.

81

Anda mungkin juga menyukai